• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II (1)

N/A
N/A
Gabriella Maylani Prasetyaningrum

Academic year: 2024

Membagikan "BAB II (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

8

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

Bundhe, Kibet, Daphen dan Mugo (2014) mengkaji dampak subsidi pupuk terhadap produksi jagung di Distrik Utara Nandi, Kenya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program subsidi input pertanian menyebabkan peningkatan output jagung. Selain itu dengan adanya subsidi pupuk dapat meningkatkan permintaan pupuk di tingkat pasar. Efisiensi peningkatan penggunaan pupuk harus diimbangi dengan peningkatan praktek pengelolaan tanaman seperti rotasi tanaman, pengaturan jarak tanam, pengaplikasian pupuk saat pembibitan, penyiangan tepat waktu, serta mengaplikasikan pupuk dengan memperhatikan konservasi lingkungan.

Penelitian Waninayake dan Semasinghe (2014) yang berjudul Economic and Social Cost of Fertilizer Subsidy on Paddy Farming in Sri Lanka, menggunakan teori fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi hubungan positif antara subsidi pupuk dengan hasil rata-rata. Akibatnya produksi padi meningkat sehingga terjadi peningkatan pendapatan dan terjadi pencapaian swasembada beras. Subsidi pupuk menyebabkan petani menggunakan pupuk semakin banyak, sehingga perlu dilakukan perbaikan standar pupuk untuk pertanian padi.

Robert dan Nie (2015), melakukan penelitian mengenai evaluasi program subsidi pupuk pada petani yang rentan di Kenya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program NAAIAP (The National Accelerated Agricultural Inputs Access Program) atau program percepatan akses input pertanian nasional yang dirancang oleh pemerintah Kenya sebagai program pengaman bagi petani miskin yang tidak memiliki sumber keuangan untuk membeli input pertanian selama siklus produksi gagal mencapai tujuanya. Hal tersebut terjadi karena perbedaan sumberdaya yang ada di berbagai kelompok petani karena kapasitas produktif dan tingkat pendapatan mereka.

James, Paul dan Vivian (2015) melakukan penelitian mengenai program subsidi pupuk di Ghana. Hasil menunjukkan bahwa implementasi subsidi

(2)

pupuk setelah 6 tahun tidak efektif. Sebagian besar subsidi pupuk tidak menyebabkan pertumbuhan output. Pertumbuhan output disebabkan karena adanya peningkatan alokasi lahan pertanian sehingga dampak subsidi pupuk tidak begitu dirasakan.

Arisandi, Sudarma dan Rantau (2016) mengkaji efektvitas distribusi subsidi pupuk organik dan dampaknya terhadap pendapatan usahatani padi sawah di Subak Sungsang, Desa Tibubiu, Kabupaten Tabanan. Metode yang digunakan yaitu analisis efektivitas berdasarkan empat indikator keberhasilan kebijakan subsidi pupuk yaitu tepat harga, teppat waktu, tepat tempat, dan tepat jumlah. Sampel yang digunakan yiatu berjumlah 46 orang dari populasi 460 petani. Hasil penelitian yaitu efektivitas subsidi pupuk organik ditinjau dari indikator tepat harga, waktu dan tempat sangat efektif (100%), sedangkan indikator tepat jumlah sangat tidak efektif (0%).

Selanjutnya penelitian Rudydiana dan Retnoningsih (2016) yang berjudul Efektivitas Distribusi Pupuk Bersubsidi (Studi Kasus di Desa Ampeldento, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang), menggunakan metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif dengan sampel sebnayak 35 petani.

Hasil penelitian diperoleh total presentase petani yang menyatakan pendistribusian pupuk telah sesuai dengan enam indikator yaitu tepat jumlah, tepat harga, tempat, waktu, jumlah, mutu dan jenis sebesar 251,40%. Hal ittu menunjukkan bahwa efektivitas distribusi pupuk bersubsidi di Desa Ampeldento kurang efektif.

