1 BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Orang tua adalah ayah dan ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial, orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak, orang tua berperan penting dalam optimalisasi perkembangan anak. Orang tua harus selalu memberi dukungan kepada anak dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa dan personal sosial. Pola asuh harus berkesinambungan dengan kasih sayang, metode bermain, dan lain- lain. Sehingga perkembangan anak berjalan optimal, pola asuh yang kurang dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan anak (Depkes RI, 2013).
Kasih sayang orang tua merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan anak untuk tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin. Salah satu faktor dalam perkembangan anak yaitu pola asuh orang tua . Dalam pengasuhan peran orang tua sangat penting untuk memantau agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Orang tua perlu mengetahui dan mengenali ciri-ciri serta prinsip perkembangan seorang anak. Interaksi antara anak dan orang tua sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan. Anak yang pertumbuhan dan perkembanganya baik akan menjamin kelangsungan hidup yang baik untuk masa depannya kelak (Hurlock, 2012).
Perlakuan orang tua pada anak mempengaruhi sikap anak dan perilakunya.
Proses penerapan pola asuh pada anak tidak terlepas dari berbagai unsur seperti
disiplin di rumah, penetapan hukuman, serta adanya toleransi terhadap keinginan anak dan dalam hal pengambilan keputusan. Dalam mengasuh anak orang tua cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Kemampuan personal sosial ini dipengaruhi pola asuh yang diterapkan orang tua pada anak, apabila pola asuh yang diterapkan baik maka kemampuan personal sosial anak bersifat positif (Hurlock, 2012).
Orang tua yang baik menerepkan pola asuh yang baik, pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak. Pola asuh orang tua adalah cara orang tua memberikan bimbingan, mengarahkan dan memberikan dorongan kepada anak sehari-hari. Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan mendidik anak, sedangkan orangtua memiliki arti ayah dan ibu, jadi dapat disimpulkan pola asuh orangtua memiliki arti cara atau sistem ayah dan ibu dalam merawat atau mendidik anak. Pola asuh orangtua adalah kegiatan atau cara mengasuh orangtua dalam berinteraksi dengan anak (Baumrid, 2011).
Pola asuh terbagi atas 3 tipe yaitu pola asuh demokratis, otoriter dan permisif. Pola asuh demokratis yaitu jenis pola asuh berupa orang tua menyeimbangkan kasih sayang dan dukungan emosional dengan struktur dan bimbingan dalam membesarkan anak. Anak dengan pola asuh ini cenderung mandiri, mempunyai hubungan positif dengan sebayanya dan lebih percaya diri.
Pola asuh otoriter yaitu pola pengasuhan anak bersifat pemaksaan, keras, dan kaku. Pada pola asuh otoriter, orang tua membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi anak tanpa mengetahui perasaan anak. Anak dengan pola asuh ini bisa
menjadi pemalu, penuh ketakutan dan cenderung sulit mandiri. Pola asuh permisif yaitu pola asuh yang tidak peduli pada anak. Apapun yang mau dilakukan anak diperbolehkan. Anak dengan pola asuh ini cenderung manja, sangat menuntut, kurang percaya diri dan mudah frustrasi (Santrock, 2011).
Dampak atau pengaruh pola asuh orang tua terhadap anak-anak menurut Baumrid (2011). pola asuh otoriter, akan menghasilkan sikap anak yang penakut, pendiam, tertutup,tidak berinisiatif, gemar menantang, suka melanggar norma,berkepribadian lemah,cemas dan menarik diri. pola asuh demokratis, akan menghasilkan sikap ank-anak yang mandiri dapat mengontrol diri, mempunya hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan kooperatif terhadap hal-hal baru. pola asuh persimesif, akan menghasilkan sikap anak-anak yang agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendri, kurang percaya diri. Beberapa contoh sikap diatas berdampak negatif yang terjadi adalah anak memiliki sikap keras hati, manja, keras kepala, pemalas, pemalu dan lain-lain.
