BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam sudut pandang pendidikan, prestasi belajar memiliki makna yang sangat luas. Namun dalam sudut pandang yang lebih sempit dikaitkan dengan aktifitas pembelajaran, prestasi belajar merupakan kemampuan dicapai siswa setelah dilaksanakan proses pembelajaran. Sedangkan berdasarkan kata penyusunya, prestasi belajar berasal dari dua kata dasar yaitu prestasi dan belajar.
Pengertian prestasi menurut Syah (2008 : 141) adalah taraf keberhasilan proses belajar dalam pembelajaran. Sedangkan Hamalik (2009 : 159) menyatakan prestasi merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Dalam kamus Poerwadarmita (2003 : 169) menyatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah dicapai dari hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja. Sementara Hamdani (2011 : 137) mendefinikan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan, baik berupa belajar mapun bekerja. Tingkat prestasi yang dicapai tersebut dapat diukur dari seberapa tinggi nilai yang diperolehnya. Sementara nilai yang tinggi dapat memberikan kesenangan atau kepuasan bagi seseorang.
Pengertian belajar secara singkat diungkapkan oleh Purwanto (2006 : 84) yaitu proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Pendapat lain diungkapkan oleh Ahmadi dan Supriyono (2004 : 128) yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Syah, et al. (2009 : 36) mengartikan belajar sebagai kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin oleh seseorang, sehingga mengalami perubahan tingkah laku secara keseluruhan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku seorang siswa setelah mengalami proses pengalaman dan pelatihan. Hal ini dapat diartikan pula bahwa belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses dan prestasi belajar, termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru dalam pencapaian prestasi belajar siswa.
Dari pengertian prestasi dan belajar di atas, jelas sekali bahwa keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Kaitan tersebut sangat nampak dari penjelasan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Perubahan ini meliputi perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Selain itu prestasi belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, prestasi belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilannya untuk mentransfer bahan pelajaran sehingga mampu diduplikasi oleh siswa.
Duplikasi dalam hal ini adalah sejauh mana siswa tersebut memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan. Prestasi belajar juga merupakan prestasi yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi tertentu untuk memperolehnya menggunakan standar sebagai pengukuran keberhasilan seseorang. Kriteria prestasi belajar pada siswa yang lazim digunakan adalah nilai rata-rata yang didapat melalui proses belajar.
2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Pada dasarnya ada banyak faktor yang mempegaruhi prestasi belajar.
siswa. Hamdani (2011: 139) menyatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar digolongkan menjadi faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (ekternal).
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa berkaitan dengan berbagai daya, mengingat, berfikir, merasakan, kemampuan dan lain – lain yang bersumber dari potensi diri siswa itu sendiri. Faktor dari dalam diri siswa ini umumnya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas prestasi belajarnya. Adapun yang termasuk faktor – faktor internal di antaranya adalah : a. Kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai keakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kecerdasan merupakan aspek yang penting dan sangat menentukan berhasil atau tidaknya belajar siswa. Siswa yang kecerdasannya tinggi secara potensi dapat mencapai prestai yang tinggi.
b. Faktor jasmaniah
Faktor jasmaniah adalah kondisi fisik seseorang yang menyangkut berfungsinya panca indera maupun kemampuan daya tahan tubuh terhadap lingkungan. Dalam kondisi yang normal seluruh panca indera dan tuuh yang sehat sanat mendukung terhadap kemampuan belajar seseorang.
c. Sikap
Sikap adalah kecenderungan untuk memberikan reaksi terhadap sesuatu berupa sikap positif (suka, menerima) atau sikap negatif (tidak suka, menolak). Sikap positif perlu dimiliki oleh seorang siswa. Sikap positif ini akan menggerakkannya untuk belajar.
d. Minat
Minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan dan mengingat sesuatu terus menerus. Minat erat kaitannya dengan perasaan senang terhadap sesuatu.
