1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pandemi Covid-19 telah memberikan perubahan dalam dunia pendidikan.
Pendidikan yang merupakan bentuk dari usaha secara sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi dari diri peserta didik dengan menciptakan suasana belajar yang aktif kini mengalami perubahan. Pendidikan yang biasa didominasi oleh pembelajaran di dalam ruang kelas sekolah kini berubah menjadi pembelajaran di dalam jaringan (Daring). Kegiatan pembelajaran dan aktivitas yang sebelumnya di sekolah diubah menjadi aktivitas yang berlangsung di rumah.
Pemerintah terus berupaya melakukan perbaikan dan perubahan dalam mencapai tujuan pendidikan salah satunya melalui kegiatan belajar dari rumah.
Wujud dari kegiatan belajar dari rumah adalah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dalam jaringan. Pengertian pendidikan jarak jauh di dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 yaitu pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi dan media lain. Setelah pasca pandemi Covid-19 pembelajaran jarak jauh berganti menjadi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas. Pembelajaran tatap muka terbatas tidak sama dengan tatap muka seperti sebelum ada pandemi di sekolah.
Pembelajaran tatap muka terbatas melaksanakan protokol kesehatan yang ketat dan jam pembelajaran dibatasi sehingga peserta didik masih melakukan kegiatan pembelajaran tambahan jarak jauh dari rumah.
Pendidikan saat ini berhubungan dan tidak lepas dari penggunaan teknologi.
Untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang jarak jauh, maka teknologi merupakan kebutuhan pokok pada pembelajaran yang sejalan dengan penggunaan kurikulum 2013. Di abad 21 teknologi terintegrasi di dalam sistem pendidikan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus bergerak dan pesat, membuat dunia pendidikan harus menyesuaikan dan menyeimbangkan perubahan salah satunya kecanggihan teknologi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik lagi (Fahrezi dan Susanti, 2021).
Dalam mengimplementasikan pembelajaran yang beradaptasi dengan teknologi yang dikenal dengan e-learning, salah satu contoh penerapannya adalah penggunaan sumber belajar yaitu bahan ajar. Menurut Pratama (2020:473) bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Dikarenakan pembelajaran menggunakan teknologi maka saat ini ditemukan bahan ajar yang difasilitasi dengan basis elektronik.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti SMPN 16 Tanjungpinang, bahan ajar elektronik yang dipakai berupa video, blog, LKPD, Powerpoint, modul. Guru berusaha memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran salah satunya menggunakan modul. Namun saat diimplementasikan peserta didik sering kali mengalami masalah terkait pembelajaran daring menggunakan bahan ajar yang dipakai. Hal ini disebabkan oleh tidak banyaknya waktu yang dimiliki oleh guru untuk membuat bahan ajar yang bervariasi. Peserta didik juga kesulitan memahami materi karena bahan ajar yang dipakai berupa teks narasi dengan kurang
menarik untuk dibaca, serta bahan ajar tidak dibuat sendiri oleh guru dan tidak ada dukungan dari buku bacaan di sekolah sehingga menyebabkan minat membaca peserta didik menjadi berkurang, dan mempengaruhi kemampuan dan hasil belajar peserta didik, salah satunya pada materi aritmatika sosial.
Aritmatika sosial yang diajarkan di kelas VII SMP pada semester genap.
Aritmatika sosial merupakan materi yang berkaitan nyata dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari, misalnya mengenai harga jual dan harga beli, untung dan rugi, dan sebagainya. Aritmatika sosial juga termasuk salah satu materi matematika yang membutuhkan penanaman konsep untuk memahami soal terutama bentuk soal cerita. Dari hasil temuan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di sekolah SMPN 16 Tanjungpinang, didapatkan bahwa peserta didik tidak memahami materi aritmatika sosial dengan baik disebabkan oleh peserta didik tidak dapat menempatkan rumus yang tepat pada konsep soal materi aritmatika sosial.
Dibuktikan dari hasil penilaian harian yang tidak mencapai standar ketuntasan belajar minimal (KBM) yaitu 65, peserta didik pada kelas VII-B mendapatkan rata- rata penilaian harian yaitu 59,13 dengan jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 17 dari 32 peserta didik. Hal ini dipengaruhi oleh faktor yang telah dipaparkan oleh peneliti di atas.
Permasalahan yang ditemukan juga terkait dengan akses internet, keterbatasan media pembelajaran. Fakta diatas sejalan dengan penelitian Irwanti, H., et al., (2021:104) yang menemukan permasalahan bahwa guru disekolah jarang memberikan bahan ajar yang dibuat oleh dirinya sendiri, dalam pemberian latihan soal kepada peserta didik, guru lebih sering memanfaatkan dan menggunakan buku
panduan yang sudah tersedia di sekolah. Guru lebih memberikan materi kepada siswa melalui buku dengan cara memfotokan kemudian dikirimkan kepada peserta didik sehingga keterbatasan guru mengeksplor yang membuat peserta didik kesulitan dalam pembelajaran (Fauzy dan Nurfauziah, 2021). Dikarenakan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa kualitas bahan ajar yang tersedia belum baik, sehingga perlu adanya pembaharuan dan inovasi terhadap bahan ajar yang digunakan.
