BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori dan Kajian Pendukung
a. Teori Agribisnis
Suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari
mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan pertanian dalam artian yang luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian (Arsyad,1985 dalam Soekartawi, 2013).
Kegiatan agribisnis tersebut merupakan kegiatan pertanian yang kompleks
sebagai akibat dari pertanian yang semakin moderen. Pertanian meliputi perkebunan, pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.
Agribisnis dapat memfokuskan kegiatannya pada satu segmen dari
keseluruhan industri atau keseluruhan kegiatan secara terintegrasi. Agribisnis dapat berupa perusahaan besar seperti perkebunan besar, pabrik pupuk, pabrik pestisida, pabrik minyak, pabrik susu, perusahaan perikanan, dan lainnya.
Selain itu juga dapat berupa perusahaan kecil, seperti perkebunan rakyat, nelayan, petani, pedagang (bakul), peternak, dan lainnya (Snodgrass dan Wallace, 1974 dalam Soemarno, 1996).
Agribisnis sering disebut perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.
Nyatanya, konsep agribisnis merupakan konsep yang utuh, mulai dari
produksi, mengolah hasil, pemasaran, dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Buku ini berisi penjelasan mengenai seluk-beluk agribisnis secara detail, baik teori maupun aplikasinya. Dimulai dari pengenalan konsep agribisnis yang sebenarnya, diikuti dengan aspek produksi pertanian, aspek pengolahan hasil pertanian, dan aspek pemasaran hasil pertanian. Di akhir bab juga terdapat pembahasan tentang agribisnis di Indonesia dalam menghadapi persaingan global.
b. Teori Pemasaran pada produk Agribisnis
fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemasaran pada prinsipnya terdapat 3 (tiga) tipe fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran (seperti pembelian dan penjualan), fungsi pengadaan fisik
(penyimpanan, transportasi, dan pengolahan), dan fungsi fasilitas (standar mutu, keuangan, risiko,dan informasi pasar).
Peranan lembaga pemasaran sangat membantu produsen dalam menyalurkan produk untuk sampai ke konsumen. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986:32) badanbadan yang berusaha menggerakkan barang dari produsen sampai ke konsumen melalui jual-beli dikenal sebagai perantara
Pada dasarnya marjin pemasaran merupakan besarnya selisih atau perbedaan harga beli tingkat konsumen dengan harga jual di tingkat produsen (Tomek dan Robinson, 1972:110; Dahl dan Hammond, 1977:139; Kohls dan Uhl, 1990:183; Beierlein dan Woolverton, 1991:330; Downey dan Erickson 1992:504; serta Crammer dan Jensen,1994:97).
c. Kebijakan pemerintah tentang agroindustry secara umum dan agroindutri kosmetik secara khusus
Kebijakan yang mendukung agroindustri di Indonesia :
Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian Dalam undang – undang ini berisi ketentuan mengenai penyelenggaraan pemerintahan di bidang perindustrian, rencana pembangunan industri nasional, perwilayahan industri, pembangunan sumber daya industri, pemberdayaan industri, tindakan pegamanan dan penyelamatan ndustri, perizinan dan penanaman modal industri, komte iindustri nasional, peran serta masyarakat dan pengawasan dan pengendalian di sektor industri.
Undang – Undang No. 5 tahun 1984 tentang industri pengolahanDalam undang – undang ini menjelaskan bagaimana pemerintahan ikut serta mengeluarkan suatu kebijakan untuk mengolah hasil industri yang ada agar memiliki nilai tambah dan memiliki nilai ekonomis.
Pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk mendorong industri dalam negeri, termasuk industri obat dan kosmetik. Kebijakan ini tentu perlu diikuti oleh berbagai pihak di lapangan. Layanan pemerintah perlu meningkatkan kepedulian pada industri obat dan kosmetik kita dan mendorong untuk terus maju, dapat bersaing dengan industri multinasional.
Para pemain industri kosmetik kecil di negeri kita jangan dilupakan.
