• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DISTRIBUSI DAN PEMASARAN PUPUK BERSUBSIDI DI KECAMATAN BIRINGBULU KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS DISTRIBUSI DAN PEMASARAN PUPUK BERSUBSIDI DI KECAMATAN BIRINGBULU KABUPATEN GOWA"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN GOWA

KARTINI 105961124616

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

ANALISIS DITRIBUSI DAN PEMASARAN PUPUK BERSUBSIDI DI KECAMATAN BIRINGBULU KABUPATEN GOWA

KARTINI 105961124616

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Distribusi dan Pemasaran Pupuk Bersubsidi di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 03 Desember 2020

Kartini 105961124616

(6)

ABSTRAK

KARTINI. 105961124616. Analisis Distribusi dan Pemasaran Pupuk Bersubsidi di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa. Dibimbing Oleh JUMIATI dan H.

SALEH MOLLA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran distribusi dan margin pemasaran pupuk bersubsidi di Kecamatan Birirngbulu. Informan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang distributor dan pengecer, dimana 1 orang distributor dan 3 orang pengecer yang ada di Kecamatan Birirngbulu, dengan menggunakan teknik Non Probaliti Sampling yang dipilih yaitu Total Sampling.

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan rumus margin pemasaran.

Alur pemasaran pupuk bersubsidi di Kecamatan Biringbulu yaitu lembaga produsen menyalurkan pupuk ke Kabupaten melalui distributor (PT. Gresik Cipta Sejahtra), kemudian distributor menyalurkan langsung ke tingkat Kecamatan melalui pengecer dengan harga jual sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET), kemudian pengecer yang menyalurkan langsung ke petani dengan harga yang ditentukan oleh setiap pengecer.

Margin pemasaran yang diperoleh distributor (PT. Gresik Cipta sejahtera) yaitu Rp. 2.000-8000. Margin pemasaran yang diperoleh pengecer (UD. Lereng Bukit) yaitu Rp. 10.000-30.000. margin pemasaran pada pengecer (UD. Jaya Nur) yaitu Rp. 15.000-30.000, kemudian margin pemasaran pengecer (UD. Cahaya Andry) yaitu Rp. 15.000-50.000.

Kata Kunci : saluran distribusi, pupuk bersubsidi, margin pemasaran.

(7)

ABSTRACT

KARTINI. 105961124616. Distribution and Marketing Analysis of Subsidized Fertilizer in Biringbulu District, Gowa Regency. Supervised by JUMIATI and H. SALEH MOLLA.

This study aims to determine the distribution channels and marketing margins of subsidized fertilizers in Birirngbulu District. The informants in this study were 4 distributors and retailers, where 1 distributor and 3 retailers in Birirngbulu District, using the Non-Probaliti Sampling technique chosen, namely Total Sampling. The data analysis used was descriptive qualitative and quantitative analysis using the marketing margin formula.

The marketing flow of subsidized fertilizers in Biringbulu District, namely the producer institution distributes fertilizer to the Regency through a distributor (PT. Gresik Cipta Sejahtra), then the distributor distributes directly to the District level through retailers at the selling price according to the Highest Retail Price (HRP), then retailers who distributed directly to farmers at a price set by each retailer.

The marketing margin obtained by the distributor (PT. Gresik Cipta Sejahtera) was about Rp. 2.000 – 8.000. The marketing margin obtained by retailers (UD. Lereng Bukit) was between Rp. 10.000 - 30.000. Marketing margin at retailers (UD. Jaya Nur) was around Rp. 15.000 - 30.000, then the retailer's marketing margin (UD. Cahaya Andry) reached Rp. 15.000 – 50.000.

Keywords: distribution channel, subsidized fertilizer, marketing margin.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah- Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tak lupa pula saya ucapkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena beliaulah yang telah menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah. Adapun judul skripsi yang akan dibahas adalah “Analisis Distribusi dan Pemasaran Pupuk Bersubsidi di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa ”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh Sarjana S1 Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Peneliti ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung terutama kepada yang terhormat :

1. Ibu Dr. Jumiati., S.P., M.M selaku pembimbing utama dan Bapak Ir. H. Saleh Molla, M.M. selaku pembimbing pendamping yang telah membimbing saya dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Nurdin, M.M. dan Ibu Rahmawati, S.Pi., M.Si. selaku penguji yang telah memberikan masukan dan koreksi kepada penulis dalam menyelesaian skripsi.

3. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P., Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

4. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., Selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada peneliti.

7. Kepada pihak Pemerintah Kabupaten Gowa dan Dinas Peternakan dan Perkebunan beserta pihak Distributor dan Pengecer telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Daerah tersebut.

8. Semua pihak/teman-teman yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang peneliti tidak dapat sebut satu persatu.

Akhir kata peneliti ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 03 Desember 2020

Kartini

(10)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN KOMISI PENGUJI ... iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI . iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Kegunaan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Distribusi dan Pemasaran Pupuk Bersubsidi ... 5

2.2 Fungsi Saluran Distribusi ... 6

2.3 Pengertian Pupuk Bersubsidi ... 7

2.4 Alokasi Pupuk Bersubsidi ... 9

2.5 Pengadaan dan Pengawasan Pupuk Bersubsidi ... 10

2.6 Penelitian Terdahulu ... 13

2.7 Kerangka Pikir ... 15

III. METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 17

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 17

3.3 Jenis Dan Sumber Data ... 17

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 18

(11)

3.5 Teknik Analisis Data ... 20

3.6 Definisi Oprasional ... 21

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 22

4.1 Keadaan Geografis ... 22

4.2 Keadaan Demokrafis ... 27

4.3 Pertanian ... 32

4.4 Visi dan Misi Kabupaten Gowa ... 35

V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

5.1 Identitas Responden ... 36

5.1.1 Tingkat Umur ... 36

5.1.2 Tingkat Pendidikan ... 37

5.1.3 Pengalaman Berdagang ... 39

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 40

5.2 Distribusi dan Pemasaran Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Gowa ... 41

5.2.1 Distributor Pupuk ... 42

5.2.2 Pengecer Resmi ... 43

5.3 6 Prinsip Tepat dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi ... 48

5.4 Margin Pemasarn ... 51

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

6.1 Kesimpulan ... 56

6.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 61

RIWAYAT HIDUP ... 77

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Penelitian Terdahulu ... 13

2. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabuapten Gowa ... 24

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Desa/Kelurahan ... 26

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 27

5. Jumlah Desa/Kelurahan di Kecamatan Biringbulu ... 28

6. Jumlah RW di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa ... 29

7. Jumlah RT di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa ... 31

8. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 37

9. Tingkat Pendidikan Responden, Distributor dan Pengecer... 38

10. Pengalaman Berdagang ... 39

11. Jumlah Tanggungan Keluarga... 40

12. Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi ... 50

13. Margin Pemasaran Distributor PT. Gresik Cipta Sejahtera ... 51

14. Margin Pemasaran Pengecer UD. Lereng Bukit ... 52

15. Margin Pemasaran Pengecer UD. Jaya Nur ... 53

16. Margin pemasaran Pengecer UD. Cahaya Andri ... 54

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kerangka Pikir ... 16

2. Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Gowa ... 32

3. Produksi Beberapa Tanaman Perkebunan di Kabupaten Gowa ... 34

4. Alur Distribusi Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Gowa ... 45

5. Saluran Pemasaran Pupuk Bersubsidi di Kecamatan Biringbulu ... 47

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor halaman

Teks

1. Kuisioner Penelitian ... 62

2. Identitas Responden, Distributor dan Pengecer ... 67

3. Saluran Pemasaran Pupuk Bersubsidi ... 67

4. Margin Pemasaran ... 68

5. Peta Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa ... 69

6. Dokumentasi Penelitian ... 70

7. Surat Izin Penelitian ... 73

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian di Indonesia bertujuan untuk mensejahterakan petani melalui subsidi input usaha tani (pupuk dan benih) maupun penerapan teknologi baru sehingga dapat meningkatkan produksi pertanian. Salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian adalah pupuk (Moko, 2017).

