• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI DI KECAMATAN SIDIKALANG KABUPATEN DAIRI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI DI KECAMATAN SIDIKALANG KABUPATEN DAIRI SKRIPSI"

Copied!
244
0
0

Teks penuh

(1)

I M PL E M E N T A S I PR O G R A M K A R T U T A N I D A L A M PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI DI KECAMATAN

SIDIKALANG KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Sarjana (S1) Pada Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

OLEH : BETARIA SIHITE

160903052

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)
(3)

i

(4)

ii

(5)

iii ABSTRAK

Program kartu tani merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencegah penyimpangan yang terjadi dalam penyaluran pupuk bersubsidi. Dengan adanya kartu tani diharapkan dapat mewujudkan penyaluran pupuk bersubsidi yang lebih transparan dan tepat sasaran sesuai dengan 6T (enam tepat) yang telah ditetapkan pemerintah. Masalah yang ada yaitu rendahnya petani dalam menggunakan kartu tani sebagai alat penebusan pupuk bersubsidi, masih terbatasnya sumber daya dan kurangnya bimbingan dari pelaksana untuk pengelolaan kartu tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi. Selain itu proses penebusan pupuk bersubsidi menggunakan kartu tani membutuhkan waktu yang lebih lama serta sarana dan prasarana dari penggunaan kartu tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi yang masih perlu dilakukan pembenahan, sehingga pelayanan yang diberikan belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana implementasi kebijakan kartu tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi terkait dengan kartu tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi. Data yang didapat kemudian dianalisis secara kualitatif dengan menelaah seluruh data yang dikumpulkan yang didukung dengan hasil wawancara dengan pendekatan model implementasi kebijakan Van Meter & Van Horn yang mengemukakan keberhasilan suatu kebijakan terkait dengan enam indikator yaitu standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, karakteristik agen pelaksana, disposisi dan lingkungan sosial, politik dan ekonomi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan kebijakan kartu tani masih belum optimal dalam mencapai tujuan. Hal tersebut terjadi karena masih terdapat beberapa masalah yang dihadapi diantaranya kurangnya sosialisasinya terhadap petani sehingga banyak petani yang tidak paham akan pemanfaatan kartu tani, sumber daya manusia yang belum memberikan pelayanan yang optimal, penerapan kartu tani yang belum sepenuhnya dilakukan karena masih terdapat beberapa kendala seperti masih ada petani yang belum memiliki kartu tani, ketinggalan kartu tani dan jaringan yang kurang stabil sehingga dalam penebusan pupuk bersubsidi menggunakan kartu tani membutuhkan waktu yang lama serta sarana prasana yang kurang memadai.

Kata Kunci: Implementasi, Kartu Tani, Penyaluran Pupuk Bersubsidi

(6)

iv ABSTRACT

The farmer card policy is one of the government's efforts to prevent what happens in the distribution of subsidized fertilizers. With the existence of a farmer card, it is hoped that the distribution of subsidized fertilizers is more transparent and on target in accordance with the 6T (six right) set by the government. The problems that exist are the low level of farmers in using farmer cards as a means of redemption for subsidized fertilizers, limited resources of farmers and lack of guidance from the implementer for managing farmer cards in distributing subsidized fertilizers. In addition, the process of redemption for subsidized fertilizers using farmer cards requires a longer time and facilities and infrastructure than using farmer cards in distributing subsidized fertilizers which still need to be improved, so that the services provided are not optimal. in distributing subsidized fertilizers in Sidikalang District, Dairi Regency.

The method used is a descriptive method with a qualitative approach. Data collection techniques were carried out by interview, observation and documentation related to farmer cards in the distribution of subsidized fertilizers in Sidikalang District, Dairi Regency. The data obtained were then analyzed qualitatively by examining all data collected which was supported by interviews with the Van Meter

& Van Horn policy implementation model approach which suggested the success of a policy related to six indicators, namely policy standards and objectives, resources, communication between organizations and strengthening activities, characteristics of the executing agent, disposition and the social, political and economic environment.

The results showed that the application of the farmer card policy was still not optimal in achieving the goal. This happens because there are still several problems faced including the lack of socialization to farmers so that many farmers do not understand the use of farmer cards, human resources who have not provided optimal service, the application of farmer cards has not been fully implemented because there are still several obstacles such as still There are farmers who do not have a farming card, are left behind and have an unstable network, so that the redemption of subsidized fertilizers using a farmer card requires a long time and inadequate infrastructure.

Keywords: Implementation, Farmers Cards, Distribution of Subsidized Fertilizer

(7)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan berkatNya “Implementasi Program Kartu Tani Dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi Di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi”. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Program Studi Ilmu Administrasi Publik.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, baik dari segi bahasa, isi dan penulisan yang digunakan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan peneliti. Dengan penuh ketulusan peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si

2. Bapak Dr. Tunggul Sihombing, M.A. selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Asima Yanty S. Siahaan, MA., Ph.D selaku sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Siti Hazzah Nur. R, S.Sos., M.AP selaku dosen pembimbing untuk setiap nasihat, arahan dan waktu yang diberikan untuk membantu saya dalam proses

(8)

vi

penulisan skripsi ini. Terimakasih banyak Bu, semoga selalu diberikan kesehatan dan semoga Tuhan selalu menyertai.

5. Staf Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan cara pandang selama mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan skripsi ini.

6. Seluruh staf pegawai terutama Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Ir. Efendi Berutu selaku Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di Kantor Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi.

8. Bapak Dedy Sofian Ujung, SKH selaku sekretaris, Bapak Eben Ebron Gurning, STP selaku Kepala bidang Prasarana dan Sarana dan Bapak Tohom Simanjuntak di Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi yang mau membimbing selama di Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi.

9. Para pegawai Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi yang telah mau dijadikan informan penelitian maupun yang bukan informan penelitian.

10. Kepada Kelurahan Sidiangkat, Desa Kalang Simbara, Desa Belang Malum, Desa Huta Rakyat dan Desa Kalang yang dijadikan tempat penelitian dan turut menjadi informan penelitian ini.

(9)

vii

11. Orangtua tercinta yaitu Bisner Sihite dan Saida Simbolon yang senantiasa memberi semangat, cinta kasih dan selalu mendukung baik dari segi moril dan material serta kakak-kakakku Eny Sihite, Lidya Sihite, abang Idris Sihite dan adik-adikku Ruth Sihite, Juliana Sihite dan abang ipar Tomjon Nadeak.

12. Kepada sahabat seperkampungan Murni, Luistetti yang menjadi teman curhat selama ini dan selalu saling mendukung dan kak Pani menjadi teman penelitian dan selalu menemani ke lokasi penelitian.

13. Kepada sahabat tercinta di Administrasi Publik “Pejabat Negara” Asnita, Lestari, Duma, Jenny, Medlin, Sherin dan Rica. Terimakasih untuk kalian yang mau menjadi tempat berbagi cerita dan selalu mendukung.

