• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis dan Cara Pengolahan serta Pemanfaatan Tanaman Obat Endemik Oleh SAD di Taman Nasional Bukit Duabelas KecamatanEndemik Oleh SAD di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan

III.5. Konsep Pengukuran

4.4. Jenis dan Cara Pengolahan serta Pemanfaatan Tanaman Obat Endemik Oleh SAD di Taman Nasional Bukit Duabelas KecamatanEndemik Oleh SAD di Taman Nasional Bukit Duabelas Kecamatan

Ekosistem Hutan

Guru SAD SMA 2 10

Masyarakat SAD Tidak Sekolah 8 40

Jumlah 20 100%

Sumber :Data Olahan Primer, 2022

Tabel 13 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden di daerah penelitian bervariasi dari tidak sekolah sampai dengan Strata 1.

Sebagian besar responden yaitu temenggung dan masyarakat SAD di daerah penelitian tidak bersekolah yaitu sebesar 75 persen atau seluruh responden temenggung dan masyarakat SAD di daerah penelitian tersebut.

Adapun tingkat pendidikan responden lain pada pendamping KAT yaitu SD, tengganai tidak sekolah, Guru SAD pendidikan terkahirnya SMA , serta pada pendidikan terkahirnya Strata 1 yaitu pengelola ekosistem hutan dan salah satu pendamping dari KAT.

Maka dapat disimpulak bahwa tibgkat pendidikan terkahir responden yang terbesar yaitu pada temenggung atau kepala adata SAD yang tidak sekolah. Hal ini dikarenakan masyarakat SAD merupakan bagian dari suku adat minoritas yang ada di Provinsi Jambi, sehingga masyarakat SAD hanya berfokus untuk kehidupanya dalam bertahan hidup. Pengetahuan tentang bertani atau usaha lainnya SAD didapatkan melalui masayarakat luar desa sekitar, serta pelatihan dari pemerintah ataupun lembaga-lembaga yang ada. Masyarakat SAD memiliki keingintahuan yang besar terhadap suatu pengembangan terutama tanaman obat endemik.

4.4. Jenis dan Cara Pengolahan serta Pemanfaatan Tanaman Obat

Berdasarkan hasil wawancara dengan key informan dari para temenggung SAD atau kepala adat SAD di daerah penelitian tersebut didapatkan bahwa tanaman obat yang sering digunakan sebagai obat tradisional terdapat 5 jenis tanaman obat yaitu, akar kancil, akar kuning, kunyit rimba, akar selusuh, dan pulai, Selanjutnya informasi dari key informan dikonfirmasi dan dikembangkan lagi melalui kegiatan wawancara dengan responden yang berada dan mengetahui cara pengolahan dari tanaman obat yang sering digunakan tersebut di daerah penelitian tersebut.

Berdasarkan penjelasan dari key informan mengenai jenis-jenis tanaman obat yang digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional komunitas SAD di daerah penelitian tersebut. Jenis tanaman obat tersebut didapatkan di sekitaran hutan ataupun kebun mereka dan sebagian didapatkan di dalam area hutan TNBD, dari 5 jenis tanaman obat endemik diatas. Berikut gambaran secara umum dari tanaman obat tersebut:

1. Akar Kancil (Smilax zeylanica L)

Tanaman ini termasuk kedalam famili Smilacaceae yang memiliki bentuk batang: bulat, berkayu, permukaan halus, berduri, hijau dan keputih-putihan. Daun tunggal lonjong, berseling, panjang 10-11 cm, lebar 5-8 cm, ujung lancip,pangkal tumpul, pertulangan melengkung, tangkal silindris, panjang tangkal daun 0,5 cm warna hijau. Akar: Serabut, putih kecoklatan, tanaman ini memiliki nama lain yaitu akar penyegar atau gadung cina.

Bagian yang dimanfaatkan tanaman obat ini yaitu akar yang mengandung polifenol, alkaloid, dan tanin (Algopeng, 2017).

2. Akar Kuning (Arcangelisia Flava L)

Tanaman obat ini termasuk kedalam famili Menispermaceae yang merupakan jenis tumbuhan liana, memanjat, menahun dan panjangnya dapat mencapai 20 m, batang utama sebelum bercabang dua besarnya seperti lengan/betis orang dewasa, batang bulat, membelit, kasar dan berwarna coklat kehitaman, batang mengandung air berwarna kuning dan rasanya pahit. Bagian yang dimanfaatkan tanaman obat ini yaitu akar yang memiliki kandungan kimia alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, dan antraquinon (Algopeng, 2017).

3. Kunyit Rimba (Ammomum sp)

Tanaman obat ini merupakan tumbuhan herba yang termasuk kedalam famili Zingiberaceae tanaman ini mempunyai bentuk daun lanset memanjang dengan ujung runcing permukaan daun licin, dan terdapat bercak-bercak putih. Bagaian yang dimanfaatkan yaitu bagian rimpangnya yang memiliki kandungan kimia flavonoid, saponin, dan steroid (Algopeng, 2017).