Modul merupakan salah satu contoh bentuk bahan ajar. Modul dapat digunakan oleh peserta didik tanpa atau dengan bimbingan pendidik dan secara mandiri untuk pembelajaran (Wahyuni et al., 2020). Namun modul yang berkembang dalam bentuk cetak. Modul cetak cenderung monoton dan hanya memuat teks dan gambar saja (Herawati dan Muhtadi, 2018). E-Learning memfasilitasi bahan ajar yang dapat diakses melalui ponsel, dan laptop/komputer yang terhubung oleh jaringan. Pembaharuan bahan ajar pada E-learning yang digunakan selama pembelajaran salah satunya adalah e-modul.
E-modul merupakan modul yang bentuk umumnya adalah kertas yang kemudian diubah ke dalam bentuk versi elektronik yang penggunaannya dapat digunakan kapan saja, dimana saja, dan diakses dengan bantuan internet. Dari penelitian Bela et al., (2021:393) didapatkan bahwa peserta didik tidak mampu memahami materi dari buku belajar dikarenakan materi yang kurang rinci, sehingga adanya penggunaan modul menunjukkan hasil yang lebih baik daripada buku belajar yang tersedia. Hal ini dikarenakan modul memiliki susunan sistematika yang rapi dan didesain dengan menarik. Dari penelitian Murod et al., (2021) modul
dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep materi, sehingga modul dapat menjadi solusi untuk peserta didik dapat memahami materi, terkhusus aritmatika sosial.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti di sekolah, e-modul hanya dituangkan di dalam bentuk format PDF pada smartphone yang dikirim melalui whatsapp. Dari hasil temuan Susanti dan Sholihah (2021:39), peserta didik yang belajar secara daring lebih menyukai materi yang disajikan di dalam smartphone, karena tugas- tugas yang dikirimkan oleh gurunya melalui whatsapp berupa materi dan video, namun mereka lebih menyukai video karena lebih menarik dan lebih fokus belajar daripada membaca materi. Temuan Susanti dan Sholilah diatas sejalan dengan hasil wawancara peneliti, dimana peneliti mendapatkan informasi dari sekolah bahwa peserta didik menyukai materi yang disajikan dengan tampilan gambar, video, dan animasi yang menarik.
E-modul berbasis android tidak akan monoton hanya dengan teks saja, tetapi dengan unsur yang lain seperti video, gambar yang dapat menarik perhatian. Sejalan dengan penelitian Dwiranata et al., (2019:4) pengembangan yang dilakukannya menghasilkan produk media pembelajaran matematika interaktif berbasis android berupa modul yang disajikan dalam bentuk aplikasi dan dapat dioperasikan di smartphone. E-modul yang berkembang telah memiliki banyak variasi seperti di desain dengan tampilan menarik, penggunaan yang easy going, salah satunya berbentuk flip. Flipbook adalah sebuah tampilan buku elektronik yang mempunyai fungsi untuk membuka setiap halaman layaknya seperti sebuah buku. Aplikasi yang mendukung untuk membuat e-modul ialah Flip PDF Corporate. Aplikasi ini dapat
memuat gambar, video, audio dan tampilan flipbook sehingga e-modul lebih menarik. Dari hasil penelitian Susanti dan Sholihah (2021:42) bahwa penggunaan Flip PDF Corporate memiliki tampilan yang menarik dari segi hasil uji ahli media.
Hal ini juga dikemukakan oleh Fadilah dan Sulistyowati (2022:4017) bahwa aplikasi Flip PDF Corporate membantu pembuatan e-modul dalam bentuk flipbook dengan tampilan mobile yang dapat membantu membuat kesan yang baik.
