1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tranpostasi merupakan salah satu sarana terpenting dalam menunjang keberhasilan suatu daerah, baik daerah perdesaan maupun daerah perkotaan.
Tranpostasi digunakan untuk mempermudah kegiatan manusia sehari-hari, baik kegiatan ekonomi, pariwisata dan sebagainya, sehingga transportasi menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat dalam menjalani aktifitasnya.
Kawasan perkotaan merupakan pusat perekonomian dan pertumbuhan, sehingga kawasan tersebut memerlukan sarana dan prsarana transportasi yang lebih baik agar kegiatan masyarakat dapat dilakukan lebih lancar. Bertambahnya kebutuhan transpostasi dapat menyebabkan meningkat pula kapasitas jalan yang harus disediakan untuk memenuhi layanan pergerakan kendaraan, kapasitas jalan yang tidak memadai dapat menyebabkan masalah lalu lintas, salah satunya kapasitas jalan pada ruang-ruang pertemuan jalan (persimpangan) yang tidak memadai dapat mengakibatkan pengemudi melakukan pelanggaran lalu lintas. Pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan dapat berupa pelanggaran-pelanggaran ringan yang tanpa disadari dapat menyebabkan meningkatnya potensi angka kecelakaan.
Hasil operasi lalu lintas Polres Mataram sepanjang tahun 2017, ditemukan pelanggaran lalu lintas mulai dari tidak menggunakan helm, tidak membawa surat- surat, tidak tertib rambu, hingga berugal-ugalan dalam berkendara. Nilai pelanggaran tersebut mencapai 11.113 orang. Untuk kendaraan sepeda motor pelanggaran yang dilakukan antara lain tidak memakai helm mencapai 4.132 orang, pelanggaran tidak lengkap membawa surat-surat 4.427 orang, tidak taat terhadap rambu atau marka 592 orang, tidak lengkapnya perlengkapan kendaraan seperti spion 1.639 orang, dan jumlah pengendara yang berugal-ugalan mencapai 136 orang, sedangkan untuk kendaraan roda 4 pelanggaran seperti kelebihan muatan mencapai 24 orang,
2 kelengkapan kendaraan 3 orang, kelengkapan surat-surat kendaraan 68 orang, tidak menggunakan sabuk pengaman 20 orang dan tidak taat terhadap marka atau rambu mencapai 68 orang.
Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan, tingginya angka pelanggaran lalu lintas disebabkan oleh “Human Error” atau kesalahan yang disebabkan oleh ulah manusia sendiri. Salah satu lokasi terjadinya masalah pelanggaran lalu lintas pada ruang pertemuan jalan (persimpangan) di Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah pada persimpangan Meninting. Pelanggaran lalu lintas yang terjadi disebabkan oleh kondisi geometrik simpang dengan level yang berbeda dan tidak disediakannya fasilitas belok kanan yang memadai, sehingga menyebabkan kendaraan dari ruas Jalan saleh sungkar yang menuju Jalan Ireng Jaya harus melakukan pergerakan belok kanan dengan melakukan putaran arah (u-turn) pada ujung jembatan yang berjarak kurang lebih 250 meter. Kondisi ini menyebabkan masyarakat yang melalui ruas jalan tersebut lebih memilih untuk memotong jalur atau melakukan pelanggaran lalu lintas dengan memasuki jalur yang berlawanan arah dan melakukan gerakan memotong (crossing) dan menyilang (weaving), sehingga akan menimbulkan titik konflik pada persimpangan tersebut. Ketidak tertiban masyarakat dapat mengganggu kelancaran lalu lintas yang akan menyebabkan kemacetan dan kecelakaan, dimana ruas jalan tersebut merupakan daerah pariwisata sehingga volume lalu lintasnya tinggi.
