• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum Taman Nasional Bukit Duabelas

III.5. Konsep Pengukuran

4.2. Keadaan Umum Taman Nasional Bukit Duabelas

pasar dengan bangunan semi permanen, 1 minimarket/swalayan, 1 toko, 63 warung sembako, dan 7 warung makan sedangkan sarana ekonomi yang terdapat di Desa Pematang Kabau sebanyak 53 terdiri dari 1 pasar desa, 1 pasar dengan bangunan semi permanen, 4 mini market/swalayan, 6 toko, 23 warung sembako, 12 warung makan, dan 6 pedagang kaki lima.

4.1.3.4. Transportasi

Transportasi merupakan perpindahan manusia atau barang dari suatu tempat ketempat yang lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia ataupun mesin. Sarana trasnsportasi sangat berperan penting dalam mendistribusikan barang dan jasa termasuk mobilitas manusia. Jumlah angkutan darat yang ada di Desa Bukit Suban yaitu 7 truk dan 3 pick up sedangkan di Desa Pematang Kabau sebanyak 7 truk dan 6 pick up.

2. Barat : Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo

3. Selatan : Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun 4. Timur : Kecamatan Bathin XXIV Kabupaten Batang Hari

Visi pengembangan TNBD adalah terwujudnya fungsi kawasan pelestarian alam dan budaya komunitas Suku Anak Dalam atau Orang Rimba melalui sistem zonasi, yang memberikan sumbangan optimal bagi peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan masyarakat adat dan lokal serta pembangunan daerah dan nasional, yang mengangkat citra citra pengelolaan konservasi nasional. Menuju pencapaian visi tersebut, misi pengembangan TNBD ditegaskan sebagai berikut. (1) Menyelenggarakan pembangunan konservasi kawasan; (2) Menjamin kelangsungan eksistensi kawasan sebagai kawasan budaya dan sumber kehidupan ekonomi alternatif bagi komunitas SAD; (3) Menyelenggarakan kemandirian dan keberdaayaan masyarakat adat dan lokal serta kemitraan usaha dalam pemanfaatan sumber daya kawasan.

Menuju perwujudan visi dan misi yang telah diterangkan, dengan berpedoman pada kebijakan pengelolaan taman nasional dan dengan memperhatikan peran spesifik yang diemban serta tekanan dan ancaman yang dihadapi, pokok kebijakan pengelolaaan TNBD antara lain: (a) Memantapkan eksistensi kawasan sesuai dengan fungsinya, (b) Mengintegrasi kebijakan pengembangan kawasan ke dalam kebijakan pembangunan daerah, (c) Memperkuat sistem pengelolaan kawasan, (d) Memulihkan keutuhan habitat kawasan, dan (e) Meningkatkan manfaat sosial dan ekonomi kawasan.

4.3. Karakteristik Responden 4.3.1. Umur Responden

Umur merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam suatu kegiatan pekerjaan terutama dalam bertani untuk berfikir dan bertindak. Tingkat umur mempengaruhi kemampuan dalam produktivitas kerja, mengambil keputusan, dan bagaimana bertindak melakukan aktivitasnya. Menurut Hermanto (1996), umur memiliki pengaruh terhadap kemampuan fisik seseorang dalam mengelola pekerjaannya.

Berdasarkan hasil pengumpulan data umur responden dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Identitas Responden Berdasarkan Umur Di Daerah Penelitian Tahun 2022

Umur (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%)

<30 1 5

31-40 9 45

41-50 5 25

51-60 3 15

61-70 2 10

Jumlah 20 100

Sumber :Data Olahan Primer, 2022

Berdasarkan tabel 11 menunjukkan bahwa kelompok umur responden 31-40 tahun yaitu berjumlah 9 orang responden, umur yang masih produktif untuk mencapai suatu titik produktivitas yang memadai atau cukup dan umur responden 31-40 merupakan yang paling banyak dibandingkan responden yang lainnya. Maka dengan ini menunjukkan bahwa umur responden sangat ditentukan pada kelompok 31-40 tahun, sehingga umur merupakan satu titi tolak ukur menyerap dan bertindak secara cepat dan produktif. Menurut Mardikanto (1993), bahwa pada

rentang usia ini responden memiliki produktivitas dan kemampuan kerja yang relatif baik, dinamis, dan responsive terhadap inovasi.

