1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang rawan bencana. Indonesia yang berbentuk kepulauan dan terletak di garis katulistiwa menimbulkan potensi yang tinggi untuk terjadinya bencana hidrometereorologi seperti bajir bandang, kekeringan, hingga gelombang ekstrim Indonesia juga merupakan wilayah pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu Lempeng Indo- Australia, Eurasia, dan Pasifik, dan masuk ke deretan gunung berapi Pacific Ring of Fire. Kondisi ini umumnya memiliki banyak patahan aktif dan sering menyebabkan gempa bumi. Sejak periode tahun 2005 hingga 2015 lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana merupakan bencana hidrometeorologi dan hanya sekitar 22% (3.810) merupakan bencana geologi. Meski jumlah bencana yang diakibatkan faktor geologis jumlahnya tidak signifikan namun dampak korban jiwa dan ekonomi lebih besar.
Pada tanggal 29 Juli 2018 Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) diguncang gempa dengan kekuatan 6,4 SR, lalu gempa 7,0 SR kembali terjadi pada 5 Agustus 2018, dan ribuan gempa susulan lainnya dengan skala kecil.
Skala gempa yang besar dan terjadi secara serial menyebabkan akses transportasi darat rusak, sehingga bantuan logistik, medis, dan relawan sulit mencapai daerah target. Fasilitas pelayanan kesehatan di daerah bencana juga mengalami kelumpuhan. (Prananda Surya Airlangga, 2018)
Berhubung dengan kejadian bencana yang tidak dapat di prediksi maka perawat sebagai mayoritas tenaga kesehatan yang berada di rumah sakit harus memiliki pengetahuan mengenai kebencanaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, melalui pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Ada 6 tingkatan pengetahuan yaitu: mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya (know/tahu), mampu menjelaskan secara benar objek yang di ketahuainya (comperhension/memahami), mampu untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya (aplikasi), mampu untuk menjabarkan suatu materi-materi ke dalam komponen–
komponen (analisis), mampu menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat menyusun formula yang baru (sintesis), mampu melakukan penilaian terhadap suatu materi dengan didasari kriteria yang ditentukan sendiri atau yang sudah ada (evaluasi). (Notoatmodjo, Ilmu Perilaku Kesehatan, 2014)
Pengetahuan merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki kewajiban untuk memelihara mutu pelayanan disertai kejujuran yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. (BNPB, 2017) Menurut Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (2009), dalam (Niken Setyaningrum, 2018) kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengendalian bencana yang bersifat pro-aktif sebelum terjadi bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,baik oleh faktor alam dan atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
(UU no 24 Tahun 2007) Tanggung jawab untuk melakukan penanggulangan bencana dapat berbentuk kesiapsiagaan (preparedness), yaitu tindakan- tindakan yang memungkinkan pemerintahan, organisasi, masyarakat, komunitas, dan individu untuk mampu menanggapi situasi bencana secara cepat dan tepat. Banyak upaya kesiapsiagaan yang bermanfaat dalam berbagai situasi bencana.
Beberapa upaya penting itu adalah memahami bahaya di sekitar, mengetahui rute evakuasi, memiliki keterampilan untuk mengevaluasi situasi secara cepat dan mengambil inisiatif tindakan untuk melindungi diri, memiliki rencana antisipasi bencana, mengurangi dampak bahaya melalui latihan mitigasi dan melibatkan diri dengan berpartisipasi dalam pelatihan. Bencana ada beberapa jenis diantaranya bencana alam, bencana non alam, bencana sosial. Bencana alam diantaranya gempa bumi, tsunami, banjir, longsor,
puting beliung, erupsi gunung api, kekeringan dan kebakaran hutan. Gempa bumi merupakan bencana alam dengan peringkat ke-8 dengan 175 kejadian dalam 10 tahun terakhir terhitung sejak tahun 2010. (BNPB, 2020)
Perawat sebagai tenaga kesehatan terbesar mempunyai peran yang sangat penting dalam kesiapsiagaan bencana di rumah sakit dan sumber daya kesehatan dalam sistim peringatan dini jalur evakuasi di rumah sakit saat ini masih luput dari perhatian, sehingga masih banyak rumah sakit yang belum memiliki sistem koordinasi. (Rika Nuraini, 2019) Perawat merupakan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dalam penanggulangan bencana yang terangkum dalam disaster nursing. (Veenema, 2019) Selanjutnya International Council of Nurses (2009) menyatakan perawat memiliki
kompetensi dalam keperawatan bencana untuk memberi tindakan keperawatan pada individu, keluarga dan masyarakat dalam setiap fase bencana. Peran perawat dalam kompetensi keperawatan bencana salah satunya adalah kesiapsiagaan.