14. Seluruh mahasiswa Ilmu Administrasi Publik FISIP USU.

15. Seluruh keluarga besar.

Akhir kata, peneliti berharap semoga hasil penelitian dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, April 2021 Peneliti,

Betaria Sihite

(10)

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFFTAR GAMBAR ... x

LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Pengertian Implementasi ... 14

2.2 Pengertian Program ... 15

2.3 E-Government ... 24

2.4 Kartu Tani ... 29

2.4.1 E-RDKK (Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) ... 29

2.4.2 Pengertian Kartu Tani ... 30

2.4.3 Manfaat, Tujuan dan Sasaran Kartu Tani ... 30

(11)

ix

2.5 Penyaluran Pupuk Bersubsidi ... 33

2.6 Definisi Konsep ... 36

2.7 Hipotesis Kerja ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Bentuk Penelitian ... 38

3.2 Lokasi Penelitian ... 38

3.3 Informan Penelitian ... 39

3.4 Sumber Data ... 41

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.6 Teknik Analisis Data ... 43

3.7 Teknik Keabsahan Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 47

4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Sidikalang ... 47

4.1.2 Gambaran Umum Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi ... 49

4.1.3 Visi dan Misi Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi ... 51

4.1.4 Tujuan dan Sasaran Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi ... 52

(12)

x

4.1.5 Struktur Organisasi Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan

Kabupaten Dairi ... 53

4.1.6 Tugas Pokok Tiap-Tiap Jabatan pada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi ... 55

4.1.7 Kepegawaian Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi ... 61

4.2 Implementasi Program Kartu Tani Dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi ... 62

4.2.1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan ... 62

4.2.2 Sumber Daya ... 82

4.2.3 Karakteristik Pelaksana ... 104

4.2.4 Sikap Pelaksana (Disposisi) ... 110

4.2.5 Komunikasi Antar Pelaksana ... 114

4.2.6 Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik ... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 128

5.1 Kesimpulan ... 128

5.6 Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 135

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 HET (Harga Eceran tertinggi) Pupuk Bersubsidi ... 35 Tabel 3.1 Matriks Informan Penelitian ... 39 Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Sidikalang (Desa/Kelurahan) ... 47 Tabel 4.2 Rekapitulasi Pegawai Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan

Kabupaten Dairi ... 60 Tabel 4.3 PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) di Kecamatan Sidikalang Kabupaten

Dairi ... 84

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Aplikasi ERDKK (Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok ... 5

Gambar 2.1 Model Implementasi Van Meter & Van Horn ... 19

Gambar 2.2 Model Implementasi Mazmanian & Sabatier... 20

Gambar 2.3 Model Implementasi Edward III ... 22

Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data Miles & Huberman ... 43

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Sidikalang ... 46

Gambar 4.2 Kantor Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi ... 48

Gambar 4.3 Peraturan Bupati Dairi ... 53

Gambar 4.4 MoU Pemerintah Kabupaten Dairi dan Pemimpin PT Bank Negara Indonesia (PERSERO), Tbk ... 66

Gambar 4.9 Input RDKK Menjadi E-RDKK/Pengusulan Kartu Tani ... 72

Gambar 4.10 Aplikasi E-RDKK(Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan kelompok) ... 73

Gambar 4.11 Proses Proses Penerbitan Kartu Tani dan EDC (Electronic Data Capture) ... 78

Gambar 4.12 Bukti Transfer Dana Pupuk Bersubsidi (Struk EDC) ... 88

Gambar 4.13 Kios Pengecer ... 95

Gambar 4.14 Kartu Tani ... 96

Gambar 4.15 Mesin EDC (Electronic Data Capture) ... 98

Gambar 4.16 Rapat PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) ... 113

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Pedoman Observasi Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi Lampiran 4. Transkrip Wawancara Lampiran 5. Transkrip Observasi Lampiran 6. Transkrip Dokumentasi

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pupuk merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan pertanian. Pupuk menjadi penting karena dengan pupuk maka tanaman-tanaman pertanian seperti padi, jagung, kopi, hortikultura dll dapat tumbuh dengan baik. Sebagai salah satu aspek penting, pupuk justru sulit didapatkan oleh para petani karena harga pupuk yang dijual terbilang mahal dan mengakibatkan tingginya biaya pertanian. Melihat kondisi tersebut, maka Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengadakan subsidi bagi pupuk agar pupuk dapat dijangkau oleh seluruh kalangan petani khususnya petani kalangan menengah ke bawah. Kebijakan pupuk bersubsidi tersebut diatur dalam Peraturan Presiden RI No. 15 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2005 Tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi sebagai Barang dalam Pengawasan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden RI N0. 15 Tahun 2011.

Pupuk Berubsidi dalam pengadaan dan penyalurannya diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 15/M-DAG/PER/14/2013 Tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian. Pengadaan adalah proses penyediaan pupuk bersubsidi yang berasal dari produksi dalam negeri dan/atau impor.

Sedangkan penyaluran adalah proses pendistribusian pupuk bersubsidi dari tingkat produsen sampai dengan tingkat petani sebagai konsumen akhir dalam penyaluran pupuk bersubsidi.

(17)

2

Pelaksanaan kebijakan terkait penyaluran pupuk bersubsidi yang dilaksanakan oleh pemerintah terdapat beberapa masalah. Moko dkk (2017:9) mengungkapkan permasalahan yang terjadi terkait penyaluran pupuk bersubsidi meliputi kelangkaan pupuk, harga yang fluktuatif, serta penggunaan pupuk oleh petani yang sering kali melebihi dosis anjuran. Kelangkaan pupuk bersubsidi terjadi karena kebutuhan akan pupuk yang tinggi sedangkan ketersediaan di tingkat pengecer atau penjual serta distributor rendah. Seringkali ketika dibutuhkan persediaan tidak ada dan mengakibatkan harga pupuk yang semakin meningkat. Hal tersebut karena ketidakmerataan akan distribusi pupuk bersubsidi baik di tingkat distributor wilayah maupun di tingkat petani. Sementara permasalahan yang terjadi menurut Kementan (2017:1) terkait pengawasan, pengadaan, dan penyaluran pupuk antara lain: belum tepat sasaran, perembesan (pupuk bersubsidi dijual dengan harga non subsidi), kelangkaan dan kenaikan harga di tingkat petani.

Upaya pemerintah dalam menangani masalah-masalah yang terjadi dalam pengawasan, pengadaan, dan penyaluran pupuk bersubsidi dengan pemanfaatan teknologi salah satunya dengan kebijakan kartu tani. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 47/Permentan/SR.310/11/2018 Tentang Alokasi dan HET (Harga Eceran Tertinggi) Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2019 pada pasal 13 ayat 2 dan 3 disebutkan bahwa “penyaluran bersubsidi dapat dilakukan dengan kartu tani; penerapan penyaluran pupuk bersubsidi dengan menggunakan kartu tani dilakukan pada wilayah kabupaten/kota tertentu sebagai uji coba.”

(18)

3

Kabupaten Dairi merupakan salah satu daerah yang menerapkan kartu tani guna mengurangi penyimpangan dalam penyaluran pupuk bersubsidi yang terletak di Provinsi Sumater Utara. Penerapan kartu tani di Kabupaten Dairi telah dimuat dalam Keputusan Bupati Dairi Nomor 667/520/X/2019 Tentang Tim Percepatan Penerbitan Kartu Tani Bagi Anggota Kelompok Tani Di Kabupaten Dairi Tahun 2019. Sejalan dengan strategi pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah dalam penyaluran pupuk bersubsidi, Kabupaten Dairi menggunakan dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) dan bekerjasama dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mengakses data petani dari sistem e-rdkk (elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok) Kementrian Pertanian dan menggunakannya sebagai data untuk pembuatan/penerbitan kartu tani dan pembukaan rekening tabungan BNI berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Pada era globalisasi saat ini, teknologi berkembang dengan pesat seiring berjalannya waktu. Teknologi seperti alat pintar dan internet saat ini diciptakan untuk membantu agar pekerjaan manusia semakin dimudahkan. Kehadiran teknologi internet di tengah masyarakat mampu memenuhi kebutuhan akan informasi dengan sangat cepat, tepat dan akurat. Selain itu, hal-hal yang dahulu dikerjakan secara manual dan membutuhkan waktu yang lama, kini dengan bantuan teknologi internet dan sistem komputerisasi yang canggih menjadikan pekerjaan-pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat. Sistem online atau daring pun (dalam jaringan) semakin populer, termasuk di Indonesia. Salah satu yang menerapkan teknologi informasi ini adalah pemerintah dalam mewujudkan good governance.