Mulyadiana, Marwanti dan Rahayu (2018) mengkaji efektivitas kebijakan subsidi pupuk dan pengaruhnya terhadap produksi padi di Kabupaten Karanganyar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk ditinjau dari empat indikator (tepat harga, tepat tempat, tepat waktu dan tepat jumlah) dinyatakan tidak efektif. Luas lahan, jumlah penggunaan pupuk urea, jumlah penggunaan pupuk NPK dan efektivitas secara individu berpengaruh nyata terhadap produksi padi di Kabupaten Karanganyar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar tingkat efektivitas kebijakan subsidi pupuk maka produksi padi seakin meningkat.

(3)

Tabel 5. Persamaan dan Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian Persamaan Perbedaan

Bundhe et.al (2014), “Impact of Fertilizer Input Subsidy on Maize Production in Nandi North District, Kenya”

1. Mengkaji subsidi pupuk 1. Menganalisis pengaruh subsidi pupuk terhadap produksi jagung

Waninayake dan Semasinghe (2014), “Economic and Social Cost of Fertilizer Subsidy on Paddy Farming in Sri Lanka”

1. Mengkaji subsidi pupuk 1. Menganalisis pengaruh subsidi pupuk terhadap produksi padi

James et.al (2015), “Fertilizer Subsidy Programme in Ghana:

Evidence of Performance after Six Years of Implementation”

1. Menggunakan subsidi pupuk

1. Menganalisis pengaruh subsidi pupuk terhadap produksi tanaman serelia, tanaman sayuran, dan tanaman industri

Robert dan Nie (2015), “Evaluating the effects of fertilizer subsidy programmes on vulnerable farmers in Kenya”

1. Mengkaji subsidi pupuk 1. Menganalisis pengaruh subsidi pupuk terhadap pendapatan usahatani jagung

Arisandi et.al (2016),

“Efektvitas Distribusi Subsidi Pupuk Organik dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Subak Sungsang, Desa Tibubiu, Kabupaten Tabanan”

1. Mengkaji subsidi pupuk 1. Menganalisis dampak subsidi pupuk terhadap pendapatan usahatani padi 2. Menggunakan empat

indikator (tepat harga, tepat tempat, tepat waktu, dan tepat jumlah)

3. Hanya menganalisis pupuk organik.

Rusydiana dan Retoningsih (2016), “Efektivitas Distribusi Pupuk Bersubsidi (Studi Kasus di Desa Ampeldento, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang)”

1. Mengkaji subsidi pupuk 2. Menggunakan enam

indikator (tepat harga, tepat jumlah, tepat waktu, tepat jenis, tepat tempat dan tepat mutu) dalam menganalisis efektivitas distribusi pupuk bersubsidi

1. Menggunkan metode simple random sampling

Mulyadiana, Marwanti dan Rahayu (2018), “Analysis of the effectiveness of fertilizer subsidy policy and its effect on rice production in Kranganyar Regency”

1. Mengkaji efektivitas subsidi pupuk

1. Menganalisis pengaruh efektivitas subsidi pupuk terhadap produksi padi 2. Menggunakan empat

indikator (tepat harga, tepat tempat, tepat waktu, dan tepat jumlah)

B. Tin

Sumber: Budhe et.al (2014), Wainayake dan Semasinghe (2014), James et.al (2015), Robert dan Nie (2015), Arisandi et.al (2016), Rusydiana dan Retnoningsih (2016), Mulyadiana, Marwanti dan Rahayu (2018).

(4)

C. Tinjauan Pustaka 1. Tembakau

Berdasarkan klasifikasi botanisnya, tanaman tembakau dikelompokkan sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Ssubdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Solanes Famili : Solanaceae Geus : Nicotiana

Spesies : Nicotania tobacum

Tanaman tembakau merupakan tanaman tropis yang dapat hidup pada rentang iklim yang luas karena responnya netral terhadap panjang hari. Tanaman tembakau dapat tumbuh dari 60oLU - 40oLS dengan batas suhu minimum 15o C dan suhu maksimum 42o C serta suhu ideal saat siang hari adalah 427o C. Sejak tanaman tembakau ditanam hingga fase pemasakan, daun diharapkan kondisinya kering. Pengaturan waktu tanam yang didasarkan periode kering sangat menentukan keberhasilan usahatani tembakau (Suwanto, Yuke dan Silvia, 2014)

