• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUABELAS KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN SAROLANGUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "DUABELAS KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN SAROLANGUN"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

DUABELAS KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN SAROLANGUN

SKRIPSI

ARISMA BAYU D1B018083

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022

(2)

DUABELAS KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN SAROLANGUN

SKRIPSI

ARISMA BAYU D1B018083

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022

(3)

Dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Dompak Mt Napitupulu, M.Sc. Sebagai dosen pembimbing I dan Riri Oktari Ulma, S.P, M.Si, CIT, C.EIA sebagai dosen pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk 1). Mendeskripsikan gambaran umum Suku anak dalam (SAD) dalam pemanfaatan dan pengolahan tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. 2). Untuk mengidentifikasi prospek pengembangan tanaman obat endemik oleh Suku anak dalam (SAD) di Taman Nasional Bukit Duabaelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan di Kecamatan Air Hitam dengan jumlah responden 20 informan. Gambaran SAD dalam mengolah dan memanfaatkan tanaman obat masih dilakukan secara tradisional dan ilmu yang digunakan merupakan turun-temurun dari para orang tua terdahulu, pengolahan secara direbus dan diparut lalu diminum dan digosokkan, perlunya pengembangan dalam hal teknologi untuk membuat tanaman obat tersebut menjadi obat-obatan jangka panjang seperti kapsul atau obat gosok.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data dianalisis dengan metode deskriptif dan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman obat masih diolah dan dimanfaatkan secara tradisional tanpa sentuhan teknologi, terdapat faktor internal yang terdiri dari lima kekuatan dan tiga kelemahan, sedangkan faktor eksternal terdiri dari tujuh peluang dan dua ancaman. Hasil analisis matriks SWOT, bahwa pengembangan tanaman obat endemik ini di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam berada pada kuadran I atau strategi agresif. Strategi pengembangan tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam yang dapat digunakan yaitu strategi SO, memanfaatkan peluang yang besar dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki secara optimal. Memanfaatkan potensi wilayah yang ada serta meningkatkan pengalaman untuk melakukan budidaya tanaman obat endemik. Memanfaatkan ketersediaan tenaga kerja SAD yang ada untuk mengembangkan tanaman obat endemik secara cepat.

Kata Kunci : Alternatif Strategi, Analisis SWOT, Strategy agresif, Tanaman Obat Endemik

(4)

Nama : Arisma Bayu

NIM : D1B018083

Jurusan/Program Studi : Agribisnis

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini belum pernah di ajukan dan tidak dalam proses pengajuan dimanapun juga.

2. Semua sumber kepustakaan dan bantuan dari berbagai pihak yang diterima selama penelitian dan penyusunan skripsi ini telah dicantum atau dinyatakan pada bagian yang relevan dan skripsi ini bebas dari plagiatrisme.

3. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini telah diajukan atau dalam proses pengajuan oleh pihak lain dan terdapat plagiatrisme didalam skripsi ini maka penulis bersedia menerima sanksi dengan pasal 12 ayat (1) butir (g) Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang pencegahan dan pengurangan plagiat di perguruan tinggi yakni pembatan ijazah.

Jambi, Januari 2023 Yang membuat pernyataan

(5)
(6)

nama lengkap Arisma Bayu. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara oleh pasangan Bapak Mukit dan Ibu Nurcahaya. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar di SD Negeri 40 Kota Jambi Pada Tahun 2012, kemudian dilanjutkan dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 20 Kota Jambi pada tahun 2015. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Unggul Sakti Kota Jambi pada tahun 2018. Pada tahun 2018 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Jambi dan diterima di Progran Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Melalui jalur SMMPTN. Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan mengikuti Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) pada semester ganjil 2021/2022 di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. Pada tanggal 15 Desember 2022 penulis melaksanakan Ujian Skripsi yang berjudul “Prospek Pengembangan Tanaman Obat Endemik Oleh Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun” dan dinyatakan lulus dengan menyandang gelar Sarjana Pertanian (S.P).

(7)

anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi ini disusun guna untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian (S.P.) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi. penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada kedua orangtuaku tercinta Bapak Mukit dan Ibu Nurcahaya yang tiada pernah henti mendoakan, memberikan dukungan baik secara materi dan moril, yang tiada henti juga memberikan semangat dan motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dan menyandang gelar Sarjana Pertanian.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suandi, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Ibu Dr. Mirawati Yanita, S.P., M.M. selaku Ketua Jurusan dan Ibu Ir. Yusma Damayanti, M.Si. selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi yang sudah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam pengurusan adminisrasi.

3. Bapak Dr. Endy Effran, S.P., M.Si. yang telah memberikan bimbingan dan moivasi dari penulis mulai berkuliah sampai menyelesaikan tugas akhir penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Dompak MT Napitupulu, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I dan Ibu Riri Oktari Ulma, S.P., M.Si, CIT, C.EIA.

selaku Dosen Pembimbing Skripsi II serta Dosen Pembimbing yang telah sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan semangat serta motivasi kepada penulis dalam proses pembuatan skripsi ini dari awal pembuatan proposal hingga sampai akhir.

5. Bapak Dr. Ir. A. Rahman, S.P., M.Si., Ibu Ir. Emy Kernalis, M.P. dan Bapak Dr. Endy Effran, S.P., M.Si. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang baik pada penyempurnaan skripsi ini.

(8)

kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Saudara Penulis, Kakak apt. Aryaty Ekasary, S.Farm. dan seluruh keluarga besar atas segala motivasi dan dukungannya.

8. Terkasih Yuliza Rahmatillah. S.Tr. Kes., yang selalu mendukung, memberikan semangat dan motivasi sehingga penulis bisa menyelesaikan tahap demi tahap dalam penyelesaian tugas akhir ini.

9. Tim Penelitian, Bang Heri, dan Tim Matching Fund dan seluruh warga SAD maupun warga biasa di Desa Bukit Suban dan Pematang Kabau yang sudah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk penulis dalam melaksanakan penelitian.

10. Buat Sahabat dan Teman: Ulin Thoha, Atha Falahi, Heru Harlyan, Aditya Putra Pratama, dan Anggota Kelas Agribisnis F 2018 dan seluruh Keluarga Agribisnis 2018 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas masukan, bantuan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan tulisan ini.

(9)

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Prospek Pengembangan Tanaman Obat Endemik Oleh Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun”.

Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. Ir. Dompak Mt Napitupulu, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Riri Oktari Ulma, S.P., M.Si, CIT, C.EIA selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Pembimbing Akademik Bapak Dr. Endy Effran, S.P., M.Si yang telah banyak memberikan petunjuk, bimbingan, dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua beserta keluarga yang tidak henti-hentinya memberikan dorongan, dukungan, dan doa serta teman-teman yang bersedia membantu dan juga menyumbangkan pikirannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Jambi, Januari 2023

Penulis

i

(10)

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

I. PENDAHULUAN... 1

I.1. Latar Belakang... 1

I.2. Perumusan Masalah... 7

I.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 8

I.3.1. Tujuan Penelitian... 8

I.3.2. Kegunaan Penelitian... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA... 10

II.1... Tana man Obat... 10

II.2... Budi dayaTanaman Obat... 11

II.3... Suku Anak Dalam (SAD)... 12

II.4... Pote nsi dan Pengembangan Tanaman Obat... 12

II.5... Anal isis SWOT... 15

2.5.1. Penentuan Posisi dan Kondisi Tanaman Obat Endemik... 16

2.5.2. Penentuan Alternatif Strategi ... 18

2.6. Penelitian Terdahulu... 19

2.7. Kerangka Pemikiran... 24

III. METODE PENELITIAN... 27

3.1. Ruang Lingkup Penelitian... 27

3.2. Sumber dan Metode Pengumpulan Data...` 27

3.3. Metode Penentuan Responden... 28

3.4. Metode Analisis Data... 29

3.4.1. Matriks IFAS dan EFAS... 30

3.4.2. Alternatif Strategi... 33

3.5. Konsep Pengukuran... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 36

ii

(11)

