• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Faktor Eksternal Tanaman Obat Endemik Oleh SAD Identifikasi ini digunakan untuk mengetahui berbagai macam item

Tabe 15. Identifikasi Faktor Internal Tanaman Obat Endemik Oleh SAD

4.5.2. Identifikasi Faktor Eksternal Tanaman Obat Endemik Oleh SAD Identifikasi ini digunakan untuk mengetahui berbagai macam item

faktor eksternal yang menjadi prospek pengembangan tanaman obat endemik oleh Suku anak dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. Identifikasi faktor eksternal ini menggunakan kuisioner yang berisi item-item untuk ditentukan peluang dan ancaman dari total penilaian skor yang telah di analisa.

Berikut tabel 13 hasil kuisioner dari penilaian skor setiap item.

Tabel 17. Identifikasi Faktor Eksternal Tanaman Obat Endemik Oleh SAD

No Kriteria-kriteria yang menjadi prospek

pengembangan tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas

Total Skor Penilaian

(Per Kriteria)

Keterangan

1 Dukungan pemerintah 63 Peluang

2 Koperasi desa 60 Peluang

3 Serangan hama dan penyakit 35 Ancaman

4 Perambahan hutan 31 Ancaman

5 Sarana Pendidikan 69 Peluang

6 Sarana transportasi 67 Peluang

7 Iklim dan cuaca 59 Peluang

8 Dukungan lembaga penelitian 61 Peluang

9 Pasar tanaman obat 51 Peluang

Sumber : Data Olahan Primer, 2022

Berdasarkan hasil tabel 17. Menunjukkan dari 9 kriteria yang menjadi prospek pengembangan tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas, terdapat 7 kriteria yang termasuk di kategori peluang yaitu F1, F2, F5, F6, F7, F8 dan F9. Ada 2 kriteria yang termasuk

di kategori ancaman yaitu F3 dan F4 hasil dari tabel mempunyai arti bahwa pengembangan tanaman obat endemik tingkat penilaiannya yaitu tersedia atau setuju dalam melakukan prospek pengembangan eksternal yang mempunyai arti bahwa prospek pengembangan tanaman obat endemik oleh Suku anak dalam di Taman Nasioonal Bukit Duabelas bisa dikembangkan.

Berkaitan dengan faktor peluang dan ancaman pengembangan tanaman obat endemik oleh Suku anak dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas yang diperoleh dari hasil kuisioner, terdapat 7 faktor peluang bagi pengembangan tanaman obat endemik oleh Suku anak dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas yaitu dukungan pemerintah, koperasi desa yang bisa membantu dalam mengembangkan tanaman obat, sarana pendidikan, sarana transportasi, iklim dan cuaca, dukungan lembaga penelitian, dan pasar tanaman obat. Ada 2 faktor ancaman bagi pengembangan tanaman obat endemik oleh Suku anak dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas yaitu serangan hama dan penyakit, dan perambahan hutan.

Setelah dilakukannya identifikasi faktor eksternal diatas, selanjutnya diberi nilai bobot dan rating. Cara penentuan bobot faktor eksternal dapat dilihat pada Lampiran 7 sedangkan untuk cara penentuan rating dapat dilihat pada Lampiran 10 Maka didapatkan hasil penilaian strategi faktor internal sebagai berikut:

Tabel 18. Matriks EFAS Tanaman Obat Endemik Oleh SAD di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam

Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor Peluang

A. Dukungan pemerintah 0.03 3.8 0.11

B. Koperasi desa 0.06 3.2 0.19

C. Sarana Pendidikan 0.09 3.6 0.32

D. Sarana transportasi 0.14 3.8 0.53

E. Iklim dan cuaca 0.16 3.0 0.48

F. Dukungan lembaga penelitian 0.06 3.8 0.23

G. Pasar tanaman obat 0.09 3.2 0.29

Sub Total 0.63 2.15

Rata-Rata 0.31

Ancaman

H. Serangan hama dan penyakit 0.17 1.6 0.27

I. Perambahan hutan 0.20 1.0 0.20

Sub Total 0.37 0.47

Rata-Rata 0.24

TOTAL 1,00 2.62

Sumber : Data Olahan Primer, 2022

Berdasarkan tabel 18 menunjukkan bahwa matriks EFAS terdapat 7 jenis peluang, dan 2 jenis ancaman pada tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun dalam prospek pengembangan tanaman obat endemik. Berdasarkan data diatas faktor strategi peluang lebih dominan dibandingkan dengan faktor strategis ancaman dengan total nilai bobot peluang sebesar 63 persen dan total dan total niai bobot ancaman sebesar 37 persen, maka dari itu faktor strategi peluang lebih penting dari pada faktor strategi ancaman. Nilai bobot faktor strategi peluang 63 persen lebih besar dari 50 persen mendekati 100 persen dimana artinya faktor strategi peluang paling penting sedangkan faktor strategi ancaman memiliki bobot 37 persen kurang dari 50 persen, dimana artinya kurang penting. Hasil matriks EFAS pada faktor strategi peluang sarana transportasi yang memiliki skor tertinggi dengan nilai 0,53. Hal ini menunjukkan bahwa sarana

transportasi dapat menjadi sumber peluang utama dalam pengembangan tanaman obat endemik di daerah penelitian tersebut.