(19)

4

Penerapan teknologi informasi dan komunikasi di pemerintahan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan pemerintahan yang berbasiskan elektronik dalam rangka meningkatkan transparansi dan kualitas pelayanan publik secara efektif dan efisien. Agar pelaksanaan kebijakan pengembangan e-government dapat dilaksanakan secara sistematik dan terpadu, penyusunan kebijakan, peraturan dan perundang-undangan, standardisasi, dan panduan yang diperlukan harus konsisten dan saling mendukung. Oleh karena itu perumusannya perlu mengacu pada kerangka yang utuh, serta diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pembentukan pelayanan publik dan penguatan jaringan pengelolaan dan pengolahan informasi yang andal dan terpercaya untuk mendorong pembentukan good governance pada pemerintahan (https: //www. bappenas. go.id / files/8913/6508/2376/perkembangan-e-government-di-indonesia---oleh-bastian_0.pdf dikutip tanggal 10 Desember 2019 pukul 21:55).

Pengembangan e-government merupakan salah satu cara pemerintah dalam rangka meningkatkan transparansi dan kualitas pelayanan publik secara efektif dan efisien yang berbasis elektronik. Salah satunya kartu tani melalui aplikasi e-rdkk (elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok) di Kabupaten Dairi, merupakan kartu debit BNI co-branding yang digunakan secara khusus untuk membaca alokasi pupuk bersubsidi dan transaksi pembayaran pupuk bersubsidi di mesin EDC (Electronic Data Capture) BNI yang ditempatkan di pengecer serta dapat berfungsi untuk melakukan seluruh transaksi. Dalam hal ini penguatan jaringan sangat diperlukan guna mewujudkan pelayanan publik secara efektif dan efisien.

Sistem e-rdkk (elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok) Kementrian Pertanian adalah sistem aplikasi yang dibangun oleh Kementrian Pertanian berbasis web yang merupakan sarana penginputan e-rdkk (elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok) berupa data kelompok tani, data petani, kios pengecer, nama penyuluh pertanian lapangan dan kuota pupuk bersubsidi, yang dikelola Dinas/OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang menangani penyuluhan pertanian di

(20)

5

kabupaten/kota dan dapat dimanfaatkan oleh pihak perbankan dalam penerbitan kartu tani. Berikut tampilan aplikasi e-rdkk :

Gambar 1.1 Aplikasi E-RDKK (Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok)

Sumber: Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan PerikananKabupaten Dairi, 2020

Pada gambar 1.1 dapat dilihat aplikasi e-rdkk (elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok) yang dapat diakses melalui https: // erdkk. pertanian. go. id/

login. Namun dalam hal ini untuk masuk ke dalam aplikasi membutuhkan user id dan password yang diberikan oleh Kementerian Pertanian kepada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan Kabupaten Dairi dan Bank BNI. Setiap user bertanggungjawab atas keabsahan data pada aplikasi e-rdkk Kementrian Pertanian.

(21)

6

Bank BNI sebagai salah satu bank milik negara telah menyatakan kesiapannya untuk mendukung program pemerintah yang ditujukan untuk petani. Salah satu program BNI sebagai bagian dari dukungan BNI pada program pemerintah yakni financial inclusion, BNI berinovasi dengan meluncurkan BNI Link, yakni layanan keuangan tanpa kantor (nirkantor). Program ini adalah salah satu terobosan BNI untuk mengedukasi masyarakat Indonesia, dalam mengenal pengetahuan dasar tentang pengelolaan keuangan melalui pemanfaatan produk dan layanan perbankan.

Melalui kesepakatan Pemerintah Kabupaten Dairi Nomor : 520/177/2019 dan Pemimpin PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Kantor Cabang Kabanjahe Nomor : SDK/22/267/2019 tentang Penerapan Kartu Tani Sebagai Alat Penebusan Dan Pembayaran Pupuk Bersubsidi Bagi Petani Di Kabupaten Dairi, maka terciptalah kerjasama antara pemerintah Kabupaten Dairi dengan BNI. Diharapkan dengan pemanfaaatan teknologi perbankan yang dapat mengurangi penyimpangan dalam penyaluran pupuk subsidi (Urea, SP-36, ZA, NPK, Organik), hal ini akan memberikan kontribusi bagi kemajuan serta peningkatan taraf hidup masyarakat khususnya kelompok tani.

Peluncuran kartu tani ini ditujukan untuk meningkatkan pelayanan jasa perbankan bagi kelompok tani. Kartu tani ini merupakan usaha untuk mewujudkan pendistribusian, pengendalian dan pengawasan pupuk bersubsidi kepada petani yang berhak menerimanya, juga menjadi salah satu bentuk penyempurnaan data petani.

Transparansi dan akurasi data kartu tani sangat penting karena ke depan akan menjadi data pertanian yang lebih luas.

(22)

7

Tujuan diterapkannya kartu tani yaitu guna mewujudkan distribusi, pengendalian dan pengawasan pupuk bersubsidi yang transparan dan tepat sasaran kepada petani yang memang berhak untuk menerimanya sesuai dengan asas 6 (enam) Tepat sebagaimana yang telah ditetapkan oleh keputusan menteri melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 15/M-Dag/Per/4/2013 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian dimana prinsip 6 (enam) Tepat (Tepat Jumlah, Tepat Waktu, Tepat Tempat, Tepat Mutu dan Tepat Harga) serta pemberian layanan perbankan bagi petani di Kabupaten Dairi.

Dalam kebijakan kartu tani, selain melibatkan petani, juga melibatkan kios pengecer, pemerintah dan Bank BNI. Bagi petani yang ingin mendapat kartu tani, cukup dengan bergabung dalam kelompok tani dan menyerahkan NIK (Nomor Induk Kependudukan) kepada ketua kelompok tani yang sudah terdaftar dalam e-rdkk. Jika data sudah cocok dengan e-rdkk maka kartu tani dapat dicetak oleh BNI dan selanjutnya petani mendapatkan kartu tani. Kartu tani tersebut kemudian dapat digunakan untuk membeli pupuk di kios pengecer resmi yang sudah ditunjuk pemerintah.

Kecamatan Sidikalang merupakan kecamatan pertama di Kabupaten Dairi yang mendistribusikan dan menggunakan kartu tani pada tahun 2019 yang lalu. Di Kecamatan Sidikalang sebanyak 4.348 kartu yang ditargetkan, sebanyak 3.126 kartu tani sudah dicetak, namun ada sebanyak 1.222 kartu belum dicetak padahal Kecamatan Sidikalang sebagai kecamatan pilot project pelaksanaan kartu tani di Kabupaten Dairi diharapkan dapat menjadi contoh agar pendistribusian pupuk

(23)

8

bersubsidi dilakukan tertutup sesuai dengan asas 6 (enam) tepat, serta sebagai bentuk pemberian layanan perbankan bagi petani.