4.1.2.1. Keadaan Penduduk... 37

4.1.2.2. Mata Pencaharian... 38

4.1.3. Sarana dan Prasarana... 39

4.1.3.1. Pendidikan... 39

4.1.3.2. Kesehatan... 40

4.1.3.3. Ekonomi... 40

4.1.3.4. Transportasi... 41

4.2. Keadaan Umum Taman Nasional Bukit Duabelas... 41

4.3. Karakteristik Responden... 42

4.3.1. Umur Responden... 42

4.3.2. Jumlah Tanggungan Keluarga... 43

4.3.3. Tingkat Pendidikan Responden... 44

4.4. Jenis dan Cara Pengolahan serta Pemanfaatan Tanaman Obat Endemik Oleh SAD di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam... 46

4.5. Analisis SWOT Pengembangan Tanaman Obat EndemikOleh SAD di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecmatan Air Hitam.... 53

4.5.1. Identifikasi Lingkungan Internal Tanaman Obat Endemik Oleh SAD... 53

4.5.2. Identifikasi Lingkungan Eksternal Tanaman Obat Endemik Oleh SAD... 56

4.5.3. Penentuan Posisi Pengembangan Tanaman Obat Endemik Oleh SAD ... 59

4.5.4. Alternatif Strategi Pengembangan Tanaman Obat Endemik Oleh SAD... 62

4.6. Implikasi Penelitian... 65

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 67

5.1. Kesimpulan... 67

5.2. Saran...` 68

DAFTAR PUSTAKA... 70

LAMPIRAN... 72

iii

(12)

1. Produksi Tanaman Obat di Indonesia (Kg), 2017-2020... 1

2. Produksi Empat Tanaman Obat Utaman di Provinsi Jambi (Kg), 2019-2020... 3

3. Produksi Empat Tanaman Obat Utaman di Kabupaten Sarolangun (Kg), 2019-2020... 4

4. Matriks Alternatif Strategi... 18

5. Pengukuran Faktor Internal dan Faktor Eksternal... 29

6. Matriks IFAS dan EFAS... 31

7. Matriks SWOT ... 34

8. Luas Wilayah dan Jumlah Desa di Kabupaten Sarolangun... 36

9. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Air Hitam 2022... 37

10. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Bukit Suban Dan Pematang Kabau Tahun 2022... 38

11. Identitas Responden Berdasarkan Umur Di Daerah Penelitian Tahun 2022... 43

12. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Di Daerah Penelitian Tahun 2022... 44

13. Tingkat Pendidikan Responden Di Daerah Penelitian Tahun 2022... 45

14. Cara Pemanfaatan Tanaman Obat Endemik Oleh SAD... 51

15. Identifikasi Faktor Internal Tanaman Obat Endemik Oleh SAD... 53

16. Matriks IFAS Tanaman Obat Endemik Oleh SAD di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam... 55

17. Identifikasi Faktor Eksternal Tanaman Obat Endemik Oleh SAD... 57

18. Matriks IFAS Tanaman Obat Endemik Oleh SAD di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam... 58

iv

(13)

Gambar Halaman 1. Diagram Analisis SWOT... 16 2. Skema Kerangka Pemikiran... 26 3. Diagram Analisis SWOT Tanaman Obat Endemik Oleh SAD... 61

v

(14)

1. Produksi Tanaman Obat di Provinsi Jambi (Kg), 2019-2020... 72 2. Produksi Tanaman Obat Menurut Kecamatan di Kabupaten Sarolangun

(Kg), 2019-2020... 73 3. Tanaman Obat di Taman Nasional Bukit Duabelas ... 74 4. Hasil Penilaian Skor Identifikasi Faktor Internal Pengembangan

Tanaman Obat Endemik... 75 5. Hasil Penilaian Skor Identifikasi Faktor Ekstternal Pengembangan

Tanaman Obat Endemik... 77 6. Cara Penilaian Pembobotan Faktor Internal Tanaman Obat Endemik

Oleh SAD di Taman Nasional Bukit Duabelas... 79 7. Cara Penilaian Pembobotan Faktor Eksternal Tanaman Obat Endemik

Oleh SAD di Taman Nasional Bukit Duabelas... 81 8. Penilaian Bobot Rata-Rata Faktor Internal Pengembangan

Tanaman Obat Endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas... 83 9. Penilaian Bobot Rata-Rata Faktor Internal Pengembangan

Tanaman Obat Endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas... 84 10. Cara Penentuan Rating Faktor Internal dan Eksternal Tanaman Obat

Oleh SAD di Taman Nasional Bukit Duabelas... 85 11. Nilai Rating Rata-Rata Faktor Internal dan Eksternal Tanaman

Obat Endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas... 86 12. Matriks SWOT Pengembangan Tanaman Obat Endemik Oleh SAD .... 87

di TamanNasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam

vi

(15)

I.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berjumlah sekitar 13.000 pulau dengan topografi dan iklim yang beragam. Besarnya jumlah pulau tersebut secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak pada beragamnya keanekaragaman hayati yang dapat hidup pada daerah di setiap pulau. Indonesia memiliki 35.000 jenis tanaman tingkat tinggi, dimana 3.500 atau sekitar 10% diantaranya dilaporkan sebagai tanaman obat. Beberapa tanaman obat tersebut hanya tumbuh di daerah- daerah tertentu (tanaman endemik) serta ada pula yang tumbuhnya menyebar di setiap kepulauan Indonesia (Algopeng, 2017).

Tanaman obat memiliki peranan penting dalam dunia kesehatan yang pemakaiannya sudah lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat Indonesia. Berikut data produksi tanaman obat di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Tabel 1. Produksi Tanaman Obat di Indonesia (Kg), 2017-2020

Jenis Tanaman Obat 2017 2018 2019 2020

Dringo 433.381 281.511 333.452 318.829

Jahe 216.586.662 207.411.867 174.380.121 179.043.146 Kapulaga 90.787.405 81.724.526 72.529.554 93.682.701

Kencur 36.655.028 35.966.755 35.296.213 54.484.970 Kunyit 128.338.949 203.457.526 190.909.2013 193.929.693 Laos/Lengkuas 63.536.065 70.014.973 75.384.909 68.021.774

Lempuyang 7.728.410 9.150.995 6.609.056 7.053.052 Lidah Buaya 10.331.221 11.228.825 20.746.714 21.704.984

Mengkudu 4.629.225 5.741.585 8.119.231 19.960.993 Temuireng 6.407.704 7.135.233 6.969.556 7.181.654 Temukunci 4.291.516 5.182.414 4.866.303 4.920.195 Temulawak 24.561.046 25.571.197 29.637.119 26.660.472

Sambiloto 1.612.170 2.290.039 1.856.377 2.070.866 Sumber : Badan Pusat Statistik 2021

1

(16)

Berdasarkan pada tabel diatas, dapat dilihat data produksi tanaman obat di Indonesia dari tahun 2017 sampai 2020 untuk 13 jenis tanaman obat diantaranya jahe yang memiliki jumlah produksi yang menurun dari semula 216.586.662 Kg pada tahun 2017 tetapi pada tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan dan pada tahun 2020 hanya sebesar 179.043.146 Kg produksi yang dihasilkannya, untuk jenis tanaman lainnya seperti kunyit terlihat terjadi peningkatan setelah tahun 2017 yang produksinya hanya 128.338.949 Kg meningkat pada tahun 2018 sebesar 203.457.526 Kg dan produksi tahun berikutnya stabil.

