• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - Repository UHN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I - Repository UHN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

Perkembangan hukuman mati di Indonesia tidak lepas dari struktur sosial budaya masyarakat yang berkaitan dengan perasaan. Mereka yang tidak setuju dengan hukuman mati harus mempunyai argumentasi yang komprehensif, logis dan dapat dipertanggungjawabkan. Salah satunya dalam peraturan perundang-undangan nasional adalah KUHP yang memuat aturan dasar, termasuk hukuman mati.

Sedangkan menurut Koesparmono Irsan (GRANAT), hukuman mati merupakan pilihan seseorang. 1010 Karena peraturan perundang-undangan mengatur hukumannya sesuai undang-undang. Hukuman mati yang dikembangkan dari prinsip humanisme dalam lingkup penologi diwajibkan sebagai hukuman mati. Dari pendekatan sejarah dan teori, pidana mati merupakan pengembangan dari teori absolut dalam hukum pidana.14 Teori ini mengajarkan tentang pentingnya efek jera dalam pemidanaan.

Dari pendekatan historis dan teoritis tersebut, hukuman mati telah menjadi wacana mengenai kelebihan dan kekurangan di Indonesia dari dulu hingga saat ini. Hak untuk hidup, sebagai isu sentral yang digunakan dalam memperjuangkan hukuman mati, bukanlah satu-satunya isu yang diangkat sehubungan dengan penghapusan hukuman mati. Pada dasarnya isu sentral hukuman mati tidak lepas dari pernyataan Beccaria16 yang erat kaitannya dengan gagasan hak asasi manusia.

Sebarang tindakan yang melanggar hak individu masyarakat akan dibalas oleh kerajaan, termasuk hukuman mati.

Sejarah Pidana Mati

  • Abad Pertengahan dan Permulaan Zaman Baru
  • Zaman Modern Hingga Abad Ke-20
  • Pengertian Hak Asasi Manusia
  • Hukuman Mati di Indonesia

Dari sudut pandang ekonomi, hukuman mati lebih murah dibandingkan hukuman seumur hidup. Beberapa data perbandingan menunjukkan bahwa jumlah kejahatan berat yang dapat dihukum mati lebih rendah di negara-negara yang menerapkan hukuman mati dibandingkan di negara-negara yang melarang hukuman mati.20. Di Swiss, hingga sekitar tahun 1400, hukuman mati masih dilakukan dengan cara memenjarakan terpidana di dalam peti besi dan menusuknya dengan tombak.

Penyembelihan, penggundulan hutan, pemenggalan kepala dan merobek tubuh menjadi empat bagian juga merupakan metode pelaksanaan hukuman mati yang digunakan pada abad-abad sebelumnya. Pemerintah Federal mengizinkan hukuman mati dilaksanakan sesuai dengan metode yang diadopsi oleh negara bagian di mana hukuman mati dilaksanakan. Perkembangan hukuman mati di berbagai negara sangat bergantung pada politik hukum dan politik kriminal di negara yang bersangkutan.

Secara internasional, 136 negara masih menerapkan hukuman mati, meski dalam 10 tahun terakhir sebagian besar negara sudah tidak lagi menerapkan hukuman mati. Awal mula adanya hukuman mati di Indonesia secara sejarah diatur secara hukum dalam KUHP yang sebagian besar berasal dari Belanda yaitu (Wetboek van Strafrecht). Di Belanda, hukuman mati telah dihapuskan sejak tahun 1870, kecuali pada saat perang.24 Sementara itu, Indonesia masih mengakui dan mempertahankan keberadaan hukuman mati dalam beberapa undang-undang.

Indonesia tidak mengikuti penghapusan hukuman mati di Belanda karena beberapa pertimbangan seperti yang disampaikan Satochid Kartanegara yaitu. Sahetapy menyebut kebijakan ini merupakan tindakan diskriminasi karena hukuman mati hanya masuk dalam Wetboek van Strafthrect (KUHP), sedangkan di Belanda tidak berlaku 26 . 1) Hukuman mati yang lama. Pada masa Kerajaan Majapahit, hukuman mati merupakan salah satu hukuman utama yang dapat dijatuhkan kepada pelakunya.

Lihat juga Rudy Satriyo Mukantardjo, Makalah Akademik Peraturan Perundang-undangan Tentang RPP Penerapan Hukuman Mati di Indonesia (Jakarta: BPHN Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2004), hal. Seseorang yang melanggar hukum adat juga dapat dikenakan sanksi berupa hukuman mati yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi yaitu dengan ilmu hitam.27. 27 Andi Hamzah, Laporan Akhir Tim Kajian Hukum Hukuman Mati di Indonesia (Jakarta: BPHN Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2003), hal.

