• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - Repository UHN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I - Repository UHN"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Hukum pidana militer merupakan kumpulan peraturan pidana yang memuat perintah dan larangan demi terpeliharanya ketertiban hukum. Dalam hukum pidana militer terdapat dua bentuk tindak pidana, yaitu kejahatan militer murni (zuiver militaire delict) dan kejahatan militer campuran (germengde militaire delict). Tindak pidana desersi merupakan tindak pidana yang dilakukan khusus oleh seorang militer karena tidak sah dan bertentangan dengan undang-undang, khususnya hukum pidana militer.

Tindak pidana yang dilakukan anggota TNI adalah murni militer berdasarkan peraturan yang berkaitan dengan militer. Salah satu jenis tindak pidana yang menjadi fokus pembahasan dalam pasal ini adalah tindak pidana penelantaran. TANGGUNG JAWAB PIDANA BAGI ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN PIDANA PENGELUARAN PADA MASA DAMAI (Keputusan Studi No 26-K/PM 1-02/AD/III/2019)”.

Bagaimana pendapat hakim ketika mengambil keputusan terhadap anggota militer yang melakukan tindak pidana desersi di masa damai? Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana bagi anggota militer yang melakukan tindak pidana desersi di masa damai (Studi Putusan No. 26-k/PM 1-02/AD/III/2019). Untuk mengetahui bagaimana pemikiran hakim dalam mengambil keputusan terhadap anggota militer yang melakukan tindak pidana desersi di masa damai (Studi Putusan No. 26-k/PM 1-02/AD/III/2019).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu hukum khususnya hukum pidana dan lebih khusus lagi hukum pidana militer dalam kaitannya dengan tindak pidana desersi.

Unsur-Unsur Pertanggungjawaban Pidana

Tanggung jawab pidana pada dasarnya merupakan suatu mekanisme yang dibangun oleh hukum pidana untuk menyikapi pelanggaran. Kesalahan yang dalam bahasa asing disebut schuld adalah keadaan psikologis seseorang yang berkaitan dengan suatu perbuatan yang dilakukannya sedemikian rupa sehingga berdasarkan keadaan itu pelakunya dipersalahkan atas perbuatannya. Kesalahan merupakan suatu perbuatan yang telah terjadi, sehingga orang lain akan menilai menurut hukum yang berlaku apakah perbuatan tersebut merupakan suatu kesalahan, apakah disengaja ataukah karena kelalaian, yang dapat diuraikan sebagai berikut.

Kita dapat mengatakan bahwa intensionalitas berarti kemauan (keinginan) untuk melakukan suatu tindakan, yang dipandu oleh terpenuhinya keinginan tersebut. Oleh karena itu, ketika seseorang melakukan tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan, dengan mengetahui bahwa hasil tersebut pasti atau mungkin terjadi akibat tindakan yang dilakukannya, maka orang tersebut dapat dikatakan mempunyai niat sebagai suatu niat. Premeditasi sebagai kepastian adalah intensionalitas berupa kesadaran manusia akan suatu akibat yang menurut akal manusia pasti akan terjadi akibat dilakukannya suatu perbuatan tertentu dan tidak dapat dihindari.

Akibat yang timbul merupakan akibat lain dari tindakan yang dilakukan yang bukan merupakan akibat yang diinginkan. Intensionalitas sebagai suatu kemungkinan adalah kesadaran dalam melakukan suatu tindakan dengan mengetahui bahwa mungkin timbul akibat lain dari tindakan tersebut yang tidak dikehendaki dari tindakan tersebut, namun orang yang melakukannya tidak membatalkan niat untuk melakukannya. Kelalaian terjadi apabila orang tersebut tetap melakukan perbuatan tersebut meskipun ia mencurigai atau mempunyai kemungkinan untuk mencurigai akibat yang (diperhitungkan), maka adanya kecurigaan atau kesanggupan untuk mencurigai pelaku atas terjadinya akibat tersebut merupakan syarat mutlak. , dan jika kecurigaan atau kemampuan untuk mencurigai tidak ada, maka Anda dapat dimintai pertanggungjawaban atas kelalaiannya. c) Tidak ada alasan yang bisa dimaafkan.

Perbuatan yang dilakukan terdakwa masih melanggar hukum dan merupakan tindak pidana, namun tidak dihukum karena tidak ada kesalahannya. Yang dimaksud dengan alasan pengampunan dalam hukum pidana terdiri dari ketidakmampuan memikul tanggung jawab, kekuasaan memaksa dan pembelaan yang dipaksakan melampaui batas19 yang dapat diuraikan sebagai berikut. Kekuasaan memaksa diatur dalam pasal 48 KUHP yang menyatakan “barangsiapa melakukan tindak pidana karena dorongan kekuasaan paksaan, tidak dapat dihukum”.

Kata dorongan menyiratkan bahwa orang yang melakukan kejahatan berada di bawah tekanan mental. Pada dasarnya pembelaan paksa (noodweer) dalam KUHP dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu pembelaan paksa (noodweer) dan wali darurat melebihi batas (noodweer-exces) yang terdapat dalam Pasal 49 KUHP, yang berbunyi :. Untuk membela kepentingan yang tidak ada gunanya, misalnya, seseorang tidak boleh membunuh atau melukai orang lain.

Pembelaan atau pembelaan hanya dapat dilakukan terhadap kepentingan yang disebutkan dalam pasal tersebut, yaitu tubuh, kehormatan, dan harta benda diri sendiri atau orang lain. Pertahanan dipaksa melampaui batas (Noodweer Excess), seperti halnya pertahanan darurat (Noodweer) harus ada serangan yang tiba-tiba dilakukan atau diancam pada saat itu juga, tetapi batas-batas perlunya pertahanan tersebut. telah terlampaui 22.