Tujuan utama pola asuh orang tua adalah untuk mempertahankan kehidupan fisik dan meningkatkan kesehatan anak, memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya, dan mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakininya. Pola asuh orang tua tentang tumbuh kembang sangat membantu anak mencapai dan melewati pertumbuhan dan perkembangan sesuai tingkatan usianya dengan normal (Supartini, 2012).
Pengasuhan keluarga selama lima tahun pertama kehidupan sangat berpengaruh terhadap 4 domain perkembangan yaitu motorik kasar , motorik halus, bahasa, dan personal sosial emosional anak. Aspek-aspek inilah yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan perilaku anak di masa mendatang. Anak dapat dikatakan mengalami keterlambatan perkembangan secara menyeluruh ketika anak mengalami keterlambatan pada lebih dari dua domain perkembangan (Soetjiningsih, 2012).
Pola asuh akan berdampak pada perkembangan anak, perkembangan anak dibawah enam tahun merupakan bagian yang sangat penting. Pada masa ini anak juga mengalami periode penting . Berbagai bentuk kekurangan kasih sayang maupun kekurangan pola asuh pada usia ini akan membawa dampak negatif yang menetap sampai dewasa berkaitan dengan masa dewasa bahkan sampai usia lanjut (Depkes, 2013).
Perkembangan anak juga tidak terlepas dari peran orang yang merawat anak. Orang yang merawat paling banyak diperankan oleh orang tua atau orang terdekat anak. Mereka seharusnya mengenali dan memahami tentang kebutuhan anak serta berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak (WHO, 2017).
Erikson (2015) yang membahas proses perkembangan anak dalam lima tahapan perkembangan yaitu bayi (0 sampai 1 tahun), toddler (1 sampai 3 tahun), prasekolah (3 sampai 6 tahun), anak sekolah (6 sampai 12 tahun), dan remaja (12 sampai 18 tahun). Tumbuh kembang anak terdiri dari beberapa tahapan dan tiap tahapan mempunyai ciri tersendiri. Salah satu tahapan tumbuh kembang anak adalah usia prasekolah (3 sampai 6 tahun). Masa anak usia prasekolah dalam
rentan perkembangan anak adalah masa emas. Pada masa ini pertumbuhan fisik, kecerdasan, keterampilan motorik dan sosial emosi berkembang dengan pesat.
Masa ini juga merupakan masa kritis yang menentukan hasil proses tumbuh kembang anak selanjutnya. Pada masa ini anak sudah mengikuti pendidikan prasekolah atau taman kanakkanak. Melalui pendidikan, anak tidak hanya diajarkan keterampilan kecerdasan, tetapi anak juga diajarkan keterampilan berolahraga seperti senam, bermain, dan baris berbaris (Yusuf, 2014).
Supartini (2012) terdapat empat perkembangan anak (usia prasekolah) yaitu kepribadian atau tingkah laku sosial (Personal Sosial), motorik halus (fine motor adaptive), Motorik kasar (gross motor), dan Bahasa (Language).
Perkembangan anak dapat dilihat dari kemampuan anak dalam berbicara, bermain, berhitung, membaca dan lainnya. Pertumbuhan dan perkembangan anak juga dapat dilihat dari perilaku sosial di lingkungan anak. Masa anak prasekolah merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Pada kenyataannya tidak semua anak dapat melalui masa tumbuh kembangnya dengan optimal karena mengalami gangguan pada proses tumbuh kembangnya (Soetjiningsih, 2012).
Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan anak telah dibuat. Demikian pula dengan skrining untuk mengetahui penyakit-penyakit yang potensial yang dapat mengakibatkan
gangguan perkembangan anak. Deteksi dini perkembangan anak sangat berguna agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga tumbuh kembang anak dapat berlangsung seoptimal mungkin. Skrinning perkembangan merupakan prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh kembang anak sehari- hari yang dapat memberikan petunjuk ada tidaknya sesuatu yang perlu mendapat perhatian. Anak dapat dikatakan mengalami keterlambatan perkembangan secara menyeluruh ketika anak mengalami keterlambatan pada lebih dari domain perkembangan (Soetjiningsih, 2012).