Beberapa kajian menunjukkan bahwa terdapat beberapa hambatan dan resiko dari pelaksanaan layanan keuangan digital di Indonesia. Hambatan tersebut antara lain adalah (1) kurang handalnya jaringan bagi pengguna layanan yang mengganggu kelancaran proses transaksi;(2) lemahnya kesadaran pengguna layanan dalam memahami kegunaan dari setiap fitur layanan, risiko yang dapat terjadi, dan cara bertransaksi yang aman; (3) rendahnya pengetahuan pelanggan terhadap penggunaan layanan; (4) rendahnya kesadaran bagi pengguna layanan untuk memberikan data- data pribadi yang dibutuhkan terkait dengan masalah privasi untuk mendukung pengawasan dan penhvrlykheygeligfiuhgflih gaturan yang dilakukan oleh pihak yang berwenang. (Azida 2017 :8)

Masalah dalam penerapan kartu tani yaitu rendahnya petani dalam menggunakan kartu tani sebagai alat penebusan pupuk bersubsidi karena tidak sedikit yang tidak paham tentang pemanfaatan kartu tani yang sebenarnya, masih terbatasnya sumber daya dan kurangnya bimbingan dari pelaksana untuk pengelolaan kartu tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi. Di mana dalam penerapan kartu tani dibutuhkan sumber daya manusia yang berkompetensi di bidangnya sehingga penerapan kartu tani dapat berjalan dengan baik. Selain itu proses penebusan pupuk bersubsidi menggunakan kartu tani membutuhkan waktu yang lebih lama karena sistem EDC (Electronic Data Capture) yang rumit dan sering eror. Serta sarana dan prasarana dari penggunaan kartu tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi yang masih perlu dilakukan pembenahan, sehingga pelayanan yang diberikan belum optimal.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas permasalahan dalam implementasi program kartu tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, yaitu Sumber Daya dan Komunikasi Antar Badan Pelaksana

(24)

9

atau Kegiatan-Kegiatan Pelaksana. Sumber daya dan Komunikasi Antar Badan Pelaksana atau Kegiatan-Kegiatan Pelaksana terdapat dalam model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh Van Meter & Van Horn. Van Meter & Van Horn mengemukakan terdapat 6 (enam) variabel dalam implementasi kebijakan, yaitu standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, karakteristik agen pelaksana, sikap/kecenderungan (disposisi) badan pelaksana, komunikasi antar badan pelaksana, lingkungan sosial, ekonomi dan politik.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang terkait dengan Implementasi Program Kartu Tani dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

Penelitian ini dilakukan menggunakan model implementasi kebijakan menurut Van Meter & Van Horn yang variabelnya terdiri dari Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumber Daya, Karakteristik Pelaksana, Komunikasi Antar Badan Pelaksana,, Sikap/Kecenderungan (disposisi) Pelaksana dan Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini, yaitu “Bagaimana Implementasi Program Kartu Tani Dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi?”

(25)

10 1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang diajukan mempunyai sasaran ataupun tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Implementasi Program Kartu Tani dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu-ilmu administrasi publik dan khususnya pengembangan ilmu berkaitan dengan implementasi program. Selain itu bagi peneliti diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman yang berharga dalam menganalisis suatu fenomena dan membandingkan dengan teori-teori yang dipelajari.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan beberapa masukan dan saran kepada pemerintah Kabupaten Dairi dalam hal memahami bagaimana penerapan kartu tani agar dapat dilaksanakan dengan baik dan juga solusi terhadap persoalan yang dihadapi oleh pemerintah dalam penerapan kartu tani tersebut.

(26)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Implementasi

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster yang dikutip oleh Wahab adalah:

Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar Webster, to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu);

dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)”(Webster dalam Wahab, 2004:64).

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.

Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Pengertian implementasi selain menurut Webster di atas dijelaskan juga menurut Van Meter dan Van Horn bahwa implementasi adalah: Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan- tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan”(Meter & Horn dalam Wahab, 2004:65).

Pandangan Meter & Horn bahwa implementasi merupakan tindakan oleh individu, pejabat, kelompok badan pemerintah atau swasta yang diarahkan pada

(27)

12

tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam suatu keputusan tertentu.

Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warganegaranya. Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-pekerjaan di bawah mandat dari undang-undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.

Mazmanian & Sabatier juga mendefinisikan implementasi sebagai berikut:

Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan- keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan”.(Mazmanian &

Sebastiar dalam Wahab, 2004:68)

Implementasi menurut Mazmanian & Sabatier merupakan pelaksanaan kebijakan dasar berbentuk undang-undang juga berbentuk perintah atau keputusan- keputusan yang penting atau seperti keputusan badan peradilan. Proses implementasi ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu seperti tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan dan seterusnya sampai perbaikan kebijakan yang bersangkutan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa implementasi adalah suatu rangkaian kegiatan untuk melaksanakan suatu kebijakan yang ditujukan kepada publik atau masyarakat untuk mencapai hasil berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan tersebut tidak hanya melibatkan aparat pelaksana sampai pada tingkat paling rendah, tetapi juga melibatkan masyarakat, kegiatan mana menciptakan

(28)

13

peluang bagi masyarakat melibatkan dirinya dalam mengakses kepentingannya dan tercapainya kepentingan dalam pengambil kebijakan.

2.1.1 Model-Model Implementasi

Model implementasi adalah suatu konsep yang penting untuk melihat proses implementasi secara riil dan sederhana dari keseluruhan implementasi yang dihadapi oleh para aktor kebijakan publik. Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa model implementasi kebijakan publik dapat dilihat dari perspektif para ahli yang mengagas sesuai dengan tujuan dan persepsi masyarakat yang menjadi pelaksana dari kebijakan yang tersebut.

Model implementasi merupakan deskripsi sederhana mengenai asepek-aspek penting yang dipilih dan disusun sebagai upaya mengejawantahkan, meniru, menjelaskan, meramalkan, mencoba dan menguji hipotesis implementasi kebijakan publik untuk tujuan tertentu (Setyawan, 2017:114).

Berikut akan dipaparkan beberapa model implementasi kebijakan:

1. Model Van Meter & Van Horn

Van Meter & Van Horn (dalam Hutahayan, 2019:25-26), mengatakan bahwa implementasi kebijakan berjalan linear dari kebijakan publik, implementor dan kinerja kebijakan publik.

Ada beberapa variabel yang dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi kebijakan publik. Variabel-variabel tersebut antara lain adalah :

a. Policy standard and objectives (Ukuran dan tujuan kebijakan)

Untuk mengukur kinerja implementasi kebiajkan yang menegaskan ukuran dan tujuan tertentu yang harus dicapai oleh pelaksana

(29)

14

kebijakan, kinerja kebijakan pada dasarnya merupakan penilaian atas tingkat pencapaian standar dan sasaran tersebut. Kejelasan dan sasaran kebijakan harus dapat dilihat secara spesifik hingga diakhir program dapat diketahui keberhasilan atau kegagalan dari kebijakan atau program yang dijalankan.

b. Resources (sumberdaya)

Sumber daya mengarah kepada seberapa besar dukungan finansial dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan.Hal sulit yang sering terjadi ialah berapa nilai sumber daya (baik finansial maupun manusia) untuk menghasilkan implementasi kebijakan dengan kinerja baik

c. Interorganizational communication and enforcement activities (komunikasi antara organisasi dan aktivitas pelaksana)

Koordinasi adalah suau cara kerja yang sangat berpengaruh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi antara pihak dalam proses implementasi, maka dapat diasumsikan kesalahan kecil akan jarang terjadi.

d. The characteristics of implementation of agencies (karakteristik pelaksana)

Yang dimaksudan dengan agen pelaksana di sini adalah menyangkut organisasi formal maupun informal yang terlibat dalam pengimplementasian suatu program. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan sangat dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Misalnya implementasi kebijakan publik yang berusaha untuk merubah perilaku atau tingkah laku manusia secara radikal, maka agen pelaksana proyek itu haruslah berkarakteristik keras dan ketat pada aturan serta sanksi hukum.

e. The diposition or response of implementers (disposisi atau respon dari para pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan.

