1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada kurikulum 2013 peserta didik dituntut untuk aktif dan mampu berkembang dengan baik dan memiliki karakter saintifik. Pendekataan saintifik yang dimaksudkan adalah siswa diarahkan untuk lebih aktif mencari tahu mengenai pelajaran serta mengumpulkan bermacam-macam referensi yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Hal tersebut dilandasi oleh Permendikbud No.103 Tahun 2014 pada ayat tujuh yang mengatakan bahwa dalam pengalaman belajar siswa dapat melakukan langkah atau urutan logis seperti mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, serta menyampaikan atau mengomunikasikan. Tidak hanya itu, dalam pendekatan saintifik proses pembelajaran membutuhkan hal lain yang dapat mendukung proses belajar mengajar, salah satunya ialah media pembelajaran yang dapat mempermudah siswa dalam proses pembelajaran dan siswa dapat memahami dan menikmati materi yang diajarkan dengan baik.
Arsyad (2017:3) mengatakan bahwa pendidik, peserta didik, dan lingkungan sekolah merupakan media. Maksudnya adalah media tersebut berperan sebagai mediator sesuai dengan fungsi serta perannya yang mengatur hubungan secara efektif dari dua belah pihak utama dalam proses belajar dari siswa dan isi dari pelajaran. Adanya penerapan media pembelajaran di dalam kelas, diharapkan guru lebih mudah dalam menyampaikan dan menjelaskan
materi yang diajarkan serta siswa dengan lebih mudah dalam memahami materi pelajaran yang dijelaskan. Media pembelajaran juga dapat membuat proses belajar mengajar tidak hanya berfokus pada guru tetapi siswa juga dapat terlibat secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.
Menurut Permendikbud RI No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, menyatakan bahwa standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa dalam proses pembelajaran harus dilakukan secara atraktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang peserta didik untuk berpasrtisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup untuk bisa mengembangkan kreativitas sesuai dengan bakat dan minat. Berdasarkan hal tersebut, agar memenuhi standar proses seperti yang diharapkan dalam Permendikbud di atas, maka guru diwajibkan untuk dapat memahami dengan baik tentang model, pendekatan, metode, dan strategi serta media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Di dalam kurikulum 2013 pada jenjang Sekolah Menengah Pertama kelas IX, terdapat Kompetensi Dasar berbasis teks, yaitu teks cerita pendek. Kegiatan pembelajaran pada materi tersebut mengacu pada kreativitas siswa dalam menggali ide dan mengembangkan kosakata dalam bentuk cerita yang kemudian dituankan dalam bentuk bahasa tulis. Hal tersebut karena teks cerita pendek merupakan teks yang berkaitan dengan imajinasi dan khayalan dari pengarang.
Kompetensi dasar ini dapat dilihat pada KD 3.5 dan 3.6, yakni tentang bagaimana mengidentifikasi struktur, aspek kebahasaan, dan unsur pembangun teks cerita
pendek yang benar. Hal tersebut dilakukan untuk melihat sejauh mana siswa menguasai KD yang ditetapkan.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan bersama seorang guru SMP Negeri 36 Batam, diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama dalam materi teks cerita pendek, hal yang menjadi kendala siswa adalah siswa sulit memahami KD yang ada, mulai dari mengindentifikasi struktur, aspek kebahasaan, dan unsur pembangun dari teks cerpen. Teks cerita pendek merupakan salah satu materi yang terdapat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Secara umum, teks cerita pendek menggunakan bahasa atau kalimat sehari-hari karena sesuai dengan topik cerpen yang lebih banyak cerita tentang kehidupan sehari-hari (Kosasih, 2018:255). Dalam praktiknya, pembelajaran teks cerita pendek akan banyak memberikan pesan- pesan moral yang dapat diterima oleh siswa, terlebih jika cerpen yang diceritakan mengandung amanat yang relevan dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Pembelajaran teks cerita pendek menuntut siswa untuk memahami tentang sebuah karya sastra dengan banyak membaca teks-teks cerita pendek melalui kegitan literasi dan memperhatikan kaidah-kaidah yang terkandung dalam cerita tersebut.
Tidak hanya itu, kurikulum teks cerita pendek juga terdapat dalam Kompetensi Dasar.
