• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Implementasi Program Kartu Tani Dalam Penyaluran Pupuk Bersubsidi di

4.2.2 Sumber Daya

Sumberdaya menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan setiap kebijakan maupun peraturan. Sumberdaya merupakan penentu sekaligus penopang berjalannya suatu kebijaka dan terdiri dari berbagai jenis seperti misalnya sumberdaya manusia (SDM), sumberdaya finansial, dan sumberdaya pendukung lainnya. Variabel ini memiliki kaitan erat dengan prinsip dalam penyaluran pupuk bersubsidi yakni prinsip 6 (enam) tepat (tepat jumlah, jenis, harga, tempat, waktu, dan mutu). Implementasi program kartu tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi di kantor Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi dilihat dari seberapa jauh pegawai mendukung berjalannya kebijakan kartu tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi, serta sumberdaya finansial dan dukungan sarana prasarana yang menunjang berjalannya kebijakan tersebut.

89 4.2.2.1 Sumber Daya Manusia

Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu impelementasi kebijkan. Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara politik.

Adapun sumber daya manusia antara lain Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan, koordinator penyuluh Kecamatan Sidikalang, penyuluh pertanian untuk kelurahan Sidiangkat, penyuluh pertanian untuk desa Huta Rakyat, penyuluh pertanian untuk desa Kalang, penyuluh pertanian untuk desa Kalang Simbara, penyuluh pertanian untuk desa Belang Malum, kelompok tani serta pemilik kios pengecer pupuk bersubsidi yang sudah ditempatkan dan difungsikan pada tempatnya masing-masing. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, sumber daya merupakan salah satu penunjang keberhasilan organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi mempunyai pegawai sebanyak 62 orang diantaranya sebagai berikut :

90

Tabel 4.2 : Rekapitulasi Pegawai Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi

No Pendidikan Jumlah (orang)

1. S-2 4

2. S-1 41

3. D-3 3

4. SMA 14

Jumlah 62

Sumber : Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan Dan Perikanan, 2020

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pegawai yang ada di Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi sudah banyak yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai, yaitu pemahaman terhadap tugas dan tanggung jawab yang sedang dikerjakan dalam organisasi tersebut. Dalam organisasi, sangat dibutuhkan pegawai yang mampu memahami apa yang sedang dikerjakan, sehingga akan membantu dalam menciptakan lingkungan organisasi yang baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan juga dibantu sebanyak 63 penyuluh pertanian yang tersebar di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Dairi. Adapun PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi dapat dilihat dalam tabel berikut:

91

Tabel 4.3 Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Elfrida L. Tobing 45 Kel. Sidiangkat S-1 Pertanian 14

Anita. F 38

Desa Kalang &

Kel.Batang Beruh S-1 Pertanian 14 Sotarduga

Nababan 56

Desa

Kalang Simbara S-1 Peternakan 24 Asmawit 54 Desa Bintang SMT Pertanian 14 Ruspita Sipangkar 54 Kel. Bintang Hulu SPPA 32

Helga Napitupulu 41

Desa Bintang

Marsada S-1 Peternakan 14 Saurma Sitorus 50 Desa Hutarakyat SPP SNAKMAT 14

Tohom

Simanjuntak 50 Kel. Kuta Gambir S-1 Pertanian 29

Lasma Samosir 55

Desa Belang

Malum SLTA 13

Sumber : Data PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) , 2020

Dalam tabel dapat dilihat terdapat 10 wkpp (wilayah kerja penyuluh pertanian) dengan masing-masing PPL yang sudah ditunjuk oleh dinas. Dalam penelitian ini peneliti mengambil 5 (lima) wkpp (wilayah kerja penyuluh pertanian), yaitu Elfrida L. Tobing dengan wkpp (wilayah kerja penyuluh pertanian) kelurahan Sidiangkat, Saurma Sitorus dengan wkpp (wilayah kerja penyuluh pertanian) desa Huta Rakyat, Anita. F dengan wkpp (wilayah kerja penyuluh pertanian) desa Kalang, Sotarduga

92

Nababan dengan wkpp (wilayah kerja penyuluh pertanian) desa Kalang Simbara dan Lasma Samosir dengan wkpp (wilayah kerja penyuluh pertanian) desa Belang Malum.