Melainkan kebijakan yang akan implementor laksanakan adalah kebijakan “dari atas ke bawah” (top down) yang sangat mungkin pengambil keputusannya tidak mengetahui kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang ingin diselesaikan.

(30)

15

f. The economic, social and political environment (lingkungan ekonomi, sosial dan politik)

Hal yang terakhir menjadi perhatian guna menilai kinerja implementasi kebijakan publik yang ditawarkan oleh Van Meter dan Van Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi penyebab dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Oleh karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan lingkungan eksternal.

Gambar 2.1 Model Implementasi Van Meter & Van Horn

Sumber : Hill dan Hupe (dalam Hutahayan, 2019:26)

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan dalam melaksanakan suatu kebijakan diperlukan aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya hasil yang didapatkan sesuai dengan tujuan awal kebijakan tersebut. Hubungan yang saling terikat dan kompleks dari berbagai variabel sangat mungkin terjadi dalam implementassi kebijakan, sehingga penelitian implementasi tidak dilihat sebagai suatu yang sederhana.

(31)

16 2. Model Implementasi Mazmanian & Sabatier

Model kerangka analisis implementasi (a fream work for implementation analysis) yang diperkenalkan oleh Mazmanian & Sabatier (dalam Sulila, 2017: 57- 58) mengklasifikasikan proses implementasi kebijakan ke dalam 3 (tiga) variabel utama, yakni :

a. Variabel independen, yaitu mudah tidaknya masalah yang akan digarap dikendalikan

b. Variabel intervening, yaitu kemampuan keputusan kebijakan untuk menstruktur secara tepat proses implementasi

c. Pengaruh langsung berbagai variabel politik terhadap keseimbangan dukungan bagi tujuan yang termuat dalam keputusan kebijakan tersebut.

Variabel tergantung (dependen), yaitu tahapan dalam proses implementasi dengan lima tahapan, yaitu pemahaman dari lembaga atau badan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan objek, hasil nyata, penerimaan atas hasil nyata tersebut dan akhirnya mengarah kepada revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksankan tersebut atau keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar.

Gambar 2.2 Model Implementasi Mazmanian & Sabatier

Sumber: Mazmanian & Sabatier (dalam Sulila, 2017: 59)

(32)

17

Dari model ini dapat dilihat bahwa implementasi adalah upaya melaksanakan keputusan kebijakan. Model ini mengklasifikasikan proses implementasi dalam tiga variabel, yaitu: mudah tidaknya masalah yang dikendalikan, kemampuan keputusan kebijakan untuk menstrukturkan secara tepat proses implementasinya dan pengaruh langsung berbagai variabel politik terhadap keseimbangan dukungan bagi tujuan yang termuat dalam keputusan kebijakan tersebut serta tahap tahap implementasi yang harus dilalui.

3. Model Implementasi Edward III

Menurut teori Edward III (dalam Sulila, 2015:48-50), ada 4 (empat) faktor atau variabel dalam implementasi kebijakan publik. Tidak ada variabel tunggal dalam proses implementasi kebijakan, sehingga perlu dijelaskan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain, dan bagaimana variabel-variabel ini mempengaruhi proses implementasi kebijakan.

Berikut 4 (empat) faktor atau variabel yang mempengaruhi kebijakan publik tersebut, yaitu:

a. Komunikasi

Menunjukkan peran penting sebagai acuan agar pelaksana kebijakan mengetahui secara pasti apa yang akan mereka kerjakan. Berarti komunikasi juga dapat dinyatakan perintah dari atasan terhadap pelaksana-pelaksana sehingga penerapan kebijakan tidak keluar dari sasaran yang dikehendaki dengan demikian harus dinyatakan dengan jelas, tepat dan konsisten.

b. Sumber daya

Variabel ini bukan hanya mencakup faktor sumber daya manusia/aparat semata tetapi juga mencakup penempatan pegawai staf, informasi, wewenang dan fasilitas untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan tersebut. Hal ini dapat dijelaskan bahwa sumber

(33)

18

daya yang memadai dan memenuhi kualifikasi akan menghasilkan pelaksanaan kebijakan yang tepat dan efektif.

c. Disposisi atau sikap

Yang diartikan sebagai keinginan atau kesepakatan dikalangan pelaksana untuk menerapkan pelaksanaan kebijakan. Jika penerapan kebijakan dilaksanakan secara efektif, pelaksana bukan hanya mengetahui apa yang harus mereka kerjakan, tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk menerapkannya, serta mereka juga harus mempunyai keinginan untuk menerapkan kebijakan tersebut

d. Struktur birokrasi.

Merupakan variabel terakhir yang mempunyai dampak terhadap penerapan kebijakan dalam arti bahwa penerapan kebijakan itu tidak akan berhasil jika terdapat kelemahan dalam struktur birokrasi tersebut, dalam hal ini ada dua hal yaitu sikap dan prosedur yang rutin secara fragmentasi dalam pertanggungjawaban diantara berbagai mitra organisasi.

Gambar 2.3 Model Implementasi Edward III

Sumber:Edward III (dalam Sulila, 2015:51)

Dari gambar tersebut dapat dilihat komunikasi ditempatkan pada posisi teratas dalam besarnya pengaruh terhadap keefektifan implementasi kebijakan. Ini berkaitan dengan interelasi dan interaksi antara aktor perumus kebijakan (pengambil keputusan) dengan aktor pelaksana kebijakan, maupun komunikasi antar pelaksana kebijakan

(34)

19

dengan kelompok sasaran. Berkomunikasi dapat memberikan kejelasan informasi yang akan disampaikan.

Berdasarkan dari pemaparan di atas, maka peneliti mengambil model implementasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model dari Van Meter &

Van Horn yang mengemukakan enam (6) kategori yang berkaitan dengan keberhasilan atau kegagalan implementasi suatu kebijakan, yaitu faktor ukuran dan tujuan kebijakan, sumber daya, karakteristik agen pelaksana, disposisi, komunikasi antar organisasi dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik. Alasan peneliti memilih model tersebut adalah karena kategori yang dikemukakan oleh Van Meter & Van Horn dapat menjelaskan secara menyeluruh tentang implementasi program kartu tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi dan dapat lebih konkret dalam menjelaskan proses implementasi sebenarnya.

2.2 Pengertian Program

Program merupakan tahap-tahap dalam penyelesaian rangkaian kegiatan yang berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Program akan menunjang implementasi, karena dalam program telah dimuat berbagai aspek antara lain :

a. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

b. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil dalam mencapai tujuan itu.

c. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

d. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

(35)

20

e. Adanya strategi dalam pelaksanaan (Manila, 2006 : 43).

Selanjutnya Keban (2004 : 35), menyebutkan : Apakah program efektif atau tidak, maka standar penilaian yang dapat dipakai adalah organisasi, interpretasi, penerapan.