Sementara itu, untuk jenis tanaman obat lainnya memiliki jumlah produksi yang relatif stabil, peningkatan maupun penurunan produksi tanaman obat ini di pengaruhi oleh luas areal panen serta permintaan konsumen dari luar negeri maupun di dalam negeri. Gunawan (2014), menyatakan bahwa perusahaan industri obat dan industri farmasi menyerap produksi tanaman obat hingga 63%, sedangkan 23% adalah konsumen rumah tangga dan 14% untuk ekspor. Kendala yang mengakibatkan penurunan produksi tanaman obat antara lain sebagian besar merupakan tanaman alami dan belum dapat dibudidayakan karena dari aspek teknologi masih banyak yang belum menguasainya.

Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki daerah-daerah yang memproduksi tanaman jenis obat-obatan, ada empat jenis tanaman obat utama yang memiliki produksi yang optimal dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.

(17)

Tabel 2. Produksi Empat Tanaman Obat Utama di Provinsi Jambi (Kg), 2019-2020

Kabupaten/Kota Jahe (Kg)

Laos/Lengkuas (Kg)

Kencur (Kg)

Kunyit (Kg) 2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020 Kerinci 303.333 744.234 98.600 248.913 422 29.076 102.695 148.864 Merangin 386.898 377.243 344.066 224.252 87.436 135.313 141.263 200.413 Sarolangun 11.149 26.456 19.415 23.576 3.650 13.956 16.890 26.127

Batang Hari 1.065 531 910 1.480 250 1.744 640 1.406

Muaro Jambi 14.751 21.243 17.715 12.555 5.629 3.837 102.562 36.676 Tanjung Jabung

Timur

2.311 8.864 3.448 3.380 1.058 1.368 5.423 5.566 Tanjung Jabung

Barat 43.880 154.610 28.077 64.461 9.578 22.536 16.494 31.726 Tebo 7.957 12.204 5.415 11.173 3.027 4.373 4.809 8.406 Bungo 3.525 3.115 2.998 2.912 1.979 2.242 3.099 2.344 Kota Jambi 9.831 6.603 6.027 2.912 2.066 3.429 17.384 19.209 Kota Sungai Penuh 24.215 19.469 8.643 14.340 4.975 16.020 9.914 12.501 Jambi 813.915 1.374.572 535.314 609.953 120.070 233.895 421.173 493.238 Sumber : Badan Pusat Statistik 2021

Berdasarkan lampiran 1 tanaman obat di Provinsi Jambi yang berproduksi sebanyak tujuh jenis tanaman, tetapi terdapat empat jenis tanaman obat utama di provinsi jambi yang memiliki produksi yang optimal dalam waktu dua tahun tersebut dimana untuk Kabupaten yang stabil dalam produksi tanaman obatnya yaitu Kabupaten Merangin dan Kabupaten Sarolangun yang stabil dalam memproduksi setiap jenis tanaman obat yang ada di wilayahnya. Untuk jumlah produksi tanaman jahe di Provinsi Jambi mengalami peningkatan pada tahun 2019 sebesar 813.915 Kg meningkat pada tahun 2020 sebesar 1.375.572 Kg, serta tanaman obat jenis laos/lengkuas produksinya mengalami peningkatan dari 535.314 Kg pada tahun 2019 menjadi 609.953 Kg tahun 2020 dan begitu pula untuk jenis tanaman lainnya yang mengalami peningkatan produksi dari tahun 2019 ke tahun 2020.

(18)

Kabupaten Sarolangun salah satu daerah yang berada di Provinsi Jambi memiliki hasil alam yang melimpah salah satunya dalam produksi tanaman obat, dapat dilihat pada data di tabel 2 Kabupaten Sarolangun salah satu Kabupaten yang memiliki jumlah produksi tanaman obat yang relatif stabil dua tahun terakhir, hal ini menarik untuk membantu pereknomian di daerah tersebut dan perlu adanya pengembangan yang optimal untuk meningkatkannya. Dapat dilihat Kecamatan di Kabupaten Sarolangun yang aktif dalam produksi empat jenis tanaman obat utama pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3. Produksi Empat Tanaman Obat Utama di Kabupaten Sarolangun (Kg), 2019-2020

Kecamatan Jahe

(Kg) Laos/Lengkuas

(Kg) Kencur

(Kg) Kunyit

(Kg) 2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020

Batang Asai 37 31 870 243 - - 300 162

Limun - - - - - - - -

Cermin Nan

Gedang - - - - - - - -

Pelawan 2.700 10.050 13.500 14.700 2.350 5.200 6.200 7.700

Singkut - 7.000 - 2.315 - 4.200 - 10.600

Sarolangun 7.300 7.250 4.200 4.900 1.090 3.750 9.000 6.700

Bathin VIII 10 34 6 4 3 10 19 30

Pauh 300 - 150 - 35 - 30 -

Air Hitam - - - - - - - -

Mandiangin 802 2.091 689 1.414 172 796 1.341 935

Sarolangun 11.149 26.456 19.415 23.576 3.650 13.956 16.890 26.127 Sumber : Badan Pusat Statistik 2021

Berdasarka tabel diatas, dapat dilihat data produksi empat jenis tanaman obat utama di setiap Kecamatan yang berada di Kabupaten Sarolangun pada tahun 2019 dan 2020 yang dimana Kecamatan Pelawan dan Kecamatan Sarolangun yang masih aktif untuk memproduksi tanaman obat walaupun mengalami naik dan turunnya jumlah produksinya.

Sedangkan untuk Kecamatan Air Hitam sendiri tidak ada produksi untuk jenis tanaman obat tersebut, hal ini dikarenakan daerah tersebut termasuk

(19)

di dalam area Taman Nasional Bukit Duabelas yang dimana area tersebut termasuk area konservasi. Sementara itu, Kecamatan Air Hitam ini salah satu wilayah yang memiliki prospek pengembangan tanaman obat tetapi jenis tanaman obat endemik dikarenakan dari pihak konservasi Taman Nasional Bukit Duabelas melaksanakan kegiatan pengelolaan serta mengembangkan tanaman obat-obatan yang berada di dalam Taman Nasional Bukit Duabelas tersebut.

Kawasan hutan di Ekosistem Taman Nasional Bukit Duabelas dianugerahi dengan sumberdaya yang cukup beranekaragam. Sumber daya alam itu meliputi flora, fauna dan sumberdaya non hayati lainnya.

Keberadaan jenis tanaman dan hewan yang sangat beraneka ragam ini mendorong banyak pihak, termasuk pemerintah Indonesia, untuk berusaha melestarikan sumberdaya alam tersebut. Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 258/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 kawasan hutan di ekosistem bukit duabelas ditunjuk menjadi kawasan konservasi dengan nama Taman Nasional Bukit Duabelas (Algopeng, 2017).

Penunjukan kawasan ini menjadi taman nasional adalah melindungi dan melestarikan serta mengembangkan tanaman-tanaman obatan yang merupakan sumber penghidupan, dapat dilihat pada lampiran 2 jenis tanaman obat yang berada pada Taman Nasional Bukit Duabelas dan terdapat tanaman obat endemik yang di gunakan oleh orang rimba di dalam dan sekitar kawasan ini yaitu akar kancil, akar kuning, kunyit rimba, selusuh, dan pulai, dimana orang rimba yang bergantung pada

(20)

hutan tepatnya Taman Nasional Bukit Duabelas tersebut sebagai tempat keberlangsungan hidup mereka terutama bahan makanan dan bahan obat- obatan mereka yang masih bergantung di dalam wilayah tersebut, sehingga perlu adanya keberlanjutan orang rimba untuk menjaga atau mengembangkan salah satunya tanaman obat endemik agar tidak punah atau susah ditemukan (Algopeng, 2017).

