1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan saat ini tidak bisa lepas dari peranan teknologi. Semua orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu menggunakan teknologi. Perkembangan teknologi seakan beriringan dengan fenomena revolusi industri 4.0. Mengutip pendapat Sukartono (2018, 3) menyebutkan bahwa era revolusi industri 4.0 juga mengubah cara pandang tentang pendidikan. Perubahan yang dilakukan tidak hanya sekedar cara mengajar, tetapi jauh lebih esensial yakni perubahan cara pandang konsep pendidikan itu sendiri.
Dunia pendidikan pada era ini memungkinkan untuk terjadinya peningkatan pengetahuan yang didukung oleh teknologi digital. Hal ini tentu menjadi bentuk adaptasi baru bagi sekelompok orang yang belum terbiasa dengan peranan teknologi. Dengan melihat urgensinya kehadiran teknologi saat ini, maka teknologi tidak dapat terpisahkan dalam teknis pelaksanaan pendidikan.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Dalam pelaksanaan pendidikan tentunya melibatkan proses pembelajaran dan kurikulum yang digunakan sebagai panduan. Transformasi dalam kurikulum dilakukan untuk
mendapatkan perubahan-perubahan yang relevan dan efektif bagi perkembangan peserta didik.
Saat ini kurikulum yang digunakan di Indonesia terdiri atas beberapa pilihan yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah dan kebutuhan peserta didik pada khususnya. Kurikulum yang dipilih dapat berupa kurikulum darurat, kurikulum 2013 edisi revisi dan kurikulum merdeka. Sekolah dapat memilih penerapan kurikulum yang relevan dengan karakteristik sekolah. Dalam hal ini, kurikulum merdeka diarahkan untuk diterapkan karena kurikulum merdeka dapat menjawab tantangan era revolusi industri yang telah terhubung dengan digitalisasi. Beberapa muatan pelajaran juga mengalami transformasi dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman salah satunya dalam pembelajaran matematika.
Menurut Destri & Badu (2019: 536) matematika adalah sarana pendukung dari berbagai segi kehidupan yang lainnya dan juga merupakan hal yang paling penting dalam kesuksesan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi saat ini. Matematika memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena muatan pelajaran ini diterapkan dari tingkat kanak-kanak hingga perguruan tinggi.
Namun, pada faktanya pencapaian kompetensi matematika masih di bawah kompetensi minimum.
Jika dilihat dari hasil PISA yang menunjukkan bahwa 70% peserta didik berusia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Hal ini tentu menjadi permasalahan dalam dunia pendidikan sehingga mengakibatkan pemerintah perlu melakukan serangkain upaya untuk mengatasinya. Oleh karena itu,
Kemendikbudristek mengarahkan satuan pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka. Ciri khas dari penerapan kurikulum merdeka adalah kebebasan guru untuk menerapkan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik, memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar sesuai kemampuannya sehingga peserta didik dapat berkembang sesuai dengan tingkat pencapaiannya masing-masing. Dengan adanya penerapan kurikulum merdeka, diharapkan pencapaian belajar peserta didik dapat mengalami perubahan dari segala aspek, terutama dalam capaian belajar matematika. Hal ini dikarenakan matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi tolak ukur dalam kurikulum merdeka melalui kemampuan dasar numerasi.
Matematika memuat berbagai konsep dan keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari sangat penting karena peserta didik dapat mengalami secara langsung penerapan matematika dalam kehidupannya. Permasalahan yang terjadi adalah penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari masih minim penggunaannya. Tak jarang muatan materi yang diberikan hanya memuat poin umum dan masih jauh terhadap kompetensi yang ingin dicapai. Sehingga, makna dari peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari kurang tesampaikan kepada peserta didik. Padahal, peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari sangat penting sebagaimana yang disampaikan oleh Iqbal (2017:45) Contextual Teaching and Learning (CTL) atau pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membelajarkan siswa agar aktif dalam melakukan proses belajar secara bermakna dan menekankan pada pemahaman materi agar dapat diterapkan dalam konteks
kehidupan nyata. Penggunaan pendekatan ini sebagai salah satu pendekatan pembelajaran dapat melibatkan kolaborasi peserta didik dalam rangka meningkatkan pemahaman matematika terhadap keterkaitan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam rangka menciptakan pembelajaran matematika yang bermakna, maka peranan teknologi digital sangat penting dalam memfasilitasi pembelajaran.
Selain itu, teknologi berperan besar dalam perkembangan zaman saat ini dimana guru juga dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dari penggunaan teknologi. Oleh sebab itu, peneliti perlu mengembangkan suatu bahan ajar elektronik yang dapat didukung oleh teknologi digital. Salah satu bahan ajar yang dapat disajikan kepada peserta didik adalah modul elektronik (e-modul).
Modul merupakan salah satu bahan ajar yang disusun secara sistematis menggunakan bahasa yang mudah dipahami serta dapat dipelajari secara mandiri, sehingga dapat berdampak positif terhadap hasil belajar siswa Purwoko, dkk.
(2018). Namun, modul cetak yang dikembangkan sebelumnya belum dapat menyeimbangkan abad 21 yang saat ini mulai memasuki dunia digital. Oleh karena itu, modul cetak yang biasanya digunakan dapat bertransformasi menjadi modul elektronik (E-Modul).
E-modul merupakan merupakan versi elektronik dari sebuah modul yang sudah dicetak serta dapat dibaca pada komputer atau alat pembaca buku elektronik dan dirancang dengan software yang diperlukan Wibowo & Pratiwi (2018). Modul elektronik termasuk bahan ajar yang cocok digunakan oleh peserta didik dalam menyambut masa depan yang mengedepankan teknologi dalam segala aspek. Selain
itu, pembuatan e-modul juga dapat melatih guru untuk berinovasi dalam menyelenggarakan pembelajaran. Guru dapat mendesain sendiri materi ajar yang dapat disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Lebih jauh lagi, guru juga bisa berinovasi dan kreatif sehingga menarik minat peserta didik dalam belajar.
Dalam penelitian ini, materi ajar yang termuat dalam e-modul adalah materi bangun ruang sisi datar kelas VIII SMP. Bangun ruang sisi datar terdiri atas bangun ruang kubus, balok, prisma dan limas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Awwalin (2021, 229) bahwa kesulitan siswa dalam mengerjakan soal bangun ruang sisi datar terletak pada siswa kurang mampu menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar, siswa juga kurang menguasai rumus luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar sehingga mengakibatkan kurang berminatnya siswa dalam mengerjakan soal. Oleh karena itu, peneliti mencoba pendekatan lain untuk menyampaikan materi bangun ruang sisi datar dengan bahan ajar yang bernuansa kehidupan sehari-hari. Fokus kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah menentukan dan menyelesaikan masalah sehari-hari tentang luas permukaan dan volume bangun ruang. Kompetensi ini dapat dikorelasikan dengan pendekatan kontekstual karena melibatkan konteks kehidupan sehari-hari seperti banyak sekali benda-benda di sekitar yang menyerupai bangun ruang. Dalam hal ini, peserta didik dapat menerapkan langsung pengetahuan yang telah diperoleh dengan mengamati benda-benda di sekitar.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengembangkan bahan ajar modul elektronik (e-modul) dengan pendekatan kontekstual.
Penyusunan bahan ajar ini menggunakan permasalahan matematika dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga guru juga dapat menyampaikan peran matematika yang bermakna dalam konteks lingkungan kehidupan peserta didik. Selain itu, e- modul yang akan disusun dapat digunakan sebagai bahan ajar pembelajaran baik secara daring maupun luring.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengembangan sebagai upaya dalam memberikan solusi dari permasalahan yang dituangkan dalam judul, yaitu:
Pengembangan E-Modul dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII SMP.
B. Rumusan Masalah
Pengembangan produk yang dilakukan pada penelitian pengembangan ini berdasarkan pada rumusan masalah penelitian yang dijabarkan sebagai berikut:
Bagaimana pengembangan e-modul dengan pendekatan kontekstual untuk kelas VIII SMP yang valid dan praktis?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pengembangan ini yaitu mendeskripsikan pengembangan e-modul dengan pendekatan kontekstual untuk kelas VIII SMP yang valid dan praktis.
D. Spesifikasi Produk yang diharapkan
1. E-modul dengan pendekatan kontekstual yang memuat kompetensi dasar sebagaiberikut:
3.9 Membedakan dan menentukan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma dan limas)
4.9 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma dan limas), serta gabungannya.
2. Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, e-modul ini akan memuat beberapasub materi, yaitu:
a. Luas Permukaan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus, Balok, Prisma, Limas) b. Volume Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus, Balok, Prisma, Limas)
3. E-modul ini disusun dengan menggunakan karakteristik pendekatan kontekstual 4. E-modul ini memuat: (a) sampul depan; (b) kata pengantar; (c) daftar isi; (d) glosarium; (e) peta konsep; (f) tokoh matematika;(g) bagian pendahuluan, terdiri dari deskripsi modul, petunjuk penggunaan, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran; (h) bagian isi, terdiri dari uraian materi dalam masalah kontekstual, latihan/lembar kerja, rangkuman, dan tes formatif dari masing- masing sub materi; (i) kunci jawaban; (j) daftar pustaka, (k) biografi penulis,dan (l) sampul belakang.
5. E-modul dilengkapi dengan video, audio, dan hyperlink sebagai karakteristik keelektronikannya.
6. E-modul ini dapat digunakan di komputer maupun ponsel dengan berbasis web dan haslinya berupa link yang bisa diakses oleh komputer maupun smartphone.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan muncul dari penelitian pengembangan ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagi guru, dapat memberikan alternatif bahan ajar dalam proses pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik belajar secara mandiri dan memahami keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, dapat membekali diri dengan keterampilan teknologi dan pengetahuan yang cukup mumpuni.
2. Bagi peserta didik, dapat memudahkan peserta didik dalam memahami muatan pembelajaran dalam konteks kehidupan sehari-hari. Selain itu, bahan ajar juga dapat menarik minat peserta didik belajar secara daring maupun luring
3. Bagi peneliti lainnya, peneliti berharap dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan terkait pengembangan e-modul dengan pendekatan kontekstual pada materi lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas mutu pembelajaran di Indonesia.
F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian 1. Asumsi Penelitian
a. Guru dan peserta didik memiliki ponsel atau komputer sebagai media untukmenggunakan e-modul.
b. Guru dan peserta didik dapat menggunakan/mengoperasikan ponsel atau komputersebagai media untuk menggunakan e-modul.
2. Keterbatasan Penelitian
a. E-Modul hanya dapat digunakan saat peserta didik menggunakan data (online) dan apabila digunakan secara offline, maka penggunaan e- modul tidak efisien karena membutuhkan waktu lama.
b. Proses pengembangan produk penelitian belum teruji efektifitasnya karena proses pengujian produk hanya sampai pada tahap praktikalitas.
G. Definisi Istilah 1. Pengembangan
Pengembangan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu menghasilkan dan mengembangkan produk baru berupa modul elektronik (e-modul)sebagai bentuk tambahan inovasi dalam bahan ajar yang dapat digunakan olehpeserta didik dengan pendekatan kontekstual sehingga e-modul yang dikembangkan berbeda dari bentuk yang sudah ada. Proses pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan aplikasi Articulate yang dapat diakses menggunakan link.
2. E-Modul
E-Modul merupakan modul elektronik yang dikembangkan secara sistematis dan dapat mendorong peserta didik mandiri dan memberi kemudahan dalam memahami pembelajaran matematika. E-Modul dalam penelitian ini dibuat
dengan pendekatan kontekstual dengan tujuan agar peserta didik dapat mempelajari materi matematika yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.
3. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membelajarkan siswa agar aktif dalam melakukan proses belajar secara bermakna dan menekankan pada pemahaman materi agar dapat diterapkan dalam konteks kehidupan nyata. Penelitian ini memuat materi bangun ruang sisi datar karena materi tersebut dapat dikorelasikan dengan pendekatan kontekstual.
Adapun desain produk e-modul terdapat beberapa karakteristik dari pendekatan kontekstual yaitu:
1. Mengaktifkan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik (activing knowledge)
2. Pembelajaran terjadi dalam berbagai konteks (multiple contexts) 3. Memperoleh pengetahuan baru (acquiring knowledge)
4. Memahami pengetahuan (understanding knowledge)
5. Membimbing siswa sehingga ia mampu belajar secara mandiri
6. Menerapkan pengetahuan dan pengalaman tersebut ( applying knowledge) 7. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan tersebut.