Ketiga standar penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Organisasi

Maksudnya disini ialah organisasi pelaksanaan program. Selanjutnya organisasi tersebut harus memiliki strukutur organisasi, adanya sumber daya manusia yang berkualitas sebagai tenaga pelaksana dan perlengkapan atau alat- alat kerja serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas. Stuktur organisasi yang kompleks, stuiktur ditetapkan sejak semula dengan desain dari berbagai komponen atau subsistem yang ada tersebut.

Sumber daya manusia yang berkualitas berkaitan dengan kemampuan aparatur dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Aparatur dalam hal ini petugas yang terlibat dalam pelaksanaan program. Tugas aparat pelaksana program yang utama adlah memberikan pelayanan kepada masyarakat yang dipercayakan kepadanya untuk mencapai tujuan negara. Agar tugas-tugas pelaksana program dapat dilaksanakan secara efektif maka setiap aparatur dituntut memiliki kemampuan yang memadai sesuai dengan bidang tugasnya.

b. Interpretasi

Maksudnya disini agar program dapat dilaksanakan sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, harus dilihat apakah pelaksanaannya telah

(36)

21

sesuai dengan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.

1) Sesuai Dengan Peraturan

Sesuai dengan peraturan berarti setiap pelaksanaan kebijaksanaan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku baik Peraturan Tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten.

2) Sesuai Dengan Petunjuk Pelaksana.

Sesuai dengan petunjuk pelaksana berarti pelaksanaan kebijaksanaan dari peraturan sudah dijabarkan cara pelaksanaannya pada kebijaksanaan yang bersifat administratif, sehingga memudahkan pelaksana dalam melakukan aktifitas pelaksanaan program.

3) Sesuai Petunjuk Teknis

Sesuai dengan petunjuk teknis berarti kebijaksanaan yang sudah dirumuskan dalam bentuk petunjuk pelaksana dirancang lagi secara teknis agar memudahkan dalam operasionalisasi program. Petunjuk teknis ini bersifat strategis lapangan agar dapat berjalan efisien dan efektif, rasional dan realistis.

c. Penerapan

Maksudnya disini peraturan/kebijakan berupa petunjuk pelaksana dan teknis telah berjalan sesuai dengan ketentuan, untuk dapat melihat ini harus dilengkapi dengan adanya prosedur kerja yang jelas, program kerja serta jadwal kegiatan yang disiplin.

1) Prosedur kerja yang jelas

(37)

22

Prosedur kerja yang sudah ada harus memiliki prosedur kerja agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi tumpang tindih, sehingga tidak bertentangan antara unit kegiatan yang terdapat di dalamnya.

2) Program kerja

Program kerja harus sudah terprogram dan terencana dengan baik, sehingga tujuan program dapat direalisasikan dengan efektif

3) Jadwal kegiatan

Program yang sudah ada harus dijadwalkan kapan dimulai dan diakhiri suatu program agar mudah dalam mengadakan evaluasi. Dalam hal ini yang diperlukan adanya tanggal pelaksanaan dan rampungnya sebuah program sudah ditentukan sebelumnya.

2.2.1 Implementasi Program

Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Unsur kedua yang harus di penuhi dalam proses implementasi program yaitu adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program, sehingga masyarakat dilibatkan dan membawa hasil dari program yang dijalankan dan adanya perubahan dan peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa memberikan manfaat kepada masyarakat maka dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan. Berhasil atau tidaknya suatu program diimplementasikan tergantung dari unsur pelaksanaannya (eksekutif). Unsur pelaksanaan ini merupakan unsur ketiga. Pelaksanaan penting artinya karena pelaksanaan baik itu organisasi maupun perorangan bertanggungjawab

(38)

23

dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses implementasi. (Riggs, 2005:54).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi program adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat terhadap suatu objek atau sasaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui adanya organisasi, interpretasi dan penerapan.

Guna mencapai tujuan implementasi program secara efektif, pemerintah harus melakukan aksi atau tindakan yang berupa penghimpunan sumber dana dan pengelolaan sumber daya alam dan manusia. Hasil yang diperoleh dari aksi pertama dapat disebut input kebijakan, sementara aksi yang kedua disebut sebagai proses implementasi kebijakan (Ratmiko, 2005:4). Untuk mengoperasionalkan implementasi program agar tercapainya suatu tujuan serta terpenuhinya misi program diperlukan kemampuan yang tinggi pada organisasi pelaksanaannya.

2.3 Electronic Government (E-Government)

The World Bank Group (2006), mendefinisikan e-government adalah penggunaan teknologi informasi oleh badan-badan pemerintah. Forman (2005) menjelaskan bahwa e-government secara umum dapat didefinisikan sebagai penerapan TIK untuk meningkatkan kinerja dari fungsi dan layanan pemerintah tradisional. Sedangkan menurut Inpres No.3 Tahun 2003, pengembangan e- government merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Pengembangan e-government merupakan

(39)

24

sebuah proyek yang kompleks dan tidak murah sehingga membutuhkan perencanaan yang baik yang merujuk pada sebuah metode atau best practice agar tujuan dari proyek dapat tercapai.

Menurut Wibisono & Sulistyaningsih (dalam Indrajit, 2005) e-government digunakan oleh pemerintah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi di dalam proses administrasi dan penghantar jasa. E-government menghubungkan informasi dan komunikasi, seperti jaringan, internet dan komputerisasi melalui pemerintah untuk meningkatkan jasa pelayanan. Dengan demikian e-government merupakan pemanfaatan dan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi secara online dengan menggunakan internet atau perangkat lainnya yang dikelola oleh pemerintah untuk mentransformasikan informasi kepada masyarakat, pihak bisnis dan sesama pihak-pihak pemerintah lainnya untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.

Menurut Indrajit (2002) apabila dilihat dari sejarahnya, konsep e-government berkembang karena adanya tiga pemicu utama, yaitu:

1. Era globalisasi yang datang lebih cepat dari yang diperkirakan telah membuat isu-isu semacam demokratisasi, hak asasi manusia, hukum, transparansi, korupsi, civil society, good corporate governance, perdagangan bebas, pasar terbuka dan lain sebagainya menjadi hal-hal utama yang harus diperhatikan oleh setiap bangsa jika yang bersangkutan tidak ingin disingkirkandari pergaulan dunia. Dalam format ini, pemerintah harus mengadakan reposisi

(40)

25

terhadap perannya di dalam sebuah negara, dari yang bersifat internal dan fokus terhadap kebutuhan dalam negeri, menjadi lebih berorientasi ke eksternal dan fokus kepada bagaimana memposisikan masyarakat dan negaranya di dalam sebuah pergaulan global.

2. Kemajuan teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) terjadi sedemikian pesatnya sehingga data, informasi dan pengetahuan dapat diciptakan dengan teramat sangat cepat dan dapat segera disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat di berbagai belahan dunia dalam hitungan detik.

3. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di dunia tidak terlepas dari semakin membaiknya kinerja industri swasta dalam melakukan kegiatan ekonominya. Kedekatan antara masyarakat (sebagai pelanggan) dengan pelaku ekonomi (pedagang, investor, perusahaan dan lain-lain) telah membuat terbentuknya sebuah standar pelayanan yang semakin membaik dari waktu ke waktu.

Ketiga aspek di atas, menyebabkan terjadinya tekanan dari masyarakat yang menginginkan pemerintah memperbaiki kinerjanya secara signifikan dengan cara memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang ada. Inisiasi pemerintah pada e-government pun kemudian terus dikembangkan untuk menjawab tuntutan tersebut.