Orang Rimba atau Suku Anak Dalam yang berada di dalam Taman Nasional Bukit Duabelas merupakan salah satu kelompok minoritas berada di Provinsi Jambi yang selama hidupnya dan segala aktifitas dilakukan di hutan, juga memiliki budaya dan kearifan yang khas dalam mengelola sumberdaya alam. Salah satu kearifan lokal Suku anak dalam adalah dalam hal meramu. Meramu adalah aktifitas “Suku anak dalam” mencari berbagai jenis tanaman, baik tanaman obat-obatan untuk dikonsumsi ataupun dijual ke desa sekitar hutan. Tanaman yang digunakan untuk obat- obatan biasanya jenis tanaman obat endemik seperti selusuh, akar kancil, akar kuning, kunyit rimba, dan pulai. Maka dari itu pengembangan tanaman obat endemik ini memang patut mendapatkan perhatian yang lebih, hal ini tentunya juga akan berdampak positif bagi peningkatan pendapatan masyarakat SAD di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam.

Dalam upaya pengembangan tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun yang berkelanjutan, maka perlu dilakukannya suatu analisis untuk melihat suatu posisi keberadaannya dan kondisi untuk memaksimalkan kekuatan

(21)

serta peluang yang ada, namun meminimalkan kelemahan dan ancaman, sehingga didapat alternatif-alternatif strategi dalam pengembangan tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

Pemilihan strategi pengembangan dan faktor-faktor penyusun yang tepat akan membantu masyarakat untuk mengatasi permasalahan dan mencapai tujuan dari masyarakat tersebut. Berdasarkan uraian diatas, menjadi dasar penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Prospek Pengembangan Tanaman Obat Endemik Oleh Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun”.

I.2. Perumusan Masalah

Tanaman obat ialah salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis yang lumayan besar dan tanaman obat juga di ekspor ke pasar dunia sebagai sumber devisa negara. Di Indonesia tanaman obat selain sebagai obat-obatan juga dijadikan sebagai bahan baku kosmetik, makanan, maupun minuman sehingga dapat dijadikan nilai tambah dari tanaman obat itu sendiri. Hal ini menyebabkan konsumsi tanaman obat di Indonesia bisa meningkat. Potensi yang cukup baik ini menjadikan tanaman obat salah satu produk yang digemari masyarakat.

Dalam perkembangannya tanaman obat ini menghadapi berbagai ancaman diantaranya yaitu munculnya pesaing produk sejenis dan produk substitusi. Untuk tetap bertahan dalam persaingan, maka tanaman obat ini

(22)

harus melakukan penyesuaian dalam pengembangannya di masa yang akan datang. Pengembangan tanaman obat ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam menambah pengetahuan masyarakat terutama Suku Anak Dalam (SAD) yang berada di sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas, penyerapan tenaga kerja dan menciptakan lapangan usaha khususnya bagi masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam. Upaya pengembangan tanaman obat di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal usaha tani tanaman obat di wilayah tersebut. Apabila telah diketahui potensi dan kelemahan yang dimiliki oleh tanaman obat di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas maka di masa yang akan dating potensi yang dimiliki harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar dapat memberikan hasil yang maksimal, sementara faktor yang melemahkan hendaknya dapat diminimalisir dan dicari solusinya.

Prospek pengembangan ini dapat diidentifikasi dengan menggunakan analisis SWOT yaitu analisis yang didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan serta ancaman yang terdapat pada tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas. Dengan demikian dapat dirumuskan strategi pengembangan secara lebih baik di masa yang akan datang.

Dari penjelasan diatas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

(23)

1. Bagaimana gambaran umum Suku anak dalam (SAD) dalam pemanfaatan dan pengolahan tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun?

2. Bagaimana prospek pengembangan tanaman obat endemik oleh Suku Anak Dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun?

I.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian I.3.1. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan gambaran umum Suku anak dalam (SAD) dalam pemanfaatan dan pengolahan tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

2. Untuk mengidentifikasi prospek pengembangan tanaman obat endemik oleh Suku anak dalam (SAD) di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

I.3.2. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakan di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas terutama Suku Anak Dalam (SAD) dalam mengembangkan tanaman obat di Taman Nasional Bukit Duabelas agar bernilai ekonomi berkelanjutan.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah selaku pembuat kebijakan dan pengambil keputusan untuk meningkatkan proses pengembangan tanaman obat di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

(24)

3. Bagi peneliti sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

(25)

2.1. Tanaman Obat

Tanaman obat adalah salah satu hal penting dalam pengobatan tradisional. Dalam 30 tahun terakhir WHO menyatakan bahwa pengobatan tradisional sebagai istilah "traditional medicine". Para ilmuwan lebih suka istilah "traditional healing". Ada juga yang menyebut "folk medicine", alternative medicine", “etnomedicine” dan “indigeneous medicine”, di kehidupan sehari-hari menggunakan tanaman obat sebagai ramuan.

Ramuan itu digunakan, bukan hanya sebagai pengetahuan, tetapi juga keterampilan mencampurkan tanaman obat sebagai bahannya. Kepiawaian dukun dalam meracik berbagai bahan alami, berasal dari tumbuhan dan tubuh hewan menjadi obat herbal yang efektif efeknya adalah keahlian khas (Suraida et al., 2020).

Pengertian lain tanaman obat tradisional menurut Departemen Kesehatan RI mendefinisikan tanaman obat Indonesia yang tercantum dalam SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978, yaitu tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu, tanaman atau bagian tanaman yang digunkana sebagai bahan pemula bahan baku obat, tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut digunakan sebagai obat.

Tanaman obat dan obat tradisional akan bermanfaat serta aman jika digunakan sekurang-kurangnya dengan enam aspek ketepatan yaitu tepat dosis, tepat waktu dan cara penggunaan, tepat pemilihan bahan dan

11

(26)

analisis informasi serta sesuai indikasi penyakit tertentu. Selain berbagai keunggulan tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa tanaman obat dan obat tradisional juga memiliki beberapa kelemahan yang menjadi kendala dalam pelayanan kesehatan formal. Beberapa kelemahan tersebut antara lain efek farmakologis yang lemah, bahan baku yang tidak terstandarisasi serta bersifat higroskopis dan volumetrik, belum teruji secara klinis dan mudah terkontaminasi oleh berbagai jenis mikroorganisme (Katno, 2008).

2.2. Budidaya Tanaman Obat

Keragaman jenis tanaman obat mulai dari jenis tanaman dataran rendah sampai tanaman dataran tinggi menuntut penyesuaian lingkungan untuk kegiatan budidaya tanaman tersebut. Setiap tanaman obat membutuhkan kondisi lingkungan tertentu agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Lingkungan pertumbuhan yang dimaksud ialah iklim dan tanah, beberapa iklim seperti suhu, curah hujan dan lama penyinaran matahari secara langsung mempengaruhi bagi pertumbuhan tanaman obat. Setiap tanaman obat membutuhkan suhu udara yang sesuai agar proses metabolism dapat berjalan baik, sedangkan suhu tanah akan mempengaruhi proses perkecambahan benih, suhu tanah yang terlalu rendah dapat merusak perkecambahan, sedangkan suhu tanah yang terlalu tinggi dapat mematikan embrio pada biji (Muhammad et al., 2017).