4. Selusuh (Evodia latifolia)

Tanaman obat ini merupakan tanaman pohon dengan tiinggi 25 m dengan diameter mencapai 45 cm. Daun tunggal dengan bentuk lanset permukaan kasap, pada kulit kayunya yang retak terdapat damar yang berwarna bening dan kuning pucat. Bagian yang dimanfaatkan tanaman ini yaitu akar dan batangnya yang memiliki kandungan kimia alkaloid, dan saponin (Algopeng, 2017).

5. Pulai (Alstonia scholaris)

Tanaman ini merupakan tanaman keras yang memiliki pohon tinggi 20-25 m dengan diameter 40-60 cm. Daunnya hijau mengkilap dengan bagian bawah dau berwarna lebih pucat menjari dengan jumlah tiga ssampai sepuluh daun. Kulit kayunya tidak memiliki bau namun memiliki rasa yang pahit, dengan getah yang cukup banyak. Bagian yang dapat dimanfaatkan pada tanaman ini yaitu akar, getahnya, dan kulit yang memiliki kandungan kimia alkaloid, saponin, dan tanin (Algopeng, 2017).

Berdasarkan penjelasan secara umum mengenai tanaman obat endemik yang sering digunakan oleh SAD dalam pengobatan tradisional.

Berikut hasil wawancara dengan responden yang dipercaya dan mengetahui cara mengolah tanaman obat tersebut:

a. Wawancara dengan bapak temenggung Grip selaku kepala adat di wilayah punti kayu 1 dan sebagai key informan mengenai cara mengolah dan memanfaatkan akar kancil sebagai pengobatan tradisional. Beliau menjelaskan secara singkat mengenai cara mengolah akar kancil ini yaitu dengan membersihkan bagian akar kancil tersebut lalu direbus menggunakan air bersih hingga mendidih lalu saring air rebusan tersebut dan diminum langsung, keutamaan obat ini menurut beliau yaitu sebagai penyegar atau obat kuat serta rematik.

Sedangkan dari hasil wawancara dengan salah satu tengganai atau penasihat temenggung yaitu pak Basemen yang menjelaskan tanaman akar kancil itu cukup mudah diolah dan dimanfaatkan untuk pengobatan seperti demam, dan penyegar tubuh yaitu hanya cukup di bersihkan dan rendam bersama air hangat atau panas lalu diminum sebanyak 3 kali sehari cukup.

b. Wawancara dengan bapak temenggung Nangkus menerangkan bahwa cara pengolahan tanaman obat SAD sebenarnya masih secara tradisional atau dengan cara mereka sendiri yang diyakini oleh SAD itu sendiri, seperti dalam mengolah tanaman obat akar kuning menurut bapak nangkus selaku temenggung tanaman ini memiliki manfaat sebagai obat sakit kuning, demam, dan malaria. Dengan cara pengolahan yang cukup mudah yaitu bersihkan akar kuning yang didapatkan dari sekitaran hutan atau kebun biasanya lalu direbus bersamaan dengan air tunggu hingga mendidih dan disaring airnya saja lalu diminum sampai keadaan membaik, sisa rempah akar tadi masih dapat digunakan 2-3 kali asal dikeringkan setelah digunakan.

Sedangkan penuturan oleh bapak H. Jailani sebagai petuah adat SAD tanaman obat ini sangat penting bagi kelompok mereka terutama bagi SAD yang masih hidup di dalam hutan karena mereka untuk bersosialisasi keluar masih kurang karena menjaga adat mereka, jadi ketika ada yang sakit mereka menggunakan tanaman obat itu sebagai pertolongan pertamanya salah satunya tanaman akar kuning ini yang digunakan untuk pengobatan sakit malaria dan demam yang sering mereka alami. Cara pengolahan yang begitu mudah dengan cara diseduhkan bersama air panas lalu diminum saja tanpa ada tambahan bahan-bahan lainnya.

c. Wawancara dengan bapak temenggung Bepayung mengenai tanaman obat yang sering beliau olah dan racik salah satunya yaitu kunyit rimba yang memiliki manfaat sebagai obat herbal dalam mengatasi infeksi pada pusar bayi atau sebagai antibiotik agar bayi yang baru lahir pusar nya tidak mengalami infeksi atau

keserang bakteri, menurut bapak bepayung hal tersebut perlu dilakukan karena mereka hidup di hutan dan rawan akan penyakit yang menyerang salah satunya pada bayi yang baru lahir. Untuk cara pengolahan kunyit rimba sebagai obat yaitu dengan cara diparut dan digosokkan saja ke bagian pusar bayi tersebut secara merata.