Pengembangan e-government merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, melalui pengembangan e-government dilakukan penataan sistem manajemen dan

(41)

26

proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

Untuk melaksanakan maksud tersebut, berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government, pengembangan e-government diarahkan untuk mencapai 4 (empat) tujuan, yaitu:

1. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang memiliki kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat luas serta dapat terjangkau di seluruh wilayah Indonesia pada setiap saat tidak dibatasi oleh sekat waktu dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

2. Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk meningkatkan.

3. Perekonomian nasional dan memperkuat kemampuan menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan internasional.

4. Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan lembaga-lembaga negara serta penyediaan fasilitas dialog publik bagi masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam perumusan kebijakan negara.

5. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah dan pemerintah daerah otonom.

(42)

27

Pengembangan sistem e-government tentunya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan e-government dibuat dan dinikmati oleh semua kalangan masyarakat serta dapat diakses kapan saja. E-government dapat menjadi sarana bagi masyarakat dalam memberitahukan keluhan atau kekurangan dari pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Melalui hal itu, maka peran masyarakat dalam proses pembuatan maupun pelaksanaan suatu program pemerintah sangat diperlukan. Hal ini tentu saja agar pemerintahan semakin transparan, berkualitas dan meningkatkan kinerja pemerintah.

Secara umum, penerapan e-government (Indrajit, 2002) diberbagai negara yang dikaji mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas layanan masyarakat, terutama dalam hal mempercepat proses dan mempermudah akses interaksi masyarakat.

2. Meningkatkan transparansi pemerintahan dengan memperbanyak akses informasi publik.

3. Meningkatkan pertanggungjawaban pemerintah dengan menyediakan lebih banyak pelayanan dan informasi serta menyediakan kanal akses baru kepada masyarakat.

4. Mengurangi waktu, uang, dan sumber daya lain baik di sisi pemerintah maupun pihak-pihak yang terlibat dengan memperpendek proses pemberian layanan.

Dari penjelasan di atas, dapat dijelaskan bahwa e-government bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan publik dan memperbaiki

(43)

28

kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Penggunaan sistem e-government dalam pemerintahan membantu kinerja pemerintah dalam menyusun rencana kerja pemerintah untuk semakin transparan, akuntabel dan melibatkan seluruh masyarakat.

Dalam e-government ada 2 hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu: pertama adalah penggunaan teknologi informasi (salah satunya internet) sebagai alat bantu dan kedua adalah tujuan pemanfaatannya sehingga pemerintahan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Dalam hal ini sistem e-rdkk melalui kartu tani, membantu pemerintah dalam mengawasi penyaluran pupuk bersubsidi sampai kepada petani yang berhak menerima. Dalam penerapan kartu tani, petani dapat menebus pupuk bersubsidi dengan cara non tunai di mesin EDC (Electronic Data Capture) dimana kartu tani merupakan identitas bagi para petani yang berhak mendapatkan pupuk bersubsidi. Kartu tani bertujuan untuk menjamin hak petani dalam memperoleh pupuk bersubsidi, membantu mengembangkan sektor pertanian dan memberikan kesejahteraan kepada petani.

2.4 Kartu Tani

2.4.1 E-RDKK (Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok)

Permasalahan penyaluran pupuk bersubsidi dapat diatasi Aplikasi E-RDKK melalui Kartu Tani yang dibagikan kepada masing-masing petani digunakan sebagai alat penebusan dan pembayaran pupuk bersubsidi. Aplikasi E-RDKK diharapkan penyaluran pupuk bersubsidi akan lebih terjamin dan tepat sasaran bagi para petani penerima pupuk bersubsidi.

(44)

29

E-RDKK adalah aplikasi yang digunakan dalam rangka penebusan dan pembayaran pupuk bersubsidi untuk petani. Aplikasi E-RDKK digunakan untuk melakukan input data dan menyimpan database petani yang berisi diantaranya data yang terdapat di Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK), identitas pribadi dan jumlah alokasi pupuk bersubsidi serta monitoring transaksi pembayaran pupuk bersubsidi untuk petani di pengecer yang telah ditentukan oleh pemerintah. Aplikasi E-RDKK membutuhkan data usulan RDKK masing-masing kelompok tani dan data alokasi pupuk bersubsidi, serta administrator user yang memiliki akses untuk mengelola (membuat/mengubah/menghapus) seluruh user yang ada dalam aplikasi E- RDKK.

2.4.2 Pengertian Kartu Tani

Kartu Tani adalah kartu debit BNI co-branding yang digunakan secara khusus untuk membaca alokasi pupuk bersubsidi dan transaksi pembayaran pupuk bersubsidi di mesin Electronic Data Capture (EDC) BNI yang ditempatkan di pengecer serta dapat berfungsi untuk melakukan seluruh transaksi perbankan pada umumnya. Setiap transaksi penebusan pupuk bersubsidi secara otomatis akan mengurangi alokasi pupuk bersubsidi dan saldo di dalam rekening tabungan petani. Di dalam sistem manajemen kuota akan tersimpan data base petani sesuai dengan RDKK dan kuota masing-masing petani, serta termonitor data petani yang membeli pupuk bersubsidi, jumlah pupuk yang sudah terjual dan sisa pupuk bersubsidi yang belum terbeli.

(45)

30

2.4.3 Manfaat, Tujuan dan Sasaran Kartu Tani

Keberadaan kartu tani tidak hanya menguntungkan bagi para petani, di sisi lain kartu tani juga memberikan banyak manfaat dan keuntungan pada pemerintah sendiri. Dalam hal ini yang memegang peranan penting adalah kementerian pertanian.

Beberapa manfaat keberadaan kartu tani bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan pertanian di antaranya yaitu:

1. Lebih mudah mendata petani

Kartu tani ini nantinya menjadi single entry data bagi pemerintah dalam proses validasi secara berjenjang. Validasi tersebut juga semakin mudah karena data petani dalam kartu tani akan tersimpan secara online pada tingkat nasional.

2. Dana subsidi

Manfaat berikutnya bagi pemerintah dengan adanya kartu tani adalah membantu proses transparansi dalam pemberian dana subsidi pertanian oleh kementrian keuangan. Transparansi ini merupakan kunci yang paling penting agar bantuan dana subsidi dapat diterima kesasaran dengan tepat. Selain itu juga menghindari adanya penyelewengan dana dari pihak-pihak yang tak bertanggung jawab sehingga kesejahteraan petani menjadi terganggu.

3. Program bantuan pupuk bersubsidi tersalurkan dengan baik

(46)

31

Pupuk merupakan komponen yang paling penting bagi petani untuk meningkatkan produktivitas pertaniannya. Kartu tani bisa digunakan bagi para petani untuk mendapatkan pupuk bersubsidi di kios-kios yang ditentukan kementrian pertanian. Kartu tani yang dimiliki oleh para petani berisikan kuota pupuk yang disesuaikan dengan kebutuhan. Kebutuhan tersebut tergantung luas lahan yang dimiliki para petani.

4. Memperoyeksikan potensi panen

Kartu tani juga bisa digunakan oleh pemerintah dalam memproyeksikan potensi panen di wilayah tertentu. Hal ini dikarenakan dalam kartu tani semua data komoditas pertanian daoat dipantau, baik itu berupa nilai jual panen dan sebagainya melalui data yang dimiliki oleh BULOG sebagai off taker. Pemerintah pun bisa menentukan langkah apa saja yang harus dilakukan pada daerah yang berpotensi gagal panen di kemudian hari.