Satu-satunya hukuman yang dijatuhkan dalam kasus ini adalah hukuman mati.31 Hukuman mati juga dijatuhkan kepada orang-orang yang melanggar sistem perkawinan eksogami. Terdapat dua peraturan yang mengatur tentang hukuman mati, yaitu Pasal 11 KUHP yang mengatur tentang hukuman mati dengan cara digantung, dan satu peraturan yang diundangkan oleh pemerintah Jepang yang mewajibkan hukuman mati dilakukan dengan cara regu tembak.

Beberapa Metode Eksekusi Mati

Meskipun istilah ini terdapat dalam WvS Belanda maupun WvS Hindia Belanda (KUHP), namun belum ada penjelasan resmi mengenai apa yang dimaksud dengan staffbaarfeit, oleh karena itu para ahli hukum mencoba memberikan pengertian terhadap istilah tersebut. Jenis-jenis tindak pidana yang terdapat dalam KUHP sebagai sumber utama hukum pidana telah menguraikan jenis-jenis tindak pidana, sebagaimana dirumuskan dalam pasal 10 sampai dengan 43 KUHP, yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu pidana pokok dan pidana tambahan. Hukuman pokoknya terdiri dari hukuman mati, penjara, penjara, denda dan hukuman pidana.

Sedangkan pidana tambahan terdiri atas pencabutan hak tertentu, tindak pidana perampasan barang tertentu, dan tindak pidana mengumumkan putusan hakim. Dalam bahasa Belanda disebut “Straf”, dalam bahasa Inggris disebut “Penalty” yang artinya “hukuman”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukuman mempunyai dua arti. Pertama, penyiksaan dan sebagainya yang dikenakan kepada orang yang melanggar hukum dan sebagainya. Sejak pengukuhan kedaulatan hingga saat ini, hukuman mati dilaksanakan berdasarkan hukum acara peradilan militer yang selalu dilakukan dengan cara menembak.

2 yang mengatur bahwa pelaksanaan pidana mati yang dijatuhkan oleh pengadilan di lingkungan peradilan umum atau peradilan militer dilakukan dengan regu tembak, pidana mati apabila tidak ada ketentuan lain dari Menteri Kehakiman dilaksanakan. di suatu tempat di daerah hukum pengadilan yang memberikan putusan pada tingkat pertama. Sedangkan pidana mati yang dijatuhkan kepada beberapa orang dalam satu putusan dilaksanakan secara serentak pada waktu dan tempat yang sama, kecuali ada keadaan-keadaan yang tidak memungkinkan hal tersebut.33 Sampai saat ini, terdapat beberapa cara pelaksanaan pidana mati yang disetujui. negara. , itu adalah. Banyak eksekusi yang dilakukan di Indonesia dengan menggunakan senjata api yang dilakukan oleh regu tembak.

Selain itu, hukuman mati dengan regu tembak juga mempercepat kematian karena peluru diarahkan langsung ke jantung yang ditandai sebagai sasaran. Eksekusi dengan cara disuntik dinilai lebih manusiawi karena rasa sakit yang dirasakan hanya saat jarum ditusukkan ke tubuh narapidana. Faktor lain yang dapat menghambat eksekusi suntikan adalah bahwa para narapidana juga takut disuntik karena mereka sebelumnya kecanduan obat-obatan terlarang.

Teori-Teori Yang Berkaitan Dengan Pidana Mati

Permasalahan sebenarnya berkisar pada pengertian dan tujuan hukuman.37 Dilihat dari tujuannya, teori-teori tentang hukuman dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu teori absolut (retribution theory), teori relatif (goal theory) dan teori gabungan. Hukuman dianggap sebagai pembalasan yang adil atas kerugian yang ditimbulkan, oleh karena itu teori ini disebut juga teori proporsionalitas.38 Hukuman tidak harus mempunyai tujuan lain selain kejahatan itu sendiri. Menurut teori absolut, setiap kejahatan harus diancam dengan hukuman, tanpa memperhatikan akibat yang mungkin timbul dari penjatuhan hukuman tersebut.

