• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

6. Akta otentik memberikan bukti yang sempurna mengenai apa yang terkandung di dalamnya, sedangkan akta di bawah tangan adalah akta yang dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak. Dalam prakteknya, akta-akta pribadi terkadang digunakan untuk kepentingan pribadi tertentu, yang terkadang tidak sama dengan saat dibuatnya. Dalam realitas kehidupan sehari-hari, akta di bawah tangan seringkali menjadi pilihan untuk melegalkan setiap perbuatan hukum, khususnya dalam perjanjian.

Namun apakah daya pembuktian suatu akta di bawah tangan sama dengan akta otentik, sedangkan akta di bawah tangan hanya ditandatangani oleh para pihak saja dan tidak dibuat dihadapan Notaris? Oleh karena itu akta-akta tersebut apabila tidak memenuhi syarat-syarat suatu akta berdasarkan Undang-undang Jabatan Notaris maka akan menjadi akta di bawah tangan. Kecenderungan masyarakat untuk menggunakan akta di bawah tangan sebagai alat bukti dalam suatu perkara hukum membuktikan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kekuatan akta di bawah tangan sebagai alat bukti dalam suatu perkara perdata di kemudian hari.

Dalam penulisan skripsi ini, yang akan penulis bahas lebih mendalam mengenai macam-macam alat bukti adalah alat bukti surat, khususnya surat-surat yang berbentuk akta di bawah tangan. Kekuatan pembuktian dalam akta privat ditujukan pada kekuatan pembuktian formil, yaitu kekuatan pembuktian bahwa peristiwa atau kejadian yang digambarkan dalam akta itu benar-benar terjadi. Kekuatan pembuktian perbuatan di bawah tangan sebagai alat bukti dalam proses peradilan Berdasarkan pasal a) dan KUHPerdata 1880, alat bukti surat harus disahkan oleh pejabat yang berwenang.

Tujuan penelitian ini juga untuk mengetahui legalisasi dokumen privat sebagai alat bukti dalam proses peradilan, untuk mengetahui apakah fungsi legalisasi dokumen privat dapat memberikan tambahan kekuatan pembuktian dalam proses peradilan.

Rumusan Masalah

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Kerangka Teori

Walaupun F.J.Stahl dan A.V.Dicey membedakan antara pengertian rule of law in rechtsstaat dan rule of law, namun Thahir Azhary menganggap istilah rule of law mempunyai persamaan formal, mengingat kedua istilah tersebut mempunyai arah yang sama yaitu pencegahan terhadap tindakan yang bersifat absolut. kekuasaan demi pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia.16. 16 Thahir Azhary, Negara Hukum Indonesia, Analisis Hukum Normatif Unsur-Unsurnya, UI Press, Jakarta, 1995, hlm. 33-34. sistematisasinya yang terus menerus dalam badan hukum yang bersangkutan dengan beberapa prinsip pembenaran yang disepakati;

Penggunaan wacana hukum, suatu doktrin yang disusun berdasarkan struktur morfologi (makna kata) dan struktur sintaksis (konstruksi linier narasi dan teks) yang sesuai untuk melaksanakan pertimbangan hukum. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 membawa perubahan dalam kehidupan ketatanegaraan, khususnya dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman.UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. di Negara Doktrin “pemisahan kekuasaan” telah menunjukkan pola yang berbeda di berbagai negara. Unsur-unsur negara hukum biasanya terdapat dalam konstitusi, sehingga perbedaan konstitusi dalam negara hukum merupakan suatu keniscayaan, menurut Sri Soemantra tidak ada satu negara pun di dunia ini yang tidak memiliki konstitusi atau konstitusi. hukum dasar Negara dan konstitusi adalah dua lembaga yang tidak ada, bisa saja dipisahkan satu sama lain.

Dalam Komisi Hukum Internasional pada konferensi di Bangkok tahun 1965, ditetapkan persyaratan minimum unsur negara hukum (rule of law). Keamanan pribadi harus terjamin, tidak seorang pun boleh dipenjarakan tanpa perintah pengadilan atau secara preventif, tempat tinggalnya tidak boleh dilanggar, tidak seorang pun boleh diusir dari rumahnya atau diasingkan, kecuali dalam hal keputusan akhir pengadilan didasarkan pada aturan hukum. hukum yang ditafsirkan secara terbatas. Setiap orang harus dijamin kebebasan menyampaikan pendapatnya melalui media, khususnya pers, tidak boleh ada ketentuan registrasi, dan pemerintah dapat menjamin kebebasan.

Tujuan hukum yang hampir realistis adalah kepastian hukum dan kegunaan hukum. Positivis lebih menekankan pada kepastian hukum, sedangkan fungsi mengedepankan kegunaan hukum, dan dapat dikatakan bahwa “summum ius, summa injuria, summa lex, summa crux” berarti hukum yang dapat merugikan dengan kekerasan kecuali keadilan dapat menolongnya. Jadi, walaupun keadilan bukanlah satu-satunya tujuan hukum, keadilan adalah tujuan hukum yang paling hakiki. Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua makna, yaitu pertama, adanya aturan umum agar individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak dilakukannya, dan kedua, berupa kepastian hukum bagi individu terhadap kesewenang-wenangan pemerintah karena dengan adanya aturan umum maka individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dikenakan atau dilakukan oleh negara terhadap individu. 27 Doktrin kepastian hukum muncul dari doktrin Legal-Dogmatis yang berlandaskan pada aliran pemikiran positivis dalam dunia hukum yang cenderung memandang hukum sebagai sesuatu yang otonom, mandiri, karena bagi penganut aliran pemikiran tersebut, hukum adalah Tidak ada apa-apa. lebih dari sekedar kumpulan aturan.