Laporan Departemen kesehatan tahun 2011 menunjukkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan anak dalam tumbuh kembang anak adalah 78,11% dengan anak yang mengalami gangguan tumbuh kembang sebesar 45,7%. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan menjadi 85.779 (62,02%). Di Jawa Barat, cakupan tumbuh kembang anak adalah 89,33% dan yang mengalami gangguan perkembangan karena pola asuh orang tuanya sebesar 32,6% (Depkes RI, 2013).
Di Jawa Barat jumlah anak usia 12-59 bulan pada tahun 2014 sebanyak 3.929.704 anak. Depkes RI melakukan skrining perkembangan di 30 Provinsi di Indonesia dan dilaporkan 45% bayi mengalami gangguan perkembangan.
Penelitian di Jawa Barat memberikan hasil bahwa 30% anak mengalami gangguan perkembangan dan 80% diantaranya disebabkan oleh pola asuh orang tuanya (Depkes RI, 2013).
Sejumlah bahaya perkembangan anak yang kurang baik pada awal masa kanak-kanak sering terjadi secara serius dan bisa dilihat dari pola asuh orang tua terhadap anaknya. Pola asuh orang tua yang kurang baik ditandai orang tua yang
melarang, memaksa, dan menghukum anak, akan membuat anak mempunyai karakteristik yang penakut, pendiam, gemar menentang, suka melanggar norma- norma dan cemas sehingga anak tidak populer diantara teman-teman sebayanya, ia tidak hanya akan merasa kesepian tetapi yang lebih penting lagi ia kurang mempunyai kesempatan untuk belajar berperilaku sesuai dengan harapan lingkungannya. Anak mempunyai pengalaman yang kurang baik sehubungan dengan ras, tipe keluarga atau seksnya atau karena lebih muda dari anak-anak lain, dapat berakibat timbulnya sikap negatif seperti ia tidak menyukai orang lain.
Kurangnya penyesuaian yang kurang baik sehingga menyebabkan kekurangan kesempatan untuk belajar berperilaku secara optimal (Shanti, 2010).
Perkembangan menentukan masa anak pra sekolah dimasa yang akan datang, Masa anak dianggap sebagai fase yang penting karena akan menentukan kualitas kesehatan, kesejahteraan, pembelajaran, dan perilaku dimasa yang akan datang. Dan masa depan masyarakat tergantung pada anak-anak yang mampu mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (WHO, 2017). Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia delapan belas tahun (Kemenkes RI, 2015).
Anak prasekolah adalah anak usia antara 3-6 tahun dalam masa pertumbuhan dengan kemampuan bicara, bahasa, perilaku sosial, kreatifitas, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat Pada masa ini pertumbuhan berlangsung stabil berupa perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh serta terjadi perkembangan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses
pikir. Aspek tumbuh kembang anak dewasa ini merupakan suatu aspek yang diperhatikan secara serius, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai pembentukan perkembangan, baik dari fisik maupun psikososial (Soetjiningsih, 2012).
Anak usia prasekolah memiliki beberapa ciri serta tugas perkembangan yang meliputi keterampilan motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan sosial.
Anak usia prasekolah memiliki ciri ingin bermain, melakukan latihan kelompok, melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu. Selama periode ini juga terjadi transisi emosi antara orangtua dan anak prasekolah (Wong et al, 2011).
Hasil penelitian Mariani (2014), diketahui bahwa orangtua yang memiliki pola asuh otoritatif dengan tumbuh kembang anak sesuai sebanyak (23,5%) sedangkan pola asuh demokratis dan permisif dengan tumbuh kembang anak sesuai sebanyak (80%), dan terdapat hubungan pola asuh orangtua terhadap tumbuh kembang anak. Sedangkan penelitian Putri (2012), terdapat 35 (60,3%) orangtua dengan pola asuh demokratis memiliki anak dengan perkembangan personal sosial baik sebanyak 6 anak (17,1%), orangtua dengan pola asuh otoriter 23 (39,7%) memiliki anak dengan perkembangan personal sosial baik sebanyak 5 (21,7%) anak, dan personal sosial tidak baik 18 (78,3%) anak.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 08 maret 2019 di Tk Pertiwi II V Anatapani Bandung terdapat anak usia 3-6 tahun berjumlah 58 anak. Dari hasil wawancara dengan guru dan observasi, masih ada 11 anak yang perkembangan motorik halusnya seperti anak belum bisa memegang pensil
dengan baik, belum dapat menulis beberapa huruf dan belum bisa menulis sendiri.