Budidaya tembakau dilakukan dengan cara penyiapan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Tanah untuk pembibitan tembakau harus dipilih dan dipertimbangkan kesuburan dan kesehatan tanahnya, penyinaran matahari, sumber air yang diperlukn serta kemungkinan adanya hama dan penyakit. Sebelum tanah diolah, tanah tersebut terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa tanaman. Waktu penanaman tembakua tergantung jenis tembakau yang ditanam. Sewaktu menanam bibit tembakau, keadaan tanah tidak boleh. Bila tanah kering maka harus dilakukan penyiraman. Penanaman bibit dan peyiraman yang baik dilakukan pada saat sore hari. Pupuk tanaman tembakau dibedakan menjadi dua macam yaitu pupuk konvensional dan pupuk hayati hasil bioteknologi. Bila menggunakan pupuk konvenssional anorganik, maka

(5)

pupuk SP-36 diberikan pada saat 1-7 hari sebelum tanam sedangkan pupuk ZA dan ZK diberikan pada saat umur tanaman 7 hari dan 21 hari setelah masa tanam. Bila menggunakan pupuk hayati maka diberikan satu hari setelah bibit ditanam. Pemeliharaan tanaman tembakau dilakukan dengan memberikan pupuk susulan, pemangkasan, dan perlindungan tanaman dari serangan hama dan penyakit. Tanaman tembakau yang sudah berumur 150 hari atau sekitar 4-5 bulan setelah tanam, maka daunnya mulai masak dan layak utuk ipetik. Dau tembakau dapat dipetik bila telah berwarna hijau terang. Pemetikan daun tebakau dimulai pada daun masak pada bagian bawah dahulu terlebih selanjutnya daun tengah dapat dipetik 10 hari setelah daun bawah dipetik (Sudadi dan Widada, 2001).

Tembakau Temanggung merupakan salah satu bahan baku rokok kretek yang terkenal sebagai pemberi rasa dan aroma yang khas. Selain itu tembakau Temanggung memiliki kadar nikotin yang tinggi dibandingkan tembakau jenis lainnya. Oleh karenaa itu, harga tembakau Temanggung lebih tinggi dibandingkan dengan tembakau jenis lainnya dan volume permintaan oleh perusahaan rokok terkenal sangat tinggi.

Produksi dan mutu tembakau Temanggung dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jenis tembakau, jenis tanah, ketinggian lokasi tanam, iklim/cuaca (curah hujan, suhu, pencahayaan), pemeliharaan tanaman, dan pengolahan hasil pasca panen Mutu tembakau Temanggung menentukan harga jual tembakau tersebut. Semakin bagus mutunya, maka harga juga akan semakin mahal (Nyimas dan Djumali 2012).

Produksi dan mutu tembakau sangat dipengaruhi ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman selama pertumbuhannya. Oleh karena itu kelebihan atau kekurangan dalam ketersediaan unsur hara akan mempengaruhi produksi dan mutu tembakau. Misalnya, kelebihan unsur nitrogen akan menyebabkan fase pertumbuhan vegetatif lebih panjang, tertundanya pembungaan dan pemasakan daun, karena terjadi sintesis protein yang dominan. Sebaliknya, kekurangan ketersediaan nitrogen akan menghambat perkembangan kloroplas sehingga jumlah klorofil

(6)

berkurang dan daun menjadi klorosis, yang akhirnya akan menyebabkan menurunnya berat kering daun (Djajadi dan Murdiyati, 2000). Pupuk ZA merupakan salah satu sumber nitrogen dimana panjang dan lebar daun atas tembakau cenderung meningkat dengan peningkatan pupuk ZA (Wiroatmojo dan Najib, 1995). Pupuk organik (PO) sebagai bahan organik tanah organik lebih efektif dalam meningkatkan mutu tembakau Temanggung, serta meningkatkan serapan hara N pada P bagi tanaman tembakau (Diaji dan Sudibyo, 2002).

