10
BAB II
STUDI KELAYAKAN AWAL
2.1. Seleksi Proses
Pabrik metanol ini menggunakan bahan baku yang berasal dari gas alam. Proses produksi yang direncanakan meliputi preparasi bahan baku, proses sintesis metanol, dan proses pemurnian metanol.
2.1.1. Preparasi Natural Gas
Dalam proses sintetis gas, terdapat beberapa pilihan proses yaitu 1) Steam Methane Reforming, 2) Partial Oxidation, 3) Autothermal Reforming, 4) Absorbsi dan Stripping.
Kelebihan dan kekurangan masing-masing proses dapat dilihat pada tabel 2.1.
Bahan baku yang digunakan adalah natural gas dari Kepulauan Natuna yang tersedia melimpah. Oleh karena itu, preparasi natural gas yang tepat digunakan adalah proses absorbsi dan stripping. Proses tersebut juga dikenal dengan scrubbing. Untuk memisahkan CO2 dari gas alam digunakan teknologi amine scrubbing. Teknologi ini telah digunakan sejak 1930 dan merupakan teknologi yang terbukti digunakan secara komersial sampai saat ini. Reaksi antara amine dan CO2 bersifat reversible sehingga amine lebih cocok digunakan dalam proses pemisahan CO2 dari gas-gas yang banyak mengandung CO2. Ada beberapa macam amine yang digunakan dalam proses CO2 capture yang dibandingkan pada tabel 2.2.
11 Tabel 2.1 Proses Preparasi Natural Gas
No. Proses Reaksi Kelebihan Kekurangan
1. Steam Methane Reforming
CH4 + H2O ↔ CO + 3H2 Menghasilkan hidrogren yang lebih banyak, lebih diminati untuk kapasitas yang lebih besar dari 2500-3000 mtpd metanol,
Diperlukan adanya penambahan steam sehingga biayanya lebih besar
2. Partial Oxidation
CH4 + ½ O2 ↔ CO + 2H2 Lebih ekonomis karena harga oksigen yang dibutuhkan lebih murah
Hidrogen yang dihasilkan lebih sedikit 3. Autothermal
Reforming
CH4 + 2O2 ↔ CO2 + 2H2 Cocok untuk pabrik berskala besar Hidrogen yang dihasilkan lebih sedikit 4. Absorbsi dan
Stripping
CO2 + 3H2 ↔ CH3OH + H2O Efektif, CO2 yang dibutuhkan tersedia melimpah
Memerlukan biaya lebih untuk hidrogen karena membutuhkan hidrogen yang banyak
12 Tabel 2. 2 Solvent pada Absorber
Absorbent Kelebihan Kekurangan
MEA Sangat reaktif terhadap CO2 dan H2S.
Mampu menghilangkan CO2 dan H2S secara bersamaan
Recovery CO2 tinggi.
Harganya paling murah dibanding pelarut amina lainnya.
Alat rentan mengalami korosi, terutama jika konsentrasinya di atas 20%wt.
Tekanan uapnya tinggi sehingga banyak massa yang hilang saat diregenerasi.
Energi yang dibutuhkan untuk regenerasi cukup tinggi.
DEA Tekanan uapnya lebih rendah dibanding MEA sehingga mengurangi kehilangan massa saat regenerasi.
Dapat bereaksi dengan CO2 secara irreversible sehingga pelarut ini tak optimal jika digunakan untuk absorpsi gas dengan kandungan CO2 yang tinggi.
MDEA Tekanan uapnya sangat rendah sehingga dapat digunakan dengan konsentrasi sampai 60%wt.
Tidak korosif.
Banyak digunakan untuk absorpsi dengan kandungan CO2 yang tinggi.
Energi untuk regenerasi rendah.
Reaksi berlangsung lebih lambat
Harganya paling mahal di antara pelarut amina lainnya.
(Ilham dan Rika, 2017)
13 2.1.2. Proses Sintesis Metanol
Proses produksi metanol dari natural gas pada umumnya terjadi pada tekanan 50-100 bar dan suhu 200-300℃. Reaksi utama yang terlibat dalam sintesis metanol adalah sebagai berikut :
Hidrogenasi dari karbon monoksida:
CO + 2H2 ↔ CH3OH; ΔHo298K = -90,8 kJ/mol ... (2.1) Dibagi dalam dua langkah :
CO + H2 ↔ CH2O ... (2.2) CH2O + H2 ↔ CH3OH ... (2.3) Hidrogenasi dari karbon dioksida :
CO2 + 3H2 ↔ CH3OH + H2O; ΔHo298K = -49,2 kJ/mol ... (2.4) Sebagian besar proses sintesis metanol beroperasi dalam fase gas dan menggunakan katalis berbahan dasar tembaga. Sebagian besar industri menggunakan katalis CuO/ZnO/Al2O3
dengan perbandingan komposisi berbeda-beda pada tiap industri. Biasanya komposisi CuO berkisar antara 20-80 % berat, ZnO bervariasi dari 15-50 % berat, dan alumina tersusun antara 4-30 % berat (Basile dan Dalena, 2018).
