Lahmuddin Lubis mengatakan bimbingan adalah proses pemberian bantuan atau bimbingan kepada konseli (klien) secara terus menerus dan sistematis, sehingga klien atau konseli dapat memahami dirinya (self-understanding), menerima dan mewujudkan gagasannya tentang dirinya (self). . -realisasi), yang sesuai dengan potensi dan kemampuannya, dapat beradaptasi dengan lingkungannya, baik dalam keluarga, pendidikan, pekerjaan atau masyarakat. 10. Surya dan Dajumhur menjelaskan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis kepada individu untuk membantunya menemukan solusi dalam memecahkan permasalahannya, dimana individu diharapkan mampu memahami dirinya sendiri (self-understanding), mampu menerima diri (Self-Acceptance), mampu mengarahkan diri sendiri, (Self-Direction) dan mampu mewujudkan diri (Self-Actualization) yang sesuai dengan potensi dan kemampuannya sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau masyarakat 11 3. Rachmad Natawidjaja menyatakan bahwa konseling adalah suatu proses pemberian bantuan, yang dilakukan secara terus menerus kepada individu atau kelompok, agar mereka dapat memahami diri dan potensi yang dimilikinya, sehingga individu dapat digiring ke arah yang wajar. dan berperilaku normal yang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan kehidupan pada umumnya khususnya pendidikan, karir, keluarga dan masyarakat.
Bimbingan keagamaan demikian dilakukan untuk memberikan kejernihan batin sesuai dengan ajaran agama. Inti dari pelaksanaan bimbingan ini adalah ilham keagamaan bagi seseorang dalam kaitannya dengan penyelesaian permasalahan yang ada dalam hidupnya. Pemahaman tersebut mungkin bisa kita ambil kesimpulan bahwa bimbingan agama merupakan upaya untuk memberikan bantuan fisik dan mental kepada seseorang mengenai kehidupan sekarang dan masa depan. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan agama atau bimbingan agama adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu atau kelompok, yang dalam hal ini terus menerus dilakukan oleh pendampingan kepada individu, dalam hal ini narapidana, mengenai nilai-nilai ajaran agama khususnya ajaran agama Islam, agar individu dapat mengenali diri dan potensi yang dimilikinya, menyesuaikan diri (menyesuaikan diri) dengan lingkungannya secara positif, mencari solusi untuk menyelesaikan segala persoalan hidupnya, dan Diharapkan mampu menciptakan kesadaran dan pasrah kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, serta meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Tujuan Bimbingan KeAgamaan
Kepemimpinan keagamaan bertujuan untuk menumbuhkan kecerdasan emosional individu atau kelompok yang mampu mengembangkan rasa solidaritas, toleransi, gotong royong, kesetiaan dan kasih sayang terhadap sesama. Tujuan kepemimpinan keagamaan secara umum adalah mewujudkan individu atau kelompok yang mampu mewujudkan hakikat dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan yaitu manusia sempurna, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Kepemimpinan agama membantu individu atau kelompok untuk menghadapi permasalahan dan mencegah timbulnya permasalahan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat.
Bimbingan keagamaan memberikan arahan kepada individu atau kelompok untuk menjaga lingkungan dan mampu menempatkan diri pada situasi dan kondisi yang ada.
Fungsi Bimbingan KeAgamaan
Berdasarkan tujuan tersebut, maka diketahui bahwa tujuan bimbingan keagamaan adalah untuk membantu para narapidana dalam mengenali dan memahami diri, potensi dan kemampuannya, yang berguna dalam proses pengentasan permasalahan yang dihadapinya, sehingga individu dapat terpelihara dan berkembang. dan mengaktualisasikan dirinya mampu secara mandiri beradaptasi positif terhadap lingkungan. Al-Qur'an) dan kami pun tidak mengetahui apa itu agama, namun Kami jadikan Al-Qur'an sebagai cahaya yang dengannya Kami menunjukkan siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Lutfi menyatakan bahwa bimbingan mental mempunyai lima fungsi penting, yaitu pemahaman, pencegahan, pengentasan masalah, perbaikan dan pengembangan mental individu untuk mencapai kondisi yang sempurna.21 Fungsi bimbingan keagamaan, sebagaimana dikemukakan oleh Syamsul Yusuf, digambarkan sebagai kegiatan memberikan pemahaman atau membantu klien (konsultan) dalam memahami diri dan potensinya.
