Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemahaman masyarakat terhadap bank syariah di Kampung Adi Jaya adalah masyarakat hanya mengetahui keberadaan bank syariah namun belum memahami bank syariah secara detail. Hanya sebagian masyarakat saja yang memahami bank syariah, bahkan ada pula yang sama sekali tidak mengetahui tentang bank syariah. Kebanyakan masyarakat belum mengetahui produk dan layanan apa saja yang tersedia di bank syariah. Kurangnya pemahaman masyarakat disebabkan oleh kurangnya informasi yang diperoleh dari bank syariah dan media seperti televisi, media cetak dan media sosial, sehingga membuat masyarakat tidak mengetahui apa itu bank syariah dan produk apa saja yang tersedia dari bank syariah.
Penelitian yang berjudul “Analisis Preferensi Masyarakat Terhadap Prinsip Bagi Hasil Pada Bank Syariah Di Wilayah Banda Aceh” Penelitian ini membahas tentang: Kebanyakan masyarakat sudah mengetahui apa itu bank syariah, namun belum mengetahui produk apa saja yang ditawarkan oleh produk perbankan tersebut. Masyarakat tentu tidak tertarik untuk menggunakan jasa bank syariah karena menganggap fasilitas pendukung bank syariah masih kalah dengan fasilitas bank konvensional. Kecuali bagi masyarakat yang mempunyai keinginan kuat untuk menabung di bank syariah, karena ingin terhindar dari unsur riba. Saat ini sebagian besar masyarakat hanya melihat bahwa nilai tambah bank syariah adalah halal dan aman, lebih menjanjikan kebaikan akhirat, serta lebih fokus membantu sesama dibandingkan bank konvensional.
Memang benar, namun bank syariah juga mempunyai keunggulan global karena produknya tidak kalah bersaing dengan produk perbankan konvensional dan bagi hasil yang ditawarkan juga tidak kalah menguntungkan dibandingkan bunga. Dengan pesatnya pertumbuhan bank syariah yang ditandai dengan semakin banyaknya bank konvensional yang akhirnya mendirikan unit syariah, hal ini membuktikan bahwa bank syariah mempunyai tingkat kompetensi yang tinggi. Bank syariah hendaknya memperkenalkan bagi hasil yang berlaku pada bank syariah kepada masyarakat luas agar kesadaran masyarakat meningkat dan hal ini dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih menggunakan jasa perbankan syariah.
Bagi pihak yang ingin melakukan penelitian mengenai preferensi nasabah mengenai prinsip bagi hasil pada bank syariah, disarankan untuk memperluas wilayah penelitiannya.
Perbankan Syari’ah
- Pengertian Bank Syari’ah
- Fungsi dan Peran Bank Syari’ah
- Tujuan Bank Syariah
- Karakteristik Produk Bank Syariah
- Sistem Bagi Hasil a. Pengertian Bagi hasil
Dalam hal ini pengertian bank syariah dan bank syariah adalah sama, yaitu sistem perbankan yang berdasarkan hukum Islam (Syariah). Orang yang menikmati riba tidak tahan, malah seperti kerasukan setan karena gila. Hadits di atas menyebutkan bahwa laknat Nabi Muhammad SAW ditujukan kepada semua orang yang melakukan bisnis riba.
Bank syariah dalam menjalankan usahanya menggunakan pola bagi hasil yang menjadi landasan utama dalam seluruh operasionalnya baik dalam produk pendanaan, pembiayaan dan produk lainnya. Produk perbankan syariah serupa namun tidak sama dengan produk perbankan konvensional karena adanya larangan riba, gharar dan maysir. Sebagai suatu usaha yang dibangun atas dasar kemaslahatan umat baik dunia maupun akhirat, maka bank syariah harus menjalankan fungsi dan perannya sesuai dengan ajaran Islam dimana ajaran tersebut berlandaskan Al-Quran dan Hadist.
Fungsi dan peran bank syariah tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) sebagai berikut: 33. Melalui produk perbankan syariah yang ada, masyarakat akan menjadi sadar akan pentingnya berbagi. dan pembagian keuntungan. Dengan demikian, dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bagi hasil adalah suatu sistem pengelolaan dana yang di dalamnya dapat terjadi pembagian hasil usaha antara bank dan penyimpan.