2. Pupuk Bersubsidi

Permentan No. 47 Tahun 2017, pupuk bersubsidi adalah barang dalam pengawasan yang pengadaan dan penayalurannya mendapat subsidi dari Pemerintah untuk kebutuhan kelompok tani dan atau petani di sektor pertanian. Pupuk bersubsidi terdiri dari pupuk organik dan pupuk an- organik yang diproduksi atau diadakan oleh pelaksana subsidi pupuk.

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan atau bagian hewan dan atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan atau mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sedangkan pupuk an-organik merupakan pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan atau biologis serta merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk.

Pupuk bersubsidi menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 77 Tahun 2005 jenis pupuk bersubsidi yaitu pupuk anorganik (urea, superphos, ZA dan NPK) dan pupuk anorganik. Pupuk bersubsidi ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan di penyalur resmi di lini IV. Pupuk bersubsidi diperuntukkan bagi petani, pekebun, peternak dan pembudidaya ikan atau udang yang mengusahakan lahan seluas-luasnya dua hektar setiap musim tanam per keluarga petani, kecuali pembudidaya ikan atau udang seluas-luasnya satu hektar.

Pemenuhan kebutuhan pupuk bersubsidi menurut sub sektor telah diatur

(7)

dalam Permentan No.69/Permentan/SR.130/11/2012, begitu pula dengan kebutuhan pupuk bersubsidi menurut jenis pupuk dan jumlah pupuk di tiap provinsi.

Produsen pupuk bersubsidi merupakan perusahaan yang memproduksi pupuk anorganik dan pupuk organik dan terdiri dari PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Kujang dan PT Pupuk Iskandar Muda.

Distributor merupakan perusahaan perseorangan atau badan usaha,baik yang berbentuk badan hukum yang titunjuk oleh produsen berdasarkan Surat Perjanjian ual Beli (SPJB) untuk melakukan pembelian, penyimpanan, penyaluran dan penjualan pupuk bersubsidi dalam partai besar di wilayah tanggungjawabnya. Pegecer adalah perusahaan perseorangan baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang berkedudukan di Kecamatan dan atau Desa yang ditunjuk distributor berdasarkan Surat Perjanjian Jual Beli (SPBJ) dengan kegiatan pokok elakukan penjualan pupuk bersubsidi secara langsung hanya kepada kelompok tani dan atau petani di wilayah tanggungjawabnya (Permana, 2017).

Berdasarkan Menperindag No. 70/MM/Kep/2/2003, Lini I merupakan lokasi gudang pupuk di wilayah pabrik pupuk dalam negeri atau wilayah pelabuhan tujuan untuk pupuk impor. Lini II merupakan lokasi gudang di wilayah Ibukota Propinsi dan Unit Pengantongan Pupuk (UPP) atau di luar wilayah pelabuhan. Lini III merupakan lokasi gudang distributor pupuk atau produsen di wilayah Kabupaten/Kotamadya yang ditunjuk atau ditetapkan oleh produsen. Lini IV adalah gudang pengecer yang ditunjuk atau ditetapkan oleh ditributor.

3. Efektivitas Distribusi Pupuk

Efektivitas merupakan peralatan yang tepat untuk mencapai suatu tujuan. Dapat dikatakan sebagai kemampuan untuk menentukan tujuan yang tepat yang sudah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas adalah pengukuran dalam artian apabila tercapainya suatu tujuan akan tetapi

(8)

tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan maka dapat dikatakan bahwa hal tersebut tidak efektif (Handoko, 2001). Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat (Sedarmayanti, 2001).