4.3.2. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden

Jumlah tanggungan dalam keluarga merupakan banyaknya jumlah anggota keluarga yang terdiri atas istri, anak dan orang lain yang berada dalam satu rumah atau makan bersama tinggal bersama yang menjadi tanggungan kepala keluarga. Menurut Hanum (2018), jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah seluruh anggota keluarga yang masih sekolah atau tidak bekerja yang ditanggung oleh kepala keluarga yang akan berpengaruh pada aktivitas dan cara pengambilan keputusan serta kemampuan.

Dalam penelitian yang telah dilakukan jumlah tanggungan keluarga di daerah penelitian tersebut bahwa jumlah tanggungan keluarga cukup berpengaruh terhadap prospek pengembangan tanaman obat endemik di daerah penelitian. Dapat dilihat jumlah tanggungan keluarga responden di daerah penelitian sebagai berikut:

Tabel 12. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Di Daerah Penelitian Tahun 2022

Uraian Jumlah Tanggungan

Keluarga Frekuensi

(Orang) Persentase (%)

Temenggung 5-6 3 15

7-8 1 5

9-10 1 5

Pendamping KAT 4 2 10

Tengganai 2 1 5

7 1 5

Pengelola Ekosistem Hutan

4 1 5

Guru SAD 2 1 5

4 1 5

Masyarakat SAD 1-3 3 15

4-6 4 20

6-8 1 5

Jumlah 20 100%

Sumber :Data Olahan Primer, 2022

Tabel 12 menunjukkan jumlah tanggungan keluarga responden di daerah penelitian bahwa jumlah tanggungan keluarga sangatlah berpengaruh dalam proses pengembangan tanaman obat endemik yang dimana jumlah tanggungan keluarga yang paling banyak dimiliki oleh responden temenggung yaitu sebanyak 10 orang. Adapun jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap beban ekonomi yang dipikul masing-masing keluarga sehingga mendorong para kepala keluarga untuk bekerja keras demi kesejahteraan anggota keluarga .

4.3.3. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan mencakup pendidikan formal yang ditempuh responden merupakan faktor penting dalam usaha alih teknologi yang bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku responden agar mau dan mampu melaksanakan pekerjaan secara intensif, tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap cara berfikir, menerima dan mencoba hal baru.

Pendidikan menunjukkan tingkat pengetahuan, wawasan, pola pikir, dan perilaku seseorang. Adapun tingkat pendidikan yang dimiliki responden pada daerah penelitian sebagai berikut:

Tabel 13. Tingkat Pendidikan Responden di Daerah Penilitian Tahun 2022 Uraian Tingkat Pendidikan Frekuensi

(Orang) Persentase (%)

Temenggung Tidak Sekolah 5 25

Pendamping KAT SD 1 5

Strata 1 1 5

Tengganai Tidak Sekolah 2 10

Pengelola Strata 1 1 5

Ekosistem Hutan

Guru SAD SMA 2 10

Masyarakat SAD Tidak Sekolah 8 40

Jumlah 20 100%

Sumber :Data Olahan Primer, 2022

Tabel 13 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden di daerah penelitian bervariasi dari tidak sekolah sampai dengan Strata 1.

Sebagian besar responden yaitu temenggung dan masyarakat SAD di daerah penelitian tidak bersekolah yaitu sebesar 75 persen atau seluruh responden temenggung dan masyarakat SAD di daerah penelitian tersebut.

Adapun tingkat pendidikan responden lain pada pendamping KAT yaitu SD, tengganai tidak sekolah, Guru SAD pendidikan terkahirnya SMA , serta pada pendidikan terkahirnya Strata 1 yaitu pengelola ekosistem hutan dan salah satu pendamping dari KAT.

Maka dapat disimpulak bahwa tibgkat pendidikan terkahir responden yang terbesar yaitu pada temenggung atau kepala adata SAD yang tidak sekolah. Hal ini dikarenakan masyarakat SAD merupakan bagian dari suku adat minoritas yang ada di Provinsi Jambi, sehingga masyarakat SAD hanya berfokus untuk kehidupanya dalam bertahan hidup. Pengetahuan tentang bertani atau usaha lainnya SAD didapatkan melalui masayarakat luar desa sekitar, serta pelatihan dari pemerintah ataupun lembaga-lembaga yang ada. Masyarakat SAD memiliki keingintahuan yang besar terhadap suatu pengembangan terutama tanaman obat endemik.

4.4. Jenis dan Cara Pengolahan serta Pemanfaatan Tanaman Obat