Penyaluran pupuk bersubsidi telah diatur dalam surat keputusan. Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 1. Tahun 2020 pada 2 Januari 2020, tentang alokasi pupuk bersubsidi dan Harga Eceran Tertinggi (HET) dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag) No. 70/MPP/Kep/2/2003 pada 11 Februari 2003, tentang pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian dimana pemberian pupuk ini harus memenuhi enam prinsip utama yang sudah ditetapkan oleh kementan enam prinsip tersebut adalah, tepat waktu, jenis, jumlah, harga, tempat dan mutu. “Dalam pasal 1 peraturan tersebut dijelaskan bahwa pupuk bersubsdi pengadaan dan penyalurannya mendapatkan subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program pemerintah”. Sementara itu, dalam pasal 3 disebutkan jenis pupuk subsidi yang diberikan, yakni Urea, SP-36, ZA, Organik, dan NPK. Semua pupuk tersebut harus memenuhi standar mutu Standar Nasional Indonesia (SNI).

(16)

Kecamatan Biringbulu, dengan jumlah 2 Kelurahan dan 9 Desa, diantaranya: Kelurahan Lauwa, Kelurahan Tonrorita Desa Pencong, Desa Lembang Loe, Desa Parangloe, Desa Batumaklonro, Desa Baturappe, Desa Berutallasa, Desa Julukanayya, Desa Taring, dan Desa Borimasungu, yang terletak di dataran tinggi Kabupaten Gowa yang dimana hampir semua masyarakat yang berdomisili di Kecamatan Birirngbulu tersebut berpropesi sebagai petani terutama petani jagung dan padi.

Terkait dengan pupuk bersubsidi tersebut ada beberapa hal yang menjadi hambatan/permasalahan para petani pada daerah penelitian di Kecamatan Biringbulu Kabupetan Gowa yaitu permasalahan yang menghambat pendistribusian pupuk bersubsidi, harga yang diterima petani tidak sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) dan kebutuhan petani tidak sesuai dengan alokasi pupuk bersubsidi yang sudah ditentukan oleh pemerintah pada setiap petani yang ada di Desa/Kelurahan, sehingga akan berimbas pada menurunnya produktivitas hasil tani dan menurunnya pendapatan petani.

Selain berdampak pada kehidupan para petani pendistribusian pupuk bersubsidi yang belum optimal tentunya akan berdampak pada enam prinsip utama yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan), dimana enam prinsip utama tersebut adalah tepat waktu, jenis, jumlah, harga, tempat dan mutu. Dengan permasalahan yang sering terjadi pada para petani terkait dengan ketersediaan pupuk bersubsidi dan harga pupuk bersubsidi serta jumlah pupuk yang tidak sesuai dengan kebutuhan petani tersebut tentunya masyarakat/petani sangat berharap bagaimana kedepannya proses pendistribusian pupuk bersubsidi

(17)

dan kebutuhan petani dapat disesuaikan dengan asas enam tepat yang sudah ditentukan oleh pemerintah.

Berdasarkan uraian di atas dari gambaran pentingnya pupuk dalam peningkatan produksi dan produktivitas pertanian serta permasalahan dalam pendistribusian pupuk bersubsidi maka dalam penelitian ini penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Analisis Distribusi dan Pemasaran Pupuk Bersubsidi di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah yang dapat di kemukakan yaitu :

1. Bagaimana saluran distribusi dalam menyalurkan pupuk bersubsidi di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa ?

2. Bagaimana margin pemasaran pupuk bersubsidi di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis :

1. Saluran distribusi dalam menyalurkan pupuk bersubsidi di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

2. Margin pemasaran pupuk bersubsidi di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

(18)

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan sebagai suatu sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan Analisis Distribusi dan Pemasaran Pupuk Bersubsidi.

2. Penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti dan sebagai bahan informasi bagi peneliti yang terkait dalam bidang penelitian yang sama.

3. Ketegasan pemerintah dalam proses penyaluran pupuk bersubsidi dan penambahan alokasi pupuk bersubsidi setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Gowa sehingga pupuk bersubsidi bisa tersalurkan tepat waktu dan bisa memenuhi kebutuhan petani.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Distribusi dan Pemasaran Pupuk Bersubsidi

Sistem distribusi pupuk saat ini diatur oleh Menteri Perdagangan.

Pengaturan sistem distribusi pupuk ini dengan harapan agar petani dapat memperoleh pupuk dengan 6 azas tepat, yaitu : tepat tempat, jenis, waktu, jumlah, mutu, dan harga. Saluran pemasaran pupuk bersubsidi melibatkan produsen, distributor dan pengecer. Saluran ini sudah diatur dalam peraturan pemerintah yang terdapat pada SK. Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag) No. 17/M- DAG/PER/6/2011. Dalam SK tersebut dijelaskan bahwa untuk kelancaran pendistribusian pupuk bersubsidi menjadi tanggung jawab produsen, distributor dan pengecer.

Menurut Fandy Tjiptono (2002) pendistribusian adalah kegiatan pemasaran yang berusaha mempelancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (Jenis, jumlah, harga, tempat, dan waktu yang dibutuhkan).

Assauri (1990) menyebutkan bahwa saluran distribusi merupakan lembaga-lembaga yang berkegiatan memasarkan produk yang berupa barang maupun jasa dari produsen ke konsumen.

Menurut American Marketing Association dalam Kasali (2001) pemasaran adalah sebagai suatu proses perencanaan dan eksekusi, mulai dari tahap konsepsi, penetapan harga, promosi hingga distribusi barang-barang, ide-ide dan jasa-jasa untuk melakukan pertukaran yang memuaskan individu-individu dan lembaga

(20)

lembaganya. Hal ini dikuatkan oleh Kasali (2001) yang mengemukakan bahwa pemasaran bukanlah semata-mata kegiatan seperti menjual dan mempromosikan sesuatu tetapi pemasaran adalah suatu konsep yang menyangkut sikap mental, suatu cara berpikir yang membimbing kita untuk melakukan sesuatu.

Mursid (2003) mendefenisikan pemasaran adalah semua kegiatan usaha yang bertalian dengan arus penyerahan barang dan jasa dari produsen ke konsumen.

Berdasarkan definisi di atas dapat di simpulkan bahwa, distribusi adalah salah satu aspek dari pemasaran. Distribusi juga dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen.

2.2 Fungsi Saluran Distribusi

Menurut Bucari (2002) para anggota saluran distribusi melakukan beberapa tugas penting, seperti :

1. Informasi (Information)

Perantara pemasaran melakukan kegiatan pengumpulan dan penyebaran informasi riset pemasaran mengenai potensi produsen pesaing, pelaku, dan kekuatan lainnya dalam lingkungan pemasaran.

2. Promosi (Promotion)

Mengembangkan dan menyebarkan komunikasi tentang penawaran 3. Penghubung (Contact)

Menemukan dan berkomunikasi dengan calon pembeli

(21)

4. Penyesuaian (Matching)

Menyesuaikan penawaran agar sesuai dengan kebutuhan pembeli termasuk penilaian, perakitan, dan pengemasan.

5. Negosiasi (Negotiation)

Perantara melakukan usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan syarat lain sehingga transfer kepemilikan dapat dilakukan.

6. Distribusi Fisik (Physical Distribution)

Mengangkut dan menyimpan barang dari produsen ke perantara hingga konsumen.

7. Pembiayaan (Financing)

Perolehan dan pengalokasian dana yang dibutuhkan untuk membiayai persediaan pada berbagai tingkat saluran pemasaran.

8. Pengambilan Resiko (Risk Taking)

Perantara melakukan penanggulangan resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi saluran pemasaran tersebut.

2.3 Pengertian Pupuk Bersubsidi

Menurut surat keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag) No. 70/MPP/Kep/2/2003. Pupuk subsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program pemerintah. Pupuk subsidi yang di maksud adalah Pupuk Urea, Za, SP-36, NPK, dan Organik dengan komposisi N:P:K =15: 15 : 15 dan 20: 10: 10.