Jumlah PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) untuk Kecamatan Sidikalang dinilai cukup dengan masing-masing PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) bertanggung jawab atas 1 (satu) sampai 2 (dua) wilayah kerja (desa/kelurahan).

Penentuan jumlah wilayah binaan ini tentunya telah disesuaikan dengan jumlah pemegang kartu tani pada masing-masing wkpp (wilayah kerja penyuluh pertanian).

Pendidikan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) tidak diharuskan sarjana dengan minimal pendidikan SMA. Sebagian PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) merupakan THL (Tenaga Harian Lepas) Kecamatan Sidikalang, sementara untuk Koordinator Penyuluh (Koorluh) adalah seorang PNS dengan minimal pendidikan sarjana.

Pengurus poktan (kelompok tani) turut membantu dalam pendataan alokasi pupuk untuk masing-masing petani yang diajukan pada rdkk (rencana definitif kebutuhan kelompok). Para anggota poktan (kelompok tani) juga turut membantu dalam pendataan untuk rdkk (rencana definitif kebutuhan kelompok). Pada lingkup pengurus kelompok tani tidak ada masalah terkait jumlah dan kompetensi SDM pelaksana kebijakan. Sedangkan kemampuan rata-rata SDM penerima kartu tani bisa dibilang masih cukup rendah dengan keterbatasan dalam menggunakan transaksi bank. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan implementor selaku Sekretaris Bapak Dedy Ujung di Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi sebagai berikut:

93

Terkait pegawai kita sudah memadai dan pasti mendukung yang namanya program baik itu yg ditetapkan oleh pemerintah pusat apalagi didukung komitmen kepala daerah ya harus namanya aparatur negara harus ada keinginan menyukseskan program ini. Terkait pegawai yang bertugas sudah memadai lah, dari petani kita ini yang lebih sering bermasalah tapi itu akan terus kita arahkan supaya berjalan dengan baik. (Dedy Sofian Ujung, SKH.

Wawancara. 22 Juli 2020).

Hal tersebut juga disampaikan oleh informan selaku Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi, yaitu:

Kalau sumber daya kita memang sudah memadai, sudah cukup sumber daya kita untuk inikan, cuma masalahnya di sumber daya petani ini kadang. Petani kita ini boleh dikatakan persenan usia-usia tuanya sudah banyak sudah diatas 30 tahun, bagaimanalah memanfaatkan teknologi dengan usia begitu cuman itupun tetap nya kita ajari kan gitu, karna mereka harus bawa kartu itu setiap membeli pupuk baru mereka harus mengingat pin untuk menggesek itu, ada aja yang lupa ada lah entah dimana kartunya dibikinnya. Jadi kalau hilang gak bisalah membeli pupuk, makanya kita ingatkan supaya jangan hilang karena gak seperti ATM biasa disini dicetak kan kalau hilang kita bisa urus surat hilang gak bisa gitu karna cetaknya ini di Jakarta makanya sulit. (Eben Ebron Gurning, STP. Wawancara. 22 Juli 2020).

Berdasarkan wawancara di atas dapat dinyatakan dalam penerapan kartu tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan bertugas mendampingi dan memberikan arahan kepada petani dalam memahami mekanisme penyaluran pupuk bersubsidi menggunakan kartu tani. Hasil observasi di lapangan Dinas melalui PPL melakukan pendampingan kepada kelompok tani seperti mengikuti perkumpulan yang dilaksanakan kelompok tani untuk mempelajari inovasi baru dalam penebusan pupuk bersubsidi, namun dikarenakan pandemi covid 19 perkumpulan tersebut sudah jarang dilakukan, hal ini juga disampaikan oleh informan petani Bapak Perhan Angkat, yaitu :

94

Ya ita harus pake kartu tani mau menebus pupuk bersubsidi kemudian kita bisa menabung gitu dan informasinya sudah jelaslah karna PPL langsung yang turun ke kami kan. Makanya kelompok tani dituntut harus ada saong tani (tempat berkumpul nya kelompok tani di ladang). Jadi kalau ada pun pertemuan bukan di rumah tapi di saong tani, terkadang ikut Lurah. Jadi disitulah dikasih tau PPL bila ada informasi-informasi, tapi karna covid ini belakangan ini jadi agak jarang kami berkumpul. (Perhan Angkat. Wawancara. 8 Agustus 2020).