5. Peran serta stakeholder lainnya

Peranan para pemerintah daerah sangat menentukan kesuksesan program kartu tani tersebut. Khususnya dinas pertanian yang di kabupaten dan kota. Stakeholder lainnya yang memiliki andil besar dalam pelaksanaan program kartu tani Abulog. Disini BULOG bertindak sebagai off taker penjualan hasil panen petani secara

(47)

32

langsung. Dengan begitu, para petani dapat menikmati keuntungan hasil panen secara menyeluruh.

Tujuan yang ingin dicapai dengan diterapkan kartu tani adalah terwujudnya distribusi pupuk bersubsidi sesuai dengan Asas 6 (enam) Tepat (tepat jumlah, jenis,waktu, tempat, mutu dan harga) serta pemberian layanan perbankan bagi petani.

Dalam Peraturan Menteri Perdagangan No.15/M-DAG/PER/4/2013 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian, maksud azas 6 (enam) tepat itu adalah:

1) Tepat Tempat : tempat dimana pupuk itu diberi

2) Tepat Jenis : jenis pupuk yang diberikan sesuai kebutuhan petani 3) Tepat Harga : harga sesuai HET atau tidak untuk petani

4) Tepat Mutu : pupuk yang diberikan sesuai atau tidak untuk petani 5) Tepat Jumlah : jumlah pupuk sesuai atau tidak dengan kebutuhan dan

luas lahan petani (lahan dibawah 2 hektar)

6) Tepat Waktu : waktu pemberian pupuk sesuai kebutuhan petani 1 (satu) bulan sebelum musim panen.

Sasaran dari penerapan Kartu Tani ini adalah semua petani di Kecamatan Sidikalang dengan kriteria :

1. Tergabung dalam kelompok tani dan telah diusulkan untuk memperoleh pupuk bersubsidi melalui Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang telah disahkan oleh Kepala Desa/Lurah dan Penyuluh

(48)

33

Pertanian Lapangan (PPL) sesuai ketentuan peraturan Perundang- undangan, dengan tambahan NIK;

2. Mengusahakan lahan bagi petani, pekebun dan peternak dengan total luasan maksimal 2 (dua) hektar atau petambak dengan luasan maksimal 1 (satu) hektar setiap musim tanam per keluarga:

3. Sudah memiliki buku rekening Bank BNI.

2.5 Penyaluran Pupuk Bersubsidi 2.5.1 Subsidi Pupuk

Program subsidi pupuk bagi petani adalah program nasional yang bertujuan untuk membantu petani memenuhi kebutuhan pupuk sesuai kebutuhannya dalam kegiatan usaha tani dengan harga terjangkau agar dapat meningkatkan produksi pertanian dan menambah pendapatan serta memperbaiki kesejahteraannya.

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan No.15/MDAG/PER/4/2013 tentang Pengadaan Dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian, yang dimaksud pupuk bersubsidi adalah barang dalam pengawasan yang pengadaannya dan penyaluran mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan kelompok tani dan/atau petani di sektor pertanian meliputi Pupuk Urea, Pupuk SP36, Pupuk ZA, Pupuk NPK dan jenis Pupuk bersubsidi lainnya yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian.

Berdasarkan hal di atas, dapat dikatakan pupuk bersubsidi adalah pupuk dalam pengadaannya mendapatkan potongan biaya dari pemerintah dengan mekanisme pengawasan tertentu yang ditujukan bagi petani di sektor pertanian yang terdiri atas

(49)

34

jenis pupuk Urea, SP-36,ZA, NPK dan pupuk organik. Hal ini juga tercantum dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2020 Tentang Alokasi Dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2020 Pasal 3 ayat 3 :

“ Jenis Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:

a. Urea;

b. SP-36 c. ZA; dan d. NPK

e. Pupuk Organik”

2.5.2 Penyaluran Pupuk Bersubsidi

Menurut (Sudjono, 2011:23), sistem distribusi dapat diartikan sebagai rangkaian mata rantai penghubung antara produsen dengan konsumen dalam rangka menyalurkan produk atau jasa agar sampai ke tangan konsumen secara efisien dan mudah dijangkau. Menurut (Sudjono, 2011:24), distribusi pupuk bersubsidi pada awalnya menggunakan suatu sistem yang dikendalikan melalui campur tangan pemerintah secara langsung (fully regulated).

Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dilaksanakan sesuai Peraturan Menteri Perdagangan No.15/M-DAG/Per/2015 tentang Pengadaan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian. Pelaksana Subsidi Pupuk ditugaskan pada PT Pupuk Indonesia (Persero) yang bertugas untuk melaksanakan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi di wilayah kerja tanggung jawab masing-masing.

(50)

35

Pengaturan pembagian wilayah pengadaan dan penyaluran pupuk berasubsidi antar produsen dilakukan oleh PT. Pupuk Indonesia (Persero) sesuai dengan kemampuan produksi, dengan tujuan agar dapat lebih efisien, efektif dan fleksibel.

Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi pada lini III dilakukan melalui produsen kepada distributor resmi yang telah ditunjuk di wilayah kerjanya.

Selanjutnya pada penyalur lini IV dilakukan oleh distributor kemudian menyalurkan kepada Pengecer resmi yang ditunjuk di wilayah kerjanya. Untuk petani/kelompok tani, penyaluran pupuk bersubsidi dilakukan oleh pengecer resmi yang telah ditunjuk di wilayah kerjanya. Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertanian tentang Alokasi dan HET (Harga Eceran Tertinggi) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian, penyaluran pupuk bersubsidi dilakukan melalui Kartu Tani dengan Harga Eceran Tertinggi (HET). HET pupuk bersubsidi dimuat dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2020 Tentang Alokasi Dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2020, yakni sebagai berikut :

Gambar

Gambar 1.1 Aplikasi E-RDKK (Elektronik Rencana Definitif Kebutuhan  Kelompok)
Gambar 2.1 Model Implementasi Van Meter & Van Horn
Gambar 2.2 Model Implementasi Mazmanian & Sabatier
Gambar 2.3 Model Implementasi Edward III
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari ketiga pengusahaan tegakan diatas ternyata karet sadap paling layak untuk diusahakan karena mempunyai nilai finansial yang paling layak di antara kedua

fitoplankton untuk dapat menunjang pertumbuhannya, sementara itu kelimpahan fitoplankton pada minggu ketiga mengalami penurunan, hal tersebut diakibatkan adanya

Dalam metode pembelajaran pun terdapat banyak macam-macamnya dimulai dari metode ceramah, demonstrasi, discovery, inquiry, deduktif, induktif dan lain-lain, serta dari berbagai

peningkatan ke arah perbaikan pada bagian-bagian yang memiliki fokus audit lebih tinggi dan berdasarkan temuan audit untuk bagian-bagian tersebut yang telah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis penyuntikan hormon GnRH-a 0,5 mL/kg pada induk ikan baung saat proses pemijahan buatan menghasilkan derajat penetasan yang lebih

Berdasarkan kajian teori dan didukung dengan analisis variansi serta mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan di awal, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1)

Di Malaysia, kajian-kajian mengenai tahap kepuasan pelajar telah dijalankan dalam pelbagai aspek antaranya ialah kepuasan pelajar daripada kedua-dua aspek iaitu akademik

a) Peringkat pertama dirangka dengan tujuan ingin mencapai objektif pertama iaitu mengenal pasti indikator penting pengukuran prestasi ruang. Peringkat ini terdiri daripada