Muasaroh (2010), efektivitas suatu program dapat dilihat dari aspek-aspek antara lain: (1) Aspek tugas atau fungsi, yaitu lembaga dikatakan efektivitas jika melaksanakan tugas atau fungsinya, begitu juga suatu program pembelajaran akan efektif jika tugas dan fungsinya dapat dilaksanakan dengan baik dan peserta didik belajar dengan baik; (2) Aspek rencana atau program, yang dimaksud dengan rencana atau program disini adalah rencana pembelajaran yang terprogram, jika seluruh rencana dapat dilaksanakan maka rencana atau progarm dikatakan efektif;

(3) Aspek ketentuan dan peraturan, efektivitas suatu program juga dapat dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam rangka menjaga berlangsungnya proses kegiatannya. Aspek ini mencakup aturanaturan baik yang berhubungan dengan guru maupun yang berhubungan dengan peserta didik, jika aturan ini dilaksanakan dengan baik berarti ketentuan atau aturan telah berlaku secara efektif; dan (4) Aspek tujuan atau kondisi ideal, suatu program kegiatan dikatakan efektif dari sudut hasil jika tujuan atau kondisi ideal program tersebut dapat dicapai.

Permendag No 15. Tahun 2013, efektivitas subsidi pupuk sangat bergantung pada 6 prinsip tepat. Maksud 6 prinsip tepat tersebut yakni tepat harga, tepat jumlah, tepat jenis, tepat waktu, tepat tempat dan tepat mutu. Tepat jenis, dapat diartikan sebagai jenis pupuk yang diberikan sesuai atau tidak dengan kebutuhan petani. Tepat mutu merupakan kesesuaian dengan jaminan mutu yang ditetapkan SNI atau ISO 9001.

(9)

Syafa’at et.al (2007), tepat harga, merupakan kondisi dimana harga pembelian pupuk oleh petani di tingkat pengecer resmi (Lini IV) per saknya sesuai dengaan Harga Eceran Tertinggi (HET). Tepat jumlah, merupakan jumlah pemupukan yang dilakukan sesuai dengan dosis atau jumlah berdasarkan analisa status hara tanah dan kebutuhan tanaman (Rahman, 2009). Tepat tempat merupakan suatu kondisi dimana pupuk tersedia di dekat atau di sekitar rumah atau lahan petani yang diindikasikan dengan pembelian pupuk oleh petani dilakukan di kios di dalam desa. Tepat waktu merupakan suatu kondisi dimana pupuk secara fisik tersedia pada saat dibutuhkan oleh petani.

4. Kartu Tani

Permentan No. 47 Tahun 2017, kartu Tani adalah kartu debit BRI co-branding yang digunakan secara khusus untuk membaca alokasi Pupuk Bersubsidi dan transaksi pembayaran Pupuk Bersubsidi di mesin Electronic Data Capture (EDC) BRI (Bank Rakyat Indonesia) yang ditempatkan di pengecer serta dapat berfungsi untuk melakukan seluruh transaksi perbankan pada umumnya (Moko et.al, 2017). Electronic Data Capture (EDC), merupakan mesin yang berfungsi sebagai sarana penyedia transaksi penebusan pupuk bersubsidi dengan cara memasukkan atau mengesek Kartu Tani di pengecer resmi. Landasaan pelaksanaan kartu tani berdasarkan kesepakatan besama Gubernur Jawa Tengah dan Direktur PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk No 004/2015, No B.122-DIR/KPM/03/2015 tentang kartu tani sebagai alat penebusan dan pembayaran pupuk bersubsidi bagai petani di Provinsi Jawa Tengah. Selain itu juga berdasarkan keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah No.521.1/014723, tentang Petunjuk Teknis Kartu Tai melalui Aplikasi Sisstem Informasi Manajemen Pangan Indonesia di Provinsi Jawa Tengah.

