• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - Repository UHN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I - Repository UHN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian tentang “TANGGUNG JAWAB PIDANA TERHADAP ANAK ANAK DI BAWAH ANAK YANG SENGAJA MELAKUKAN TINDAKAN PIDANA Aborsi (Surat Keputusan Penyidikan Nomor 118/Pid). pertanggungjawaban pidana terhadap anak yang masih di bawah umur sebagai pelaku tindak pidana aborsi? (putusan penyidikan nomor 118/Pid.Sus/2014/PN.Kng). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa pidananya? tanggung jawab anak yang masih dibawah umur, selaku pelaku tindak pidana aborsi (putusan penyidikan nomor 118/Pid.

Gagasan-gagasan tersebut memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu hukum khususnya peraturan perundang-undangan mengenai tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penerapan hukum khususnya pada tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak. Menurut Chairul Huda yang dikutip Mahrus Ali, pertanggungjawaban pidana adalah tanggung jawab seseorang atas tindak pidana yang dilakukannya.

Yang menjadi tanggung jawab tegas seseorang adalah tindak pidana yang dilakukannya. Tanggung jawab pidana timbul karena seseorang melakukan suatu tindak pidana. Konsep pertanggungjawaban pidana adalah syarat-syarat yang diperlukan untuk menjatuhkan pidana kepada seseorang yang melakukan tindak pidana. Pasal-pasal dalam KUHP sebagian besar mengandung kesalahan berupa kesengajaan dengan susunan kata yang berbeda-beda, di samping beberapa tindak pidana yang dilakukan karena kelalaian.

Kesengajaan Sebagai Maksud atau Tujuan (dolus directus)

Kesengajaan dengan Sadar Kepastian

Kesengajaan dengan Sadar Kemungkinan (dolus eventualis)

Perkara yang paling penting tentang elemen ini ialah pesalah dapat meramalkan akibat daripada tindakannya atau pesalah kurang berhati-hati. Kecuaian boleh ditakrifkan sebagai: "Apabila seseorang melakukan sesuatu perbuatan dan perbuatan ini mengakibatkan akibat yang dilarang dan diancam oleh undang-undang, walaupun perbuatan itu tidak dilakukan dengan sengaja". Memorie van Toelichting menyatakan bahawa dalam kes kealpaan di pihak pelaku, ia adalah kekurangan pemikiran yang diperlukan, kekurangan pengetahuan yang diperlukan dan kekurangan kebijaksanaan yang diperlukan20.

Unsur yang terpenting dalam bersalah atau lalai adalah pelaku mempunyai kesadaran atau pengetahuan, dimana pelaku harus mampu membayangkan akibat dari perbuatannya. Dengan kata lain, pelaku dapat meramalkan akibat perbuatannya sehingga menimbulkan akibat yang dapat diancam dengan undang-undang. Dalam pandangan pertama, kesalahannya terletak pada pemikiran atau pandangan yang salah, sedangkan pandangan kedua adalah tidak mempertimbangkan sama sekali akibat yang mungkin terjadi.

Dalam hal ini, Van Hamel menjelaskan bahawa tidak ada penyelidikan, kemahiran atau usaha pencegahan yang dapat dilihat dalam keadaan tertentu atau dalam cara sesuatu dilakukan.

Kemampuan Bertanggungjawab

Jadi yang menjadi pokok pemeriksaan dan penilaiannya bukanlah pikiran terdakwa, melainkan apa yang telah dilakukan atau dilakukan oleh terdakwa sendiri. Memorie van Toelichting tidak menjelaskan “toerekeningsvatbaar heid”, namun mempunyai penjelasan negatif yaitu “tidak dapat mempertanggungjawabkan”. Pelaku tidak diberikan kebebasan untuk memilih antara melakukan atau tidak melakukan apa yang dilarang atau diwajibkan oleh undang-undang, dengan kata lain dalam hal perbuatan terpaksa;

Pelaku berada dalam keadaan tertentu, sehingga tidak dapat menyadari bahwa perbuatannya melawan hukum, dan tidak memahami akibat dari perbuatannya, dengan kata lain ada keadaan kejiwaan, seperti gila, sesat, dan lain sebagainya. pada tanggal 23. Ketentuan undang-undang tersebut tidak memuat apa yang dimaksud dengan “tidak dapat memikul tanggung jawab”, hanya “alasan-alasan” yang ditemukan oleh pelaku tindak pidana, artinya perbuatannya tidak dapat dipertanggungjawabkan. dia. Alasan tersebut berupa keadaan biologis pribadi yang dirumuskan dengan kata-kata “jiwanya terhambat pertumbuhannya atau terganggu karena penyakitnya” (Pasal 44 KUHP)24.

Dari penjelasan para ahli di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan bertanggung jawab merupakan suatu keadaan kenormalan dan kematangan mental yang dilihat dari kemampuannya yaitu memahami akibat perbuatan, menyadari bahwa perbuatannya tidak diperbolehkan oleh masyarakat. , dan mampu menentukan kemauan untuk bertindak.