Uji coba merupakan suatu fungsi bimbingan dimana konselor (konselor) mengupayakan kegiatan preventif terhadap berbagai permasalahan yang berpotensi timbul, bahkan dalam hal dapat timbul permasalahan baru dalam suatu permasalahan, atau kembalinya permasalahan lama. Para pelestari lingkungan membantu individu mengubah situasi dan kondisi yang tadinya tidak baik menjadi lebih baik. Fungsi perkembangan atau developmental merupakan fungsi bimbingan dimana pembimbing (konselor) berupaya mengembangkan potensi dan kemampuan klien serta mengarahkannya ke lingkungan yang lebih positif untuk mengembangkan diri klien.
Fungsi kuratif atau remedial, yang lebih sering disebut kegiatan penyembuhan, merupakan fungsi pendampingan dimana konselor berusaha membantu klien menghadapi dan memecahkan permasalahannya. Penyaluran merupakan fungsi bimbingan yang meliputi pemberian bantuan kepada individu dalam bentuk bimbingan terhadap kegiatan, ekstrakurikuler, jurusan atau program studi yang dianggap tepat dan berdampak positif terhadap perkembangan pribadi individu. Adaptasi merupakan fungsi bimbingan dimana pengelola berupaya untuk memastikan bahwa kegiatan bimbingan dapat beradaptasi secara optimal, dimana klien juga dapat beradaptasi dengan kegiatan dan lingkungan yang ada.
Adaptasi merupakan fungsi bimbingan dimana mentor menginstruksikan klien untuk beradaptasi dengan lingkungan yang positif bagi klien dan sebaliknya membantu klien untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Metode dan Teknik Bimbingan KeAgamaan
Secara umum kegiatan bimbingan tidak lepas dari kebutuhan untuk mengisi informasi sebagai data dalam kajian suatu masalah. Walaupun penggunaan metode wawancara ini sering dikritik karena mempunyai berbagai kelemahan, namun metode ini masih sangat akurat untuk digunakan dalam proses bimbingan dan konseling keagamaan. Metode selanjutnya yang umum digunakan dalam melakukan kegiatan bimbingan dan konseling adalah metode bimbingan kelompok.
Metode ini mencakup kegiatan yang dirancang untuk memperoleh data kelompok, serta mengadakan diskusi kelompok untuk melihat bagaimana suatu masalah dilihat dari sudut pandang individu yang berbeda dalam kelompok. Mentor juga harus mengambil lebih banyak inisiatif dan memenuhi peran instruksional dan memfasilitasi, dalam hal ini dia mengarahkan klien dan memberikan masukan. Metode yang berpusat pada klien ini sering disebut dengan metode non-direktif atau metode tanpa arah, dimana metode ini menggunakan pandangan bahwa klien dalam hal ini manusia adalah makhluk yang utuh, dalam hal ini mempunyai daya dan kemampuan untuk mengembangkan dan memantapkan dirinya. (Konsistensi Diri).
Hulme dan Wayne K. Climer menjelaskan bahwa metode ini sangat tepat diterapkan dalam kegiatan konseling keagamaan yang dilakukan oleh konselor agama (konseling pastoral). Cara ini sebenarnya hampir sama dengan metode client centered diatas, perbedaannya hanya terletak pada upaya mengungkap sumber perasaan yang menjadi beban tekanan batin klien dan mengaktifkan kekuatan mental atau energi (potensi dimensional) klien. . dengan memahami realitas situasi yang dialaminya. Oleh karena itu, inti dari metode ini adalah memberikan “Insight” dari klarifikasi (penerangan) terhadap unsur-unsur psikologis yang menjadi sumber konflik seseorang.
Metode ini muncul dari pandangan bahwa semua orang, ketika pikiran dan perasaannya ditekan oleh kesadaran dan perasaan atau motif yang ditekan, masih aktif mempengaruhi seluruh perilakunya, meskipun terjebak dalam alam bawah sadar (Das Es), yang dia sebut "Kompleks Depresi". Kedua, teknik batin, berupa teknik bimbingan keagamaan yang diimplementasikan dalam perilaku berdoa dan berharap, dalam hal ini diterapkan dalam hati.