Jika siswa menyukai suatu mata pelajaran, maka siswa akan belajar dengan senang hati tanpa beban. Belajar dengan senang dan tanpa beban akan memengaruhi terhadap hasil belajarnya.
e. Bakat
Menurut Purwanto (2006 : 28) bahwa bakat dekat pengertiannya dengan attitude yang berarti kecakapan yaitu mengenai kesanggupan – kesanggupan tertentu. Bakat memengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang – bidang tertentu. Pada proses belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai hasil yang yang lebih baik.
f. Motivasi
Motivasi adalah segala yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2015: 27) motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiaan belajar siswa. Kuat lemahnya motivasi untuk belajar akan memengaruhi hasil yang dicapai. Siswa dengan motivasi belajar tinggi akan memperoleh hasil belajar lebih baik daripada siswa dengan motivasi belajar yang rendah.
Besar kecilnya pengaruh faktor – faktor internal tersebut terhadap prestasi belajar siswa, tergantung pada seberapa besar dan tingginya, siswa tersebut mampu mengelola potensi dirinya sehingga mampu menghasilkan prestasi belajar yang tinggi.
Selain faktor internal, keberhasilan siswa dalam belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Menurut Slameto (2010 : 60) faktor ekternal yang dapat memengaruhi belajar siswa adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Di antara ketiga faktor tersebut, keluarga memegang peranan yang sangat signifikan. Karena dalam lingkungan keluarga inilah anak pertama – tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Bermula dari keluarga pula potensi dasar anak muncul dan selanjutnya berkembang di sekolah.
B. Keaktifan Belajar
1. Pengertian Keaktifan Belajar
Proses pembelajaran pada hakekatnya merupakan upaya mengembangkan aktifitas dan kreatifitas belajar siswa melalui interaksi dan pengalaman belajarnya di dalam kelas. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur penting unuk menunjang keberhasilan belajar. Menurut Sardiman (2011 : 98) keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Keaktifan merupakan pola kegiatan yang terjadi dalam proses belajar.
Keaktifan belajar dapat diartikan sebagai kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan belajar siswa.
Keaktifan tersebut tidak hanya keaktifan jasmani saja, melainkan juga keaktifan rohani. Keaktifan jasmani dan rohani yang dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaan dapat berupa aktifitas individu maupun dalam kelompok.
Keaktifan belajar akan menghasilkan produktifitas yang lebih baik dalam kelompok jika terdapat keseimbangan yang senergis antara keduanya. Pola – pola keaktifan tersebut meliputi keaktifan indera, keaktifan akal, keaktifan ingatan dan emosional.
Berbagai keaktifan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran merupakan bentuk aktifitas yang kompleks dan bervariasi, sehingga diperlukan kerjasamadi antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, siswa harus berpartisipasi aktif secara fisik dan mental dalam kegiatan pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam proses belajar merupakan upaya siswa dalam memperoleh pengalaman belajar, sehingga memiliki pengaruh positif terhadap hasil belajarnya.
2. Jenis-Jenis Keaktifan Belajar
Proses pembelajaran merupakan suatu sistem tentu tidak hanya melibatkan satu macam aktifitas saja, melainkan melibatkan berbagai keaktifan yang terkoordinasi. Seluruh keaktifan dalam proses pembalajaran baik oleh guru maupun siswa merupakan proses kegiatan yang saling interaktif dan aktif dalam rangka menunjang tercapainya tujuan belajar. Proses pembelajaran yang aktif dan interaktif pada prinsipnya adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan berbagai jenis keaktifan belajar.
Menurut Syah, et al. (2009 : 113) terdapat berbagai jenis keaktifan belajar siswa yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran yang aktif dan interkatif. Jenis – jenis keaktifan belajar tersebut antara lain :
a. Keaktifan visual
Yaitu keaktifan membaca, mengamati eksperimen, mengamati video, mengamati orang lain berkerja, dan mengamati gambar. Keaktifan visual melibatkan kemampuan indera penglihatan, dan berfikir, serta melogika.
b. Keaktifan lisan
Yaitu keaktifan mengemukakan fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberikan saran, mengemukakan
pendapat, diskusi dan interupsi. Keaktifan lisan memerlukan kemampuan berkomunikasi, dan menyusun kalimat.
c. Keaktifan mendengarkan
Yaitu keaktifan mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan radio, mendengarkan musik, mendengarkan pidato atau ceramah. Keaktifan mendengar melibatkan kemampuan menelaah dan menyimpulkan
d. Keaktifan menulis
Yaitu keaktifan menulis makalah, laporan, memeriksa makalah, bahan pelajaran, membuat rangkuman, menngerjakan tes dan mengisi angket.