(22)

Menurut peraturan ini pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan di penyalur resmi Lini IV. Lini IV adalah lokasi gudang atau kios pengecer di wilayah Kecamatan/Desa yang ditunjukkan atau ditetapkan oleh distributor. Pupuk bersubsidi diperuntukan bagi sektor pertanian atau sektor yang berkaitan dengan budidaya tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, hijauan pakan ternak dan budidaya ikan atau udang. Pupuk subsidi tentunya memiliki masing-masing manfaat bagi pertumbuhan tanaman. Berikut penjelasannya:

Pupuk Urea, terbuat dari campuran gas amoniak dan gas asam arang pupuk bersubsidi urea ini merupakan salah satu yang paling banyak digunakan petani,

“Pupuk ini memiliki kadar air yang cukup tinggi sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman. Adanya kandungan air juga membuat tanaman akan tumbuh hijau”.

Pupuk SP-36, memiliki manfaat menambah unsur hara fosfor pada tanaman, dengan pupuk ini buah yang di hasilkan akan lebih banyak dan kualitas biji jadi lebih baik dan pemasakan buah menjadi lebih cepat.

Pupuk ZA, memberikan manfaat memperbaiki kualitas tanaman dan menambah nilai gizi, sedangkan Pupuk NPK, memiliki manfaat memperkuat tumbuhnya akar sehingga mudah menyerap zat hara di tanah. Sehingga dapat membantu tanaman tidak tumbuh kerdil.

Pupuk Organik, adalah pupuk yang terbuat dari sisa makhluk hidup seperti pelapukan kayu dan kotoran hewan, dengan menggunakan pupuk organik ini dapat menjaga tanah tetap subur dan mencegah erosi. Sasaran pupuk besubsidi

(23)

adalah petani, pekebun, dan peternak yang mengusahakan lahan paling luas 2 hektar setiap musim tanam per keluarga (KK). Pupuk bersubsidi tidak diperuntukan bagi perusahaan tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perternakan, atau perusahaan perikanan budidaya.

Petani adalah perorangan yang mengusahakan lahan milik sendiri atau bukan untuk budidaya tanaman pangan atau holtikultura dengan luasan tertentu.

Pekebun adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengusahakan budidaya tanaman perkebunan dengan luasan tertentu. Peternak adalah perorangan warga negara Indonesia yang mengusahakan budidaya tanaman hijauan pakan ternak dengan luasan tertentu.

2.4 Alokasi Pupuk Bersubsidi

Menurut Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 42/Permentan/

OT.140/09/2008, menyatakan bahwa alokasi pupuk bersubsidi agar memperhatikan usulan yang diajukan oleh petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan dan udang berdasarkan RDKK disetujui oleh petugas teknis, penyuluh atau Kepala Cabang Dinas (KCD) setempat. Penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini I ke Lini IV adalah mengikuti ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.21/M-DAG/PER/6/2008, selanjutnya penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini IV (tingkat penyalur) sampai dengan petani/ kelompok tani diatur oleh Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No.42/Permentan /OT.140/09/2008.

(24)

Agar penyaluran pupuk bersubsidi tepat sasaran sesuai dengan rencana/alokasi, diperlukan dasar pertimbangan yang sama sebagai „simpul‟ yang menghubungkan antara Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 21/M- DAG/PER/6/2008 yang mengatur penyaluran dari Lini I sampai IV dan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 42/Permentan /OT.140/09/2008 yang mengatur penyaluran dari Lini IV ke petani/kelompok tani.

2.5 Pengadaan dan Pengawasan Pupuk Bersubsidi

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.21/M- DAG/PER/6/2008 dan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No.

42/Permentan/OT.140/09/2008, mengacu pada Pembentukan perangkat pengawasan serta mekanisme pemantauan dalam pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi. Berdasarkan peraturan tersebut telah dibentuk Pokja Pupuk Bersubsidi tingkat pusat, Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) tingkat provinsi, dan Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) tingkat kabupaten/kota.

Mekanisme pengawasan pupuk bersubsidi mulai dari tingkat Kabupaten/Kota sampai tingkat pusat berikut penjelasannya:

1. Tingkat Kabupaten/Kota

a. Pengawasan oleh Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) dilakukan secara periode (bulanan) dan sewaktu waktu apabila diperlukan, sedangkan Pengawasan oleh Tenaga Harian Lepas (THL) dan Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pengamat Hama dan Penyakit (POPT-PHP) dilakukan secara harian.

(25)

b. Rapat koordinasi pembahasan perencanaan kebutuhan, penyediaan, penyaluran dan penggunaan pupuk bersubsidi serta pertemuan teknis penerapan pupuk berimbang dilaksanakan secara reguler/bulanan.

c. Semua hasil kegiatan pemantauan dan rapat koordinasi oleh Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) wajib dilaporkan kepada Bupati/Walikota setiap akhir bulan. Selanjutnya Bupati/Walikota menyampaikan laporan Pengawasan Pupuk Bersubsidi tersebut kepada Gubernur.

2. Tingkat Provinsi

a. Pengawasan oleh Tim Provinsi dilaksanakan secara langsung melalui pemantauan penyediaan dan penyaluran pupuk di lini II dan lini III serta pengawasan tidak langsung melalui pelaporan yang diterima dari Kabupaten/Kota.

b. Rapat koordinasi perencanaan kebutuhan, dan pembahasan kebijakan pupuk bersubsidi dilakukan secara periode yang dihadiri oleh semua instansi terkait di pusat serta perwakilan Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) dari seluruh Provinsi.

c. Hasil kegiatan pemantauan dan rapat koordinasi serta evaluasi hasil laporan pemantauan dari seluruh provinsi tim pengawas pupuk pusat wajib dilaporkan kepada Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan, serta Menteri Negara BUMN.

(26)

3. Tingkat Pusat

a. Pengawasan pupuk bersubsidi oleh Tim Pusat dilaksanakan secara langsung melalui pemantauan ke lini I sampai dengan lini IV maupun pengawasan secara tidak langsung melalui pelaporan yang diterima dari daerah.

b. Rapat koordinasi perencanaan kebutuhan pembahasan kebijakan pupuk bersubsidi secara periode yang dihadiri oleh semua instansi terkait di pusat serta perwakilan Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) dari seluruh provinsi.

c. Semua hasil kegiatan pemantauan dan rapat koordinasi serta evaluasi hasil laporan pemantauan dari seluruh provinsi Tim Pengawas Pupuk Pusat wajib dilaporkan kepada Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan, serta Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

(27)

2.6 Penelitian Terdahulu Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian 1 M. Umar Burhan,

Agus Suman dan M. Pudjiharjo Noer Soetjipto (2011)

Analisis Ekonomi Terhadap Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar Pupuk di Jawa (Kasus di Kabupaten

Lumajang dan Kabupaten Ngawi)

Menganalisis struktur pasar dari pupuk bersubsidi di Jawa Timur, menganalisis kebutuhan pupuk subsidi yang dibutuhkan oleh petani di lahan mereka,

dan mengobservasi

penyimpangan dalam

pendistribusi pupuk bersubsidi.

2 Watiha (2012) Analisis Saluran Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Pupuk Bersubsidi di Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas

Mengetahui proses distribusi pupuk bersubsidi dari PT Pusri dan PT Petrokimia Gresik sampai ke petani padi dan mengetahui besar margin pemasaran, price spread dan share margin yang diterima setiap lembaga penyalur pupuk bersubsidi.

3 Meliana Ayu Safitri, Bambang Supriyono dan Heru Ribawanto (2013)

Distribusi Pupuk Subsidi Kepada Petani Tebu dalam Perspektif

Manajemen Publik

(Studi Pada

Koperasi Unit Desa di Sumber pucung Kabupaten Malang)

Mengetahui proses

pendistribusian pupuk subsidi agar sistem pendistribusian yang sudah ada dapat menjamin kelancaran pengadaan dan penyaluran pupuk serta ketersediaan pupuk di kalangan petani.

(28)

No Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian 4 Kaharudin Syah,

Inti Wasiati, dan M.Hadi Makmur (2015)

Pelaksanaan

Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Desa Ajung Kecamatan Ajung

Menganalisis pelaksanaan 13 distribusi pupuk bersubsidi dari Lini I hingga Lini IV dan menganalisis faktor penghambat proses penyaluran pupuk bersubsidi di Desa Ajung Kecamatan Ajung Kabupaten Jember.