Prinsip bagi hasil (Profit Sharing) merupakan ciri umum dan pada prinsipnya menjadi dasar fundamental operasional bank syariah secara keseluruhan. Keempat pendapat tersebut mendefinisikan musyarakah dengan cara yang sama sehingga dapat disimpulkan bahwa musyarakah adalah perjanjian kemitraan antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak menyumbangkan uang dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan dibagi bersama-sama sesuai dengan yang dikehendaki. dengan kesepakatan, kesepakatan ditentukan di awal. Penerapan yang dilakukan oleh bank syariah, musyarakah merupakan kerjasama antara bank dengan nasabah dan bank sepakat untuk membiayai usaha atau proyek tersebut bersama-sama dengan nasabah sebagai pemrakarsa proyek dengan besaran berdasarkan persentase tertentu dari total biaya proyek pada dasar bagi hasil berdasarkan hasil yang diperoleh dari perusahaan atau proyek berdasarkan persentase bagi hasil yang diterapkan terlebih dahulu.
Setelah proyek selesai, konsumen mengembalikan dana proyek beserta bagi hasil yang disepakati oleh pihak bank. Al-muzara’ah adalah kerjasama pengelolaan pertanian antara pemilik tanah dan penggarap, dimana pemilik tanah memberikan tanah pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagi hasil (persentase) tertentu dari hasil panen. Dalam konteks lembaga keuangan syariah, mereka dapat memberikan pembiayaan kepada konsumen yang bergerak di sektor perkebunan atau pertanian berdasarkan prinsip bagi hasil hasil panen.
Al-Musaqah merupakan bentuk muzaro'ah yang lebih sederhana dimana pelaku hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan sebagai imbalannya, pelaku berhak atas bagian hasil panen. Musaqah merupakan bentuk muzara'ah yang lebih sederhana dimana pelakunya hanya bertanggung jawab pada penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalannya, praktisi berhak mendapat bagian tertentu dari hasil panennya.
Kerangka Konseptual
Akad al-musaqah yang dipersetujui mengikat kedua belah pihak, sehingga tidak ada pihak yang dapat membatalkan akad tersebut, kecuali ada alasan (halangan) yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan akad yang telah dipersetujui. Atas dasar ini, pemilik ladang mempunyai hak untuk memaksa petani bekerja, kecuali petani itu lemah. Petani bercucuk tanam tidak boleh membuat kontrak al-musaqah lain dengan pihak ketiga kecuali dengan kebenaran pemilik ladang (pihak pertama).
Segala hasil panen wajib menjadi milik salah satu pihak yang mengadakan perjanjian, sehingga makna persekutuan tidak tercantum dalam akad. Menuntut hasil panen dalam jumlah tertentu kepada salah satu pihak, misalnya setengah dan seterusnya, atau bagian petani misalnya dalam bentuk uang, maka makna al-musaqah sebagai kesatuan dalam panen sudah tidak ada lagi. Diwajibkan bahwa membajak tanah adalah kewajiban petani, karena dalam akad al-musaqah pekerjaan seperti itu bukanlah tugas petani.
Proposal skripsi ini berjudul “Analisis Pemahaman Masyarakat Terhadap Prinsip Bagi Hasil Pada Perbankan Syariah”. Judul ini mengandung unsur kata pokok yang hendaknya dibatasi maknanya agar pembahasan dalam proposal skripsi ini lebih terarah dan konkrit. Gambaran konseptual yang membatasi makna yang dikaitkan dengan judul akan memudahkan pemahaman terhadap isi pembahasan. Pemahaman Masyarakat Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian berasal dari kata dasar “mengerti” yang berarti banyak ilmu, pendapat, pandangan, pandai dan benar-benar memahami sesuatu.
Bagi hasil: Bagi hasil merupakan ciri umum dan landasan operasional bank syariah secara keseluruhan.Pada prinsipnya dalam perbankan syariah yang paling banyak digunakan adalah akad pokok al-musyarakah dan al-mudharabah, sedangkan al-muzara'ah dan al- -musakah digunakan khusus untuk pembiayaan atau pembiayaan perkebunan oleh beberapa bank syariah. 21 Tahun 2008 pasal 1 ayat (1) Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank syariah dan badan usaha syariah termasuk kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam menjalankan kegiatan usaha. Dalam Pasal 1 ayat (7) UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa bank syariah adalah bank yang melakukan kegiatan.
Pasal 1 ayat (12) menyatakan Prinsip Syariah adalah asas hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang menetapkan fatwa syariah.
Kerangka Pikir
PUJIAN 3. IMBALAN