BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih. (Brunner & Suddarth, 2014).
Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjuk orangan prevalensi Penyakit Tidak Menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. Prevalensi kanker naik dari 1,4 permil (Riskesdas 2013) menjadi 1,8 permil; prevalensi stroke naik dari 7 permil menjadi 10,9 permil; dan penyakit ginjal kronik naik dari 2 permil menjadi 3,8 permil. Berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5%; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%.
(Yoeniske Angreine, 2019).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥18 tahun di Indonesia dengan jumlah penduduk 658.201 orang (34,11%). Provinsi
terbanyak pada Kalimantan Selatan dengan jumlah 10.162 orang (44,13%), dan Jawa Barat menempati posisi kedua dengan jumlah 121.153 orang (39,60%) serta yang menempati posisi ketiga Kalimantan Timur dengan jumlah 8.957 orang (39.30%). (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018).
Laporan Riskesdas tahun 2018 menyebutkan kejadian Hipertensi tertinggi di Provinsi Jawa Barat pada daerah Ciamis dengan jumlah 1.240 orang (49.62%). Yang kedua pada daerah Cianjur dengan jumlah 2.181 orang (48,90%). Yang ketiga pada daerah Kuningan dengan jumlah 1.090 orang (47,58%). untuk daerah Kabupaten Bandung melalui pada rentang ≥18 tahun sebanyak 3.581 orang (41,36%). (Kemenkes RI, 2019).
Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang - orang berusia diatas 40 tahun, tetapi saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh usia muda. Sebagian besar hipertensi primer terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya 20% terjadi dibawah usia 20 tahun dan diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan karena orang pada usia produktif jarang memperhatikan kesehatan, seperti pola makan dan gaya hidup yang kurang sehat. (Keperawatan et al., 2017).
Gejala yang sering dikeluhkan penderita hipertensi adalah sakit kepala,lemas,kelelahan,sesak nafas,gelisah,mual muntah.dan kesadaran menurun (Nurarif A.H & Kusuma H., 2016) .Hipertensi terjadi karena dipengaruhi oleh factor-faktor risiko, salah satu factor yang menyebabkan hipertensi adalah pola aktivitas fisik.
Hipertensi sebenarnya merupakan penyakit yang bisa diatasi dengan perilaku hidup sehat. Seorang dapat menghindari penyakit tersebut apabila dapat mengontrol, pola aktivitas dengan baik dan juga menghindari hal-hal yang dapat merusak kesehatan semisal merokok, begadang, maupun makan makanan yang dapat memacu penyakit Hipertensi. WHO (2011) menyatakan faktor lain yang menyebabkan hipertensi adalah kurangnya aktifitas fisik.
WHO menyatakan bahwa kurangnya aktifitas merupakan sebuah faktor risiko kunci utama terjadinya penyakit tidak menular seperti hipertensi, selain itu kurangnya aktifitas fisik juga merupakan faktor risiko utama ke empat kematian diseluruh dunia. Sekitar 3,2 juta orang meninggal setiap tahun karena masalah kurangnya aktifitas fisik (Wijaya, dkk, 2013).
Aktifitas fisik yang baik dan rutin akan melatih otot jantung dan tahanan ferifer yang dapat mencegah peningkatan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan risiko hipertensi meningkat (Triyanto, 2014). Aktifitas fisik adalah anggota berupa otot yang bergerak dan membutuhkan energi atau suatu pergerakan yang dapat bermanfaat bagi kesehatan tubuh (Prasetyaningrum, 2014).
Hipertensi merupakan penyebab kematian yang menempati urutan ke- 3 di Indonesia dengan angka kematian 27,1% (Kemenkes RI, 2014). Dimana jumlah penderita hipertensi naik dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 milyar pada tahun 2008 (WHO, 2013). Pencapaian target untuk penyakit Hipertensi di tahun 2017 yaitu 23,79% di Kota Padang, Sumatera Barat.
Menurut hasil Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 2017 kejadian hipertensi pada umur 45-55 tahun ditemukan kasus sebanyak 1.149 pada laki- laki dan sebanyak 2.974 pada wanita, sehingga kejadian hipertensi di Kota Padang sebanyak 4.123 kasus. Dibandingkan dengan prevalensi hipertensi nasional yaitu 25,8% pada tahun 2013 maka untuk Provinsi Sumatera Barat mengalami peningkatan sebesar 2,01% kecilnya angka penurunan prevalensi tersebut dibandingkan dengan data nasional makan hipertensi masih termasuk ke dalam penyakit tidak menular yang tinggi angka kejadiannya (DKK Padang, 2018).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang ilakukan di komplek Pussenif Kota Bandung dengan teknik wawancara terhadap 10 responden, di dapatkan hasil 3 orang responden mengerti tentang apa itu hipertensi, 2 orang responden mengerti sebagian tentang pola aktivitas yang menyebabkan meningkatnya tekanan darah ,dan 5 orang responden tidak mengerti apa itu tentang pola aktivitas yang menyebabkan peningkatan tekanan darah terhadap penderita hipertensi. Terkait dengan hal diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pola Aktivitas fisik Terhapat Peningkatan Tekanan Darah Terhadap Penderita Hipertensi Di Komplek Pussenif Kota Bandung”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan adalah : “Pola Aktivitas Fisik Pada Penderita Hipertensi di Komplek Pussenif Kota Bandung”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pola Aktivitas fisik Pada Penderita Hipertensi di wilayah Komplek Pusenif Kota Bandung.
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi pola aktivitas fisik Ringan,Sedang,Berat.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan berguna terhadap pengembangan ilmiah pada bidang keperawatan, sebagai masukan bagi perawat untuk memberikan dukungan psikososial terhadap penderita hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Keperawatan
Diharapkan dapat menumbuhkan wawasan dan memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu keperawatan.
b. Bagi Penderita Hipertensi
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan masyarakat dapat menyadari faktor resiko tidak patuh terhadap penyakit hipertensi, menyadari tentang penyakit hipertensi dan pola akivitas
c. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi data dasar bagi peneliti lanjutan untuk pengembangan ilmu kesehatan khususnya bagi ilmu keperawatan Medikal Bedah.
E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup Waktu dalam penelitian ini dilakukan di bulan Maret-Juli 2021
2. Ruang Lingkup Tempat
Ruang lingkup Tempat dalam penelitian ini dilakukan di Komplek Pussenif Kota Bandung
3. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup penelitian ini adalah Keperawatan Medikal Bedah dan Keperawatan Komunitas tentang Pola Aktivitas fisik Pada Penderita Hipertensi .