5 Sularno,

Bambang Irawan,

dan Nida

Handayani (2016)

Analisis Pelaksanaan

Kebijakan dan Distribusi Pupuk Bersubsidi di Kabupaten

Karawang Jawa Barat

mengetahui model pengadaan dan pendistribusian pupuk subsidi yang efektif dan efisien

6 Wahyu Ardiyanto (2013)

Kajian Pupuk Bersubsidi di Pekalongan (Stusi Kasus Di Kecamatan Kesesi)

Bertujuan untuk mengetahui kendala kendala yang

ditemukan dalam

pendistribusian pupuk bersubsidi.

(29)

2.7 Kerangka Pikir

Ketergantungan masyarakat/petani di Kecamatan Biringbulu, terhadap pupuk adalah hal yang paling utama dalam peningkatan produktivitas tanaman terutama tanaman jagung dan padi. Kecamatan Biringbulu, yang terletak di dataran tinggi tepatnya di Kabupaten Gowa dan terdapat 2 Kelurahan dan 9 Desa di antaranya: Kelurahan Lauwa, Kelurahan Tonrorita Desa Pencong, Desa Lembang Loe, Desa Parangloe, Desa Batumaklonro, Desa Baturappe, Desa Berutallasa, Desa Julukanayya, Desa Taring, dan Desa Borimasungu, masyarakat yang tinggal di Kabupaten Gowa, hampir semua masyarakatnya berpropesi sebagai petani, terutama petani jagung dan padi, oleh karnanya petani sudah meyakini pupuk sebagai komponen utama dalam peningkatan komoditas pertanian.

Ketahanan pangan dipandang sebagai hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional untuk membentuk manusia Indonesia berkualitas, mandiri, dan sejahtera. Salah satu kebijakan pemerintah dalam mendukung ketahanan pangan adalah dengan memberikan subsidi pupuk untuk sektor pertanian. Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan di penyalur resmi di lini IV.

Tujuan kebijakan pemberian subsidi pupuk ini adalah untuk meringankan beban petani dalam penyediaan dan penggunaan pupuk untuk kegiatan usahataninya sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan produksi komoditas pertanian guna mendukung ketahanan pangan nasional.

(30)

Setiap provinsi yang berada di wilayah Indonesia mendapatkan alokasi pupuk bersubsidi, begitupun di Kabupaten Gowa, sudah mendapatkan pupuk bersubsidi dari pemerintah yang di salurkan kepada distributor, pengecer, sampai kepada kelompok tani/petani, dengan adanya kemudahan memperoleh pupuk dan jaminan harga yang di subsidi tentunya membantu petani dalam peningkatan produksi dengan penggunaan biaya yang rendah.

Lebih jelasnya sistematika kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pikir Saluran Distribusi dan Pemasaran Pupuk Bersubsidi di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa

Pupuk Bersubsidi

Pemasaran

Saluran Distribusi

Produsen

Distributor

Pengecer Petani

(31)

III METODE PENELITIAN

3.1

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Kecamatan Biringbulu yang terletak di dataran tinggi Kabupaten Gowa. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan juli – September 2020. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa masyarakat yang berdomisili di Kecamatan Biringbulu berpropesi sebagai petani terutama petani jagung sehingga jika dikaitkan dengan pupuk bersubsidi sangat penting bagi kebutuhan petani.

3.2 Teknik Penentuan Informan

Informan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang distributor dan pengecer dimana 1 orang distributor dan 3 orang pengecer yang ada di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa. Sehingga dalam penelitian informan di ambil secara keseluruhan (sensus). Penentuan informan dilakukan dengan teknik Non Probality Sampling yang dipilih yaitu Sampling Jenuh/Total Sampling. Sampling Jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Hal ini biasanya dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 30 orang (Supriyanto, 2010).

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dan kuantitatif. Sumber data kualitatif yang diperoleh dalam penelitian adalah semua data tentang bagaimana proses distribusi pupuk bersubsidi di

(32)

dalam penelitian ini yaitu nilai margin pemasaran pupuk bersubsidi yaitu pupuk Urea, Za, Sp-36, Npk dan Organik.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data real penelitian yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari jumlah sampel/informan yang dipilih dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang sudah disiapkan oleh peneliti. Sumber data primer yang diperoleh dari penelitian ini yaitu harga beli dan harga jual pupuk bersubsidi yaitu Pupuk Urea, Za, Sp-36, Npk Dan Organik pada tingkat distributor dan pengecer di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber yang sudah ada seperti tabel dan grafik. Data sekunder dapat diperoleh dari media internet, bps (website resmi), instansi/lembaga terkait. Sumber data sekunder yang diperoleh dari penelitian ini adalah jumlah produsen, distributor dan pengecer yang ada di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2009) bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi, pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara.

(33)

1. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung dengan melihat kondisi pada daerah penelitian dan objek yang akan diteliti yaitu tentang analisis distribusi dan pemasaran pupuk bersubsidi di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

2. Wawancara

Wawancara adalah dimana peneliti mencari tau secara mendalam untuk memperoleh data secara langsung terhadap objek yang telah diteliti yaitu bagaimana proses distribusi pupuk bersubsidi serta harga beli dan harga jual pupuk bersubsidi kepada petani pada tingkat distributor dan pengecer di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

3. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan dengan pencatatan dan mengambil gambar yang diperlukan. Sugiyono (2011). Dokumentasi digunakan sebagai pelengkap dari penggunaan observasi dan wawancara dalam penelitian ini.

(34)

3.5 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dari lapangan akan ditabulasi dengan alat uji yang sesuai yaitu:

1. Untuk menjawab masalah pertama diuji dengan analisis deskriptif berdasarkan survei di daerah penelitian. yaitu dengan mendeskripsikan/menggambarkan objek penelitian dengan data yang didapatkan dilapangan kemudian diuraikan secara tersistematis. Data yanga didapatkan di lapangan pada penelitian ini yaitu bagaimana proses pemasaran/distribusi pupuk bersubsidi di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

2. Untuk menjawab masalah kedua menggunakan rumus margin pemasaran yaitu:

Mji = Pri – Pfi atau Mji = bi + Ki dimana :

Mji = Margin Penyaluran pupuk bersubsidi Pri = Harga ditingkat distributor

Pfi = Harga ditingkat pengecer

Bi = Biaya penyaluran pupuk bersubsidi Ki = Keuntungan penyaluran subsidi pupuk N = Jumlah lembaga penyaluran pupuk bersubsidi (Harifudin, 2011).

(35)

3.6 Definisi Operasional

1. Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program pemerintah di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

2. Produsen adalah perusahaan yang memproduksi Pupuk bersubsidi ke Kabupaten Gowa, yaitu PT. Pupuk Kaltim dan PT. Petrokimia Gresik.

3. Distributor adalah perantara yang menyalurkan pupuk bersubsidi yaitu pupuk urea, za, sp-36, npk dan organik ke lembaga pengecer yang ada di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

4. Pengecer adalah usaha perseorangan yang sudah mendapatkan izin dari pemerintah di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

5. Pemasaran adalah proses pendistribusian pupuk bersubsidi yaitu pupuk Urea, Za, Sp-36, Npk dan Organik dari produsen ke konsumen yang ada di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

(36)

IV GAMBARAN UMUM

4.1 Keadaan Geografis

Kabupaten Gowa berada pada 119.3773° Bujur Barat dan 120.0317° Bujur Timur, 5.0829342862° Lintang Utara dan 5.577305437° Lintang Selatan.

Kabupaten Gowa yang berada di daerah selatan dari Sulawesi Selatan merupakan daerah otonom ini berbatasan langsung dengan :

a). Sebelah Utara : Kota Makassar, Maros dan Kabupaten Bone b). Sebelah Timur : Kabupaten Sinjai, Bulukumba dan Bantaeng c). Sebelah Selatan : Kabupaten Takalar dan Jeneponto

d). Sebelah Barat : Kota Makassar dan Takalar

Kabupaten Gowa dengan ibu kotanya Sungguminasa merupakan satuan wilayah pemerintahan dan sebagai suatu kawasan yang dapat diandalkan karna secara fisik daerah ini cenderung lengkap dengan keberadaan lengkap hamparan di dataran rendah hinggga dataran tinggi.

Berbagai aspek memberikan makna penting bagi Kabupaten Gowa dalam hubungannya letak dan strategis dari ibu kota dan provinsi yaitu :

1) Berfungsi sebagai pemasok kebutuhan pokok perbekalan untuk Makassar.

