• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II - Perpustakaan Poltekkes Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II - Perpustakaan Poltekkes Malang"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

Jumlah asam folat yang dibutuhkan ibu hamil adalah 400 mg/hari, kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia megaloblastik pada ibu hamil. Pada trimester ketiga sebaiknya ibu hamil tidak terlalu sering dan hati-hati karena dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan persalinan prematur (Sulistyowati, 2014).

Identifikasi Diagnosa dan Masalah

Identifikasi Diagnosa atau Diagnosa Masalah Potensial

Kebutuhan Segera

Intervensi

Data subyektif : ibu mengatakan mempunyai gangguan tidur Data obyektif : terlihat kantung mata pada ibu Tujuan : ibu tidak mengalami insomnia Kriteria hasil

Implementasi

R/ Karena rahim membesar sehingga diafragma naik sekitar 4 cm, maka bantal yang tinggi dapat mengurangi tekanan pada diafragma.

Evaluasi

Konsep Manajemen Kebidanan Bersalin dan BBL .1 Manajemen Kebidanan Kala I

Data Subjektif a. Alasan Datang

Dinilai apakah ibu mengalami keluhan fisik seperti demam tinggi dan nyeri pada bagian tubuh tertentu, seperti kaki dan perut bagian bawah (infeksi), darah segar mengalir 1-2 minggu setelah melahirkan, kejang (preeklampsia/eklamsia). ), maka hal ini dapat menimbulkan risiko pada masa nifas berikutnya. Jika ibu pernah mengalami masalah menyusui (pembengkakan payudara/mastitis/abses) hal ini dapat menimbulkan keluhan emosional (baby blues) pada masa nifas berikutnya (Johnson, 2010).

Data Objektif a. Pemeriksaan Umum

LILA: Pemeriksaan LILA pada ibu dinilai untuk mengetahui apakah ibu termasuk dalam kategori Kekurangan Energi Kronis (KEK) atau tidak. HPL: Rumus Neagele terutama digunakan untuk menentukan perkiraan tanggal lahir (HPL, EDC = Tanggal Perkiraan Kurungan). Pemeriksaan bekas luka operasi untuk mengetahui apakah ibu mempunyai riwayat operasi caesar, sehingga dapat ditentukan tindakan selanjutnya (Rohani, 2013) 2) TFU.

Pemeriksaan Leopold digunakan untuk mengetahui letak (misalnya lebar), presentasi (misalnya bokong) dan posisi (dagu, dahi, sinsiput) janin (Rohani Denyut Jantung Janin (DJJ). Anus: Digunakan untuk mengetahui kelainan pada anus seperti wasir yang mempengaruhi proses persalinan (Sulistyawati, 2013) Menurut Ari Sulistyawati & Esti Nugraheny (2013), data pendukung digunakan untuk mengetahui kondisi ibu dan janin untuk menunjang proses persalinan, seperti

USG: Untuk mengetahui kondisi janin dalam kandungan yang meliputi DJJ, perkembangan struktur janin seperti tulang belakang, kaki, otak dan organ dalam lainnya, usia kehamilan dan berat bayi, kelainan apa saja pada janin, cairan ketuban tingkat dan penempatan plasenta.

Analisis

Menurut Ari Sulistyawati & Esti Nugraheny, itulah kemungkinan diagnosis yang bisa terjadi pada pasien bersalin. Permasalahan yang mungkin timbul antara lain: Hak ibu untuk mengetahui kondisi dirinya sehingga ibu menjadi lebih kooperatif (Rohani). Mempersiapkan perlengkapan, tempat lahir dan bahan. R/ Selama proses persalinan dan kelahiran bayi, penolong hendaknya memastikan bahwa kelengkapan, jenis dan jumlah bahan yang dibutuhkan selama proses persalinan dan kelahiran sudah siap digunakan (Sondakh, 2013) 3) Mendorong klien untuk mengosongkan kandung kemih sesering mungkin mungkin, setidaknya setiap 2 jam.

R/ Input dan output harus diperkirakan dan diwaspadai tanda-tanda dehidrasi, dan penurunan janin dapat terganggu jika kandung kemih mengalami distensi (Sondakh Berikan KIE kepada keluarga atau pendamping persalinan agar memberikan air minum dan makanan kepada ibu jika sesering mungkin selama proses persalinan R/ Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama proses persalinan akan memberikan energi lebih dan mencegah dehidrasi Pijat punggung dapat berfungsi sebagai pereda nyeri epidural yang dapat mengurangi rasa sakit dan stres, serta dapat memberikan kenyamanan pada ibu. dalam persalinan (Doenges Gee IEC kepada ibu untuk mengatur posisi nyaman, melakukan mobilisasi seperti berjalan, berdiri atau jongkok, berbaring miring ke kiri atau merangkak.

Lembar observasi dan partograf dapat mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan baik atau tidak, karena pada setiap kelahiran ada kemungkinan proses persalinan akan memakan waktu lebih lama.