Berdasarkan gambaran diatas, maka perlu dilakukan rekayasa lalu lintas yang diharapkan dapat mengurangi konflik yang terjadi dan memberikan pergerakan yang lancar, aman dan nyaman bagi pengendara, rekayasa lalu lintas yang dimaksud adalah perencanaan jalan baru atau penambahan fasilitas jalan untuk mengurangi kemungkinan masyarakat melakukan pelanggaran lalu lintas tersebut. Ada beberapa skenario yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, skenario 1 yang dilakukan bertujuan untuk mengatasi masalah yang ada dengan memberi pembatas jalan yang lebih panjang pada ruas Jalan Saleh Sungkar sehingga kendaraan dari ruas Jalan Ireng Jaya yang akan melakukan pergerakan belok kanan diharapkan
3 menjadi lebih aman. Sedangkan skenario 2 dilakukan dengan tujuan mengurangi masalah pada titik konflik dengan memindahkan konflik pada persimpangan lain, sehingga sebelum persimpangan atau lokasi konflik dilakukan perencanaan simpang baru yang dirancang menuju Jalan Ireng Jaya, terletak kurang lebih 200 meter dari lokasi terjadinya konflik. Dilihat dari permasalahan yang terjadi pada ruas jalan tersebut, maka dirasa penting untuk dilakukan penelitian dengan judul “Rekayasa Lalu Lintas Sebagai Solusi Mengatasi Pelanggaran Lalu Lintas pada Kawasan Meninting” guna dapat menghasilkan kelancaran lalu lintas yang lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbandingan kinerja simpang Meninting pada kondisi eksisting (saat ini) dan saat diterapkannya kondisi skenario 1 dan skenario 2 ?
2. Bagaimanakah perbandingan waktu tempuh kendaraan yang melintas pada saat kondisi eksisting (saat ini) dengan kendaraan yang melintas saat diterapkannya kondisi skenario 1 dan skenario 2 ?
3. Berapakah konflik yang terjadi pada kondisi eksisting (saat ini) dan saat diterapkannya skenario 1 dan skenario 2 ?
1.3 Batasan Masalah
1. Hanya melakukan pengukuran geometrik jalan secara sederhana.
2. Hanya melakukan perencanaan geometrik jalan berdasarkan Bina Marga
“Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sederhana Jalan Perkotaan” No.
02/P/BNKT/1991 sebagai pedoman perencanaan simpang sederhana.
3. Analisis kinerja ruas jalan yang dilakukan berpedoman pada metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997 “Simpang Tak Bersinyal”.
4. Waktu tempuh perjalanan kendaraan yang diukur dalam penelitian ini adalah waktu tempuh perjalanan kendaraan sepeda motor.
5. Hanya melakukan analisis kinerja simpang.
6. Tidak mempertimbangkang konflik yang terjadi di titik atau lokasi lain.
4 7. Rekayasa lalu lintas yang dilakukan menggunakan 2 skenario, dengan skenario 1 yaitu memberikan pembatas jalan yang lebih panjang pada ruas Jalan Saleh Sungkar, dan skenario 2 yaitu dengan merencanakan persimpangan baru menuju ruas Jalan Ireng Jaya.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perbandingan kinerja ruas jalan pada kondisi eksisting (saat ini) dengan kinerja ruas jalan saat diterapkan kondisi skenario 1 dan skenario 2.
2. Mengetahui perbandingan waktu tempuh kendaraan saat melewati ruas jalan pada kondisi eksisting (saat ini) dengan waktu tempuh kendaraan saat diterapkan skenario 1 dan skenario 2.
3. Mengetahui perbandingan konflik lalu lintas yang terjadi pada saat kondisi eksisting (saat ini) dengan kondisi skenario 1 dan skenario 2.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, untuk menambah ilmu tentang rekayasa lalu lintas pada praktek yang sesungguhnya, meliputi kinerja ruas jalan, konflik yang terjadi pada lalu lintas dan perbandingan waktu tempuh.
2. Bagi kalangan umum, dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai refrensi tentang penelitian serupa dan melakukan perencanaan persimpangan sederhana dan perencanaan median di masa depan.
3. Mengetahui alternative perubahan jalur dengan menghasilkan waktu tempuh yang relative sama pada kondisi eksisting dengan kondisi rekayasa. Dan juga untuk memberi informasi kepada Dinas Perhubungan agar menjadi pertimbangan untuk penerapan kebijakan selanjutnya.
5 1.6 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada persimpangan Meninting.
Gambar 1.1 Peta Lokasi
LOKASI PENELITIAN