Sumber daya manusia lain yang juga ikut mempengaruhi implementasi kartu tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi adalah sumber daya manusia dari pihak bank BNI, dimana tidak terdapat kendala bagi pihak bank yang bertugas memberikan pelayanan kepada para pemegang kartu tani, seperti yang disampaikan oleh Rinaldy Manik selaku ABB (Assistance Branchless Banking) BNI Sidikalang, bahwa :

Sejauh ini sih kalau kendala tidak begitu menjadi kendala banget ya dek, karna kami juga tetap bekerja seperti biasa, hanya saja dengan kartu tani ini memang kita diharuskan untuk bisa menyediakan layanan yang lebih dan khusus, ini juga sebenarnya kan sama kaya pelayanan pengguna kartu bank BNI non petani, hanya saja ini kita khususkan kartu tani ini memang ada hak istimewa, begitu.(Rinaldy Manik. Selaku ABB (Assistance Branchless Banking) BNI Sidikalang. Wawancara. 22 Juli 2020).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa sumberdaya manusia terhadap implementasi kebijakan kartu tani dalam penyaluran pupuk bersubsidi sudah mendukung dari segi kuantitas pegawai pihak pelaksana kebijakan dan pihak bank BNI. Namun masih kurang dalam hal memberikan pemahaman dan bimbingan terakita kartu tani mengingati usia petani di Kecamatan Sidikalang sudah banyak yang berumur 30 tahun ke atas sehingga dalam menggunakan teknologi di zaman sekarang masih perlu banyak bimbingan. Sumber daya manusia yang ada masih tergolong tidak melek teknologi informasi (gaptek). Program kartu tani pada dasarnya

95

memanfaatkan teknologi sehingga memerlukan dukungan dari implementor untuk dapat mengimplementasikannya.

Berdasarkan observasi penelitian. Peneliti mengobervasi ketika pegawai melaksanakan tugas. Berdasarkan observasi peneliti, pegawai dalam melaksanakan tugasnya masih membutuhkan arahan dari Koordinator Penyuluh dan Kepala Bidang Prasarana dan Sarana. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh latar belakang pendidikan pegawai.

Begitu juga dengan teknologi yang terkendala dengan jaringan atau koneksi yang lambat sehingga menghambat kinerja kios pengecer dalam melayani petani yang ingin membeli pupuk bersubsidi juga menjadi salah satu kendalanya. Padahal dalam era 4.0 e-Government sangat menuntut penggunaan teknologi informasi, seperti yang dikemukakan oleh:

Hardiyansyah (2018:118) bahwa penerapan e-Government sudah menjadi tuntutan masyarakat untuk mendapatkan layanan yang lebih baik, maka pemerintah (pusat atau daerah) harus segera menerapkannya dengan segala keterbatasan yang ada.

Implementasi e-Government yang diyakini mampu mengurangi peluang penyalahgunaan wewenang dan mengurangi pembagian pupuk bersubsidi tidak tepat sasaran sudah semakin mendesak untuk segera diterapkan. Namun demikian, sebagaimana diuraikan di atas, berbagai persoalan baik teknis maupun kemampuan sumber daya manusia (SDM) masih menghambat. Karena e-government lebih mendasar dari sekedar komputerisasi dan otomatisasi layanan.

96 4.2.2.2 Finansial

Sumber daya finansial adalah sumber daya yang berkaitan dengan alokasi dana.

Dalam hal ini berkaitan erat dengan salah satu prinsip 6T yaitu tepat harga. Adapun harga setiap jenisnya anatara lain urea Rp. 1.800 per kg, SP-36 Rp. 2.000 per kg, NPK Rp. 2.300 per kg, ZA Rp. 1.400 per kg dan Organik Rp. 500 per kg. Hasil wawancara menunjukkan bahwa penyaluran pupuk bersubsidi di kelurahan Sidiangkat, desa Huta Rakyat, desa Kalang, desa Kalang Simbara dan desa Belang Malum telah memenuhi asas tepat harga karena tidak dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan dalam Permentan No. 01 Tahun 2020. Adapun dokumentasi yang dilakukan peneliti terkait harga pupuk subsidi dapat dilihat dalam struk pembayaran berikut:

Gambar 4.12 Bukti Transfer Dana Pupuk Bersubsidi (Struk EDC)

Sumber: Dokumentasi penelitian, 2020

97

Dari dokumentasi peneliti tersebut dapat dilihat struk mesin EDC yang menjadi bukti transfer harga pupuk bersubsidi oleh petani di kios pengecer. Pada struk terlihat petani membeli pupuk jenis urea sebanyak 50 kg dengan harga Rp. 90.000, dimana harga pupuk subsidi jenis urea adalah Rp. 1.800 per kg. Sehingga dapat dikatakan pembelian pupuk subsidi dengan kartu tani sudah cukup baik dalam mengikuti HET yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Dalam hal sumber daya finansial yang tidak kalah penting adalah terkait dana yang digunakan untuk jalannya kebijakan kartu tani. Terdapat sumber dana untuk sosialisasi dan pendampingan yang berasal dari APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) Kabupaten Dairi. Hal ini merupakan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi yang mengatakan :

Kalau kita memang ada anggaran kita dari APBD tapi sedikitnya dia anggarannya itu hanya untuk di pendampingan petani dan sosialisasinya tadi.

(Eben Ebron Gurning, STP. Wawancara. 22 Juli 2020).

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh informan peneliti selaku Sekretaris Bapak Dedy Ujung di Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi sebagai beriku:

Untuk anggaran dana dalam menerapkan kartu tani kita ada dari APBD tapi itu hanya untuk di pendampingan petani dan sosialisasinya, terkait kartunya itu kan udah ada perjanjian kerja sama ya BNI lah yang menyediakan kartu tani nya. (Dedy Sofian Ujung, SKH. Wawancara. 22 Juli 2020).

98

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui, dalam penerapan kartu tani di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi terdapat anggaran yang berasal dari APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) Kabupaten Dairi. Anggaran tersebut digunakan untuk sosialisasi kartu tani dan pendampingan petani dalam menggunakan kartu tani.

Variabel sumber daya waktu berkaitan erat dengan salah satu prinsip 6T yakni tepat waktu. Hasil wawancara menunjukkan bahwa stok pupuk bersubsidi untuk kebutuhan para petani setiap bulan terkadang masih mengalami keterlambatan. Bila terjadi keterlambatan stok ulang untuk setiap masa tanam ataupun setiap bulannya, petani harus beralih ke pupuk non subsidi, karena tidak memungkinkan untuk menunda-nunda pemupukan sementara sudah waktunya untuk dipupuk. Hal ini juga diutarakan oleh petani kelurahan Sidiangkat :

Jadi begini misalnya lah waktu saya mau minta pupuk Phonska ternyata belum datang, ditanya ZA belum ada juga. Ya ambil alih aja non subsidi, gak mungkin karna nunggu subsidi, tanaman kan jadi terhalang gitu. Kekmanalah kubilang ya, terkadang itulah kami petani ini mengeluh, kenapa mengeluh kami butuh pupuk ternyata gak datang. (Perhan Angkat. Wawancara. 8 Agustus 2020)

Pernyataan di atas senada juga disampaikan oleh petani desa Belang Malum, yaitu :

Sulit dibilang gak gampang pun dibilang gak, karna kalau misal pupuk nya belum sampai ke kios apa bisa kita bilang, padahal udah waktunya mupuk kan ya terpaksa lah beli non subsidi, lebih mahal memang tapi mau gimana lagi kadang ya sampai minjam lah dulu gitu. (Hermanto Siregar. Wawancara. 10 Agustus 2020)

99

Hal senada juga disampaikan oleh informan lainnya, yakni:

Ya itu tadi kalau misalnya pupuk gak ada di kios, mau gak mau ya harus beli non subsidi, bagi yang bisa beli, kalau gak bisa beli ya dibiarkan aja itu seperti itu, makanya banyak petani kita sekarang ini gak pernah bisa bangkit, saya punya tetangga di ladang itu aduh ngeri kali, itu di seputaran saya belum lagi kita lihat di tempat lain, pantasanlah dari tahun ke tahun petani kita ini gak pernah bangkit karena seperti itu, disamping SDM nya rendah. (Yudiman Simbolon. Wawancara. 22 Juli 2020)

Hal tersebut juga disampaikan oleh informan selaku kios pengecer UD. Manik, yaitu:

Cukupnya tapi untuk pengiriman pupuk ke kios sering terlambat, itu membuat para petani agak kecewa. Gak mungkin disuruh tanamannya menunggu kan.