Salah satu tujuan pembelajaran adalah tercapainya hasil belajar yang baik.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 36 Batam adalah 75, namun hasil belajar yang diperoleh siswa masih rendah < 75. Hal ini dapat ditinjau dari nilai hasil ulangan harian
pada materi Teks Cerita Pendek. Oleh sebab itu, dibutuhkan upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa saat mengerjakan latihan soal agar hasil belajar menjadi lebih baik yaitu dengan menerapkan media pembelajaran berupa permainan yang dapat menghidupkan suasana belajar di kelas.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan bersama empat orang peserta didik kelas IX di SMP Negeri 36 Batam diperoleh informais bahwa ada beberapa kesulitan atau kendala yang dialami siswa dalam pembelajaran teks cerita pendek yaitu: (1) siswa kesulitan dalam menentukan topik di dalam teks cerita pendek, siswa lebih banyak menggunakan topik yang sama. Menentukan topik menjadi hal yang cukup sulit, apalagi jika siswa kurang memiliki kreatifitas dan tidak memiliki imajinasi yang menarik. (2) Siswa kesulitan dalam menentukan struktur yang ada pada teks cerita pendek dan kaidah kebahasaan teks cerita pendek. (3) siswa kesulitan mengembangkan ide dan menuangkannya melalui tulisan. (4) kemudian, penggunaan media yang diterapkan guru pada proses pembelajaran hanya menggunakan media papan tulis dan power point.
Tidak hanya itu, guru juga lebih sering menggunakan buku LKS atau Lembar Kerja Siswa sebagai patokan dalam mengajar. Hal ini tentu saja menimbulkan kebosanan dari siswa, apalagi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang terfokus pada membaca teks panjang. Dari beberapa kesulitan yang dipaparkan di atas, banyak ditemukan hasil teks cerita pendek yang dibuat oleh siswa terkesan asal-asalan dan masih banyak siswa yang kurang tertarik dengan materi yang terdapat pada teks cerita pendek. Namun, kesulitan yang dialami tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kualitas pembelajaran melibatkan komponen-komponen di dalamnya yaitu: pendidik, peserta didik, dan cara belajar yang sesuai. Berdasarkan hasil wawancara pertama yang telah dilakukan di SMP Negeri 36 Batam, diketahui guru masih ada menggunakan yang cara mengajar dengan metode satu arah yang tentunya dapat menyebabkan kejenuhan dari peserta didik. Cara mengajar dengan metode ceramah dan media seadanya serta guru yang lebih aktif daripada siswa menjadi cara mengajar yang dianggap paling mudah dan tidak sulit untuk dilakukan. Hal tersebut dapat menyebabkan karakter siswa menjadi tidak berkembang dan tidak kreatif. Sementara itu, kurikulum 2013 menuntut siswa untuk lebih berperan aktif dibanding guru, karena dengan keaktifan siswa tentunya dapat mendorong siswa untuk lebih berpikir kritis dan mampu lebih kreatif.
Proses belajar mengajar yang efektif dapat diwujudkan dengan mempersiapkan sebuah rencana pembelajaran yang matang dan baik. Begitu pula dalam memilih media yang akan diterapkan atau digunakan dalam proses pembelajaran, tentunya juga memerlukan dan membutuhkan planning (rencana) yang baik pula (Arsyad, 2017:67). Maksudnya adalah proses pembelajaran akan berjalan secara efektif jika kesiapan guru dan hal yang mendukung proses pembelajaran telah disiapkan sesuai dengan perencanaan yang baik. Namun, jika dilihat kenyataan di lapangan, menunjukkan bahwa kesiapan guru dalam merencanakan dan menyiapkan media pembelajaran masih sangat minim.
Sebenarnya banyak dan beragam media pembelajaran yang bisa diterapkan, salah satunya adalah media games atau permainan. Permainan dalam
pembelajaran memungkinkan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran karena mengajak siswa untuk belajar sekaligus bermain. Terdapat banyak jenis permainan yang dapat dijadikan sebagai media untuk proses belajar mengajar, salah satunya adalah permainan ular tangga.
Menurut Sadiman dalam (Farid, 2017:9) ular tangga termasuk media permainan. Pada permainan ular tangga terdapat adanya gambar yang berfungsi menyampaikan pesan melalui gambar yang menjadi fokus indera penglihatan sehingga dapat menjadi daya tarik dan menggambarkan sebuah fakta atau informasi Kustandi dan Sutjipto dalam (Farid, 2017:10). Dengan kata lain, permainan ular tangga dapat menarik perhatian karena memiliki gambar yang mampu menyampaikan pesan yang terlihat oleh mata. Media permainan ular tangga sendiri telah banyak diterapkan di berbagai kegiatan termasuk kegiatan belajar mengajar, karena permainan ular tangga melibatkan seluruh peserta didik untuk aktif dan dapat bermain sambil belajar melalui media ular tangga.