Materi Bimbingan KeAgamaan
Kepercayaan seterusnya ialah kepercayaan kepada malaikat Tuhan, yang bermaksud percaya kepada kewujudan malaikat dan tugas mereka. Kepercayaan seterusnya ialah kepercayaan kepada kitab-kitab Tuhan iaitu percaya kepada kewujudan kitab Tuhan sebagai kitab yang diturunkan kepada nabi atau rasul dengan kandungan firman Tuhan yang ditujukan untuk seluruh umat manusia. Kitab-kitab yang dijelaskan dalam pengajian Islam ialah Zabur, Taurat, Injil dan Al-Quran. Akidah tersebut seterusnya merangkumi konsep kepercayaan kepada nabi atau rasul Allah SWT, yang meyakini adanya nabi atau rasul sebagai umat pilihan Allah SWT, yang merupakan penerima wahyu daripada-Nya, yang tugasnya meneruskan penyampaian. wahyu kepada seluruh umat manusia hendaklah dijadikan panduan hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Keyakinan berikutnya adalah keyakinan akan adanya hari akhir atau hari kiamat, keyakinan bahwa Allah SWT menentukan hari akhir sebagai akhir kehidupan dunia, sekaligus awal mula kehidupan akhirat. Syahadat berikut ini memuat konsep keimanan mengenai adanya Qadha dan Qadhar atau takdir yang ditentukan oleh Allah SWT yang artinya meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan takdir dalam kehidupan seluruh makhluk hidup 27 b. Kata syari’ah secara bahasa berarti jalan (menuju sumber air) yang ditentukan untuk ditempuh, dalam hal ini wajib bagi setiap umat Islam.
Ibadah adalah suatu kegiatan keagamaan yang dilakukan untuk mengikuti dan menaati apapun yang diperintahkan dan diridhai oleh Allah SWT. dan disetujui oleh-Nya. Muamalah merupakan kajian Islam tentang hubungan manusia dengan makhluk hidup lainnya, dalam hal ini manusia dan lingkungannya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Syariah adalah hukum atau aturan Tuhan mengenai bagaimana menciptakan hubungan dengan Tuhan, dengan orang lain, dan dengan lingkungan alam.
Moralitas merupakan suatu sistem kehidupan yang kompleks, yang terdiri dari perilaku baik dan nalar positif sebagai ciri-ciri yang menjadikan manusia istimewa. Ciri-ciri yang ada membentuk kerangka psikologis seseorang dan membentuknya menjadi pribadi yang berperilaku sesuai hakikatnya dan mempunyai nilai-nilai yang sesuai dengan dirinya meskipun dalam keadaan yang tidak menyenangkan.
Bentuk-Bentuk Bimbingan KeAgamaan
- Narapidana
- Kesadaran Beragama
- Bagan Kerangka Pikir
- Hipotesis Penelitian
- Definisi Operasional Variabel
Oleh karena itu, kesadaran beragama berarti keadaan dimana seorang individu menyadari dan memahami aspek-aspek keagamaan yang melekat pada dirinya, sehingga individu tersebut mewujudkan perilaku dan sikap keagamaan dalam kehidupan hidupnya.39. Kesadaran beragama akan membawa individu pada konsep pengalaman keagamaan berupa perasaan yang timbul dari keyakinan yang berakar pada tindakan atau perilaku (amaliyah). Kesadaran beragama juga mencakup perasaan keagamaan, pengalaman terhadap Tuhan, keimanan, sikap dan perilaku keagamaan, yang terorganisir dalam sistem mental kepribadian.
Dengan hasil yang presisi, jelas bahwa kesadaran beragama lebih banyak terjadi pada orang dewasa dan lanjut usia. Kepribadian ini dinilai sangat mempengaruhi kesadaran beragama, dimana individu dengan kepribadian positif akan memiliki kesadaran beragama yang lebih baik. Keluarga yang menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anggota keluarganya tentu akan menciptakan kesadaran beragama yang baik.
Kesadaran beragama akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan masyarakat itu sendiri, dimana masyarakat sebagai pembawa budaya, nilai-nilai moral dan etika akan membawa banyak nilai-nilai yang ditanamkan pada setiap anggota masyarakat. Diketahui pula nilai-nilai keagamaan yang banyak muncul dari lingkungan masyarakat, sehingga kesadaran beragama tentunya cukup kuat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat.44. Untuk mengetahui kesadaran beragama seseorang tentunya diperlukan kajian yang mendalam mengenai hubungan antara kesadaran individu dengan agama itu sendiri.
Indikator kesadaran beragama terdiri dari indikator pemahaman beragama (kognitif), dimana individu mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang apa itu agama bagi dirinya. Dari hipotesis di atas, penulis mempunyai dugaan sementara bahwa terdapat hubungan antara bimbingan keagamaan bagi narapidana dengan kesadaran beragama. Untuk menghindari salah tafsir, sebaiknya peneliti menjelaskan tujuan penelitian yang berjudul “Hubungan Pembinaan Keagamaan Narapidana dengan Kesadaran Beragama di Lapas Polewali Mandar”.
Oleh karena itu, kesadaran beragama berarti suatu keadaan dimana individu menyadari dan memahami aspek-aspek keagamaan yang dimilikinya, sehingga individu tersebut menunjukkan perilaku dan sikap keagamaan dalam hidupnya.