Keaktifan menulis melibatkan kemampuan menganalisa, dan menyusun kalimat.
e. Keaktifan mengambar
Yaitu keaktifan membuat bagan atau struktur organisasi, membuat diagram, peta dan pola. Keaktifan menggambar melibatkan kemampuan mengukur, menentukan skala atau perbandingan, dan menentukan jarak.
f. Keaktifan metrik
Yaitu keaktifan melakukan percobaan, menghitung angka, membuat model, memilih alat, mengukur. Keaktifan metrik melibatkan kemampuan mengamati, menelaah dan menyimpulkan.
g. Keaktifan mental
Yaitu merenungkan mengingat, memecahka masalah, menganalisis faktor – faktor, melihat hubungan dan membuat keputusan. Keaktifan mental melibatkan kemampuan berfikir, menganalisa dan menyimpulkan.
h. Keaktifan emosional
Yaitu keaktifan yang meliputi minat, membedakan, keberanian, ketenangan, menahan diri dan lan – lain. Keaktifan emosional berkaitan erat dengan sikap mental.
C. Pembelajaran Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur 1. Kompetensi Dasar
Sebagaimana tercantum di dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 24 tahun 2016, bahwa kompetensi
dasar untuk struktur atom dan sistem periodik unsur meliputi, menganalisis model atom, konfigurasi elektron dan pola elektron terluar setiap golongan dalam sistem periodik serta menganalisis kemiripan sifat unsur dalam golongan dan keperiodikannya.
Berdasarkan analisis materi pembelajaran, konpetensi dasar struktur atom memiliki karakteristik yang bersifat abstrak sehingga untuk dapat memahaminya diperlukan kemampuan berimajinasi dan berdaya nalar tinggi. Sedangkan sistem periodik unsur lebih banyak mengetengahkan simbol disertai dengan data – data yang sulit dihafal sehingga diperlukan metode – metode kreatif agar mudah memahaminya.
2. Cakupan Materi
Materi struktur atom mencakup materi pembelajaran tentang perkembangan model atom beserta kelebihan dan kelemahannya, konsep bilangan kuantun, konfigurasi elektron berkaitan dengan notasi atom serta fenomena isotop, isobar dan isoton. Sedangkan cakupan materi sistem periodik unsur meliputi perkembangan bentuk, tujuan serta dasar penyusunannya berkaitan dengan fungsi dan manfaatnya dalam mempelajari sifat keperiodikan unsur.
Ditinjau dari cakupan materinya, bahasan mengenai struktur atom dan sistem periodik unsur termasuk dalam kategori materi pelajaran yang cukup luas.
Cakupan materi pelajaran yang cukup luas tersebut, membutuhkan alokasi waktu yang lebih panjang. Sementara dengan alokasi waktu yang panjang tersebut memungkinkan untuk diterapkan metode atau model pembelajaran kooperatif yang lebih banyak melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.
3. Indikator PencapaianKompetensi
Indikator pencapaian kompetensi dalam materi pelajaran mengenai struktur atom dan sistem periodik unsur dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. mendeskripsikan model atom yang dikemukan oleh para ahli baik kelebihan maupun kelemahannya
b. menganalisis notasi atom untuk mendeskripsikan partikel – partikel dasar penyusun atom dan mengelompokkannya ke dalam jenis isotop, isobar, maupun isoton.
c. menganalisis notasi atom untuk menuliskan konfigurasi elekton dan menentukan bilangan kuantumnya
d. menentukan kulit dan elektron valensi suatu atom untuk mengetahui letak golongan dan periodenya dalam SPU
e. nendeskripsikan sistem periodik untuk memahami sifat keperiodikan dari unsur dalam golongan dan periode.
D. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) 1. Deskripsi Model Pembelajaran NHT
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa sebagai alternatif dari struktur kelas tradisional.(Trianto, 2009 : 82). Hal ini karena pada model pembelajaran NHT mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran berkelompok tersebut, setiap anggota bertanggung jawab atas tugas kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa satu dengan yang lain untuk saling memberi dan menerima. (Shoimin, 2014 : 108).
Dalam pembelajaran model NHT ini, siswa dibagi ke dalam kelompok- kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Penerapan model NHT ini memungkinkan melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran.
2. Langkah – langkah model pembelajaran NHT
Dalam buku Trianto (2009 : 82) Langkah-langkah model pembelajaran NHT menggunakan struktur lima fase sebagai sintaks :
Fase 1 : Pembentukan kelompok
Dalam fase ini, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dan setiap anggota diberi nomor antara 1 sampai 5.
Fase 2 : Mengajukan pertanyaan
Guru memberikan pertanyaan dalam bentuk LKS atau masalah yang bervariasi kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.
Fase 3 : Diskusi masalah/berfikir bersama
Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada.
Fase 4 : Menjawab
Dalam fase ini, guru menyebut satu nomor dan siswa dari tiap kelompok dengan nomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Fase 5 : Kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Beberapa manfaat yang diperoleh model pembelajaran NHT ini terhadap siswa yang hasil belajarnya rendah, yaitu harga diri menjadi lebih tinggi, penerimaan terhaap individu lebih besar, mengurangi perilaku mengganggu, menurangi konflik pribadi, pemahaman lebih mendalam, meningkatkan toleransi dan hasil elajar lebih tinggi.
Penerapan model NHT juga memiliki beberapa kelebihan, di antaranya setiap siswa menjdi siap semua, diskusi dapat dilakukan dengan sungguh – sungguh karena setiap anggota memiliki tugas masing – masing dan siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurg pandai.
Namun model pembejaran NHT juga memiliki bebrapa kelemahan, di antaranya model ini tidak cocok untuk jumlah siswa yang terlalu banyak karena membutuhkan waktu yang lama, dan tidak semua anggota kelompok dapat dipanggil untuk menjawab pertanyaan.
E. Media Kartu
Kartu adalah media grafis bidang datar yang memuat tulisan, gambar, dan simbol tertentu. Sebagai fungsi media pembelajaran kartu dapat dibuat dalam
berbagai bentuk dan model. Kartu termasuk media yang berfungsi untuk mempermudah siswa dalam pemahaman suatu konsep sehingga hasil prestasi lebih baik, pembelajaran lebih menyenangkan, dan lebih efektif. (Indriana, 2011:
68). Kartu dapat dicetak dalam beragam ukuran, semakin kecil ukuran maka kartu semakin mudah dibawa dan lebih fleksibel. Disimpan dikantong baju ataupun ditas muat.kira-kira kartu berukuran 15x20 cm dan jumlah lembarannya tergantung banyaknya materi yang hendak dihafal atau dipelajari.
Bahan-bahan kartu terbuat dari kertas manila berwarna-warni. Setiap kartu memiliki dua halaman. Halaman pertama berisi gambar model atom atau simbul unsur sedangkan halaman sebaliknya berisi informasi tentang model atom atau informasi tentang unsur. Kartu terdiri dua macam, yakni kartu pertama memuat informasi tentang model atom yang dikemukaan oleh para ahli. Kartu kedua berisi unsur-unsur kimia sesuai Sistem Periodik Unsur (SPU) golongan IA hingga golongan VIIIA.
Pada dasarnya setiap media mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Setelah media ini digunakan dalam proses pembelajaran, guru dapat melakukan evaluasi dan melakukan revisi agar media lebih efektif digunakan pada proses pembelajaran. Menurut Indriana (2011 : 69) beberapa keunggulan media kartu, yaitu praktis karena mudah digunakan; fleksibel karena ukuran yang kecil dapat disimpan dikantong; mendukung pembelajaran mandiri; mengontrol, memotivasi, dan mengevaluasi; pembelajaran lebih menarik, efektif, dan menyenangkan;
siswa dapat belajar sesuai kecepatan masing-masing.