Pengusulan kartu tani dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut: 1) penyuluh pertanian melakukan pendampingan dalam penyusunan RDKK di Kelompok Tani. RDKK yang sudah disepakati

(10)

lalu diserahkan kepada admin eRDKK. 2) Admin eRDKK meng-upload data RDKK tersebut ke dalam sistem eRDKK Kementan. 3) Koordinator Penyuluh (Korluh) memverifikasi data yang sudah di-upload oleh admin dengan membandingkan dengan data RDKK yang sudah disepakati oleh Kelompok Tani dan Penyuluh. 4) Data yang sudah diverifikasi oleh Korluh akan diverifiksi oleh Kepala Seksi dan Kepala Bidang yang menangani penyuluhan di tingkat kabupaten secara berjenjang. 5) kepala Dinas Pertanian Kabupaten membuuat persetujuan secara elektronik dalam sistem eRDKK Kementan terhadap data eRDKK untuk tingkat kabupaten. Data eRDKK yang sudah disetujui oleh Kepala Dinas Kabupaten akan diambil alih oleh Bank secara elektronik untuk diverifikasi kevalidan datanya. Data petani yang sudah valid akan dibuatkan kartu tani disertai data alokasi pupuknya yang kemudian diserahkan kepada petani yang bersagkutan sedangkan data petani yang belum valid akan dikembalikan oleh pihak Bank kepada Dinas Kabupaten secara elektronik. Bank akan menggandeng kios pengecer.

Kios pengecer yang sudah mejadi agen Bank akan diberikan EDC sebagai alat transaksi Kartu Tani. petani/Kelompok Tani dapat menggunakan Kartu Tani sebagai alat penebusan pupuk bersubsidi di kios. Petani yang tidak dapat melakukan transaksi sendiri dapat melakukan penebusan pupuk secara berkelompok dengan menitipkan Kartu Taninya kepada ketua kelompoknya (Permana, 2017).

5. Teori Produksi

Fungsi produksi menurut Sukirno (2005) dinyatakan dalam bentuk berikut:

Q = f(K,L,R,T)

Dimana K merupakan modal, L merupakan tenaga kerja, R merupakan kekayaan alam dan T merupakan tingkat teknologi yang digunakan. Q merupakan jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut, yaitu secara bersama digunakan untuk memproduksi barang yang sedang dianalisis sifat produksinya.

(11)

Produktivitas fisik marjinal (marginal physical productivity) suatu input adalah sebagai tambahan kuantitas output yang dihasilkan dengan menambah satu input tersebut, dengan menganggap konstan seluruh input lainnya (Nicholson, 2002).

Sukirno (2005) menuliskan persamaan untuk menghitung produsi marginal yaitu sebagai berikut:

MP= ∆TP

∆L

Sedangkan besarnya produksi rata-rata yaitu produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja. Apabila produksi total adalah TP, jumlah tenaga kerja adalah L, maka produksi rata-rata (AP) dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:

AP = TP

L

Q*

Gambar 1. Kurva Produksi Total

A

B’

C’ APx

0 X1 X2 X3 Input X 0 X1 X2 X3 Input X

MPx

Increasin g Returns

Decreasin g Returns

Negative Returns

Gambar 2. Kurva Produksi Rata-rata dan Produk Marjinal

(12)

Subsidi digunakan untuk mendorong produksi dengan cara menurunkan harga. Besarnya keuntungan yang diperoleh pembeli dengan adanya subsidi tergantung pada besarnya penurunan harga yang berlaku.

P

P P’

Q Q’ Q

Output (Q) Q’

Q

Sumber: Widjajanta dan Widyaningsih (2007)

Berdasarkan Gambar 3. terlihat pengaruh subsidi terhadap kurva

Adanya subsidi mengakibatkan pupuk yang ditawarkan di pasar menjadi bertambah dari Q ke Q’, sedangkan S’ harga keseimbangan pasar dengan adanya pupuk bersubsidi turun dari P ke P’ penawaran pupuk bertambah dari S ke seperti terlihat pada kurva (a). Dampak adanya subsidi yaitu biaya produksi menjadi lebih rendah sehingga kemampuan produsen untuk membeli input produksi leih tinggi sehingga jumlah input produksi meningkat yang menyebabkan jumlah barang yang diproduksi manjadi naik dari Q ke Q’ seperti terlihat pada gambar (b).

S S’

D

(a) Pengaruh Subsidi terhadap Kurva Pupuk

(b) Pengaruh Subsidi terhadap Produksi

Input

Gambar 3. Pengaruh Subsidi terhadap Kurva Penawaran dan Produksi penawaran dan produksi.