Kemudian dari perkembangan sosialisasi dan kemandirian, ada 8 anak yang belum mampu bersosialisasi dengan baik seperti tidak mau bergabung dan bermain bersama teman-temanya, serta masih ada 32 anak yang belum mampu mandiri seperti masih di tunggu oleh orang tuanya di TK dan tidak mau di tinggal oleh orang tuanya. Berdasarkan wawancara kepada beberapa orang tua anak didapatkan hasil sebanyak 12 orang tua anak menerapkan pola asuh demokratis mengarahkan anak untuk berbuat baik, menegur anak apabila anak melakukan kesalahan dan tidak menghukum anak, 3 orang tua anak menerapkan pola asuh otoriter ibu sering marah dan menghukum anak apabila anak melakukan kesalahan seperti menjewer, mencubit dan tidak mengizinkan anak keluar rumah apabila bersalah, anak di haruskan untuk tidur siang, dan menuntut anak untuk berprestasi. Berdasarkan fenomena tersebut sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tentang pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Pertiwi II Anatapani Bandung.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan gangguan pekembangan di Jawa Barat jumlah anak usia 12- 59 bulan pada tahun 2014 sebanyak 3.929.704 anak. Depkes RI melakukan skrining perkembangan di 30 Provinsi di Indonesia dan dilaporkan 45% bayi mengalami gangguan perkembangan. Penelitian di Jawa Barat memberikan hasil bahwa 30% anak mengalami gangguan perkembangan dan 80% diantaranya disebabkkan oleh kurangnya pola asuh orang tua sejak dini (Depkes RI, 2012).
Orang tua berperan Orang tua berperan penting dalam optimalisasi perkembangan anak. Orang tua harus selalu memberi pola asuh yang baik kepada anak dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa dan personal sosial. Pola asuh yang baik akan menjadikan perkembangan anak berjalan optimal, pola asuh yang kurang baik akan menyebabkan keterlambatan perkembangan anak. Berdasarkan pada konsep latar belakang masalah di atas maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “ adakah hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak pra sekolah usia 3-6 tahun Tk Pertiwi II Anatapani Bandung ? ”
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak pra sekolah di Tk Pertiwi II V Anatapani Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pola asuh orang tua pada anak pra sekolah di Tk Pertiwi II Anatapani Bandung
b. Mengidentifikasi perkembangan anak pra sekolah usia 3-6 tahun di Tk Pertiwi II Anatapani Bandung
c. mengidentifikasi hubungan adakah hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak pra sekolah usia 3-6 tahun di Tk Pertiwi II Anatapani Bandung.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat : 1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan dapat memberi masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya khususnya di bidang keperawatan bagi akademik maupun bagi instansi pendidikan di TK.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Orang tua
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan informasi pentingnya penerapan pola asuh yang sesuai untuk perkembangan anaknya.
b. Bagi Guru
Dapat dijadikan bahan informasi tentang pola asuh orang tua dan perkembangan anak, sehingga diharapkan mereka dapat bekerjasama dan memberikan bimbingan kepada anak didiknya.
c. Bagi Keperawatan
Penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan referensi sumber bacaan dan sebagai tambahan pengembangan ilmu mengenai pola asuh orang tua dan perkembangan anak.
E. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian telah di laksanakan tanggal 27 juni 2019. Ruang lingkup peletian ini adalah keperawatan anak mengenai hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak pra sekolah usia 3-6 tahun tempatnya di tk Pertiwi IIAnatapani Bandung.