Sedangkan kelemahan media kartu, adalah bagi mereka yang kurang rapi dan kurang disiplin kemungkinan kartu akan mudah rusak bahkan hilang;
membutuhkan waktu ekstra bagi guru untuk melayani siswa diluar jam pelajaran.
F. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan pernah dilakukan oleh Yuli Amiroh, Sri Yamtinah, Suryadi Budi Utomo dengan judul Penerapan Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) disertai Media Kartu Soal untuk Meningkatkan Aktifitas dan Prestasi Belajar pada Materi Pokok Stoikiometri
Kelas X MIA 3 Semester Genap SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.
G. Kerangka Berfikir
Metode pembelajaran yang telah diterapkan tidak banyak melibatkan peran siswa sehingga belum memberikan pengaruh signifikan terhadap keaktifan belajar dan prestasi yang dicapai oleh siswa.
Penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada penelitian tindakan ini merupakan penerapan pembelajaran yang melibatkan siswa sebagai subyek sekaligus obyek dalam pembelajaran. Model pembelajaran ini memungkinkan seluruh siswa berperan aktif sesuai dengan tugasnya masing – masing, sehingga diharapkan keaktifan dan dinamika belajar siswa meningkat.
Konsep perencanaan tindakan dalam penelitian ini yakni penerapan media kartu dalam model pembelajaran NHT untuk meningkatkan prestasi belajar Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur (SPU). Materi ini merupakan materi yang abstrak, diperlukan media yang menarik dan menyenangkan untuk dapat membantu siswa menguasai konsep yang dipelajari. Masing – masing siswa diberikan sebuah kartu yang berisi informasi tentang unsur dalam sistem periodik. Selanjutnnya dalam sebuah kelompok berdiskusi menyelesaikan lembar kerja yang mengarahkan untuk memahami konsep tentang atom dan sistem periodik unsur.
Dengan model pembelajaran NHT dimana masing – masing siswa memiliki tanggung jawab pribadi dapat diselesaikan secara kelompok, sementara dengan bantuan media kartu, maka proses pembelajaran menjadi lebih fokus, dan pemahaman siswa terhadap materi struktur atom dan sistem periodik menjadi lebih mudah. Berikut skema konsep penelitian tindakan :
Gambar 2. 3 Konsep Perencanaan Tindakan
Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar NHT
denganMedia Kartu Keaktifan dan
Prestasi belajar siswa rendah
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian kerangka teoritik yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan adalah:
1. Diduga penerapan model pembelajaran NHT dengan media Kartu dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas X MIPA1 MAN 2 Kota Cilegon pada materi struktur atom dan sistem periodik unsur.
2. Diduga penerapan model pembelajaran NHT dengan media kartu dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X MIPA 1 MAN 2 Kota Cilegon pada materi struktur atom dan sistem periodik unsur.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. dan W. Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta Baharuddin dan E. N. Wahyuni. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran. Ar-Ruzz
Media. Jakarta
Hamalik, O. 2009. Psikologi Belajar & Mengajar. Sinar Baru Algesindo.
Bandung.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. CV. Pustaka Setia. Bandung
Indriana, D. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Diva Press. Yogyakarta.
Poerwadaminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
Jakarta.
Purwanto, N. 2006. Psikologi Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Slameto. 2010. Belajar & Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.
Jakarta.
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pebelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Ar- Ruzz Media. Yogyakarta.
Syah, D., Suyadi, E. Muslihah. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Diadit Media.
Jakarta
Syah, M. 2008. Psikologi Belajar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Trianto. 2009. Mendisain Model Pembelajaran Inovatif – Prograsif. Kencana.
Jakarta
Asmani, Jamal Ma’mur, 2016. “Tip Efektif Cooprative Learning : Pembelajaran Aktif, Kreatif dan tidak Membosankan”. Yogyakarta : DIVA Press.
Indriana, Dina, 2011. “ Ragam Alat Bantu Media Pengajaran”. Yogyakarta : DIVA press.
1. Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, 2015.”Teori Belajar dan Pembelajaran”.
Yogyakarta : Arruzz Media
2. Bahtiar, Kurnia Ningsih, Eko Sri Wahyuni. 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Jembatan Keledai (Ezel Bruggece) Berbantuan Peta Konsep. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan, Pontianak.