Sedangkan penjelasan bapak tengganai Basemen dalam mengolah tanaman obat kunyit rimba ini memang mudah atau simple karena tinggal diparut saja lalu digosokkan tetapi harus tetap menjaga kebersihannya karena sebagai obat untuk bayi atau anak kecil yang kulitnya masih sensitive maka dari itu perlu adanya pembersihan dulu pada kunyit rimba yang telah diambil dari sekitaran hutan atau kebun dan diletakkan ditempat yang bersih dalam mengolahnya.

d. Wawancara dengan bapak temenggung meladang mengenai cara pengolahan

dan pemanfatan tanaman obat salah satunya yaitu selusuh yang dimanfaatkan masyarakat SAD sebagai pengobatan tradisional bagi ibu yang melakukan persalinan sebelum maupun setelah persalinan dilakukan, menurut penjelasan bapak meladang tanaman selusuh ini yang digunakan bagian akarnya yaitu sebagai penambah tenaga untuk ibu yang akan melakukan persalinan. Cara pengolahan akar selusuh ini yaitu dengan cara merebus akar tersebut lalu diminumkan ke ibu yang akan melakukan persalinan dan jika sebelum persalinan akar selusuh tersebut dikerik menjadi serbuk dan tambahkan air agar lembut lalu digosokkan ke bagian perut sebagai pengendur urat agar tidak terlalu kencang.

Berdasarakan wawancara dengan pak Basemen dalam mengolah tanaman obat akar selusuh ini hanya dilakukan diwaktu tertentu pada saat di kelompok tersebut akan melakukan persalinan yaitu dengan cara merebus akar selusuh tersebut lalu disaring dan diminum sebelum ataupun setelah persalinan agar tenaga tetap bugar bagi ibu yang melakukan persalinan.

e. Wawancara mengenai tanaman obat yaitu pulai dengan bapak temenggung Bebayang mengenai cara pengolahan dan memanfaatkan tanaman obat tersebut, menurut bapak Bebayang tanaman pulai ini biasanya mereka gunakan bagian getahnya untuk mengobati sakit gigi, pengolahannya hanya mengambil getah yang segar dari batang pulai tersebut lalu oleskan ke bagian gigi yang sakit saja.

Sama halnya dengan bapak Bebayang penjelasan dari bapak H. Jailani beliau menggunakan tanaman pulai ini sebagai obat sakit gigi yang pengolahannya hanya mengambil getahnya lalu di oleskan ke bagian gigi yang sakitnya saja.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para temenggung sebagai responden didapatkan cara pengolahan dan pemanfaatan tanaman obat yang dilakukan oleh masyarakat SAD diantaranya yaitu direbus, diparut, dan dikerik. Kemudian khasiat dari tanaman obat yang dimanfaatkan oleh masayarakat SAD diantaranya ialah sebagai obat demam, obat kuat, disentri, sakit kuning, malaria, infeksi pusar bayi, memabantu persalinan ibu hamil dan pasca melahirkan, dan untuk obat sakit gigi.

Tabel 14. Cara Pemanfaatan Tanaman Obat Endemik Oleh SAD No Nama Tanaman Khasiat Kandungan

Kimia

Cara Pengolahan Akar Kancil

(Smilax zeylanica L)

Obat kuat, Rematik

Polifenol, alkaloid, tannin

Bersihkan akar dari tanah menggunakan air dan keringkan, lalu panaskan 1 gelas air dan masukan akar

yang telah dibersihkan tadi tunggu hingga air mendidih, lalu minum selagi hangat.

2 Akar Kuning (Arcangelisia

Flava L)

Sakit kuning, Malaria

Alkaloid, saponin,flavonoid,

tannin, antraqunon

Sisihkan bagian akarnya lalu cuci bersih menggunakan air setalah itu keringkan, lalu rebus air secukupnya dan masukkan akar kancil yang sudah bersih tadi, lalu minum air selagi hangat.

3 Kunyit Rimba (Ammomum sp)

Infeksi pusar bayi

Flavonoid, saponin,steroid

Bersihkan kunyit rimba lalu cuci hingga bersih, setelah itu parut kunyit rimba tersebut secukupnya, lalu gosokkan ke bagian pusar bayi yang infeksi.

4 Selusuh

(Evodia latifolia)

Stamina bagi ibu persalinan

Alkaloid, saponin Bersihkan akar selusuh menggunakan air, setelah bersih ada 2 langkah untuk mengolahnya yang pertama, rebus air dan kulit akar selusuh hingga mendidih dan yang kedua, kerik kulit akar selusuh dan pisahkan serbuknya, lalu minum air rebusan dan usapkan serbuk akar yang sudah dikerik kebagian perut.

5 Pulai

(Alstonia scholaris)

Sakit gigi Alkaloid, saponin, tanin

Ambil getah pada tumbuhan pulai tersebut lalu oleskan pada bagian gigi yang sakit, dengan takaran sekali oles dalam

sehari.

Sumber : Olahan Data Primer 2022

4.5. Analisis SWOT Pengembangan Tanaman Obat Endemik Oleh SAD di