Teori yang dianut Kant dan Hegel, sarjana Jerman ini hanya melihat masa lalu tanpa memperhatikan masa depan. Dalam bukunya Philosophy of Law, Kant mengatakan bahwa hukuman tidak pernah dilakukan semata-mata sebagai sarana untuk memajukan tujuan/barang lain bagi pelaku atau masyarakat, tetapi harus dijatuhkan karena yang bersangkutan telah melakukan kejahatan. 40 Bambang Poernomo, Ancaman Hukuman Mati dalam Hukum Pidana di Indonesia, edisi pertama (Yogyakarta: Liberty, 1982), hal.

Semua kejahatan didasarkan pada pandangan bahwa kejahatan harus dibalas atau didasarkan pada asumsi bahwa orang lain harus dibuat takut untuk melakukan kejahatan (pencegahan umum) atau untuk menghalangi pelakunya melakukan tindakan tersebut (pencegahan khusus).43. Namun penderitaan yang diakibatkan oleh hukuman harus mempunyai batasan yang sesempit mungkin, dan hukuman harus memberikan kontribusi terhadap proses penyesuaian kembali terpidana terhadap masyarakat. Selain itu, hukuman yang dijatuhkan tidak boleh melebihi kesalahan terdakwa, meskipun dengan alasan preventif apapun.

45 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Kejahatan dan Hukuman, (Semarang: Badan Pembekalan Materi Kuliah FH UNDIP, 1994), hal. 47. Hukuman melihat ke belakang: ini adalah teguran murni dan tidak bertujuan untuk memperbaiki, mendidik atau mensosialisasikan kembali pelakunya. Menurut teori relatif atau obyektif, pemidanaan dijatuhkan bukan atas kejahatan itu sendiri, melainkan untuk tujuan kemaslahatan, yaitu perlindungan atau pengasuhan masyarakat agar terjamin kesejahteraannya.

Para ahli yang membela pencegahan umum berpendapat bahwa pemerintah berwenang menjatuhkan sanksi pidana untuk mencegah masyarakat melakukan tindak pidana. Ancaman hukuman menimbulkan tekanan mental dan secara artifisial menimbulkan motif tandingan yang membuat orang enggan melakukan kejahatan. Menurut teori gabungan, hukuman adalah retribusi karena melanggar suatu norma serta melatih narapidana agar berguna dalam masyarakat.

Retribusi memang menjadi dasar pembenaran pidana, namun ketika kita menjatuhkan suatu tindak pidana, kita harus selalu mempertimbangkan apa yang dapat dicapai dengan tindak pidana tersebut. Hukumannya sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan dan beratnya hukuman tidak boleh melebihi beratnya pelanggaran.

Ruang Lingkup Penulisan

Metode pendekatan masalah

Sumber Bahan Hukum

Yakni materi yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap materi primer dan sekunder, misalnya kampus hukum, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan sebagainya. Untuk memperoleh informasi terkini yang erat kaitannya dengan permasalahan, maka literatur yang dicari dan dipilih harus relevan dan terkini. Yakni materi yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya internet dan kamus-kamus yang berkaitan dengan hukum.

Untuk memperoleh informasi terkini yang berkaitan erat dengan permasalahan, maka literatur yang dicari dan dipilih harus relevan dan terkini.

Metode Pengumpulan Data

Metode Analisis Data

Analisis bahan hukum

Referensi

Dokumen terkait

Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Op.. pendapat para ahli hukum dapat disimpulkan bahwa dengan rumsuan seperti itu berarti pasal-pasal tersebut

Menurut Sudarto: “Pidana adalah nestapa yang diberikan oleh negara kepada seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang (hukum pidana), sengaja agar dirasakan

Makna dari rumusan perbuatan menarik diri untuk selamanya apabila dicermati dari kewajibankewajiban dinasnya, secara sepintas perbuatan tersebut menunjukkan bahwa anggota militer yang

Terkait dengan masalah pertanggungjawaban pidana, Ruslan Saleh menyatakan Roeslan Saleh, 1983: “Seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakan pidana harus memenuhi kriteria,

“Pasal 506 KUHP berbunyi barang siapa yang menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang wanita dan menjadikannya sebagai pencarian, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu

Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah cara menentukan suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai kejahatan atau tindak pidana.1 Menurut Sutherland, kejahatan adalah perilaku

Akibat Hukum Force Majeure Akibat hukum dari terjadinya Force Majeure berdasarkan Pasal 1244 dan Pasal 1245 KUH Perdata menyatakan bahwa dalam hlm debitur yang tidak dapat memenuhi

Roeslan Saleh di dalam bukunya Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana mengatakan bahwa tiga unsur kesalahan itu tidak dapat dipisah-pisahkan, yang satu tergantung pada yang lain