Dalam mengembangkan tanaman obat ini tahapan awal yang berkaitan dengan pembudidayaan tanaman obat. Menurut Pujiasmanto (2016), proses dari tumbuhan liar menjadi tanaman budidaya melalui penanaman pada habitat baru disebut domestikasi. Domestikasi sebagai

(27)

proses perkembangan organisme yang dikontrol manusia, mencakup pertumbuhan genetic tumbuhan yang berlangsung berkelanjutan semenjak dibudidayakan. Berdasarkan penalaran manusia, tumbuhan didomestikasi dengan cara beragam cara, mulai cara yang sederhan hingga ke car yang sangat maju dengan bioteknologi. Menurut Muhammad et al. (2017), cara budidaya yang baik dan benar yaitu dimulai dengan: (1) Persiapan dan pengolahan tanah, (2) Persiapan Bibit, (3) Penanaman, dan (4) Pemeliharaan. Beberapa cara budidaya tanaman obat yang dapat dilakukan tersebut agar dapat dilakukan sehingga berjalannya kegiatan pengembangan tanaman obat yang ada.

2.3. Suku Anak Dalam (SAD)

Suku Anak Dalam (SAD) merupakan salah satu suku bangsa minoritas dan termasuk Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang berada di provinsi Jambi. Mereka hidup berkelompok dan berpakaian dengan sebagian menutupi badan dan dengan gaya hidup tradisional yaitu berburu, meramu/mengumpulkan makanan dan hidup berpindah-pindah. Hidup mereka masih tergantung dengan hasil hutan/alam dan binatang buruan.

Walaupun sekarang ini SAD telah keluar dari hutan dan menetap di desa, mereka masih menggantungkan sumber penghidupannya terhadap hutan, terutama untuk bertani dan berkebun. Suku Anak Dalam mengobati penyakit dengan datang ke dukun. Dukun mengobati dengan cara mengadakan ritual bedeki/besale dan meramu tumbu-tumbuhan yang ada di hutan contohnya tobu pungguk (Costus spesious) untuk mengobati panas dan demam. Bagian yang digunakan adalah daunnya dengan cara

(28)

direbus lalu diminum airnya (Balai Taman Nasional Bukit Duabelas, 2018)

2.4. Potensi dan Prospek Pengembangan Tanaman Obat

Penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung meningkat dengan adanya isu back to nature dan krisis ekonomi yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obat-obatan modern yang harganya relatif lebih mahal. Obat-obatan dari bahan alam juga dianggap hampir tidak memiliki efek samping yang berbahaya. Adanya kearifan lokal yang dimiliki, menyebabkan masyarakat pedesaan memiliki keterampilan dalam memanfaatkan tumbuhan yang ada di sekitarnya sebagai obat (Katili, 2015).

Menurut Siahaan & Aryastami (2018), adapun upaya atau langkah- langkah dalam pengembangan tanaman obat ini antara lain:

1. Melaksanakan program rutin melalui lomba tanaman obat keluarga (TOGA) yang dilakukan secara rutin setiap tahun. Untuk membantu pemasaran tanaman obat.

2. Membangun manajemen operasional sentra atau mirip dengan koperasi, tujuannya selain pemasaran juga untuk efisiensi usaha tanaman obat tersebut.

3. Mendekatkan tanaman obat pada pelayanan kesehatan masyarakat

4. Melakukan pelestarian dan budidaya tanaman obat, pascapanen, fitokimia, khasiat dan keamanan, teknologi farmasi, pemasaran, pengaturan, pengembangan database dan pengendalian mutu.

(29)

Menurut AgroMedia (2008), beberapa manfaat dari tanaman obat antara lain sebagai berikut:

1. Menjaga dan mempertahankan vitalitas tubuh agar tetap sehat dan segar.

2. Memelihara dan meningkatkan metabolism di dalam tubuh sehingga lancer tanpa gangguan.

3. Memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.

4. Membersihkan senyawa beracun di dalam tubuh.

5. Menurunkan kadar gula dan kolestrol di dalam darah.

Prospek tanaman obat sekarang ini semakin terbuka lebar. Hal ini tidak terlepas dari berkembangnya industri obat herbal baik di dalam maupun di luar negeri. . Selain itu semakin luasnya pemanfaatan tanaman obat untuk keperluan industri lain di luar industri obat tradisional dan farmasi, seperti industri makanan dan minuman, serta industri kosmetik membuat kebutuhan akan tanaman obat sebagai bahan baku semakin tinggi (Salim & Munadi, 2017).

Notoatmodjo (2011) mengatakan bahwa obat tradisional merupakan potensi bangsa Indonesia, mempunyai prospek untuk ikut andil dalam memecahkan permasalahan dan sekaligus memperoleh serta mendayagunakan kesempatan untuk berperan sebagai unsur dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat, terlebih lebih dengan adanya kebijakan Menteri Kesehatan RI tahun 1999 untuk mengembangkan dan memanfaatkan tanaman obat asli Indonesia untuk kebutuhan farmasi di Indonesia.

(30)

Pengembangan obat tradisional mempunyai tiga aspek penting, pengobatan yang menggunakan bahan alam adalah sebagian dari hasil budaya bangsa dan perlu dikembangkan secara inovatif untuk dimanfaatkan bagi upaya peningkatan kesehatan masyarakat, penggunaan bahan alam dalam rangka pemeliharaan kesehatan dan sebagai bahan obat jarang menimbulkan efek samping dibandingkan bahan obat yang berasal dari zat kimia sintesis, bahan baku obat berasal dari alam cukup tersedia dan tersebar luas di negara kita. Bahan baku obat tradisional tersebut dapat dikembangkan didalam negeri, baik dengan teknologi sederhana maupun dengan teknologi canggih. Pengembangan obat tradisional dalam jangka panjang akan mempuyai arti ekonomi yang cukup potensial karena dapat mengurangi impor bahan baku sintesis kimia yang harus dibeli dengan devisa.

Pengembangan tanaman obat melalui agribisnis diharapkan sangat strategis dalam mengantisipasi perkembangan yang pesat di bidang pemanfaatan tanaman obat sebagai komoditas perdagangan di samping sasaran utama untuk peningkatan kesehatan masyarakat, melalui pembangunan industri obat tradisional/industri jamu, fitofarmaka dan kosmetik. Pengembangan tanaman obat harus berorientasi pada potensi pemasaran/pemanfaatannya yang diperluas, sehingga satu jenis tanaman obat digunakan untuk berbagai produk industri yang mendukung proses kinerja suatu pabrik sepanjang tahun seperti untuk obat (jamu dan fitofarmaka), kosmetik, makanan sehat dan minuman sehat. Untuk mengembangkan tanaman obat, maka perlu diperhatikan dimana kekuatan

(31)

(strenghts) yang dimiliki organisasi atau pelaku, kelemahan (weaknesses) yang di hadapi, peluang atau kesempatan (Opportunities) yang seharusnya diraih dan ancaman (threats) yang mungkin berpengaruh terhadap masa depan organisasi/pelaku usaha tersebut. Aspek pengembangan tanaman obat diantaranya analisis SWOT, yang meliputi: identifikasi lingkungan (lingkungan internal dan lingkungan eskternal), penentu posisi, kondisi dan alternatif strategi.

2.5. Analisis SWOT

Analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities, Threats) merupakan salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk mengembangkan strategi yang berlandaskan pada situasi di sekeliling perusahaan yang mempengaruhi kinerja perusahaan (Rangkuti, 2015).

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).