2) Memiliki SDA dan SDM yang dapat mendukung kelancaran perekonomian pembangunan di Makassar.

3) Sebagai Alternatif pemukiman baru akibat meningkatnya kebutuhan akan perumahan (papan).

(37)

Secara geografis, Kabupaten Gowa mempunyai keunggulan tertentu karna berbatasan langsung dengan kota Makassar yang berfungsi sebagai pusat pelayanan kawasan Timur Indonesia. Pada bagian Timur membentang Gunung Bawakaraeng serta bagian Tenggara Gunung Lompo battang yang potensial pengembangan tanaman holtikultural dan pariwisata yang dapat meningkatkan perekonomian daerah. Sedangkan bagian Barat merupakan daerah dataran rendah yang subur.

Wilayah administrasi Kabupaten Gowa terdiri dari 18 kecamatan dan 167 desa/kelurahan dengan luas sekitar 1.883,33 kilometer persegi atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar merupakan dataran tinggi yaitu sekitar 72,26%.

Kabupaten Gowa terdapat 9 wilayah Kecamatan yang merupakan dataran tinggi yaitu Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Selebihnya 27,76% adalah dataran rendah dengan topografi tanah yang datar meliputi Sembilan Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan.

Curah hujan di Kabupaten Gowa yaitu 237, 75 mm dengan suhu 27, 125ºC curah hujan tertinggi yang dipantau oleh beberapa stasiun/pos pengamatan terjadi pada bulan Desember yang mencapai rata-rata 676 mm, sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juli-September yang bisa dikatakan hampir tidak ada hujan.

(38)

Tabel di bawah ini menyajikan data secara rinci mengenai luas wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Gowa, 2016.

Tabel 2. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabuapten Gowa, 2016

No Kecamatan Luas (km) Persentase %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Bontonompo

Bontonompo Selatan Bajeng

Bajeng Barat Pallangga Barombong Sombaopu Bontomarannu Pattalassang Parangloe Manuju

Tinggimoncong Tombolo Pao Parigi

Bungaya

Bontolempangan Tompobulu Biringbulu

30,39 29,24 60,09 19,04 48,24 20,67 28,09 52,63 84,96 221,26

91,90 142,87 251,82 132,76 175,53 142,46 132,54 218,84

1,61 1,59 3,19 1,01 2,56 1,09 1,49 2,79 4,51 11,74

4,87 7,59 13,37

7,05 9,32 7,56 7,04 11,62

Jumlah 1 883,33 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa, 2016

(39)

Tabel di atas menjelaskan bahwa Luas wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Gowa, yaitu 19,04 km sampai 251,82 km, dengan total luas 1 883,33 km. dari 18 Kecamatan. Sedangkan luas wilayah pada daerah penelitian di Kecamatan Birirngbulu yaitu 218,84 dengan persentase 11,62%.

Berikut Peta Kecamatan Biringbulu.

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa

Kecamatan Biringbulu adalah hasil pemekaran dari Kecamatan Tompobulu di Kecamatan Biringbulu terdapat 11 Desa/Kelurahan, dimana masyarakatnya mayoritas penduduknya 100% beragama islam dengan sumber penghasilan bertani, dan sebagian kecil bergerak di bidang perdagangan. Kecamatan Biringbulu dibentuk berdasarkan PERDA No. 7 Tahun 2005. Dengan jumlah 11 Desa/Kelurahan.

(40)

Tabel di bawah ini menyajikan data mengenai jumlah penduduk Kecamatan Biringbulu dalam tahun 2016.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Desa/Kelurahan di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa. 2016

No Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa)

Persentase %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Kelurahan Lauwa Kelurahan Tonrorita Desa Baturappe Desa Borimasunggu Desa Beruttallasa Desa Batumaklonro Desa Julukanayya Desa Taring Desa Pencong Desa Parangloe Desa Lembangloe

2.086 3.644 3.148 1.305 4.580 2.787 2.045 4.548 3.065 2.587 2.208

6,52 11,39

9,84 4,08 14,31

8,71 8,39 14,21

9,57 8,08 6,90

Jumlah 32.003 100

Sumber : Kantor Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa, 2016

Jumlah penduduk berdasarkan Desa/Kelurahan di Kabupaten Gowa dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak yaitu di Desa Berutallasa dengan jumlah 4.580 jiwa dengan persentase 14,31%, sedangkan

(41)

jumlah penduduk paling sedikit yaitu di Desa Borimasunggu dengan jumlah 1.305 Jiwa dengan persentase 4,8%.

Tabel di bawah ini menyajikan data mengenai jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Biringbulu.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa, 2016

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase %

1 2

Laki-Laki Perempuan

15.961 16.712

48,85 51,15

Jumlah 32.673 100

Sumber : Kantor Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa, 2016

Tabel di atas menjelaskan bahwa jumlah penduduk laki-laki di Kecamatan Biringbulu yaitu sebanyak 15.961 jiwa dengan persentase 48,85%, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 16.712 jiwa dengan persentase 51,15%

dengan total penduduk sebanyak 32.673 jiwa.

4.2 Keadaan Demografis

Jumlah Desa/Kelurahan, RT, RW menurut Kecamatan di Kabupaten Gowa merupakan salah satu wilayah terluas di Provinsi Sulawesi Selatan, dengan jumlah desa/kelurahan yang cukup banyak, dibawah ini adalah rincian jumlah desa/kelurahan, RT, RW menurut Kecamatan di Kabupaten Gowa.

(42)

Tabel 5. Jumlah Desa/Kelurahan di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa, 2016

No Kecamatan Desa/Kelurahan Persentase %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Bontonompo

Bontonompo Selatan Bajeng

Bajeng Barat Pallangga Barombong Sombaopu Bontomarannu Pattalassang Parangloe Manuju

Tinggimoncong Tombolo Pao Parigi

Bungaya

Bontolempangan Tompobulu Biringbulu

14 9 14

7 16

7 14

9 8 7 7 7 9 5 7 8 8 11

8,38 5,39 8,38 4,19 9,58 4,19 8,38 5,39 4,79 4,19 4,19 4,19 5,39 3,00 4,19 4,79 4,79 6,59

Jumlah 167 100

Sumber: BPS Kabupaten Gowa, 2016

Kecamatan Pallangga merupakan kecamatan dengan jumlah Desa terbanyak yaitu 16 Desa dengan persentase 9,58% kemudian disusul Kecamatan Bajeng, Kecamatan Bontonompo, dan Kecamatan Sombaopu masing-masing 14 Desa dengan persentasi 8,38% kemudian Kecamatan Birirngbulu dengan jumlah 11 Desa/Kelurahan dengan persentase 6,59%. Sedangkan Kecamatan Parigi

(43)

merupakan kecamatan dengan jumlah Desa paling sedikit yaitu hanya terdiri dari 5 Desa dengan persentase 3,00%.

Tabel 6. Jumlah RW di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa, 2016

No Kecamatan RW Persentase %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Bontonompo

Bontonompo Selatan Bajeng

Bajeng Barat Pallangga Barombong Sombaopu Bontomarannu Pattalassang Parangloe Manuju

Tinggimoncong Tombolo Pao Parigi

Bungaya

Bontolempangan Tompobulu Biringbulu

116 72 131

68 163

78 102

64 71 78 57 64 100

56 64 65 94 132

7,50 4,66 8,47 4,39 10,54

5,04 6,59 4,14 4,60 5,04 3,68 4,14 6,46 3,62 4,14 4,20 6,08 8,53

Jumlah 1.546 100

(44)

Pallangga merupakan Kecamatan di Kabupaten Gowa dengan jumlah RW terbanyak yaitu 163 RW dengan persentase 10,54%, jumlah RW terbanyak kedua yaitu di Kecamatan Biringbulu yaitu 132 RW dengan persentase 8,53%, kemudian Kecamatan Bajeng dengan jumlah 131 RW dengan persentase 8,47%, Kecamatan Bontonompo berjumlah 116 RW, Kecamatan Sombaopu 102 RW, Kecamatan Tombolo Pao 100 RW, Kecamatan Tompobulu 94 RW, kemudian disusul Kecamatan Barombong dan Parangloe berjumlah 78 RW dengan persentasi 5,04%. Kecamatan Bontonompo Selatan sebanyak 72 RW, Kecamatan Pattalassang 71 RW, Kecamatan Bajeng Barat 68 RW, Kecamatan Bontomarannu, Kecamatan Tinggimoncong dan Kecamatan Bungaya yaitu 64 RW dengan persentase 4,14%, kemudian jumlah RW yang paling sedikit di Kabupaten Gowa adalah Kecamatan Parigi yaitu 56 RW dengan persentase 3,62%.