(Nurita Tobing. Wawancara. 8 Agustus 2020).

Pernyataan di atas senada juga disampaikan oleh kios pengecer CV Aspon Togi, yaitu:

Tapi untuk pengiriman pupuk ke kios sering terlambat, itu membuat para petani agak kecewa, dan belakangan ini tidak sekaligus datang pupuknya contohnya lah ya kan, sekarang datang Ponska, Ureanya belum, SP nya belum, baru datang lagi, gak sekaligus aturannya kan petani itu bisanya ngambil 3 (tiga) jenis, bolak balik itu aja kendalanya kalau bulan ini cukup. (Asal br Ginting.

Wawancara. 22 Juli 2020)

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa stok pupuk bersubsidi di kios pengecer untuk kebutuhan para petani setiap bulan terkadang masih mengalami keterlambatan. Bila terjadi keterlambatan stok ulang untuk setiap masa tanam ataupun setiap bulannya, petani harus beralih ke pupuk non subsidi, karena tidak memungkinkan untuk menunda-nunda pemupukan tanaman sementara sudah waktunya untuk dipupuk.

100

Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program penyaluran pupuk bersubsidi menggunakan kartu tani di Kecamatan Sidikalang terbilang panjang.

Dalam distribusinya kartu tani membutuhkan waktu hampir satu tahun.

Pendistribusian kartu tani sudah mulai dilaksanakan sejak Oktober tahun 2019, namun pendistribusiannya belum selesai dan pada awal bulan Agustus 2020 kartu tani mulai didistribusikan kembali sisa penerima kartu yang belum mendapatkan kartu tani. Proses validasi dan penerbitan serta pendistribusian kartu tani dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang cukup memakan waktu. Kebutuhan waktu yang panjang ini membuat pelaksanaan program belum berjalan dengan baik.

Realisasi pupuk penyaluran pupuk bersubsidi tidak cukup baik, variabel jumlah alokasi pupuk berkaitan erat dengan salah satu prinsip 6T yakni tepat jumlah. Dilihat dari alokasi pupuk bersubsidi untuk Kabupaten Dairi tahun 2020 hanya 27.701 ton.

Angka tersebut jauh di bawah usulan kebutuhan yang mencapai 110.645.948 kg atau sekitar 110,7 ton. Dari hasil wawancara juga menunjukkan bahwa dalam penyaluran pupuk bersubsidi di kelurahan Sidiangkat, Desa Huta Rakyat, Desa Kalang, Desa Kalang Simbara dan Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang belum cukup memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi yang dibutuhkan oleh petani untuk lahannya, hal ini disampaikan juga oleh Sekretaris di Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi :

Kalau kendalanya lebih ke antara kebutuhan dengan alokasi, karna kita ada perbedaan kebutuhan yang diusulkan petani kita dengan alokasi kita di Kabupaten dairi, sehingga pembagian pupuk itu kita terkendala yang tadinya dia pikir kebutuhannya sekian ternyata gak sesuai dengan alokasinya, dan itu diluar wewenang kita lo, itu sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat

101

namanya pun subsidi hampir di semua Kabupaten nya alokasi di indonesia ini gak sesuai dengan kebutuhannya, petani pun kita kasih pengertian memang seperti itulah alokasi nya. (Dedy Sofian Ujung, SKH. Wawancara. 22 Juli 2020).

Hal ini juga diutarakan oleh kios pengecer UD. Bre Gintingna :

Belum memadai, karna begini dia kalau untuk memadai dia seharusnya jumlah kuota pupuknya sesuai rdkk, tapi kita tahu sendiri data yang dibilang sama dinas pertanian untuk realisasi pupuk bersubsidi di Dairi sekitar 100 ton tapi realisasinya hanya 1/3 nya atau seperempatnya sekitar 27 ton lah. (Gani Gemilang. Wawancara. 11 Agustus 2020)

Pernyataan di atas senada juga disampaikan oleh kios pengecer lainnya UD.