Menurut Rangkuti (2015), analisis SWOT berfungsi untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman). Adapun langkah - langkah yang dapat dilakukan dalam metode analisis SWOT adalah sebagai berikut:

a. Strenght (S) yaitu kekuatan yang ada di lingkungan internal kelompok pada saat sekarang dan berpotensi sebagai faktor pendukung dalam strategi pengembangan tanaman obat di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas.

(32)

b. Weaknesses (W) yaitu kelemahan yang ada di lingkungan internal kelompok pada sekarang dan berpotensi menjadi faktor penghambat dalam strategi pengembangan tanaman obat di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas.

c. Opportunities (O) yaitu peluang yang terdapat di lingkungan eksternal yang bisa dimanfaatkan bagi kelompok atau pengguna tanaman obat untuk dapat berkembang di masa yang akan datang. Peluang merupakan suatu kondisi penting yang menguntungkan dalam lingkungan tanaman obat di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas.

d. Threats (T) yaitu ancaman pada lingkungan eksternal yang akan dihadapi oleh kelompok atau pengguna tanaman obat yang dapat menghambat pengolahan atau pengelolaan, serta munculnya tantangan dan persaingan.

2.5.1. Penentu Posisi dan Kondisi Tanaman Obat Endemik

Penentu posisi agribisnis pada kedua matrik yaitu matrik IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan matrik EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary) ini dilakukan dengan memberikan skor pembobotan pada variabel internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya.

Skor pembobotan diperoleh dari hasil perkalian antara bobot dan rating.

Dimana nilai bobot diperoleh dengan cara mengurutkan faktor-faktor internal dan eksternal dari yang sangat penting sampai dengan tidak penting. Pemberian nilai rating dilakukan dengan memberikan nilai setiap faktor dengan rentang 4 (baik sekali) dan 1 (buruk sekali) yang diperoleh berdasarkan respon dari responden terhadap faktor-faktor tersebut.

Untuk menggambarkan kondisi agribisnis dapat menggunakan diagram analisis SWOT dengan menggunakan nilai tertimbang dari

(33)

masing-masing indikator dalam satu kategori variabel dan menjumlahkannya. Nilai tertimbang merupakan hasil perkalian antara bobot dan rating masing-masing indikator. Setelah nilai tertimbang masing-masing indikatornya ditemukan, nilai tertimbang tersebut dijumlahkan. Berikut cara untuk menentukan posisi agribisnis pada diagram analisis SWOT: a). Jumlah nilai tertimbang pada masing-masing kategori, b). Tentukan selisih nilai tertimbang antara kekuatan dan kelemahan, serta selisih nilai tertimbang pada peluang dan ancaman, c).

Selisih nilai tertimbang antara kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman tadi dapat kita gambarkan pada diagram analisis SWOT berikut (Rangkuti, 2015).

Gambar 1. Diagram Analisis SWOT

a. Kuadran I (Mendukung strategi agresif) merupakan situasi yang sangat menguntungkan, perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus

Kelemahan Internal (W)

Kekua tan Int erna l (S )

Berbagai Peluang (O)

Berbagai Ancaman (T)

Kuadran I Strategi Agresif Kuadran III Strategi

Turn-around

Kuadran IV Strategi Defensif

Kuadran II Strategi Diversifikasi

(34)

diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growthoriented strength).

b. Kuadran II (Mendukung strategi diversifikasi) berarti meskipun menghadapi berbagai ancaman, strategi pemasaran masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang dapat diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk atau pasar).

c. Kuadran III (Mendukung strategi turn-around) merupakan kondisi dimana terdapat peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Strategi pada kondisi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

d. Kuadran IV (Mendukung strategi defensif) merupakan kondisi yang sangat tidak menguntungkan karena menghadapi berbagai kelemahan internal dan ancaman dari luar.

2.5.2. Penentu Alternatif Strategi

Penentu alternatif strategi pengembangan dilakukan menggunkan analisis matriks SWOT, setelah merumuskan faktor-faktor apa saja yang terdapat di dalam lingkungan internal dan eksternal tanaman obat di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas. Maka dibutuhkan alternatif- alternatif strategi untuk mengembangkan tanaman obat. Matriks SWOT terdiri empat sel faktor. Matrik ini dapat menghasilkan 4 sel kemungkinan alternatif strategi sebagai berikut.

Tabel 4. Matriks Alternatif Strategi

(35)

EFAS

STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

OPPORTUNITIE

S (O) Strategi SO Strategi WO

THREATS (T)

Strategi ST Strategi WT Sumber: Rangkuti 2015

Berdasarkan matriks SWOT terdiri dari 8 sel, 4 sel berisi inventori variabel internal dan eksternal dan 4 sel lainnya berisi implikasi strategis yang ditimbulkannya. Sel 1 berisi daftar kekuatan (S) tanaman obat yang berhasil dibangun oleh manajemen dan sel 2 berisi daftar kelemahan (W) yang ingin dihilangkan. Sel 3 berisi daftar peluang (O) bisnis yang dimiliki pada masa sekarang dan yang akan datang dan sel 4 berisi daftar ancaman (T) yang sedang dihadapi sekarang dan yang akan datang. Sel 5 merupakan pilihan strategi berdasarkan kombinasi kekuatan dan peluang bisnis yang disebut sebagai sel strategi SO. Sel 6 adalah strategi yang hendak berdasarkan kombinasi kelemahan dan peluang yang disebut sebagai sel strategi WO. Sel 7 berisi pilihan strategi yang ditimbulkan oleh kombinasi sel kekuatan (S) dan ancaman (T) oleh karena itu disebut sel strategis ST. Sel 8 berisi strategi hasil kombinasi sel kelemahan (W) dan ancaman (T) yang disebut sel strategi WT.

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian Siti Hasma Rusli (2019) mengenai “Prospek Pengembangan Usahatani Lada Di Desa Sumbang Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam prospek pengembangan usahatani lada di Desa Sumbang Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang

(36)

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Purposive (sengaja), sehingga diperoleh petani sebanyak 10 orang/responden.

Sedangkan untuk informan dinas pertanian dan pedagang lada masing- masing 1 orang sehingga jumlah responden dan informan adalah 12 orang.

Hasil penelitian Prospek pengembangan usahatani lada di Desa Sumbang Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang memerlukan Strategi konsentrasi melalui horizontal/stabilitas yaitu suatu kegiatan yang memiliki daya tarik yang seimbang. Untuk prospek pengembangan usahatani lada, strategi usahatani harus dilakukan dengan hati-hati artinya strategi yang dipersiapkan oleh petani adalah strategi mengembangkan pertumbuhan lada dalam meningkatan produksi lada dengan melalui perbaikan kualitas dan mutu usahatani lada sehingga dapat meningkatkan produksi dan memenuhi permintaan lada. Selain itu faktor pendukung lainnya ialah adanya iklim dan lahan yang cocok, mengurangi resiko serangan hama dan penyakit meningkatkan peran pemerintah dan Dinas Pertanian dalam hal pengadaan bank, koperasi dan peranan penyuluh.

Penelitian Erlangga Danu Wijaya (2017) mengenai “Prospek Pengembangan Usahatani Buah Naga (Studi Kasus : Desa Silau Malaha, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara)” tujuan Penelitian ini adalah Untuk mengidentifikasi prospek pengembangan usahatani buah naga di desa Silau Malaha kabupaten Simalungun. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (proposive). Untuk menganalisis masalah digunakan analisis SWOT (Strenght, Weaknesses, Opportunities, Treats) dengan mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

(37)

merumuskan strategi suatu usaha (strategi SO, ST, WO, dan WT). Analisis ini didasarkan terhadap logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Kekuatan usahatani buah naga adalah kualitas buah baik, serta periode panen yang cepat.