Pada penelitian sebelumnya, beberapa peneliti telah melakukan penelitian terkait e-modul. Seperti penelitian dari Susanti dan Sholihah (2021) yang menghasilkan produk e-modul yang valid, praktis, dan efektif pada materi luas dan volume bola. Kemudian dari penelitian Jannah et al., (2020) yang menghasilkan e- modul dengan game quiziz didalamnya yang memenuhi kriteria valid, dan praktis.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Rahmatsyah dan Dwiningsih (2021) yang menghasilkan e-modul valid, praktis dan efektif dengan tampilan flipbook.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu peneliti menghadirkan komik strip dan video pembelajaran dalam e-modul yang dikembangkan. Dikarenakan, peneliti pada penelitian sebelumnya belum menghadirkan komik strip dan video yang dapat menambah kemenarikan dari e- modul. Berdasarkan hasil penelitian Subroto et al., (2020:139) komik strip dapat membuat peserta didik merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan video pembelajaran. Kemudian, video pembelajaran dari hasil penelitian yang dilakukan Purnama (2018:314) dapat menjadi referensi dan meningkatkan belajar peserta didik.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, peneliti perlu mengembangkan e-modul berbasis android yang diharapkan dapat menjadi sarana belajar siswa secara mandiri dan media belajar bagi siswa yang menarik dengan memanfaatkan teknologi. Penelitian dan pengembangan yang dilakukan ini berjudul “Pengembangan E-Modul Berbasis Android Menggunakan Flip PDF Corporate pada Materi Aritmatika Sosial Kelas VII SMP”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengembangan e-modul berbasis android menggunakan aplikasi Flip PDF Corporate pada materi aritmatika sosial kelas VII SMP yang valid dan praktis?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pengembangan e-modul berbasis android menggunakan aplikasi Flip PDF Corporate pada materi aritmatika sosial kelas VII SMP yang valid dan praktis.
D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Produk yang dikembangkan yaitu e-modul berbasis android menggunakan Flip PDF Corporate pada materi aritmatika sosial kelas VII SMP sebagai bahan ajar. Adapun spesifikasi produk e-modul yang dikembangkan pada penelitian ini yaitu :
1. E-modul yang dikembangkan disusun berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) 3.11 pada kurikulum 2013 revisi 2017 pada pelajaran matematika kelas VII SMP mengenai materi aritmatika sosial.
2. E-modul yang dikembangkan berbasis android yang dapat diakses melalui smartphone android.
3. E-modul yang dikembangkan dilengkapi dengan gambar, video, dan komik strip.
4. E-modul disajikan dalam bentuk flipbook.
5. E-modul yang dikembangkan dapat diakses secara online maupun offline.
6. E-modul yang dikembangkan berupa aplikasi dalam format .apk.
E. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik
Melalui pengembangan e-modul dapat menjadi sumber belajar yang mandiri dapat diakses melalui smartphone kapan saja dan dimana saja oleh peserta didik.
2. Bagi pendidik
Penelitian ini diharapkan mampu menambah contoh bahan ajar matematika terkhusus e-modul pada materi aritmatika sosial serta evaluasi untuk pembelajaran, pengembangan bahan ajar matematika lainnya.
3. Bagi peneliti lainnya
Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan pengembangan e-modul berbasis android sehingga dapat menjadi acuan untuk menghadapi permasalahan pendidikan dalam bidang matematika.
F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian
Adapun dalam penelitian ini, e-modul yang dikembangkan memiliki asumsi sebagai berikut :
1. Pendidik dan peserta didik memiliki smartphone dengan kapasitas yang memadai.
2. Pendidik dan peserta didik mampu mengakses dan mengoperasikan smartphone dengan baik.
Adapun dalam penelitian ini, e-modul yang dikembangkan memiliki keterbatasan yaitu :
1. E-modul ini tidak interaktif karena keterbatasan aplikasi pengembangannya, sehingga peserta didik membutuhkan alat tulis untuk mengerjakan latihan.
2. E-modul hanya dapat diakses melalui smartphone berbasis android.
3. Uji coba penelitian dilakukan hanya pada uji validitas dan praktikalitas pada produk yang dikembangkan.
G. Definisi Operasional
Beberapa definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan
Pengembangan dalam penelitian ini adalah mengembangkan produk berupa e-modul yang dapat digunakan oleh peserta didik sebagai sumber belajar.
2. E-modul
E-modul adalah salah bentuk bahan ajar yang berbentuk elektronik yang dapat dipakai dalam smartphone. E-modul dilengkapi dengan materi, video, gambar yang menarik.
3. Android
Sistem operasi mobile yang tumbuh di tengah sistem operasi lain. Android merupakan sistem yang berbasis linux terdapat pada smartphone.
4. Flip PDF Corporate
Flip PDF Corporate merupakan aplikasi untuk membuat dan membuka dokumen dengan format PDF dengan tampilan berbentuk flipbook yang dilengkapi dengan berbagai fitur pendukung seperti gambar, animasi, link, video, dan lainnya.
5. Valid
Valid merupakan suatu standar kualitas pada produk yang sudah sesuai dengan aturan dan standar yang semestinya. Validitas pada e-modul ditinjau dari hasil validasi para ahli melalui lembar validasi.
6. Praktis
Praktis merupakan penilaian produk dari segi pemakaian baik dari kemudahan, daya tarik, waktu, cara kerja. Kepraktisan ditinjau dari hasil penilaian oleh pengguna e-modul.