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, yang menjadi acuan peneliti adalah materi teks cerita pendek dengan menerapkan media pembelajaran berupa permainan ular tangga. Dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan media permainan dalam kegiatan pembelajaran diharapkan akan sangat membantu proses belajar mengajar dan membangkitkan semangat siswa untuk dapat belajar dengan cara yang lebih seru dan menarik, khususnya dalam materi teks cerita pendek. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk dilakukan dan peneliti mengangkat judul penelitian ini “Pengembangan Media Pembelajaran Ular
Tangga Cerpen Pada Pembelajaran Teks Cerita Pendek Siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri 36 Batam Tahun Ajaran 2022/2023”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengembangan media pembelajaran Ular Tangga Cerpen pada pembelajaran teks cerita pendek siswa kelas IX SMP Negeri 36 Batam Tahun Aajaran 2022/2023?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengembangan media pembelajaran Ular Tangga Cerpen pada pembelajaran teks cerita pendek siswa kelas IX SMP Negeri 36 Batam Tahun Ajaran 2022/2023.
1.4 Spesifikasi Produk
Spesifikasi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebuah pengembangan media pembelajaran permainan ular tangga pada pembelajaran teks cerita pendek siswa kelas IX SMP Negeri 36 Batam Tahun Ajaran 2022/2023 sebagai penunjang proses belajar mengajar di dalam kelas. Adapun produk yang diterapkan dalam penelitian ini, berupa:
1. Media permainan ular tangga cerpen ini disajikan dalam bentuk permainan ular tangga yang dilengkapi dengan gambar dan komponen yang berisi soal-soal materi teks cerita pendek.
2. Lebih praktis dan mudah dibawa kemana-mana.
Kelengkapan media permainan ular tangga dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1 Perlengkapan Media Permainan Ular Tangga Cerpen
No. Nama Perlengkapan Jumlah
1 Papan ular tangga 1
2 Bidak/pion 4
3 Dadu 1
4 Amplop soal 20
5 Amplop kesempatan dan Materi 6
6 Panduan penggunaan 1
3. Permainan diawali dengan START, kemudian setiap kotak akan diisi dengan soal yang harus diselesaikan oleh siswa.
4. Buku panduan memuat berbagai informasi atau keterangan tentang komponen permainan media ular tangga atau bisa disebut tata cara bermain permainan ular tangga
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak di antaranya:
1. Peserta didik
Dapat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran, peserta didik dapat terlibat aktif dan meningkatkan minat peserta didik dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media permainan.
2. Guru
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi guru untuk menciptakan suasana belajar di dalam kelas yang menyenangkan di masa mendatang dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk menerapkan media pembelajaran yang sesuai.
3. Peneliti lainnya
Dapat menjadi tambahan pengetahuan baru bagi peneliti lain tentang pengembangan media pembelajaran permainan dengan menerapkan inovasi dan gagasan yang berbeda.
1.6 Asumsi dan Keterbatasan Penelitian 1.6.1 Asumsi
Pengembangan media pembelajaran permainan ular tangga pada materi teks cerita pendek siswa kelas IX SMP Negeri 36 Batam Tahun Ajaran 2022/2023 memiliki beberapa asumsi, yaitu:
1. Pendidik dan peserta didik sudah familiar atau terbiasa dengan permainan ular tangga.
2. Seluruh peserta didik sudah mengetahui cara permainan dari ular tangga.
3. Mempermudah guru dalam proses pembelajaran teks cerita pendek agar siswa dapat terlibat aktif dengan media permainan ular tangga.
1.6.2 Keterbatasan Penelitian
1. Subjek penelitian hanya pada kelas IX SMP Negeri 36 Batam saja.
2. Materi yang disajikan sebatas materi tentang teks cerita pendek saja.
1.7 Definisi Istilah
Definisi istilah dibuat dalam penelitian ini agar terhindar dari kesalahpahaman makna-makna yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti memberikan definisi istilah sebagai berikut.
1. Pengembangan Media Pembelajaran
Pengembangan media pembelajaran merupakan sebuah proses yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dari sebuah produk dengan menggunakan berbagai teori yang telah ada sebelumnya. Pengembangan media pembelajaran diterapkan dengan melakukan inovasi yang berbeda dari sebelumnya.
2. Ular Tangga Cerpen
Ular Tangga Cepen merupakan sebuah media pembelajaran permainan yang menggunakan ular tangga sebagai medianya pada materi teks cerita pendek.
3. Ular Tangga
Ular tangga merupakan sebuah permainan yang menggunakan dadu sebagai patokan untuk menggerakkan pemain di atas papan permainan.
4. Teks Cerita Pendek
Teks cerita pendek merupakan materi pelajaran yang terdapat di dalam kompetensi dasar siswa kelas IX SMP Negeri 36 Batam Tahun Ajaran 2022/2023.
Teks cerita pendek memiliki bentuk cerita yang tidak terlalu panjang dan dapat dibaca dalam keadaan sekali duduk.