Tinjauan Umum Tentang Anggota Militer 1. Pengertian Anggota Militer

Tugas dan Fungsi Anggota Militer TUGAS

Tugas pokok TNI adalah menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan negara. seluruh pertumpahan darah Indonesia yang disertai ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. 10) Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat sebagaimana diatur dalam undang-undang; Tentara Nasional Indonesia diakui sebagai suatu gugus fungsi yang termasuk dalam kategori gugus fungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang meliputi angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara.

Tentara kini menjadi kekuatan politik tersendiri di samping partai politik di pemerintahan, yaitu sebagai suatu kelompok fungsional.26.

Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Desersi Dalam Waktu Damai 1. Pengertian Tindak Pidana Desersi

  • Unsur-Unsur Tindak Pidana Desersi
  • Jenis-Jenis Tindak Pidana Desersi
  • Pengertian Tindak Pidana Desersi Dalam Waktu Damai
  • Penanganan Anggota Militer Yang Melakukan Tindak Pidana Desersi Dalam Waktu Damai

Setelah dicermati isi rumusan pasal mengenai ketentuan bagaimana seorang prajurit dapat mengundurkan diri dari pelaksanaan kewajiban dinasnya, maka hakikat tindak pidana desersi harus dimaknai sedemikian rupa sehingga hendaknya sikap desersi terhadap anggota TNI tersebut. mencerminkan bahwa ia tidak lagi memiliki keinginan untuk memasuki dinas militer. Seorang anggota militer yang karena kesalahannya atau sengaja, tidak hadir tanpa izin dan tanpa alasan apa pun untuk menghindari bahaya perang dan masuk ke wilayah musuh atau dalam keadaan damai, tidak boleh hadir di tempat yang ditunjuknya untuk melakukan tindakan. untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. dia. Ketidakhadiran anggota militer dari suatu tempat di mana mereka harus menjalankan tugas dinas ditetapkan sebagai suatu kejahatan, karena penghargaan terhadap disiplin merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan militer, karena disiplin adalah tulang punggung kehidupan militer.

Pasal 87 KUHAP menyatakan bahwa “anggota militer yang karena kesalahannya atau sengaja tanpa izin, tidak hadir lebih dari tiga puluh hari dalam masa damai”.28 Unsur kesengajaan ini menyatakan bahwa anggota militer atau TNI yang mempunyai gangguan jiwa kesadaran telah melakukan tindak pidana melakukan desersi padahal ia mengetahui bahwa yang dilakukannya adalah tindak pidana. Absen tanpa izin berarti seorang Prajurit tidak hadir di Satuan seperti biasanya, antara lain dimulai dari absensi pagi, kemudian melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya atau yang menjadi tanggung jawabnya, dan seterusnya hingga absensi sore.

Sedangkan yang dimaksud dengan “tanpa izin” adalah ketidakhadiran tanpa sepengetahuan atau izin yang sah dari komandan atau pimpinan pemimpin/terdakwa. Yang dimaksud dengan masa damai adalah terdakwa atau prajuritnya tidak hadir tanpa izin. perpanjangan keadaan perang. Ketidakhadiran lebih dari tiga puluh hari berarti terdakwa tidak hadir tanpa izin lebih dari tiga puluh hari berturut-turut.

Artinya, seorang prajurit yang kepergiannya dimaksudkan untuk menghindari bahaya dalam pertempuran dengan melarikan diri tanpa batas waktu, tindakan tersebut dapat dikatakan desersi pada saat perang. Tindak pidana desersi adalah ketidakhadiran seorang prajurit tanpa izin atasan langsungnya, pada tempat dan waktu yang ditentukan oleh dinas, dengan cara melarikan diri dari satuan dan meninggalkan dinas militer, atau berangkat dengan pergi, pergi berlari tanpa izin. Kejahatan desersi masa damai adalah kejahatan yang dilakukan oleh anggota militer secara tidak sengaja atau sengaja tidak hadir tanpa izin dalam waktu 30 hari.

Pada dasarnya, desersi adalah kejahatan militer yang melibatkan pengabaian kewajiban dinas selamanya, dan ini hanya berlaku di lingkungan militer30. Yang dimaksud dengan masa damai adalah terdakwa atau prajurit tidak hadir tanpa izin pada waktu Negara Republik Indonesia dalam keadaan damai atau kesatuannya tidak melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 KUHP yaitu perpanjangan waktu. keadaan perang. Dalam tindak pidana desersi yang dilakukan oleh anggota prajurit TNI, dalam penanganan tindak pidana yang terjadi dalam lingkungan hukum militer, Polisi Militer mempunyai kewenangan sesuai dengan Pasal 71 UU No.

Penerimaan laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai terjadinya suatu peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana. Jadi, bagi anggota militer yang melakukan tindak pidana desersi masa damai, maka orang yang berhak dan berwenang menindak anggota militer yang melakukan tindak pidana desersi masa damai, di lingkungan militer, berwenang melakukan penangkapan terhadap Badan POM atas perintah Ankum. .32.

Ruang Lingkup Penelitian

Jenis Penelitian

Metode Pendekatan Masalah

Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat secara umum, yaitu: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yang berupa kitab undang-undang, risalah, terbitan berkala, dan perkara pidana. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang berupa kamus hukum.

Metode Penelitian

Analisis Bahan Hukum

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Pelaksanaan Pembayaran Upah Diawal Akad Pada Buruh Pemecah Batu di Dusun Buwuh Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Dusun Buwuh,

THE EFFECTIVENESS OF A MONETARY TARGET AND POLICY COMMITMENT COMMITMENT COMMITMENT COMMITMENT COMMITMENT The Controllability of Narrow Money The Controllability of Narrow Money The