Manajemen Kebidanan Kala II

R/ Kaji apakah nilai-nilai tersebut normal atau tidak normal pada saat persalinan kala I, sehingga dapat memberikan asuhan yang tepat sesuai kebutuhan ibu bersalin (Rohani, 2011). Meningkatkan rasa aman ibu/klien dengan memberikan dukungan dan menumbuhkan rasa yakin dan percaya pada ibu bahwa ia mampu melahirkan b. Keputihan dan penilaian kemajuan persalinan (hilangnya, dilatasi, turunnya kepala) dan warna cairan ketuban (warna, bau, volume).

Tangan lainnya memegang kepala bayi untuk menjaga kepala bayi tetap tertekuk agar tidak menyimpang dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk mengejan perlahan atau mengambil napas cepat dan dangkal saat kepala bayi keluar dari vagina. Gerakkan kepala secara perlahan ke bawah dan ke distal hingga bahu anterior muncul di bawah lengkung kemaluan, lalu gerakkan ke atas dan ke distal untuk meninggikan bahu posterior.

Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu, dengan posisi lebih rendah dibandingkan puting susu ibu.

Manajemen Kebidanan Kala III

Ketegangan tali pusat ini harus segera dihentikan jika dalam waktu 30-40 detik tidak terjadi penurunan plasenta, dan dapat dilanjutkan kembali pada kontraksi uterus berikutnya. Potensi komplikasi yang terjadi adalah inversi uterus dan retensi sebagian plasenta. Namun, kunci terpenting untuk melakukan penjepitan tali pusat secara terkendali dengan aman adalah pelaksanaan prosedur dan tenaga kesehatan yang terlatih (Hall, 2013. Hentikan penjepitan tali pusat dan tunggu hingga terjadi kontraksi yang berkualitas dan ulangi prosedur di atas.

Pegang dan putar ari-ari (searah jarum jam) hingga selaput ketuban berputar, lalu lahirkan dan letakkan ari-ari pada wadah yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, kenakan DTT atau sarung tangan steril untuk menjelajahi sisa selaput, lalu gunakan jari tangan atau DTT atau tang steril untuk mengeluarkan sisa selaput.

Manajemen Kebidanan Kala IV

Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu hal yang wajib dilakukan sebagai bagian dari pendataan dasar (pengkajian data) pada bayi baru lahir sebagai dasar penentuan asuhan kebidanan. Tujuan pemeriksaan fisik umum bayi adalah untuk menilai keadaan bayi secara umum, mengetahui status adaptasi atau penyesuaian dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin, dan mencari kelainan/kelainan pada bayi. Mata : Kenali tanda-tanda infeksi, sklera, konjungtiva berwarna merah muda, tidak ada perdarahan konjungtiva.

Apabila bayi disentuh di kawasan glabella dengan jari pemeriksa, ia akan berkerut dan berkedip. Apabila pipi kanak-kanak itu disentuh oleh jari pemeriksa, dia akan berpaling dan mencari sentuhan lain. Apabila tapak tangan kanak-kanak itu disentuh oleh jari pemeriksa, dia akan cuba menggenggam jari pemeriksa.

Apabila bayi disentuh pada pelipat paha kanan dan kiri, dia cuba mengangkat kedua-dua peha.

Konsep Manajemen pada Masa Nifas .1 Data Subyektif

Analisis

Meningkatnya partisipasi ibu dalam melaksanakan intervensi, selain itu penjelasan dapat mengurangi rasa takut dan meningkatkan kontrol terhadap situasi. Hipotermia dapat terjadi bila suhu di sekitar anak rendah dan upaya menjaga suhu tubuh tidak dilakukan dengan baik, terutama pada masa stabilisasi (Marmi. Jelaskan pada ibu pentingnya imunisasi basal. Tingkatkan partisipasi ibu dalam pelaksanaan intervensi, selain itu penjelasan dapat mengurangi rasa takut dan meningkatkan kendali terhadap situasi.

Alat kontrasepsi yang cocok untuk ibu masa nifas antara lain Metode Amenore Laktasi (MAL), pil progestogen (pil mini), suntik progestogen, alat kontrasepsi implan, dan alat kontrasepsi dalam rahim. a) Metode Amenore Laktasi (MAL). Cara ini cocok bagi ibu menyusui yang ingin menggunakan pil KB karena sangat efektif saat menyusui. Cara ini sangat efektif dan aman, dapat digunakan oleh semua wanita usia subur, masa subur kembali lebih lambat (rata-rata 4 bulan) dan cocok untuk masa menyusui karena tidak menekan produksi ASI.

Partisipasi ibu yang lebih besar dalam pelaksanaan intervensi, selain memberikan penjelasan, dapat mengurangi rasa takut dan meningkatkan kendali atas situasi.

Konsep Manjemen Asuhan Kebidanan Neonatus .1 Kunjungan Neonatus – 1 (KN-1)

  • Data Subyektif a. Identitas Bayi
  • Data Objektif
  • Analisis
  • Plan
  • Catatan Perkembangan Kunjungan Neonatus Usia 3-7 Hari a. Subjektif
  • Catatan Perkembangan Kunjungan Neonatususia 8 - 28 Hari a. Subjektif

Pada bayi yang mengonsumsi susu formula, tinja yang keras setiap 2-4 hari dianggap sembelit. Berbeda dengan bayi yang mengonsumsi ASI, meski buang air besar setiap 2-5 hari sekali (asalkan konsistensinya lembut). Ini tidak dianggap sembelit (Marmi &. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah.