Kelemahan yang dimiliki usahatani buah naga adalah keterampilan petani yang masih rendah dan penggunaan teknologi yang masih rendah. Peluang yang dimiliki usahatani buah naga yaitu peluang pasar yang luas dan harga jual yang tinggi. Adapun ancaman yang ada dalam usahatani buah naga adalah hama dan penyakit yang menyerang tanaman buah naga, pesaing yang terdapat disekitar daerah penelitian buah naga. Berdasarkan kuadran analisis SWOT strategi yang dapat di terapkan oleh petani Usahatani Buah Naga adalah Strategi Agresif yang terbentuk dalam kuadran 1. Strategi yang dapat diterapkan para petani buah naga di Desa Silau Malaha adalah growth oriented strategic (mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif).

Penelitian Hayat Husnul Hotimah (2014) “Prospek Pengembangan Tanaman Obat Ashitaba (Angelica Keiskei Koidzumi) Dalam Program Pemberdayaan Pertanian Organik” penelitian dilakukan di Desa Ketapanrame dan Trawas Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto pada bulan Januari 2012 hingga Februari 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan analitik. Metode pengumpulan

(38)

data dilakukan dengan menggabungkan data primer dan data sekunder serta metode pengambilan sampel dilkukan secara Stratified Random Sampling. Alat analisis yang digunakan adalah Korelasi Rank Spearman, scoring dengan batasan teori kebutuhan David McCleland, dan analisis nilai tambah dan analisis SWOT. Hasil penelitian penelitian diketahui bahwa, (1) Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi ialah umur, pengalaman dan tingkat pendidikan, (2) Tingkat motivasi petani adalah tinggi, dengan rata-rata sebesar 55 persen, (3) Prospek pengembangan tanaman obat Ashitaba di bidang White Area. Strategi usaha yang perlu dilakukan petani adalah strategi pertumbuhan melalui integrasi vertikal yaitu meningkatkan intensitas pemeliharaan dan perawatan untuk menghadapi persaingan pasar serta menciptakan bentuk diversivikasi dari Ashitaba sesuai dengan kebutuhan pasar.

Penelitian terdahulu Vita Hartiana (2021) mengenai “Strategi Pengembangan Usahatani Buah Naga Di Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo” penelitian ini mengambi 3 desa yaitu Desa Giriwinangun, Desa Sumber Agung dan Desa Karang Dadi yang dipilih secara purposive dan penarikan sampel petani menggunakan metode nonprobability sampling yaitu snowball sampling. Untuk melihat gambaran usahatani buah naga di daerah penelitian digunakan metode deskriptif. Untuk menganalisis pendapatan petani buah naga digunakan metode kuantitatif dengan menghitung biaya dan penerimaan. Sedangkan untuk menganalisis alternatif strategi digunakan metode kuantitatif dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(39)

usahatani buah naga di Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo mulai dilaksanakan pada tahun 2014 dengan tujuan sebagai usaha sampingan yang ditanam di lahan pekaangan rumah. Usahatani buah naga di Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo menunjukkan besarnya rata-rata total biaya sebesar Rp.1.298.190/bulan, penerimaan rata-rata sebesar Rp.4.201.600/bulan, dan pendapatan rata-rata sebesar Rp.2.903.400/bulan.

Usahatani buah naga di Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo berada pada kuadran 1 dengan titik kuadran (0,14;0,36) ) dan strategi yang dapat diterapkan pada posisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy) atau strategi agresif (aggresive strategy), dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada yaitu strategi yang menunjukkan situasi yang menguntungkan.

Penelitian Darmanto Uria (2021) mengenai “Strategi Pengembangan Komoditi Padi di Kecamatan Pamona Puselemba Kabupaten Poso Sulawesi Tengah” tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor strategi internal dan eksternal dan strategi prioritas bagi pengembangan komoditi padi. Sumber data berasal dari data primer dan sekunder. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling atau secara sengaja yaitu memilih area dan informan kunci dengan mempertimbangkan karakteristik, sifat dan ciri-ciri dari sampel yang akan diambil sehingga jumlah informan adalah 16 informan kunci. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini dengan teknik survey yaitu analisis AHP untuk mengetahui potensi komoditas unggulan, analisis

(40)

SWOT untuk mengetahui strategi pengembangan. Hasil dari penelitian ini menjelaskan potensi komoditas pertanian di Kecamatan Pamona Puselemba adalah padi dengan nilai vektor eigen 0,735. Kombinasi faktor- faktor internal dan eksternal berada pada posisi mendukung strategi diversifikasi. Strategi utama yang perlu dikembangankan untuk komoditi padi di Kecamatan Pamona Puselemba adalah menambah luas lahan baru usahatani padi sawah/ladang, mengadopsi varietas baru atau bibit unggul, menerapkan system pertanian yang terintegerasi (integrasi tanaman dengan ternak atau budidaya ikan).

2.7. Kerangka Pemikiran

Taman Nasional Bukit Duabelas merupakan salah satu kawasan konservasi yang berada di Provinsi Jambi tepatnya Kabupaten Sarolangun, Taman Nasional Bukit Duabelas ialah kawasan yang melakukan kegiatan intens pengelolaan dan pengembangan tanaman obat endemik sebagai sumber penghidupan, diharapkan dapat meningkatkan kondisi sosial ekonomi khususnya bagi masyarakat Orang Rimba yang berada didalam dan sekitar kawasan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pengembangan tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas guna meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan menciptakan kegiatan produksi yang efektif dan efisien sehingga tanaman obat di Taman Nasional Bukit Duabelas menjadi sebuah olahan produk herbal yang menghasilkan keuntungan.

(41)

Prospek pengembangan merupakan respon secara terus menerus terhadap faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan kemudian faktor eksternal berupa peluang dan ancaman. Pengembangan tanaman obat endemik diawali dengan identifikasi lingkungan internal dan eksternal ataupun analisis SWOT. Analisis tersebut perlu dilakukan untuk menentukan faktor-faktor yang dianggap berpotensi akan terjadi dan mempengaruhi pengembangan tanamana obat endemik di masa yang akan datang.

Faktor internal dapat berupa kekuatan dan kelemahan tergantung pengaruhnya terhadap tanaman obat endemik. Faktor-faktor tersebut dapat berupa sumberdaya alam, sumberdaya manusia, motivasi, pengalaman, modal, relasi petani, tenaga kerja dan lainnya. Kekuatan dapat mendorong tanaman obat endemik untuk memanfaatkan peluang yang ada di lingkungan sekitarnya atau dapat menghadapi ancaman dari lingkungan dengan kemampuan yang lebih tinggi sehingga tujuan dapat tercapai dengan cepat. Sebaliknya, kelemahan dalam pengembangan tanaman obat endemik dapat menghambat peluang dalam menghadapi ancaman sehingga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan pengembangan tanaman obat endemik.

Faktor eksternal dapat berupa peluang dan ancaman. Faktor-faktor tersebut dapat berupa pemerintah, koperasi, sarana pendidikan, sarana transpotasu, iklim dan cuaca, perambahan hutan, pasar, hama dan lainnya.

Dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, dalam penyusunan prospek pengembangan tanaman obat endemik sehingga dapat melihat

(42)

kesempatan dan tantangan dalam menentukan hubungan keterkaitan antar faktor-faktor tersebut.

Faktor internal akan dikelompokkan kedalam matriks IFAS dan faktor ekternal dikelompokkan kedalam matriks EFAS dan akan diberi bobot untuk setiap faktor. Setelah itu, kedua matriks tersebut dianalisis menggunakan matriks SWOT untuk menentukan posisi strategi pengembangan tanaman obat di kawasan Taman Nasion Bukit Duabelas.