(13)

D. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Kebijakan subsidi pupuk dengan pola kartu tani ditetapkan untuk membatu sektor pertanian terutama dengan penghematan input produksi.

Penyaluran pupuk bersubsidi diatur berdasarkan mekanisme yang telah ditetapkan pemerintah. Penyaluran dan pengadaan pupuk bersubsidi dilakukan tindakan pengawasan terutama berkaitan dengan prinsip enam tepat. Dari pengawasan tersebut akan ada suatu evaluasi tentang pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi. Penelitian ini akan membahas efektivitas distribusi pupuk bersubsidi dengan pola kartu tani terutama berkaitan dengan produksi tembakau di Kabupaten Temanggung.

Usahatani tembakau dipengaruhi oleh luas lahan (X1), pengunaan pupuk ZA (X2), penggunaan pupuk organik (X3), pengunaan benih (X4), pengunaan tenaga kerja (X5) dan efektivitas (X6) Pupuk yang digunakan dalam usahatani tembakau merupakan pupuk bersubsidi. Pupuk bersubsidi tersebut diperoleh petani menggunakan kartu tani maupun tanpa menggunakan kartu tani. Penyaluran pupuk bersubsidi harus dilakukan berdasarkan prinsip enam tepat yaitu tepat harga, tepat jumlah, tepat waktu, tepat tempat, tepat mutu, dan tepat jenis. Berdasarkan enam prinsip tepat tersebut maka dapat dilihat tingkat efektivitas distribusi pupuk bersubsidi.

Secara sistematik, kerangka pemikiran konseptual untuk penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

(14)

Gambar 4. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Faktor Produksi:

X1 : Luas Lahan (Ha) X2 : Penggunaan Pupuk ZA (Kg)

X3 : Penggunaan Pupuk Organik (Kg)

X4 : Penggunaan Benih (Gram)

X5 : Penggunaan Tenaga Kerja (HOK)

X6 : Efektivitas Distribusi (%)

Kecamatan Bansari

Produksi Tembakau di

Kecamatan Bansari

Kebijakan Subsidi Pupuk

Kartu Tani

Distribusi

Harga

Jumlah

Waktu

Tempat

Mutu

Jenis

Tanpa Kartu Tani

Analisis Regresi

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Poduksi

Tembakau

Efektivitas

(15)

E. Hipotesis

1. Diduga distribusi pupuk bersubsidi dengan pola katu tani cukup efektif 2. Diduga terdapat perbedaan antara rata-rata efektivitas distribusi pupuk

bersubsidi menggunakan pola kartu tani dengan efektivitas distribusi pupuk bersubsidi tanpa kartu tani.

3. Diduga efektivitas distribusi pupuk bersubsidi berpengaruh nyata terhadap produksi tembakau.

F. Asumsi-asumsi

1. Variabel-variabel lain yang tidak diamati pada saat penelitian (jenis pestisida, dosis pestisida, kesuburan tanah, pupuk selain ZA dan organik) dianggap berpengaruh sama.

G. Pembatasan Masalah

1. Usahatani yang diteliti merupakan usahatani tembakau pada masa tanam antara bulan Maret -Agustus 2018.

2. Efektivitas distribusi subsidi pupuk ditentukan oleh prinsip enam tepat yaitu tepat harga, tepat jumlah, tepat watu, tepat tempat, tepat mutu dan tepat jenis.

H. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Usahatani tembakau merupakan kegiatan petani dalam mengusahakan produk tembakau dengan memanfaatan faktor produksi dan sarana produksi.

2. Pupuk bersubsidi merupakan pupuk yang dalam penyaluran dan pengadaannya mendapatkan subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program pemerintah.

3. Efektivitas distribusi pupuk bersubsidi merupakan penyaluran subsidi pupuk yang memenuhi prinsip enam tepat yaitu tepat harga, tepat jumlah, tepat waktu, tepat tempat, tepat mutu dan tepat jenis.

a. Tepat harga artinya tidak terdapat kesenjangan antara harga pupuk bersubsidi yang dibayarkan petani dengan harga eceran tertinggi yang telah ditetapkan pemerintah dan dinyatakan dalam persen (%).