Pernapasan bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan dan ritmenya dan berkisar antara 30-60 kali/menit. Beberapa penelitian melaporkan bahwa vernix caseosa sebaiknya dihilangkan saat merawat bayi baru lahir untuk mencegah infeksi pada bayi. Bisa berlebihan atau hanya sedikit, paling sering terjadi pada bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah. e) Eritema toksik.

Penularan Hepatitis B pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan) dan horizontal (penularan dari orang lain).

Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Masa Interval .1 Data Subjektif

Suhu tubuh yang tinggi yang menandakan adanya infeksi pada panggul atau saluran kemih tidak memungkinkan penggunaan alat kontrasepsi spiral (Hartono, 2010: MK-51). c) Pernapasan. Ibu dengan frekuensi pernapasan > 24x/menit kemungkinan besar menderita asma, sehingga pasien asma pada dasarnya dapat menggunakan segala bentuk kontrasepsi (Saifuddin 2009). d) Denyut nadi. Masalah berat badan merupakan efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi hormonal, dimana berat badan bertambah atau berkurang (Saifuddin, 2009: MK-42, MK-50).

Oleh karena itu, ibu dengan preeklamsia/eklamsia tidak cocok menggunakan kontrasepsi kombinasi dan pil kombinasi, namun cocok menggunakan pil mini (Hartonno, 2010). c) Payudara. Apabila ibu mempunyai benjolan/kanker payudara atau mempunyai riwayat kanker payudara, sebaiknya tidak menggunakan kontrasepsi hormonal (Saifuddin, 2009: MK-55). d) Perut. Nyeri hebat pada perut bagian bawah dapat mengakibatkan kehamilan ektopik, infeksi saluran kemih atau penyakit radang panggul, IUD tidak dapat digunakan (Saifuddin, 2009: MK-58). e) Genetika.

Ibu dengan varises ekstremitas bawah yang tidak simetris tidak dapat menggunakan IUD, kemungkinan mengalami kelainan rahim (Saifuddin, 2009: MK-77). 6) Ujian penunjang.

Analisis

Pada kondisi tertentu, calon/akseptor alat kontrasepsi harus menjalani beberapa penelitian pendukung untuk melengkapi data yang telah dikumpulkan dan perlunya memastikan adanya kehamilan serta efek samping atau komplikasi penggunaan alat kontrasepsi. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang akan dilakukan terhadap calon/akseptor kontrasepsi antara lain pemeriksaan kehamilan, USG, radiologi untuk memastikan pemasangan IUD/implan, kadar hemoglobin, dan lain-lain. Data obyektif: terdapat tanda-tanda yang dialami ibu yang merujuk pada adanya penyakit menular seksual.

Plan

Menurut Saifuddin (2009: MK-47 – MK-48) efek samping yang mungkin timbul adalah: amenore, perdarahan atau flek, peningkatan/penurunan berat badan. Memberikan jadwal tertulis yang akurat akan memudahkan ibu mengingat/menyuntik kembali dengan benar. Menurut Saifuddin (2009: MK-53) efek samping kontrasepsi pil progestin adalah : amenore, perdarahan tidak teratur/spotting.

Jelaskan kemungkinan efek samping kontrasepsi implan, proses pemasangan implan dan apa yang dirasakan klien selama dan setelah proses pemasangan, berikan informed consent. Menurut Saifuddin (2009: MK-58 – MK-59), efek samping penggunaan alat kontrasepsi implan adalah; amenore, pendarahan ringan, pengusiran, infeksi tempat penyisipan, penambahan/penurunan berat badan. Jelaskan kemungkinan efek samping kontrasepsi IUD, jelaskan kepada klien bahwa diperlukan pemeriksaan fisik dan panggul, jelaskan proses pemasangan IUD dan apa yang akan dirasakan klien selama proses pemasangan dan setelah pemasangan, pastikan informed consent.

Menurut Saifuddin (2009: MK-79), efek samping kontrasepsi IUD adalah: amenore, serangan epilepsi, pendarahan vagina yang banyak dan tidak teratur, benang hilang.

Referensi

Dokumen terkait

aureus was observed among those applied with Amoxicillin M= 52mm, followed by those applied with balloon vine fruit extract M=44mm Both leaf extract M=31m m and the combined leaf and

구산재법에서 업무상 요 인에 의하여 이환된 질병이 아니라는 “명백한 반증이 없는 한” 업무상 질병으로 인정하던 것을 요건을 강화하여“모두 충족한 경우에만 업무상 질병으로 본다.”라 고 개정해 오히려 퇴보한 것이다.23 이외에도 뇌심혈관계 질환의 구체적인 인정기준을 두고 있던 산재법 시행령 별표 3도 “업무수행 중