(45)

Tabel 7. Jumlah RT di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa, 2016

No Kecamatan RT Persentase %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Bontonompo

Bontonompo Selatan Bajeng

Bajeng Barat Pallangga Barombong Sombaopu Bontomarannu Pattalassang Parangloe Manuju

Tinggimoncong Tombolo Pao Parigi

Bungaya

Bontolempangan Tompobulu Biringbulu

215 151 347 168 392 159 369 139 158 159 113 163 229 109 154 114 217 227

6,09 4,28 9,83 4,76 11,10

4,50 10,45

3,4 4,48 4,50 3,20 4,62 6,49 3,09 4,36 3,23 6,15 6,43

Jumlah 3.530 100

Sumber: BPS Kabupaten Gowa, 2016

Tabel di atas menjelaskan bahwa Kecamatan Pallangga merupakan Kecamatan dengan jumlah RT terbanyak yaitu 392 RT dengan persentase 11,10%, Kecamatan Somba Opu dengan jumlah RT sebanyak 362 dengan persentase 10,45%, Kecamatan Bajeng 347 RT dengan persentase 9,83%, Kecamatan Tombolo Pao 229 RT dengan persentase 6,49%, kemudian Kecamatan Biringbulu

(46)

dengan jumlah RT sebanyak 227 dengan persentase 6,43%, sedangkan jumlah RT terendah adalah Kecamatan Bontolempangan yaitu 114 dengan persentase 3,23%.

4.3 Pertanian

a) Gambar di bawah ini menyajikan data produksi Padi, jagung dan ubi kayu di Kabupaten Gowa 2012-2015.

Gambar 2. Produksi Padi dan Beberapa Palawija di Kabupaten Gowa, 2016

Produksi padi di Kabupaten Gowa pada tahun 2012 mengalami kenaikan dengan jumlah produksi sebanyak 452,887 pada tahun 2013 produksi padi mengalami penurunan dengan jumlah produksi sebanyak 384,452 dan di tahun 2014 produksi padi kembali mengalami penurunan dengan jumlah produksi sebanyak 382,137 akan tetapi di tahun 2015 produksi padi mengalami kenaikan sebanyak 401,979.

(47)

Jumlah produksi jagung pada tahun 2012 mengalami penurunan dengan jumlah produksi sebanyak 234,764 di tahun 2013 produksi jagung sedikit meningkat yaitu 241,778 akan tetapi pada tahun 2014 produksi jagung kembali mengalami penurunan dengan jumlah produksi sebanyak 239,631 sedangkan produksi jagung pada tahun 2015 mengalami kenaikan dengan jumlah produksi sebanyak 262,298.

Produksi ubi kayu di tahun 2012 meningkat dengan jumlah produksi sebanyak 246,072 pada tahun 2013 produksi ubi kayu mengalami penurunan dengan jumlah produksi sebanyak 225,432 sedangkan di tahun 2014 jumlah produksi ubi kayu kembali mengalami kenaikan dengan jumlah produksi sebanyak 320,632 akan tetapi pada tahun 2015 produksi ubi kayu kembali mengalami penurunan dengan jumlah produksi yaitu 223,901.

Sesuai dengan surat keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan.

Pupuk bersubsidi diperuntukan bagi sektor pertanian atau sektor yang berkaitan dengan budidaya tanaman pangan seperti tanaman jagung, padi dan ubi kayu, pada daerah penelitian ketiga tanaman pangan tersebut masing-masing menggunakan pupuk bersubsidi.

(48)

b) Gambar di bawah ini menyajikan data produksi Kelapa, Kopi Robusta, Kopi Arabika dan Kakao di Kabupaten Gowa.

Gambar 3. Produksi Beberapa Tanaman Perkebunan di Kabupaten Gowa, 2016

Kopi arabika dengan jumlah Produksi tertinggi yaitu 1731 kemudian disusul dengan tanaman kakao dengan produksi sebesar 1343, selanjutnya produksi kelapa yaitu 1203, sedangkan kopi robusta merupakan produksi terendah dengan total produksi hanya 352.

Sesuai dengan surat keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan, pupuk bersubsidi diperuntukan bagi sektor pertanian atau sektor yang berkaitan dengan budidaya tanaman perkebunan seperti tanaman kelapa, kopi dan kakao.

pada daerah penelitian untuk membantu proses pertumbuhan ketiga tanaman ini maka menggunakan pupuk bersubsidi.

(49)

4.4 Visi dan Misi Kabupaten Gowa

Memperhatikan Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Gowa yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Gowa periode 2016-2021. Adapun Visi Kabupaten Gowa, yaitu:

“Terwujudnya Masyarakat yang Berkualitas, Mandiri dan Berdaya Saing dengan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik”.

Visi tersebut kemudian dirumuskan dalam Misi sebagai upaya untuk mencapai visi, diantaranya, yaitu:

1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia berbasis pada hak-hak dasar kesetaraan gender, nilai budaya dan agama.

2. Meningkatkan perekonomian daerah berbasis pada potensi unggulan dan ekonomi kerakyatan.

3. Meningkatkan pembangunan infrastruktur berorientasi pada interkoneksitas antar wilayah dan sektor.

4. Meningkatkan pengembangan wilayah kecamatan, desa dan kelurahan.

5. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih dan demokratis.

(50)

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Identitas responden dalam melakukan pemasaran pupuk bersubsidi, meliputi tingkat umur, tingkat pendidikan, tingkat pengalaman dalam berdagang, dan jumlah tanggungan keluarga.

5.1.1 Tingkat Umur

Umur responden merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja dan produktifitas seseorang. Seseorang akan mengalami peningkatan kemampuan kerja seiring dengan meningkatnya umur, dan akan mengalami penurunan kemampuan kerja pada titik umur tertentu. Tingkat umur terbagi dalam dua golongan yaitu umur produktif dan non produktif.

Chamdi (2003) mengemukakan bahwa usia produktif berkisar antara 20-50 tahun masih memiliki semangat yang tinggi dan mudah untuk mengadopsi hal-hal baru. Dalam melakukan suatu usaha umur produktif sangat berpengaruh pada peningkatan kemampuan kerja terutama pada distributor dan pengecer pupuk bersubsidi perlu adanya semangat yang tinggi dalam melakukan proses penyaluran pupuk bersubsidi.

(51)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data jumlah responden distributor dan pengecer berdasarkan usia dapat di lihat pada tabel di bawa ini.

Tabel 8. Karakteristik responden, distributor dan pengecer berdasarkan umur di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

No Responden (Umur) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1

2

37-43 44-50

3 1

75,00 25,00

Jumlah 4 100,00

Sumber : Data primer setelah diolah, 2020

Tabel 8 menunjukkan bahwa umur responden distributor dan pegegecer di Kecamatan Biringbulu adalah 37-50 tahun dengan jumlah 4 orang dengan persentase 75%. Berdasarkan teori Camdi (2003) yang mengemukakan bahwa umur produktif yaitu mulai dari 20-50 tahun yang berarti umur responden distributor dan pengecer di Kecamatan biringbulu masuk dalam kategori produktif yang masih memiliki semangat yang tinggi dalam melakukan suatu usaha serta mudah mengadopsi hal-hal baru.

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Menurut Hasim (2003) tingkat pendidikan formal yang dimiliki akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk meningkatkan usahataninya.

(52)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data jumlah responden distributor dan pengecer berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawa ini.

Tabel 9. Tingkat pendidikan responden, distributor dan pengecer di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 2

SMK SMA

2 2

50,00 50,00

Jumlah 4 100,00

Sumber : Data primer setelah diolah, 2020

Tabel 9 menunjukkan bahwa responden distributor dan pengecer ini sama- sama menempuh pendidikan sampai di tahap sekolah menengah keatas, dengan masing-masing persentase 100%. Berdasarkan teori Hasim (2003) mengemukakan bahwa tingkat pendidikan formal mampu menambah pengetahuan dan wawasan dalam melakukan usahatani, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal responden distributor dan pengecer yang ada di Kecamatan Biringbulu dianggap mampu menerima dan menyerap informasi serta meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam melakukan proses distribusi pupuk bersubsidi kepada petani.