Kesiapsiagaan perawat secara profesional dalam penanggulangan bencana menjadi hal yang penting. Ada delapan aspek kesiapsiagaan bagi perawat diantaranya 1) kesiapsiagaan dalam tindakan keselamatan, 2) kesiapsiagaan dalam komando bencana di rumah sakit, 3) kesiapsiagaan mengakses sumber kritis, 4) kesiapsiagaan dalam support psikologis yaitu kemampuan perawat dalam menangani psikologis korban, 5) kesiapsiagaan dalam komunikasi, 6) kesiapsiagaan dalam deteksi agen biologis, 7) kesiapsiagaan dalam isolasi dan
dekontaminasi dan 8) kesiapsiagaan dalam pengambilan keputusan klinis kepada korban. (Kingma, 2017)
Menurut penelitian (Indrawati, 2015) didapatkan hasil bahwa pengetahuan perawat di RSUD Majene menghadapi kesiapsiagaan bencana lebih banyak pada kategori kurang. Tidak terdapat hubungan pengetahuan perawat IGD dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Sedangkan menurut penelitian (Suparni L. F., 2019) bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kesiapsiagaan bencana pada perawat.
Menurut penelitian Suparni, 2019 didapatkan hasil bahwa Rumah sakit pemerintah di Bandung masih memiliki level kesehatan yang berisiko pada saat terjadinya bencana, dimana didapatkan aspek kapasitas fungsional, non struktural dan keselamatan struktural bangunan perlu ditingkatkan untuk mempersiapkan pelayanan kesehatan (Suparni F. L., 2019).
Melihat pentingnya tingkat pengetahuan perawat dan kesiapsiagaan menghadapi bencana di Rumah Sakit, maka penulis tertarik untuk melakukan studi literatur tentang “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Dengan Kesiapsiagaan Bencana di Rumah Sakit ”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil penelitian menurut Suparni yang menyatakan adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan kesiapsiagaan bencana dan menurut Indrawati yang menyatakan tidak adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan kesiapsiagaan bencana. Maka peneliti merumuskan identifikasi masalah sebagai berikut: “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Kesiapsiagaan Bencana di Rumah Sakit ”.
C. Maksud dan Tujuan 1. Tujuan Umum
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kebencanaan dengan tingkat kesiapsiagaan bencana pada perawat di Rumah Sakit.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawat Rumah Sakit tentang bencana.
b. Mengidentifikasi tingkat kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana di Rumah Sakit.
c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat Kesiapsiagaan perawat Rumah Sakit menghadapi bencana.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu serta wawasan dari penulis, juga sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan serta peran perawat sebagai tenaga kesehatan terhadap kesiapsiagaan bencana.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman terkait kebencanaan termasuk implementasi kesiapsiagaan bencana pada kehidupan sehari – hari.
b. Manfaat akademik
Dapat mengetahui hubungan antara pendidikan kebencanaan dengan kesiapan bencana pada perawat Rumah Sakit.
c. Manfaat bagi profesi keperawatan
Sebagai masukan tentang bagaimana kesiapsiagaan bencana gempa bumi sesar lembang sehingga dapat di jadikan sebagai dasar kesiapsiagaan perawat menghadapi bencana di Rumah Sakit.
E. Ruang Lingkup
Studi literatur ini diambil dari seluruh jurnal yang berkaitan dengan hubungan tingkat pengetahuan dengan kesiapsiagaan bencana di rumah sakit.
Studi litelatur ini dilakukan oleh mahasiswa Program Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada Bandung. Fokus keilmuan materi yang digunakan yaitu menejemen bencana keperawatan bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana di Rumah Sakit