Tinjauan Umum Tentang Anak

Pengertian Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana

Anak yang melakukan tindak pidana sering juga disebut anak nakal atau nakal, yang berasal dari kata crime yang berarti kenakalan anak. Menurut Platt, yang dimaksud delinquency adalah perbuatan anak yang meliputi tindak pidana apabila dilakukan oleh orang dewasa, perbuatan yang melanggar peraturan negara atau masyarakat, perbuatan jahat yang tidak bermoral, membolos, berkata kasar dan tidak senonoh, tumbuh di jalanan dan bergaul. dengan orang-orang jahat yang mungkin akan memberikan pengaruh buruk bagi anak di kemudian hari25. Pengertian hukum (legal definition), yaitu pengertian yang memusatkan perhatian pada perbuatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh anak yang tergolong kejahatan.

Perbuatan yang tergolong kenakalan tentunya diatur dengan undang-undang, sehingga menurut pengertian hukumnya kenakalan adalah beberapa perbuatan yang apabila dilakukan oleh orang dewasa dianggap sebagai tindak pidana. Definisi peran (actor definition) adalah definisi yang menitikberatkan pada pelaku suatu perbuatan, yang kita klasifikasikan sebagai anak-anak atau nakal. Pengertian respon sosial (definisi berdasarkan respon masyarakat), yaitu pengertian yang menitikberatkan pada penilaian terhadap masyarakat sebagai anggota kelompok masyarakat yang menyikapi pelaku dan pada akhirnya menentukan apakah pelaku dan perbuatannya merupakan kenakalan atau bukan.

Tujuan dari peraturan yang dibentuk oleh masyarakat di lingkungan pelaku adalah untuk menjamin perlindungan dan akuntabilitas bagi pelanggar atau pelanggarnya26. Anak yang melakukan kejahatan akan diperlakukan berbeda dengan orang dewasa yang melakukan kejahatan. Hal ini didasari oleh perbedaan fisik, mental, dan sosial yang berada pada posisi yang lebih lemah dibandingkan orang dewasa sehingga harus diperlakukan tersendiri.

Tetap saja anak harus dilindungi dari tindakan-tindakan yang dapat menghambat perkembangannya, sehingga dapat digunakan undang-undang khusus bagi anak dalam perawatannya27. Perlindungan ini diperlukan karena anak merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai keterbatasan fisik dan mental. Hak untuk bertahan hidup, berupa hak anak untuk mempertahankan dan mempertahankan kehidupan, serta hak untuk memperoleh standar kesehatan yang setinggi-tingginya dan perawatan yang terbaik28.

Hak atas pertumbuhan dan perkembangan (development right) mencakup segala bentuk pendidikan (formal dan non-formal) dan hak untuk memperoleh taraf hidup yang memadai bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial anak29. Hak untuk berpartisipasi (participation right), yaitu hak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang menyangkut anak30.

Pengaturan Sanksi Pidana Bagi Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 71 ayat (1):Pidana pokok bagi anak terdiri atas

KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)

Unsur-Unsur Tindak Pidana Aborsi

Unsur-unsurnya antara lain: seorang perempuan yang dengan sengaja menggugurkan atau mengakhiri kehamilannya atau menyuruh orang lain melakukannya; Seseorang yang mempunyai kewenangan atau kualitas tertentu dalam melakukan aborsi, seperti tabib, tabib, dukun, atau apoteker. Indikasi keadaan darurat medis yang terdeteksi pada tahap awal kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, menderita penyakit genetik serius dan/atau cacat lahir, atau yang tidak dapat diperbaiki, dengan mempersulit . agar bayi dapat hidup di luar kandungan;

Sebelum usia kehamilan 6 (enam) minggu, dihitung sejak hari pertama haid terakhir, kecuali dalam keadaan darurat medis; Dari tenaga kesehatan yang mempunyai keterampilan dan wewenang yang mempunyai sertifikat yang ditetapkan oleh menteri; Menurut Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab;

Dasar Hukum Tindak Pidana Aborsi

konseling pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang; Berdasarkan Bab XIX KUHP, Indonesia melarang aborsi dan sanksi hukumnya cukup berat. Hukuman tersebut tidak hanya ditujukan kepada perempuan yang bersangkutan saja, melainkan seluruh pihak yang terlibat dalam tindak pidana tersebut.