(16)

b. Tepat jumlah artinya penggunaan pupuk bersubsidi oleh petani besarnya sama dengan dosis anjuran pemupukan berimbang dan dinyatakan dalam persen (%).

c. Tepat waktu artinya pupuk selalu tersedia disaat petani membutuhkan dan dinyatakan dalam persen (%).

d. Tepat tempat artinya petani mendapatkan pupuk bersubsidi di pengecer/kios resmi dan dinyatakan dalam persen (%).

e. Tepat mutu artinya pupuk bersubsidi bersertifikat SNI ditandai dengan adanya logo SNI pada kemasan pupuk bersubsidi dan dinyatakan dalam persen (%).

f. Tepat jenis artinya jenis pupuk yang diberikan sesuai dengan kebutuhan petani dan dinyatakan dalam persen (%).

4. Harga Eceran Tertinggi disingkat HET merupakan harga tertinggi pupuk ZA dan Organik dengan kemasan 50 kg dan 40 kg yang dibayar tunai oleh petani kepada pengecer resmi di Lini IV dan dinyatakan dalam Rupiah (Rp).

5. Produksi tembakau (Y) adalah jumlah panen yang dihasilkan pada satu kali masa tanam dan dinyatakan dalam kilogram (Kg).

6. Luas lahan (X1) adalah areal yang ditanami tembakau setiap masa tanam dan dinyatakan dalam hektar (Ha).

7. Jumlah penggunaan pupuk ZA (X2) adalah jumlah pupuk ZA yang digunakan untuk melakukan usahatani tembakau setiap musim tanam dan dinyatakan dalam kilogram (kg).

8. Jumlah penggunaan pupuk organik (X3) adalah jumlah pupuk organik yang digunakan untuk melakukan usahatani tembakau setiap musim tanam dan dinyatakan dalam kilogram (kg).

9. Jumlah penggunaan benih (X4) adalah jumlah benih yang digunakan untuk usahatani tembakau pada setiap musim tanam dan dinyatakan dalam satuan gram (gr).

10. Jumlah tenaga kerja (X5) adalah banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan petani tembakau untuk melakukan usahatani tersebut baik tenaga kerja

(17)

dalam (keluarga) dan tenaga kerja luar serta dinyatakan dalam satuan hari orang kerja (HOK) untuk setiap musim tanam.

11. Efektivitas distribusi (X6) adalah rata-rata presentase dari prinsip enam tepat dan dinyatakan dalam persen (%).

Referensi

Dokumen terkait

Diperoleh hasil: (1) pelayanan KUD dalam pengadaan pupuk bersubsidi di tingkat petani tepat waktu, tepat jumlah, tepat harga, tepat mutu serta tepat sasaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi kebijakan penyaluran pupuk bersubsidi di kabupaten Enrekang menggunakan indikator yaitu (1)efektivitas,belum sepenuhnya efektif

Penyaluran pupuk sebagaimana dimaksud pada huruf a sesuai dengan prinsif 6 (enam) tepat, yaitu tepat jenis, jumlah, harga, tepat sasaran, waktu dan tepat mutu... 3) Untuk

Pelaksana subsidi pupuk wajib melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini I sampai Lini IV sebagaimana diatur dalam Peraturan

Sistem distribusi pupuk bersubsidi di Desa Bantarkawung Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: (a) Sosialisasi untuk penyaluran

(1) Pelaksana Subsidi Pupukwajib melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini I sampai Lini IV sebagaimana diatur dalam

62 Berdasarkan hasil penelitian terkait efektivitas program kartu tani pada tata kelola penyaluran pupuk bersubsidi di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa, maka dapat disimpulkan

Penggunaan pola RDKK dalam penyaluran pupuk subsidi untuk para petani yakni dengan cara para petani yang ingin mendapatkan pupuk subsidi terlebih dahulu harus bergabung dalam kelompok