Industri ini sebagian masih merupakan industri rumah yang sederhana dan menjadi lapangan kerja bagi tidak sedikit warga kita. Pemerintah harus mendorong agar industri kosmetik yang masih kecil ini dapat bertumbuh dan naik kelas menjadi industri yang lebih besar.
Berbagai peraturan untuk melindungi keselamatan publik, para pengguna kosmetik, tentu diterapkan. Namun, para pemain industri kecil ini
mengharapkan lembaga pengawasan dan pembinaan yang ada untuk bersikap empati, mengawasi, tetapi juga berusaha untuk membimbing dan
membesarkan industri kosmetik kita. Sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 3 Tahun 2022 tentang persyaratan tekniks klaim Kosmetika
Salah satu pemasaran kosmetik yang cukup efektif adalah melalui salon kecantikan. Layanan salon kecantikan di negeri kita tumbuh dengan cepat.
Tampil cantik sudah merupakan kebutuhan sebagian perempuan Indonesia.
Salon kecantikan ini juga memerlukan bimbingan, pengawasan, dan
pembinaan agar dapat memberikan layanan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Alangkah baiknya hubungan antara para pemain di industri kecil kosmetik, para pemilik salon, dengan aparat pembimbing dan pengawas dapat terjalin dengan baik dan saling menghargai. Industri kosmetik tampaknya akan tetap tumbuh cepat di masa depan. Industri ini akan tumbuh sejalan dengan industri obat, bahkan mungkin akan tumbuh lebih cepat
B. Penelitian Terdahulu
Giovanni Jeremy Edwin K. (2021) melakukan penelitian mengenai strategi pemasaran produk kosmetik Obien surabaya di jawa timur. Dari hasil analisis strategi pemasaran pada Obien Kosmetik dapat disimpulkan bahwa Produk serum rambut Obien
Kosmetik memiliki segmen masyarakat menengah ke bawah yang berusia lebih muda dari pada pesaing lainnya yaitu mulai dari usia 18 tahun. Selain itu produk serum
rambut Obien Kosmetik lebih menekankan fitur ekonomis (cost-leadership) daripada fitur serum tambahan lainnya seperti wangi, perawatan rambut tingkat lanjut.
Dibandingkan dengan pesaingnya, serum rambut Obien Kosmetik lebih menekankan kepada manfaat dasar serum yaitu penggunaan serum rambut sehari-hari yang tidak lengket untuk menunjang penampilan pemakainya.
Dini Aulya Putri (2022) melakukan penelitian mengenai strategi pemasaran inovatif usaha kosmetik di tengah pandemic Covid-19. Dari hasil analisis tersebut kebutuhan konsumen terhadap kosmetik akan tetap ada meskipun munculnya pandemic Covid- 19.
Ari Prihatni (2022) melakukan penelitian mengenai analisis bauran pemasaran dalam membeli produk kecantikan pada Mustika Beauty Clinic bogor. Dari hasil penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa Bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, promosi, dan lokasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk kecantikan pada Mustika Beauty Clinic Bogor dengan diperoleh F hitung sebesar 40,789 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana F hitung lebih kecil dari taraf signifikansi α=0,05.
DAFTAR PUSTAKA
https://starvingforspirit.blogspot.com/2017/01/kebijakan-yang-mendukung- agroindustri.html
https://kemenperin.go.id/artikel/22182/Optimalkan-Agroindustri,-Pemerintah- Sinergikan-Industri-dan-Pertanian
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/223958/peraturan-bpom-no-3-tahun-2022 http://eprints.unm.ac.id/4108/1/Ekonomika%20Agribisnis%20%28Hastuti,
%202017%29.pdf
https://jurnal.penerbitwidina.com/index.php/JPMWidina/article/viewFile/64/76 >
https://media.neliti.com/media/publications/358377-analisis-strategi-pemasaran-produk- kosme-904ca67e.pdf
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jiab/article/view/28076