• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia adalah seseorang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, yang sudah mengalami penurunan fungsi organ dalam tubuh sehingga menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi gangguan dari luar tubuh. Semakin bertambahnya usia maka akan terdapat perubahan-perubahan yang dialami oleh lansia seperti gangguan perubahan fisik (yang diantaranya sistem indra, sistem integumen, sistem muskuloskeletal, sistem kardiofaskular, sitem respirasi, pencernaan dan metabolisme, sistem perkemihan, sistem saraf, sisten reproduksi), perubahan kognitif, perubahan mental, perubahan sepiritual, dan perubahan psikososial (Kholifah, 2016).

Lanjut usia adalah sebagian dari proses tumbuh kembang manusia yang tidak secara tiba-tiba menjadi tua, namun berkembang yang diawali dari bayi, anak-anak, dewasa, dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Azizah, 2011).

(2)

Laki-laki ataupun perempuan sama-sama kemungkinan beresiko hipertensi. Namun, laki-laki lebih beresiko mengalami hipertensi dibandingkan perempuan pada saat usia <45 tahun tetapi saat usia > 65 tahun perempuan lebih beresiko mengalami hipertensi (Prasetyaningrum, 2014).

Batasan umur pada usia lanjut menurut Depkes RI, dikatakan seseorang pralansia berusia anatra 45-59 tahun, sedangkan seseorng dikatakan lansia berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa, lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI 2013).

Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan hidup. Data WHO menunjukan pada tahun 2000 usia harapan hidup orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013 menjadi 71 tahun.

Jumlah proporsi lansia di Indonesia juga bertambah setiap tahunnya. Data WHO pada tahun 2009 menunjukan lansia berjumlah 7,49% dari total

(3)

populasi, tahun 2011 menjadi 7,69% dan pada tahun 2013 didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1% dari total populasi (WHO, 2015).

Menurut Azizah dan Lilik M 2011, 2011 Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya perubahan kognitif, perubahan mental, perubahan spiritual, perubahan psikososial, dan perubahan fisik yang didalamnya terdapat sistem indra, sistem integumen, sistem muskuloskeletal, sistem kadiovaskuler, sistem respirasi, pencernaan dan metabolisme, sistem perkemihan, sistem saraf, sistem reproduksi (Kholifah, 2016).

Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian besar, karena menjadi penyebab kematian utama di negara-negara maju maupun di negara berkambang. Penyakit hipertensi ini menyebabkan morbilitas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) yang tinggi di seluruh dunia, selain itu penyakit hipertensi juga dapat menimbulkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit, seperti penyakit jantung, gagal ginjal dan strok (Udjianti, 2010).

Prevalensi hipertensi di seluruh dunia menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH) adalah sebesar 600 juta penderita. Sedangkan masyarakat Indonesia yang menderita hipertensi ada sebanyak 25,8 % orang. Jumlah orang yang menderita tekanan darah di Indonesia sebesar 14 %, terjadi pada rentang usia 15-24 tahun sebanyak 2,3 %, usia 25-34 tahun sebanyak 7 % dan meningkat 16 % pada

(4)

usia 35- 44 tahun (Roza, 2016). Jawa Barat dengan jumlah penderita hipertensi 29,4% atau sekitar 13.612.359 jiwa. Jumlah pasien hipertensi di Kota Bandung, menurut data Dinas Kesehatan Kota Bandung tahun 2015 sebanyak 165.483 jiwa (Infodatin, 2014).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih (Brunner & Suddarth, 2016). Hipetensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dari fase diastolik 90 mmHg menunjukan fase darah yang kembali ke janatug (Triyanto, 2014).

Semakin meningkatnya usia maka lebih beresiko terhadap peningkatan tekanan darah terutama tekanan darah sistolik sedangkan diastolik meningkat hanya sampai usia 55 tahun (Nurrahmani, 2011).

Klasifikasi berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik. dikatakan normal jika sistolik < 120 mmHg diastolik < 80 mmHg, prahipertensi sistolik 120-139 mmHg diastolik 80-89 mmHg, stadium 1 sistolik 140-159 mmHg diastolik 90-99 mmHg, stadium 2 sistolik ≥ 160 mmHg diastolik 100 mmHg (Brunner & Suddarth, 2016). hipertensi juga dapat klasifikasikan berdasarkan tekanan darah pada orang dewasa adapun klasifikasinya normal sistolik < 130 mmHg diastolik <85 mmHg, normal

(5)

tinggi sistolik 130-139 mmHg diastolik 85-89 mmHg, stadium 1 (ringan) sistolik 140-159 mmHg diastolik 90-99 mmHg, stadium 2 (sedang) sistolik 160-179 mmHg diastolik 100-109 mmHg, stadium 3 (berat) sistolik 180-209 mmHg diastolik 110-119 mmHg, stadium 4 (maligna) sistolik ≥ 210 mmHg diastolik ≥ 120 mmHg (Triyanto, 2014).

Faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah atau dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktivitas fisik, stres, penggunaan estrogen (Kemenkes RI, 2013).

Dalam penatalaksanaan hipertensi berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian yaitu terapi non farmakologis merupakan pengobatan tampa obat-obatan yang diterapkan pada hipertensi melainkan melalui pencegahan dengan menjalani prilaku sehat, terpai farmakologis obat- obatan hipertensi yang seing digunakan dalam pengobatan antara lain obat diuretik, terapi herbal yang menggunakan tanaman obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan sebagai obat hipertensi (Junaedi, Sufrida, &

Gusti, 2013).