(53)

5.1.3 Pengalaman Berdagang

Pengalaman sangat berpengaruh terhadap kinerja distributor dan pengecer pupuk bersubsidi, pengalaman merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha, semakin lama seseorang dalam melakukan/mengelolah suatu usaha maka semakin luas pengalaman yang diperoleh dan semakin besar pula kemampuannya dalam mengenal usaha yang digeluti.

Nitisemito dan Burhan (2004) mengatakan bahwa semakin lama seseorang dalam melakukan suatu kegiatan maka akan semakin banyak ilmu yang didapatkan dalam bidang tersebut sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan suatu usaha. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data jumlah responden distributor dan pengecer berdasarkan pengalaman berdagang.

Tabel 10. Pengalaman responden dalam melakukan suatu usaha di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

No Pengalaman berdagang (Tahun) Jumlah (Responden) Persentase (%) 1

2

4-6 7-8

3 1

75,00 25,00

Jumlah 4 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020

Tabel 10 menunjukkan bahwa pengalaman dalam berdagang pupuk bersubsidi yaitu 4-8 tahun dengan persentase 100%. Berdasarkan teori Nitisemito dan Burhan (2004) yang mengemukakan bahwa semakin lama seseorang dalam

(54)

melakukan suatu kegiatan maka akan semakin banyak ilmu yang didapatkan dalam bidang tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman distributor dan pengecer di Kecamatan Biringbulu yang sudah digeluti selama beberapa tahun mampu memberikan solusi apa bila petani mengalami kendala dalam proses pembelian pupuk bersubsidi sesuai dengan ilmu yang sudah didapatkan selama melakukan suatu usaha serta tepat dalam mengambil keputusan terkait dengan pupuk bersubsidi.

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal dalam satu atap yang merupakan tanggungan keluarga. Banyaknya tanggungan keluarga akan mendorong distributor dan pengecer dalam meningkatkan usahanya untuk menambah pendapatan keluarganya.

Menurut mandang (2020) semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Adapun jumlah tanggungan keluarga distributor dan pengecer di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

Tabel 11. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden, Distributor dan Pengecer di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

No Tanggungan Keluarga Jumlah (Responden) Persentase (%) 1

2

2-3

≥ 4

3 1

75,00 25,00

Jumlah 4 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020

(55)

Tabel 11 menunjukkan bahwa jumlah yang terbanyak yaitu 4 tanggungan keluarga dengan 1 responden atau 25%, sedangkan jumlah tanggungan keluarga yang paling sedikit yaitu 2-3 dengan 3 responden atau 75%, hal ini menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki tanggungan keluarga yang berbeda-beda.

5.2 Alur Distribusi dan Pemasaran Pupuk Bersubsidi di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.

Produsen adalah perusahaan yang memproduksi Pupuk Urea, Za, Sp-36, NPK dan Pupuk Organik, ada dua perusahaan yang menyalurkan pupuk bersubsidi ke Kabupaten Gowa yaitu PT. Pupuk Kaltim dan PT. Petrokimia Gresik .

PT. Pupuk Kaltim memproduksi pupuk Urea sedangkan PT. Petrokimia Gresik memproduksi pupuk Za, Sp-36, Npk, dan Organik. Produsen bertugas untuk menyiapkan pupuk, Pemerintah menyiapkan alokasi, distributor menyalurkan pupuk bersubsidi ke pengecer dan pengecer langsung ke petani.

Produsen mengirim pupuk kesetiap Propinsi yaitu di gudang Ditributor (Tingkat Kabupaten) sesuai dengan jumlah alokasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah kemudian akan dibagikan ke pengecer yang bertanggung jawab di Kecamatan.

(56)

5.2.1 Distributor Pupuk Bersubsidi

Distributor pupuk bersubsidi di Kabupaten Gowa sebanyak 5 distributor yaitu, KPI, PT. Pertani, PT. Gresik Cipta Sejahtra, CV. Hidayat dan C.V. Mulia.

Ke 5 distributor resmi ini masing-masing bertanggung jawab pada wilayah tanggung jawabnya masing-masing. Distributor resmi yang bertanggung jawab di Kecamatan Biringbulu adalah PT. Gresik Cipta Sejahtara yang di kelola oleh Bapak Irsan.

PT. Gresik Cipta Sejahtra menjual/menyalurkan pupuk kepada yang bertanggung jawab di Kecamatan (Pengecer Resmi) yang telah ditetapkan dengan volume penjualan permusim yang biasa dilakukan 3 kali dalam satu tahun, penebusan/pembelian yang selama ini diberlakukan kepada pengecer yaitu melakukan penebusan/pembelian pupuk 1 bulan sebelum pemakaian supaya ketika petani ingin membeli pupuk pada pengecer itu sudah tersedia, dan untuk menghindari asumsi terjadinya kelangkaan pupuk.

Sistem penebusan/pembelian pupuk dalam satu tahun bisa dilakukan kapan saja selama alokasi pupuk yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk setiap pengecer masih ada dan tidak melampaui jata setiap pengecer/Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).

Volume penjualan PT. Gresik Cipta Sejahtra pada 3 pengecer resmi yang ada di Kecamatan Biringbulu sebanyak 195 ton pertahun di hitung dalam 3 musim. Distributor pupuk (PT. Gresik Cipta Sejahtra) menjual pupuk bersubsidi ke pengecer resmi pada tingkat Kecamatan sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).

(57)

5.2.2 Pengecer Pupuk Bersubsidi

Alur distribusi pupuk bersubsidi selanjutnya yaitu pada tingkat pengecer (Tingkat Kecamatan). Informan dalam penelitian ini yaitu 3 pengecer resmi dan 1 distributor resmi yang ada di Kecamatan Biringbulu, di antaranya Bapak H.

Yasim yang beralamat di Kelurahan Tonrorita (UD. Lereng Bukit), Bapak Taslim yang berlamat di Desa Julukanayya (UD. Jaya Nur), Ibu Nurhani yang beralamat di Desa Batumaklonro (UD. Cahaya Andri) dan pak Irsan sebagai Distributor pupuk (PT. Gresik Cipta Sejahtra).

Ketiga pengecer pupuk ini melakukan penebusan pupuk bersubsidi masing- masing di pihak distributor yang sama yaitu di PT. Gresik Cipta Sejahtra. pada musim hujan pengecer biasanya melakukan penebusan pupuk Urea sebanyak 20- 30 Ton (400-600 zak) sedangkan jenis pupuk lainnya seperti Za, Sp-36, Npk, dan Organik tidak menentu.

Pupuk bersubsidi Za, Sp-23, Npk dan Organik ditentukan oleh distributor sesuai dengan ketersediaan pupuk yang ada digudang distributor dan diliat dari seberapa banyak jumlah tanggung jawabnya di setiap Desa/Kelurahan. Sedangkan pada musim kemarau setiap pengecer biasanya melakukan penebusan digudang distributor lebih sedikit di bandingkan pada musim hujan, dikarenakan pupuk yang tersedia di gudang distributor sudah menipis. Pada musim kemarau pengecer biasanya melakukan penebusan pupuk urea sebanyak 10-15 Ton (200-300 Zak).

(58)

Penebusan yang ketiga biasanya dilakukan pada bulan 10 atau bulan 11 musim hujan. Seperti pada musim hujan pertama pengecer melakukan penebusan pupuk subsidi biasanya sebanyak 20-30 Ton (400-600 Zak). Dan pengecer bisa melakukan penebusan pupuk kapan saja selama alokasi setiap pengecer masih ada dan tentunya tidak melampau jata setiap pengecer/Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Harga pupuk yang diterima oleh pengecer dari pihak distributor sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET), yang telah ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Gowa.