Perbuatan aborsi menurut KUHP di Indonesia dikategorikan sebagai tindak pidana atau dikategorikan sebagai kejahatan terhadap nyawa. Pasal 229 ayat (1): “Barangsiapa dengan sengaja merawat seorang perempuan atau menyuruhnya dirawat, memberitahukan atau memberi harapan kepadanya bahwa kehamilannya akan terhenti karena pengobatan itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.” atau denda sebanyak-banyaknya tiga ribu rupee”35; Pasal 346: “Seorang perempuan yang dengan sengaja menggugurkan atau mengakhiri kehamilannya atau menyuruh orang lain melakukannya, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

Pasal 347 ayat (1): “Barangsiapa dengan sengaja mengakhiri atau mengakhiri kehamilan seorang perempuan tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.” Pasal 348 ayat (1): “Barangsiapa dengan sengaja mengakhiri atau mengakhiri kehamilan seorang perempuan atas persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan”36. Pasal 349: “Jika seorang tabib, bidan, atau apoteker turut serta melakukan kejahatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 346, atau melakukan atau turut serta dalam salah satu kejahatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 347 dan Pasal 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat berupa ditingkatkan oleh pihak ketiga dan dapat dicabut haknya untuk melakukan penggeledahan di tempat kejahatan itu dilakukan.”

Penyedia aborsi, yaitu tenaga medis, atau dukun, atau orang lain yang diancam pidana paling lama 4 tahun lebih sepertiga, dan dapat pula ditolak hak prakteknya; Orang yang terlibat langsung dan menyebabkan aborsi dihukum dengan hukuman yang bervariasi37. Indikasi keadaan darurat medis yang ditemukan pada awal kehamilan, baik keadaan darurat yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, menderita penyakit genetik serius dan/atau kelainan bawaan, atau keadaan darurat yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi ibu untuk melahirkan. hidup di luar rahim; atau.

Kehamilan yang mengancam kehidupan dan kesehatan janin, termasuk menderita penyakit genetik serius dan/atau cacat lahir, atau tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan anak untuk hidup di luar kandungan.

Jenis-Jenis Tindak Pidana Aborsi

Aborsi Spontan atau Alami

Artinya, penghentian kehamilan yang disengaja dengan cara apa pun sebelum usia kehamilan penuh yaitu 20 minggu dapat bersifat terapeutik atau non-terapeutik. Ini adalah suatu kondisi perdarahan intrauterin yang terjadi dengan pelebaran serviks yang terus menerus dan progresif, namun tanpa keluarnya hasil konsepsi sebelum minggu ke-20 kehamilan. Di dalam rahim sebelum usia kehamilan penuh 20 minggu, namun hasil konsepsi tertahan di dalam rahim selama 8 minggu atau lebih.

Aborsi Provokatus

Indikasi untuk melakukan aborsi provocatus therapeuticum harus ditentukan oleh minimal dua orang dokter spesialis, satu dari dokter spesialis kandungan dan satu lagi dari dokter penyakit dalam atau ahli penyakit jantung. Merupakan aborsi yang dilakukan dengan sengaja, baik oleh ibu atau oleh orang lain dengan persetujuan ibu hamil. Hal ini dilakukan karena alasan tertentu, misalnya saja mereka malu hamil karena hamil di luar nikah.

Jenis Penelitian

Sumber Bahan Hukum

Penelitian ini menggunakan ruang lingkup dogmatika hukum, dimana sesuatu pada tataran dogmatika hukum menjadi suatu permasalahan hukum, apabila permasalahan tersebut menyangkut ketentuan hukum yang relevan dengan fakta yang ada.40. Publikasi hukum meliputi buku teks, kamus hukum, jurnal hukum dan komentar terhadap putusan pengadilan.42. Bahan non hukum berupa buku-buku ilmu politik, ekonomi, sosiologi, filsafat, kebudayaan atau laporan penelitian non hukum dan jurnal non hukum sepanjang relevan dengan topik penelitian43.

Metode Pendekatan Masalah

Analisis Bahan Hukum

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, pada Pasal 28 ayat (1) Undang- undang Informasi dan Transaksi Elektronik yang berbunyi : “Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak

Tiga pokok permasalahan hukum pidana yang terdapat dalam pasal 344 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tersebut yaitu: pertama adanya perbuatan yang dilarang yaitu menghilangkan

Tindak pidana pencurian sebagaimana yang dirumuskan dalam pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa “ barangsiapa mengambil barang sesuatu,

Tetapi dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana, terdapat aturan yang mengatur perihal PHPEXND KDO \DQJ EHUVLIDW UDKDVLD 'LNDWDNDQ EDKZD ³Barang siapa dengan sengaja membuka

Pasal 221 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyebutkan, barang siapa dengan sengaja menyembunyikan orang yang melakukan atau dituntut karena kejahatan, termasuk memberikan

Adapun unsur yang termaktub dalam Pasal 289 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dapat dilihat bahwa unsur-unsur terpenuhinya terjadinya tindak pidana perbuatan

21 I Ketut Sukartayasa, 2010, “Abortus Provocatus Ditinjau Dari Segi Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Kajian dari Peniadaan Hukuman

Tindak pidana pemerkosaan tentunya telah diatur dalam Kitab Undang- undang Hukum Pidana Islam KUHP Pasal 285 yang berbunyi, sebagai berikut: “Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman