• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Kematian maternal menurut International Classification of Disease (ICD -10) adalah kematian wanita pada saat hamil sampai 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung pada umur kehamilan dan letak kehamilan di dalam atau di luar kandungan disebabkan oleh kehamilannya atau kondisi tubuh yang memburuk akibat kehamilan, atau diakibatkan oleh kesalahan pada pertolongan persalinan. Dalam hal tersebut di atas tidak termasuk kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau ketidaksengajaan salah satunya adalah anemia (Kemenkes RI, 2018).

Menurut FKM UI (2017), bahwa komplikasi obstetri yang meliputi komplikasi kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan determinan dekat atau penyebab langsung dari kematian ibu yang meliputi perdarahan, infeksi, eklampsia, partus macet (persalinan kasip), abortus dan anemia.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kejadian anemia pada kehamilan berkisar antara 20 dan 89% dengan menetapkan Hb 11 gr%

sebagai dasarnya (Manuaba 2010, 2016). Pada ibu hamil terjadi perubahan pada sel darah, jumlah sel dalam darah semakin meningkat untuk bisa mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim. Pertambahan sel darah

(2)

tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi, yang disertai anemia fisiologis (WHO, 2012).

Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2013-2015 angka kematian ibu di Indonesia adalah 307/100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan target yang ingin dicapai oleh pemerintah pada tahun 2010 sebesar 125/100.000 kelahiran hidup angka tersebut masih tergolong tinggi (SDKI, 2015). Menurut Rikesdas (2018) Prevalensi anemia di Indonesia tahun 2018 yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2018)

Salah satu tujuan Sustainable Development Goal’s (SDG’s) adalah menurunkan angka kematian ibu. Sepanjang tahun 2016 di Jawa Barat, kasus kematian ibu sebanyak 780 orang (22%), tidak menurun jika dibandingkan tahun 2015 lalu sebanyak 780 kasus, disusul Jawa Timur 688 orang dan di Jawa Tengah AKI menunjukkan sebanyak 121 Orang.

Kelompok ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang berisiko tinggi mengalami anemia, meskipun anemia yang dialami umumnya merupakan anemia relatif akibat perubahan fisiologis tubuh selama kehamilan.

Anemia pada populasi ibu hamil Kemenkes (2019) di Jawa Barat, yakni sebesar 37,1% dan prevalensinya hampir sama antara bumil diperkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%).

Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Subang mencatat kasus kematian ibu dan anak masih tinggi yaitu pada tahun 2016 tercatat ada 33

(3)

kasus kematian ibu dan anak. Sejak Januari hingga Juli 2017, tercatat 16 kasus kematian ibu dan anak, disusul di kabupaten lainnya seperti Kabupaten Cirebon sebesar 12,4%, Kota Bekasi sebesar 15,5% (Dinkes Jabar 2018).

Kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan (28%), hipertensi dalam kehamilan (HDK) (13%), dan infeksi (10%). Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat. Sedangkan penyebab tidak langsungnya salah satunya adalah anemia pada ibu hamil (Kemenkes RI, 2016).

Anemia pada kehamilan tidak dapat dipisahkan dengan perubahan fisiologis yang terjadi selama proses kehamilan, umur janin, dan kondisi ibu hamil sebelumnya. Pada saat hamil, tubuh akan mengalami perubahan yang signifikan, jumlah darah dalam tubuh meningkat sekitar 20 - 30%, sehingga memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin untuk membuat hemoglobin (Hb). Ketika hamil, tubuh ibu akan membuat lebih banyak darah untuk berbagi dengan bayinya. Tubuh memerlukan darah hingga 30 % lebih banyak dari pada sebelum hamil (Noverstiti, 2012).

Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin lebih rendah dari batas normal. Sel darah merah tersebut mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh

(4)

(Proverawati, 2013). Anemia terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa hamil atau kurangnya sel-sel darah merah di dalam darah daripada biasanya dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% (Harmatuti, 2015).

Anemia adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah (eritrosit) yang terlalu sedikit yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013). Anemia didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit dibawah batas normal,untuk nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena ketiga parameter laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan. Ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobin dibawah 11 g/dl atau hematokrit kurang dari 33 persen, dalam praktek rutin,konsentrasi Hb< 11 g/dl pada akhir trimester pertama,dan 10 g/dl pada trimester kedua dan ketiga diusulkan menjadi batas bawah untuk mencari penyebab anemia dalam kehamilan .Nilai nilai ini kurang lebih sama dengan nilai Hb terendah pada ibu - ibu hamil yang mendapat suplementasi besi,yaitu 11,0 g/dl pada trimester I dan 10,5 g/dl pada trimester II dan III (Sarwono,2010)

Mencegah terjadinya anemia selama kehamilan dan menjaga pertumbuhan janin secara optimal, sehingga dibutuhkan regulator yang tepat untuk mengatur homeostasis besi dalam tubuh. Regulator besi yang yaitu hepsidin yang merupakan suatu protein yang produksinya terdapat di

(5)

hepar (Pigeon et al, 2012). Menurut Guyton (2012) pertambahan berat badan ibu hamil pada trimester III didominasi oleh pertambahan berat janin yaitu penimbunan lemak tubuh dan perkembangan otak yang cepat.

Hemoglobin rata rata 11 g/dl dan hematokrit 35.5%.

Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur, partus prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress, produksi ASI rendah), dan gangguan janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, berat badan lahir rendah, kematian perinatal, dll) (Rukiyah, 2010).

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya anemia. Secara umum faktor penyebab tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor pangan dan non pangan. Faktor pangan adalah rendahnya masukan tablet FE yang berasal dari makanan, serta rendahnya tingkat penyerapan tablet FE dari makanan. Rendahnya tingkat penyerapan tablet FE disebabkan oleh komposisi menu makanan masyarakat yang lebih banyak mengandung faktor - faktor yang dapat menghambat penyerapan tablet FE (inhibitor factors) seperti serat, fitat, maupun tanin. Sedangkan faktor - faktor yang dapat meningkatkan penyerapan tablet FE (enhancer factors) seperti vitamin C dan protein hewani hanya sedikit proporsinya di dalam menu sehari - hari. Sedangkan faktor non pangan yang menjadi penyebab

(6)

anemia defisiensi besi diantaranya karena penyakit yang disebabkan parasit (malaria dan kecacingan) serta pendarahan (Fadlilah, 2009).

Penyebab utama anemia defisiensi tablet FE khususnya di negara berkembang adalah akibat konsumsi gizi yang tidak memadai. Banyak orang bergantung hanya pada makanan nabati yang memiliki absorpsi tablet FE yang buruk dan terdapat beberapa zat dalam makanan tersebut yang mempengaruhi absorpsi besi (Fadlilah, 2009). Kejadian anemia pada ibu hamil yaitu kurangnya tablet (FE). Kurangnya konsumsi tablet FE karena anemia dalam tubuh ibu hamil mengakibatkan transportasi zat hemoglobin yang terhambat sehingga asupan dalam tubuh ibu hamil berperan sebagai pembentuk butir-butir darah (hemopoiesis) yaitu pembentukan eritrositt dengan hemoglobin (Gallagher, 2014)

Menurut Soekirman, (2012) tablet FE pada ibu saat hamil sebesar 35% atau 450 mg tablet FE untuk memproduksi sel-sel darah merah.

Tablet FE merupakan komponen utama dalam pembentukan darah (hemopoiesis), adalah hemoglobin. Jika jumlah tablet FE yang diperoleh dari makanan rendah, maka akan terjadi ketidakseimbangan tablet FE di dalam tubuh, dapat berakibat kadar hemoglobin menurun di bawah batas normal yaitu <11.0 dl/gr (anemia).

Hasil penelitian Darmawansyih (2016) tentang hubungan kepatuhan konsumsi konsumsi tablet FE terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa. Hasil penelitianya menujukan bahwa ada hubungan antara konsumsi kepatuhan tablet tablet

(7)

FE dengan kejadian anemia di kalangan ibu hamil. wanita hamil di kabupaten. Patallassang, Gowa (p=0,036). Hasil penelitian Erlania, dkk (2017) menunjukkan bahwa prevalensi ibu hamil anemia sebesar 48% ibu hamil. Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi protein, tingkat konsumsi tablet FE terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pandanwangi.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan di UPTD Puskesmas Legonkulon Kabupaten Subang. Berdasarkan data register kohort ibu hamil timester III sebanyak 67 orang. Fenomena yang terjadi adanya peningkatan kasus anemia pada ibu hamil pada tahun 2016 sebesar 15,7%, tahun 2017 sebesar 21,1% sedangkan pada tahun 2018 sebesar 22,2%.

(Profil UPTD Puskesmas Legonkulon Kabupaten Subang, 2018)

Cakupan cakupan Tablet FE UPTD Puskesmas Legonkulon Kabupaten Subang masih rendah, Fe1 dan Fe3 pada tahun 2017 yaitu sebesar 70,40% dan 63,59%. Angka ini juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya tahun 2016 yakni sebesar 96% dan 97,12%. Jumlah ibu hamil yang ada di Puskesmas Legonkulon Kabupaten Bandung yaitu Timester 1 sebanyak 22 orang, trimester II sebanyak 31 orang dan trimester III sebanyak 67 orang. Sedangkan ibu hamil yang hemoglobin kurang (HB<11mg/dL) diketahui trimester I sebanyak 11, trimester II sebanyak 23 orang dan trimester III sebanyak 33 orang (Profil UPTD Puskesmas Legonkulon Kabupaten Subang, 2018)

(8)

Hasil wawancara pada petugas kesehatan menyatakan bahwa rendahnya ibu hamil mengkonsumsi FE di Puskesmas dapat disebabkan karena masih banyak ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang mengenai zat besi. Hasil wawancara terhadap 10 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas UPTD Puskesmas Legonkulon Kabupaten Subang, didapatkan hasil sebanyak 3 ibu hamil mengkonsumsi FE dengan menggunakan air putih, dan 4 Ibu hamil mengkonsumsi FE menggunakan air teh, dengan alasan menurut anggapan ibu dengan cara mengkonsumsi air teh dapat meningkatkan kadar dalam darah. Sedangkan 3 lainnya ibu hamil tidak mengkonsumsi tablet tablet FE selama kehamilan, dengan alasan ibu takut gemuk, bayi menjadi besar, sehingga tablet besi tidak dikonsumsi oleh ibu hamil

Tablet FE selama kehamilan menunjukkan peningkatan seiring bertambahnya umur kehamilan. Anemia salah satu penyebab dari kurangnya asupan konsumsi tablet FE yang kurang. Berdasarkan uraian dan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan konsumsi tablet FE dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Legonkulon Kabupaten Subang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah hubungan konsumsi tablet FE dengan kejadian

(9)

anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Legonkulon Kabupaten Subang.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan konsumsi tablet FE dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Legonkulon Kabupaten Subang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Legonkulon Kabupaten Subang.

b. Mengidentifikasi konsumsi tablet FE pada ibu hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Legonkulon Kabupaten Subang

c. Mengetahui hubungan antara konsumsi tablet FE dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Legonkulon Kabupaten Subang

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dapat menambah wawasan dan informasi serta penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan dalam ilmu keperawatan dan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan martenitas, selain itu penelitian ini juga bermanfaat untuk

(10)

mengembangkan teori tentang hubungan konsumsi tablet FE dengan kejadian anemia pada ibu hamil

2. Manfaat Praktis a. Bagi Puskesmas

Bahan masukan bagi puskesmas khususnya dalam upaya penanggulangan anemia pada ibu hamil, dengan cara memberikan promosi kesehatan agar ibu hamil mengkonsumsi tablet FE

b. Bagi Ibu Hamil

Penelitian ini memberikan pengetahuan kepada ibu hamil tentang dampak kekurangan konsumsi tablet FE dapat mengakibatkan anemia.

c. Bagi Perawat

Diharapkan perawat dapat memainkan perannya yaitu sebagai edukator dengan cara memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil tentang bahaya tanda kehamilan, sehingga ibu hamil patuh dalam mengkonsumsi tablet FE

d. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan informasi dan masukan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai hubungan konsumsi tablet FE dengan kejadian anemia pada ibu hamil .

(11)

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini telah dilakukan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Legonkulon Kabupaten Subang, dengan jumlah sampel yang dilihat berdasarkan data register kohort ibu hamil timester III sebanyak 67 orang. Penelitian telah dilakukan pada bulan Juni-Juli 2019.

(12)

12

Referensi

Dokumen terkait

Kadar hemoglobin hemoglobin pada perokok elektrik di banjar Jerokuta Desa Adat Jimbaran, Kuta Selatan, Badung Kadar Hemoglobin Jumlah Presentase Rendah 17,5 g/dL 0 0 Jumlah 50 100