Sementara itu pada faktor strategi ancaman yang menjadi ancaman utama dalam pengembangan tanaman obat endemik adalah keterbatasan perambahan hutan memiliki skor terendah dengan nilai skor 0,20. Nilai faktor eksternal peluang dan ancaman didapatkan dari perkalian antara bobot dan rating yang menghasilkan total sebesar 2,62 dan di identifikasi posisi faktor eksternal pengembangan tanaman obat endemik oleh SAD di daerah penelitian tersebut diatas rata-rata dalam memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman.

4.5.3. Penentuan Posisi Pengembangan Tanaman Obat Endemik Oleh SAD Posisi prospek tanaman obat endemik diketahui melalui matriks IFAS yang dibuat berdasarka identifikasi faktor lingkungan internal dan matriks EFAS berdasarkan identifikasi faktor lingkungan eksternal. Faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Hasil identifikasi dari setiap faktor pada matriks IFAS dan matriks EFAS diberi nilai bobot dan nilai rating yang dikalikan untuk memperoleh skor. Pembobotan dan peratingan didapatkan dari hasil kuisioner, dimana nilai pembobotan diperoleh dari hasil kuisioner terhadap kelima temenggung/kepala adat Suku anak dalam. Hasil peratingan diperoleh dari kuisioner terhadap bagian tengganai/penasehat adat, pengelola ekosistem hutan, guru SAD, pendamping KAT yang mengetahui kondisi tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas. Bobot dan rating yang diambil pada masing-masing matriks merupakan nilai

rata-rata. Penilaian rata-rata pembobotan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9, penilaian rating yang dihasilkan dari kuisioner kepada key-expert Lampiran 11.

Nilai skor yang dihasilkan pada matriks IFAS dan matrik EFAS digunakan untuk menetukan posisi prospek pengembangan tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. Hasil perhitungan faktor internal dan eksternal digunakan untuk menentukan titik koordinat, sumbu horizontal adalah faktor internal selisih faktor kekuatan dikurangi faktor kelemahan.

Sedangkan sumbu vertikal adalah faktor eksternal yaitu merupakan selisih faktor peluang dikurangi faktor ancaman. Nilai skor digunakan untuk menentukan titik kuadran seperti berikut:

Nilai Tertimbang Kekuatan (S) 0.68 Nilai Tertimbang Kelemahan (W) 0.19

Selisih (S-W) 0,49

Nilai Tertimbang Peluang (O) 0.31 Nilai Tertimbang Ancaman (T) 0.24 Selisih (O-T) 0,07

Kelemahan (W) Kekuatan (S)

Peluang (O)

III I (Strategi Agresif)

0.49 ; 0.07

67

Gambar 3. Diagram Analisis SWOT Tanaman Obat Endemik Oleh SAD Berdasarkan Gambar 3. Menunjukkan selisih antara skor kekuatan dan kelemahan (0.49) merupakan sumbu-x, artinya semakin besar nilai kekuatan (+) maka nilai kelemahan akan semakin kecil, sedangkan selisih antara skor peluang dan ancaman (0,07) merupakan sumbu-y, semakin besar nilai peluang (+) maka nilai ancaman akan semakin kecil. Kedua sumbu tersebut ditarik garis lurus yang saling berpotongan dan menghasilkan posisi berada pada kuadran I berada di strategi SO yang artinya situasi yang sangat menguntungkan untuk mengembangkan tanaman obat endemik oleh SAD di wilayah terebut. Menurut Rangkuti (2015), kuadran I merupakan posisi yang menerapkan strategi dalam mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hartiana (2021) mengenai strategi pengembangan usahatani buah naga di Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo, menyatakan bahwa usahatani buah naga di Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo berada pada kuadran 1 dengan

Kelemah n (S)

Ancaman (T)

IV II

titik kuadran (0,14;0,36) ) dan strategi yang dapat diterapkan pada posisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy) atau strategi agresif (aggresive strategy), dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada yaitu strategi yang menunjukkan situasi yang menguntungkan.