Kepastian hukum dicapai dengan adanya hukum yang pada hakikatnya hanya menimbulkan aturan-aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum peraturan hukum membuktikan bahwa tujuan hukum bukanlah untuk mewujudkan keadilan atau kemaslahatan, melainkan hanya untuk mencapai kepastian. Dalam hal penilaian alat bukti, hakim dapat bertindak bebas [contoh: hakim tidak wajib mempercayai satu orang saksi saja, artinya hakim bebas menilai keterangannya (pasal 1782 HIR, 309 Rbg, 1908 BW)] atau terikat hukum [contoh: dalam hal surat-surat yang merupakan alat bukti tertulis, maka hakim terikat dalam penilaiannya (ps. Teori ini tidak memerlukan ketentuan yang mengikat hakim, sehingga penilaian terhadap alat bukti tersebut dapat diserahkan kepada hakim. .

Teori ini hanya mensyaratkan ketentuan yang mengatur larangan hakim melakukan sesuatu yang berkaitan dengan kesaksian. Selain larangan, teori ini juga memerlukan perintah kepada hakim. Di sini hakim wajib, namun dengan syarat (pasal 165 HIR, 285 Rbg, 1870 BW).

Konsep Operasional

Apabila suatu akta di bawah tangan tidak diingkari oleh para pihak, berarti mereka menerima dan tidak mengingkari kebenaran apa yang tertulis dalam akta di bawah tangan itu, sehingga sesuai dengan Pasal 1857 KUH Perdata, akta di bawah tangan itu mempunyai alat pembuktian yang sama. kekuatan. sebagai karya otentik. Membuktikan berarti kepastian mutlak, karena berlaku bagi semua orang dan tidak memperbolehkan pembuktian sebaliknya. Dalam ilmu hukum tidak mungkin memberikan pembuktian yang logis dan mutlak yang berlaku bagi semua orang dan menutup kemungkinan terjadinya pembuktian yang bertentangan, namun pembuktian konvensionallah yang mempunyai sifat khusus. Pembuktian dalam pengertian hukum ini hanya berlaku bagi pihak-pihak yang terlibat. dalam hal mereka yang memperoleh hak darinya, pembuktian demikian dalam arti hukum tidak membawa kepada kebenaran yang mutlak.

Adapun dalam hubungan perdata antara satu pihak dengan pihak lain, apabila timbul perselisihan yang tidak dapat diselesaikan oleh pihak-pihak yang bergugat, biasanya diselesaikan melalui pengadilan untuk memperoleh keadilan yang seadil-adilnya. kasus dalam kasus perdata. Pasal 31 memuat perselisihan-perselisihan yang dihadapi oleh para pihak, namun dalam hal-hal tertentu sifatnya hanya sekedar permintaan putusan kepada pengadilan untuk menetapkan adanya hak-hak keperdataan yang dimiliki oleh pihak-pihak yang berkepentingan agar hak keperdataannya sah. Pengajuan hak-hak sipil oleh pihak-pihak yang berkepentingan tidak menimbulkan tantangan apapun karena tujuan permohonan adalah untuk mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang.

Metode Penelitian

  • Jenis Penelitian
  • Objek Penelitian
  • Data dan Sumber Data
  • Analisis Data dan Metode Penarikan Kesimpulan

Bahan hukum primer adalah bahan penelitian yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan judul permasalahan yang dirumuskan, termasuk Keputusan Perdata No. 250/PDT.G/2015/PN.Pbr, Hukum Perdata, Peraturan Het Herizieni Indonesia (HIR), Reglement Tot Regeling Van Het Rechtswezen in De Gewesten Buiten Java en Madura (RBg) dan peraturan perundang-undangan terkait. Bahan hukum sekunder merupakan bahan yang berkaitan erat dengan bahan hukum primer yang dapat membantu, menganalisis dan memahami bahan hukum primer seperti: hasil penelitian dan buku-buku yang berkaitan dengan pokok bahasan tersebut.

Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan keterangan dan penjelasan penyerta bahan buku sekunder, misalnya kamus umum bahasa Indonesia. Analisis data dilakukan secara kualitatif, yaitu analisis yang tidak menggunakan angka-angka atau rumus-rumus sistematis dan makna matematis.

Referensi

Dokumen terkait

13 Tahun 2003 menyebutkan bahwa Perjanjian Kerja dibuat atas dasar (1) Kesepakatan kedua belah pihak, (2) Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum, (3)

47 Imparsial adalah mediator tidak memihak pada kedua belah pihak.. hingga sampai pada kesepakatan dan pembuatan akta perdamaian. Akta perdamaian atau putusan perdamaian

Perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja, idealnya dibuat atas dasar kesepakatan kedua belah pihak, cakap hukum, adanya pekerjaan yang diperjanjikan, tidak

Dalam Putusan Pengadilan Nomor: 526/Pdt.G/2012/PN.Jkt.Sel, akta perubahan perjanjian perkawinan dibuat oleh notaris dan tidak merugikan kedua belah pihak serta pihak ketiga

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank Indonesia.. bersangkutan tidak atau tidak dengan semestinya

menyebutkan bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar: (a) kesepakatan kedua belah pihak; (b) kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum, (c) adanya

ditentukan kemudian dalam surat perjanjian tersendiri yang dibuat berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan (add

Dalam istilah perjanjian jual beli banyak cara yang bisa dilakukan kedua belah pihak untuk menjalin sebuah kesepakatan antara kedua belah pihak yang bertujuan untuk mencari