Terdapat empat sel kemungkinan alternatif strategi hasil dari kombinasi SO, WO, ST dan WT. Berdasarkan uraian-uraian tersebut maka dapat dilihat skema kerangka pemikiran pendekatan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

Tanaman Obat Endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas

Analisis SWOT

Faktor Internal:

Potensi wilayah untuk pengembangan tanaman obat Pengalaman berusahatani tanaman obat

Pengalaman pengolahan tanaman obat

Ketersediaan tenaga kerja Relasi Petani SAD

Teknologi pengolahan Modal yang dimiliki Motivasi SAD

Faktor Eksternal:

Dukungan pemerintah setempat

Koperasi desa

Serangan hama dan penyakit Perambahan hutan

Sarana Pendidikan Sarana transportasi Iklim dan cuaca

Dukungan lembaga penelitian Pasar tanaman obat

(43)

29

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

III.

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Pengalaman berusahatani

tanaman obat

Pengalaman pengolahan tanaman obat

Ketersediaan tenaga kerja Relasi Petani SAD

Teknologi pengolahan Modal yang dimiliki Motivasi SAD

Koperasi desa

Serangan hama dan penyakit Perambahan hutan

Sarana Pendidikan Sarana transportasi Iklim dan cuaca

Dukungan lembaga penelitian Pasar tanaman obat

Matrik IFAS Matrik EFAS

Matriks SWOT

Prospek Pengembangan Tanaman Obat di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten

Sarolangun

(44)

III.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan daerah yang memiliki potensi untuk mengembangkan tanaman obat. Objek pada penelitian ini adalah tanaman obat yang ada di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas, sasaran penelitian ini adalah temenggung (kepala adat) di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam. Ruang lingkup penelitian ini di fokuskan untuk mengkaji prospek pengembangan tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli sampai September Tahun 2022 Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Identitas responden di TNBD yang meliputi nama, umur, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan.

2. Data-data lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

III.2. Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari objek penelitian tanpa adanya perantara untuk menjawab masalah ataupun tujuan penelitian. Sumber data primer adalah responden, yaitu temenggung di Taman Nasional Bukit Duabelas

30

(45)

Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data primer ini adalah:

1. Observasi, yaitu pengamatan dan peninjauan langsung kegiatan yang ada di lapangan.

2. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang berasal dari wawancara langsung kepada temenggung dan tengganai serta pihak lainnya dengan mengajukan pertanyaan berupa kuisioner.

b. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi pustaka, yaitu dengan mengkaji dan mempelajari literatur untuk mendapatkan teori dan konsep yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Data ini dapat diperoleh dari hasil penelitian, instansi terkait, internet, bahan bacaan, dan sumber lain yang relevan dengan penelitian ini.

III.3. Metode Penentuan Responden

Metode penentuan reponden dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Purposive). Dimana jumlah responden seluruhnya yaitu 20 responden dengan penentuan responden yang dilakukan memilih key informan yaitu 5 responden yang dimana responden tersebut temenggung atau kepala adat di komunitas mereka masing-masing, mereka dipilih dalam penelitian ini dikarenakan masih aktif dalam mengolah dan menggunakan tanaman obat serta bertujuan ingin mengembangkan tanaman obat yang ada di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam yaitu, temenggung Bepayung, temenggung Nangkus, temenggung Meladang, temenggung Nggrip, temenggung Bebayang. Sedangkan untuk key-expert 5 responden yaitu 1

(46)

pengendali ekosistem hutan, 2 pendamping KAT, 1 guru SAD dan 1 tengganai, dan sisanya sebagai responden pendukung dalam memperoleh data penelitian.

III.4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu analisis yang digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan kumpulan data pengamatan suatu objek dan dapat menjelaskan secara rinci sebuah kejadian. Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan mengenai prospek pengembangan tanaman obat dengan menggunakan matriks SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk melihat faktor internal dan faktor eksternal untuk merumuskan prospek pengembangan tanaman obat di Taman Nasional Bukit Duabelas. Analisis kuantitatif dilakukan menggunakan matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary). Analisis ini yang digunakan dengan cara menghitung skor pada faktor-faktor prospek pengembangan tanaman obat di Taman Nasional Bukit Duabelas sehingga mendapatkan alternatif strategi yang tepat untuk pengembangan tanaman obat oleh Suku anak dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

Pada penelitian ini identifikasi faktor internal dan faktor eksternal diukur dengan checklist untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan di faktor internal serta peluang dan ancaman pada faktor eksternal. Identifikasi faktor internal merupakan proses yang berkaitan dengan Sumberdaya Alam, Sumberdaya Manusia, pendidikan, modal. Sedangkan identifkasi faktor eksternal mengenai pemerintah, iklim dan cuaca, sara transportasi, sarana pendidikan, lembaga penelitian.

(47)

Pengukuran identifikasi faktor internal dan faktor eksternal tersebut dapat diukur menggunakan skala likert. Pengukuran dilakukan dengan menghitung jumlah responden yang memilih skal (1 sampai dengan 4) dan mengalikan dengan skala yang dipilih, kemudian jumlah skor dari keempat skala dikelompokkan ke dalam klasifikasi kriteria yang sesuai. Semakin mendekati angka 4 dan 3 maka termasuk kekuatan dan peluang sedangkan angka 1 dan 2 kelemahan dan anaman dalam prospek pengembangan tanaman obat oleh Suku anak dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

Tabel 5. Pengukuran Faktor Internal dan Faktor Eksternal Tidak Tersedia/Tidak Setuju 1 Kurang Tersedia/Kurang Setuju 2

Tersedia/Setuju 3

Sangat Tersedia/Sangat Setuju 4 Keterangan :

Jumlah skor ideal untuk seluruh item = 4 x 20 = 80 Jumlah skor rendah = 1 x 20 = 20 Kriteria Skor :

20-40 = Angka 1 dan 2 (kelemahan dan ancaman) 50-60 = Angka 3 dan 4 (kekuatan dan peluang) III.4.1. Matriks IFAS dan EFAS

Untuk menentukan posisi perkembangan tanaman obat di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas ini pada matrik SWOT digunakan dua matriks faktor strategi yaitu matrik faktor strategi internal (IFAS) dan matrik faktor strategi eksternal (EFAS). Untuk membandingkan antara faktor internal kekuatan dan kelemahan dengan faktor eksternal peluang dan ancaman, dapat dilakukan dengan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan jumlah guru yang cukup banyak di institusi pendidikan maka sulit untuk proses penilaian dan mengajukan kandidat guru berprestasi pada sistem dengan manual dan

mempunyai peranan yang besar dalam menyatukan beberapa Rumah Sakit Jejaring yang di- tunjuk oleh Fakultas Kedokter- an, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku caring perawat dalam Humanistic dan Altruistic adalah 91,7%, memberikan kepercayaan 82,3%, menumbuhkan kepekaan terhadap diri

Hasil ini menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kadar kolesterol total pada remaja obes dan remaja tidak obes; juga didapatkan hubungan bermakna antara

( ) ”Isu aktual” yang sedang terjadi dalam masyarakat tidak dapat digunakan sebagai salah satu kriteria perumusan isu strategis

Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Lingkungan Sekolah Dasar Kecamatan Campaka Dan Kecamatan Cibatu Kabupaten

Data-data yang terkait dengan perilaku konsumen ini diperoleh dengan metode survey dengan memakai skala linkert 1-5 pada setiap pertanyaan pada masing-masing dimensi

Diagram sebab akibat pada Gambar 6 menunjukkan bahwa cacat sambungan terjadi dikarenakan akar masalah operator tidak tahu cara melakukan pengaturan mesin linking ,