Juntak Jaya, yaitu:

Untuk kuotanya belum lah ya, terus kendala untuk kuotanya itu kan kartu tani itu berisi kuota, kuota dia misalnya urea sekian kita bikin dulu, misalnya 2 sak nah sementara katanya pupuk pengurangan, pengurangan sebesar 50%

bagaimana kami membagikan ini ke petani apa kuotanya yang di dalam itu, harus langsung kami bagi-bagi gitu? jadi memang serba apa kadang petani itu nggak mau itu setengah kuotanya yang bisa dilayani. “udah segitu kuotanya ya segitu lah mau ambil pupuk” gitu katanya petani, nah disitulah kadang harus disesuaikan lah stok barang atau pengadaan barang di kios dengan kuota yang ada di kartu tani, petani nggak pernah mengerti itu soal pengurangan itu yang penting kebutuhannya terpenuhi. (Masri Nababan. Wawancara. 6 Agustus 2020)

Pernyataan tersebut juga disampaikan oleh petani lainnya di desa Belang Malum :

Nah itu masalahnya dek, kalau soal jumlah pupuk jelas kita sangat kekurangan, dari pemerintah mungkin baik ya niat dan tujuannya supaya merata tapi dari kita para petani sangat di rugikan karena kalau pupuknya kurang itu jelas akan menurunkan produksi panen nanti. (Harap Saudi Sinaga. Wawancara. 10 Agustus 2020)

Pernyataan di atas senada juga disampaikan oleh petani lainnya di desa Kalang : Bagaimanalah kubilang, kadang cukup kadang gak, kenapa gitu karna memang

kalaupun masih ada kuota kita di kartu tani, tapi tidak ada stok pupuk di kios

102

sama aja apa yang mau kita tebus. (Jojor Sinaga. Wawancara. 14 Agustus 2020. transkrip wawancara, halaman 68)

Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa alokasi pupuk bersubsidi di Kecamatan Sidikalang masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan lahan petani.

Kebanyakan petani masih merasa kurang dengan jumlah kuota yang telah disediakan oleh pemerintah, mereka merupakan petani yang memiliki lahan cukup luas namun tidak lebih dari 2 (dua) ha. Namun untuk petani yang tidak memiliki lahan yang begitu luas sudah merasa cukup dengan jatah pupuk bersubsidi yang diberikan kepadanya. Perbedaan jumlah kebutuhan yang disusun dalam rdkk (rencana definitif kebutuhan kelompok) dengan alokasi memang diakui oleh pihak Dinas. Pengurangan alokasi pupuk bersubsidi memang terjadi di seluruh wilayah di Indonesia dan itu ditentukan oleh pemerintah pusat, sehingga Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan di Kabupaten Dairi tidak memiliki kewenangan terkait jumlah alokasi yang diberikan, namun Dinas mengatakan akan terus mengajukan pengusulan jumlah kuota pupuk yang memang dibutuhkan di Kecamatan Sidikalang.

Sebagai tempat untuk menebus pupuk bersubsidi pemerintah sudah menetapkan kios pengecer di setiap desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Sidikalang. Hal ini berkaitan dengan prinsip 6 (enam) tepat yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu tepat tempat. Di Kecamatan Sidikalang terdapat 9 (sembilan) kios pengecer dan dalam penelitian ini peneliti meneliti 5 (lima) kios pengecer. Kios pengecer tersebut adalah UD. Bre Gintingna, UD. Juntak Jaya, CV. Aspon Togi, UD. Manik dan UD. Perdana.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, kios pengecer tempat menebus pupuk bersubsidi

103

sudah memadai dan dapat dijangkau oleh petani yang sudah terdaftar dan memang membutuhkan pupuk bersubsidi. Adapun peneliti melakukan dokumentasi terkait kios pengecer di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi sebagai berikut :

Gambar 4.13 Kios Pengecer

Sumber: Dokumentasi penelitian, 2020

Dalam gambar terlihat kios pengecer pupuk bersubsidi tempat menebus pupuk bersubsidi yang dapat dikatakan sudah memadai. Berdasarkan observasi dan dokumentasi yang dilakukan peneliti kios pengecer yang merupakan tempat untuk menebus pupuk bersubsidi yang sudah ditetapkan di setiap desa/kelurahan yang ada