Sistem penyaluran pupuk dari pihak pengecer kepada petani yaitu ketika pupuk sudah sampai di gudang pengecer maka petani langsung ke gudang dan membeli pupuk yang sudah tersedia, akan tetapi tidak langsung di berikan begitu saja sesuai dengan seberapa banyak yang dibutuhkan petani tapi pupuk bersubsidi yang dibagikan kepada petani sesuai dengan aturan pemerintah yaitu 2 hektar perKK/6 Zak pupuk bersubsidi dalam satu musim jika di hitung pertahun maka petani berhak menerima pupuk bersubsidi sebanyak 18 Zak. Berikut skema alur distribusi dan pemasaran pupuk bersubsidi.

(59)

Skema dan regulasi distribusi pupuk bersubsidi di Kabupaten Gowa dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 4. Alur Distribusi Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Gowa, 2020

Skema saluran distribusi di atas menjelaskan bahwa saluran distribusi pupuk bersubsidi terlebih dahulu di atur oleh Pemerintah diantaranya, Peraturan Menteri Pertanian tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) dan pengadaan penyaluran pupuk bersubsidi, kemudian Gubernur tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) dan alokasi kebutuhan pupuk bersubsidi di tingkat provinsi dan Bupati tentang

PERATURAN GUBERNUR TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) DAN ALOKASI KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) DAN PENGADAAN, PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI

PRODUSEN

PT. PUPUK KALTIM PT. PETROKIMIA GRESIK

GAPOKTAN/PETANI PERATURAN BUPATI

TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) DAN ALOKASI KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI

DISTRIBUTOR

RDKK

PENGECER/KIOS RESMI 1. KPI

2. PT. PERTANI 3. PT GRESIK CIPTA

SEJAHTRA 4. CV. HIDAYAT 5. C.V. MULIA ALUR

(60)

kebutuhan pupuk bersubsidi dan Harga Eceran Tertinggi (HET) di tingkat Kabupaten/Kota.

Pemerintah juga menyiapkan alokasi pupuk untuk diproduksi oleh produsen, dari skema alur distribusi di atas kita dapat mengetahui bahwa ada 2 produsen yang menyalurkan pupuk bersubsidi di Kabupaten Gowa yaitu, PT. Pupuk Kaltim dan PT. Petrokimia Gresik, di mana PT. Pupuk Kaltim ini memproduksi pupuk urea sedangkan PT. Petrokimia Gresik memproduksi pupuk Za, Sp-36, Npk, dan Pupuk Organik.

kemudian disalurkan kepada distributor resmi tingkat (Kabupaten) di Kabupaten Gowa sendiri terdapat 5 distributor yaitu, KPI, PT. Pertani, PT. Gresik Cipta Sejahtra, CV. Hidayat dan C.V. Mulia. Kemudian distributor yang menyalurkan langsung kepada pedagang Pengecer resmi yang ada ditingkat (Kecamatan) sesuai dengan wilayah tanggung jawab masing-masing.

Proses alur distribusi yang terakhir adalah pengecer resmi yang bertugas untuk menyalurkan langsung kepada Kelompok Tani/Petani yang ada di Desa/Kelurahan pada masing-masing wilayah tanggung jawabnya. Pengaturan sistem distribusi pupuk bersubsidi ini dengan harapan petani bisa mendapatkan pupuk dengan 6 azas tepat yaitu : tempat, jenis, waktu, jumlah, mutu, dan harga.

Menurut Winardi (2005) distribusi adalah sekumpulan perantara dalam penyaluran produk-produk kepada konsumen (pembeli) yang terhubung erat antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan menurut Kotler (2007) distribusi adalah sekumpulan organisasi yang membuat sebuah proses kegiatan penyaluran barang atau jasa siap untuk dipakai atau dikonsumsi oleh konsumen (pembeli).

(61)

Berdasarkan teori Winardi (2005) dan Kotler (2007) menunjukkan bahwa saluran distribusi merupakan bagian perantara yang sangat penting dalam proses penyaluran pupuk bersubsidi mulai dari peraturan pemerintah yang telah di tetapkan sampai kepada produsen, distributor dan pengecer yang sangat berperan penting dalam proses penyaluran/pemasaran sampai kepada konsumen/petani.

Skema saluran pemasaran pupuk bersubsidi di Kecamatan Biringbulu dapat di lihat pada gambar 6.

PRODUSEN

PT. PUPUK KALTIM PRODUSEN, PUPUK UREA

PT. PETROKIMIA GRESIK PRODUSEN, ZA, SP-36, NPK, ORGANIK

PENGECER/KIOS RESMI

GABOKTAN/PETANI DISTRIBUTOR

PT. GRESIK CIPTA SEJAHTRA

(62)

Skema di atas menjelaskan bahwa produsen menyalurkan pupuk ke Kabupaten melalui distributor (PT. Gresik Cipta Sejahtra), kemudian distributor menyalurkan langsung ke tingkat Kecamatan melalui pengecer resmi dengan harga jual sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).

Alur pemasaran yang terakhir yaitu pengecer ke petani, 3 Pengecer yang ada di Kecamatan Biringbulu menjual pupuk pada wilayah tanggung jawabnya dengan masing-masing harga yang telah ditentukan oleh setiap pengecer yaitu, harga Pupuk Urea Rp.100.000-120.000/Zak, Pupuk Za Rp.100.000/Zak, Pupuk Sp-36 Rp.120.000-150.000/Zak, Pupuk Npk Rp.130.000/Zak dan Pupuk Organik Rp.10.000/Kg.

5.3 6 Prinsip Tepat Penyaluran Pupuk Bersubsidi

Penyaluran pupuk bersubsidi perlu dilakukan sesuai 6 prinsip tepat, yaitu : tepat jumlah, tepat tempat, tepat jenis, tepat harga, tepat mutu dan tepat waktu.

Akan tetapi dalam penyaluran pupuk bersubsidi ada beberapa kendala yang mengakibatkan 6 prinsip tepat tersebut belum tercapai.

1. Tepat Jumlah

Alokasi pupuk bersubsidi di seluruh Indonesia tidak sesuai dengan yang tertera pada Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) Tani, begitupun di Kabupaten Gowa hal ini dikarenakan kurangnya dana dari pemerintah dalam pemberian subsidi. Atas ketidaksesuaian ini maka dari pihak pemerintah memberikan perhitungan pembagian pupuk bersubsidi berdasarkan luas lahan, yaitu 2 hektar perkk atau 6 zak permusim hal ini dilakukan agar semua petani yang ada di Kabupaten Gowa mendapatkan pupuk bersubsidi.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Saluran Distribusi dan Pemasaran Pupuk Bersubsidi  di Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa
Tabel  di  bawah  ini  menyajikan  data  secara  rinci  mengenai  luas  wilayah  menurut Kecamatan di Kabupaten Gowa, 2016
Tabel  di  atas  menjelaskan  bahwa  Luas  wilayah  menurut  Kecamatan  di  Kabupaten Gowa,  yaitu 19,04 km sampai 251,82 km, dengan total luas 1 883,33  km
Tabel di bawah ini menyajikan data mengenai jumlah penduduk Kecamatan   Biringbulu dalam tahun 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lingkungan politik sudah mendukung, dilihat dari dukungan Dinas dan Kepala Daerah mendukung sepenuhnya untuk penerapan kartu tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi di

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan harga pupuk bersubsidi ditingkat pengecer, hasil

Akan tetapi, pengusulan berjenjang ini malah mengakibatkan adanya ketidaksesuaian antara usulan alokasi pupuk bersubsidi, sehingga kelangkaan pasokan pupuk subsidi

Penyaluran pupuk bersubsidi dari penyalur di Lini IV ke petani atau kelompok tani dilakukan berdasarkan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) sesuai dengan

Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti pemasaran pupuk bersubsidi pada usaha tani bawang merah dalam objek penelitian yang dilakuan pada Desa Limbangan,

Organik - 14,5 Jumlah 132 99 Sumber : Data BPPPK Kutasari dan BPPPK Purbalingga 2015 Pada Tabel 1 diketahui penggunaan pupuk bersubsidi di Kecamatan Kutasari dan Kecamatan

Jenis pupuk Non subsidi yang digunakan adalah UREA, SP-36, dan TSP; 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pupuk urea bersubsidi secara parsial menyimpulkan bahwa Luas Lahan X2

Kios Pupuk Konco Tani dan Kios Pupuk Sri Murni merupakan kios pupuk yang menyediakan pupuk bersubsidi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mendistribusikan pupuk bersubsidi serta sudah