Pola makan yang salah merupakan salah satu faktor resiko yang meningkatkan penyakit hipertensi. Faktor makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi, kelebihan asupan lemak mengakibatkan kadar lemak dalam tubuh meningkat, terutama kolesterol

(6)

yang menyebabkan kenaikan berat badan sehingga volume darah mengalami peningkatan tekanan yang lebih besar (Ramayulis, 2010).

Kelebihan asupan natrium akan meningkatkan ekstraseluler menyebabkan volume darah yang berdampak pada timbulnya hipertensi (Sutanto, 2010).

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).

Tekanan darah antara orang yang satu dengan lainnya tentunya berbeda, sama halnya dengan tekanan darah orang dewasa dengan anak- anak yang tentunya berdeda pula, tekanan darah bayi dan anak-anak lebih rendah dibanding dewasa. Hal yang memengaruhi tekanan darah seseorang adalah aktivitas keseharian yang dilakukannya, pola makan, gaya hidup, lingkungan, dan faktor psikologis seseorang (Noviyanti, 2015).

Menurut jurnal yang ditulis Mahmasani Subkhi dan Yuli Isnaeni tahun 2016 yang berjudul hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia di posyandu mawar Desa Sangubayu Kabupaten Purworejo menyebutkan bahwa pola makan lansia yang menderita hipertensi di posyandu mawar Desa Sangubanyu Kabupaten Purworejo mayoritas memiliki pola makan yang cukup baik yaitu sebanyak 52 responden

(7)

(69,3). Kejadian hipertensi pada lansia di posyandu mawar Desa Sangubanyu Kabupaten Purworejo sebagian besar responden.

mengalami kejadian hipertensi stadium 1 yaitu sebanyak 42 responden (56%), dan ada hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi di posyandu mawar Desa Sangubanyu Kabupaten Purworejo dengan taraf signifikan (p) = 0,000 dengan nilai korelasi Rank Spearman = -0,408.

Brdasarkan penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan pola makan dengan tingkat hipertensi pada lansia

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatasmaka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “berdasarkan kajian literatur apakah ada hubungan pola makan dengan tingkat hipertensi pada lansia?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan kajian literatur tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan pola makan dengan tingkat hipertensi pada lansia

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pola makan lansia hipertensi b. Mengidentifikasi tingkat hipertensi pada lansia

(8)

c. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan tingkat hipertensi

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini, diharapkan memiliki sebuah manfaat yang berarti bagi peneliti maupun bagi objek yang diteliti. Hasil prnrlitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi dan memberikan masukan ilmiah bagi tenaga keperawatan demi peningkatan ilmu pengetahuan dan sarana untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan gerontik dan keperawatan KMB yang terkait dengan mengenai hubungan pola makan dengan tingkat hipertensi pada lansia.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi profesi keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan dan dapat mengaplikasikannya didalam melaksanakan praktek keperawatan gerontik dan KMB.

b. Manfaat bagi institusi

(9)

Manfaat penelitian ini bagi institusi adalah sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian tentang hipertensi pada lansia.

c. Manfaat bagi institusi pelayanan/puskesmas

Manfaat penelitian ini bagi institusi pelayanan kesehatan adalah sebagai bahan informasi untuk meningkatkan pelayanan keperawatan dalam penatalaksanaan hipertensi pada lansia serta memberikan informasi kepada institusi pelayanan kesehatan tentang hubungan pola makan dengan tingkat hipertensi pada lansia hipertensi.

d. Manfaat peneliti selanjutnya

Sebagai acuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hubungan pola makan dengan tingkat hipertensi pada lansia dan sebagai bahan referensi untuk studi lanjut bagi peneliti mendatang.

E. Ruang Lingkup

a. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian berdasarkan kajian literature dilaksanakan pada bulan April- september, tahun 2020

b. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian berdasarkan kajian literature ini adalah hubungan pola makan dengan tingkat hipertensi pada lansia keilmuan KMB dan Gerontik.

(10)

c. Ruang Lingkup Keilmuan

Ruang lingkup keilmuan pada penelitian berdasarkan kajian literature ini yaitu Gerontik Nursing dan Medical Surgical Nursing.

d. Ruang Lingkup Metodelogi

Ruang lingkup metode pada penelitian ini berdasarkan kajian literatur tentang hubungan pola makan dengan tingkat hipertensi pada lansia.

Referensi

Dokumen terkait

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini dapat diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dalam pengembangan pendidikan ilmu keperawatan,khususnya tentang strategi

Manfaat Teoritis dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi informasi dan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya

Manfaat Penelitian dari penelitian tersebut yaitu: (1) manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan kaitannya dengan

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis yaitu sebagai tambahan dan pengembangan ilmu pengetahuan pemasaran khususnya tentang pengaruh

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kenotariatan dan memperjelas mengenai tanggung

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang dapat membagi ilmu pengetahuan terkhususnya masyarakat Desa Mudalang Kecamatan Kusan Hilir di

Manfaat Penelitian dari penelitian tersebut yaitu: (1) manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan kaitannya dengan

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan untuk ilmu pengetahuan dalam penatalaksanaan pasien hipertensi khususnya dengan terapi