4.5.4. Alternatif Strategi Pengembangan Tanaman Obat Endemik Oleh SAD Alternatif strategi pengembangan tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas diperoleh dari hasil analisis dan penentuan posisi strategi menggunakan matriks IFAS dan EFAS. Hasil didapatkan bahwa posisi strategi pengembangan tanaman obat endemik berada di kuadran I dengan titik (0,49 ; 0,07) yang merupakan strategi kombinasi SO (Strenghts-Oppurtunities). Strategi agresif yang menerapkan strategi dalam mendukng kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy). Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Lampiran 12 beberapa alternatif strategi yang dapat digunakan untuk mengembangakan tanaman obat endemik di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun sebagai berikut:

a. Strategi SO (Strength-Opportunities)

1. Memanfaatkan potensi wilayah untuk pengembangan serta pengalaman yang dimiliki oleh SAD dengan dukungan lembaga penelitian untuk mengembangkan tanaman obat endemik, contohnya:

adanya lahan percontohan/demplot tanaman obat endemik.

Memanfaatkan potensi wilayah untuk pengembangan serta pengalaman yang dimiliki oleh SAD dengan bantuan dari pemerintah

ataupunlembaga-lembaga penelitian yang dapat memberikan ilmu baru kepada SAD dalam mengembangkan tanaman obat endemik serta memanfaatkan potensi wilayah tanpa merusak ekosistem yang ada diwilayah tersebut.

2. Mengembangkan budidaya tanaman obat dengan iklim dan cuaca yang cocok, contohnya: diversifikasi lahan untuk membudidayakan tanaman obat endemik.

Dengan iklim dan cuaca yang cocok di daerah penelitian para responden terutama SAD dapat mengembangkan tanaman obat endemik dengan membudidayakan dengan mendiversifikasi lahan untuk menjaga ketersediaan tanaman obat tersebut dan dapat dijadikan obat-obatan herbal untuk penggunaan pribadi ataupun diperjual belikan.

3. Memanfaatkan ketersediaan tenaga kerja dengan adanya dukungan dari lembaga penelitian maupun dukungan pemerintah agar menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan, contohnya:

pelatihan serta penyuluhan dalam mengembangkan tanaman obat endemik.

Dengan banyaknya jumlah anggota keluarga SAD ataupun komunitas yang SAD punya, hal ini dapat dimanfaatkan dalam tenaga kerja dalam mengembangkan tanaman obat endemik dengan bimbingan ataupun bantuan dari pemerintah agar menciptakan SDM yang berkualitas dan terampil dengan melakukan pelatihan dan penyluhan secara mendalam

serta pengenalan hal-hal baru mengenai prospek dalam mengembangkan tanaman obat endemik ini.

b. Strategi WO (Weakness-Opportunities)

1. Memanfaatkan koperasi desa yang dapat membantu suku anak dalam untuk memperoleh modal dalam pengembangan tanaman obat.

Dengan adanya koperasi di desa penelitian dapat membantu SAD dalam memperoleh modal untuk mengembangkan tanaman obat endemik ataupun dapat membantu dalam menampung dan memasarkan tanaman obat yang diolah/diracik oleh SAD tersebut agar menjadi suatu usaha yang membantu ekonomi para SAD.

2. Memanfaatkan pasar tanaman obat untuk memperoleh relasi dalam memperkenalkan tanaman obat.

Dengan adanya pasar tanaman obat herbal diluaran dapat menjadi sebuah prospek dalam pengembangan untuk memperoleh relasi SAD dalam memperkenalkan tanaman obat endemik, sehingga tanaman obat endemik di daerah penelitian tersebut dapat dikenal oleh masayarakat luar secara luas.

3. Meningkatkan dukungan pemerintah dan lembaga penelitian untuk mengenalkan teknologi pengolahan yang modern.

Dengan meningkatkan dukungan dari pemerintah maupun lembaga-lembaga penelitian dalam mengembangkan tanaman obat endemik ini salah satunya dengan mengenalkan teknologi pengolahan modern sehingga tanaman obat yang dihasilkan menjadi efisien dan bernilai ekonomi serta dapat berkembang kedepannya.

c. Strategi ST (Strength-Threat)

1. Menjaga kelestarian wilayah hutan dari kegiatan perambahan agar tanaman obat tetap lestari dan dapat dibudidayakan.

Dengan potensi wilayah yang mendukung dalam hal pengembangan tanaman obat maka perlunya kesadaran dari para SAD maupun pihak lain dalam menjaga kelestarian wilayah hutan dari kegiatan perambahan hutan agar tanaman obat endemik tetap lestari dan dapat dibudidayakan serta dilakukannya pengembangan tanaman obat agar menjadi sebuah usaha yang berkelanjutan bernilai ekonomi bagi SAD.

d. Strategi WT (Weakness-Threats)

1. Meningkatkan relasi SAD untuk menambah pengetahuan mengenai cara mengatasi serangan hama dan penyakit pada tanaman obat endemik. contohnya: memberi pelatihan tentang kegiatan HPT pada tanaman.

Dengan meningkatkan relasi SAD dalam menambah wawasan pengetahuan dalam mengatasi serangan hama pada tanaman obat endemik agar tetap aman dan tidak mengurangi kandungan pada tanaman obat tersebut.