Berdasarkan tekanan operasinya, proses produksi metanol diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Proses tekanan tinggi pada 250-300 bar 2) Proses tekanan sedang pada 100-250 bar 3) Proses tekanan rendah 50-100 bar
Dalam produksi metanol, terdapat beberapa macam teknologi proses yaitu : A. BASF High Pressure Process
BASF (Badische Anilin-und Soda Fabrik) dikenal sebagai proses teknologi sintesis metanol bertekanan tinggi. Biasanya digunakan pada produksi metanol dengan bahan baku berasal dari gasifikasi batubara, Produksi metanol dilakukan pada suhu mulai dari 320-380 ℃ dan tekanan sekitar 340 bar. Pada prosesnya, BASF menggunakan katalis ZnO/Cr2O3 dan konversi reaktor berkisar 12-15% dengan single pass reactor.
B. ICI (Imperial Chemical Industries)
ICI merupakan teknologi sintesis metanol terobosan baru yang dirancang di awal tahun 1900-an yang berfokus pada kondisi operasi bertekanan rendah. Sekitar 65% produksi metanol
14 dunia didasarkan pada proses bertekanan rendah ICI. Hal tersebut karena biaya investasi dan prosesnya rendah. Teknologi ICI beroperasi pada suhu 240-260℃ dan tekanan 50-100 bar serta menggunakan katalis Cu/ZnO/Al2O3. Skema proses ICI dapat dilihat pada gambar 2.1 yang dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu reformasi natural gas dengan 2 reaktor yakni primary reformer dan water gas shift (WGS) reactordan konversi syngas menjadi metanol.
Gambar 2.1 Teknologi Sintesis Metanol ICI (Basile dan Dalena, 2018)
C. Haldor Topsoe
Proses Haldor Topsoe dirancang untuk menghasilkan metanol dari bahan baku gas alam dengan memanfaatkan proses two-stage reforming pada pre-treatment dan beroperasi dengan tekanan rendah. Total investasi untuk proses ini lebih rendah dibandingkan dengan skema aliran proses konvensional yang didasarkan pada steam reforming langsung dari gas alam, yakni sekitar 10%. Proses ini dapat diaplikasikan di pabrik metanol skala kecil hingga sangat besar (hingga mencapai 10.000 ton/hari). Haldor Topsoe menggunakan tiga reaktor adiabatis dengan masing-masing memiliki tumpukan katalis dan alat penukar panas internal yang skema alur prosesnya dapat dilihat pada gambar 2.2.
15 D. Kvaerner
Proses Kvaerner serupa dengan proses Haldor Topsoe menggunakan tekanan rendah pada proses sintesis metanol dan two-stage steam reforming. Bahan baku yang digunakan juga berupa gas alam. Namun, perbedaan dari proses ini adalah menggunakan karbon dioksida sebagai bahan baku tambahan untuk mengatur rasio stoikiometri dari gas sintesis. Sehingga proses ini cocok digunakan untuk daerah dengan ketersediaan gas berbiaya rendah seperti gas alam yang kaya akan CO2. Saat ini telah ada sejumlah pabrik komersial yang menggunakan proses ini dalam operasinya dan memproduksi metanol sekitar 2000-3000 MTPD.
Gambar 2.2 Teknologi Sintesis Metanol Haldor Topsoe (Basile dan Dalena, 2018)
Gambar 2. 3 Teknologi Sintesis Metanol Kvaerner (Basile dan Dalena, 2018)
16 E. Lurgi
Proses Lurgi mensintesis metanol dengan kondisi operasi pada tekanan 50-80 bar dan suhu 240-260℃. Pada proses ini menggunakan jenis reaktor bertipe shell and tube dan katalis diisi pada bagian tube. Pengoperasian pada kondisi isothermal dapat meningkatkan yield dengan sedikit recycle, serta jumlah produk samping sedikit.
Setelah diuraikan di atas, setiap teknologi proses dibandingkan dalam tabel 2.3 berikut ini.
Gambar 2. 4 Teknologi Sintesis Metanol Lurgi (Basile dan Dalena, 2018)
17 Tabel 2. 3 Teknologi Proses Sintesis Metanol
No. Nama Proses
Kondisi
Operasi Reaktor Kelebihan Kekurangan
1. BASF T : 320-380 ℃ P : 340 bar
Single pass reactor Merupakan teknologi produksi metanol yang pertama
Membutuhkan steam yang banyak, kondisi operasi tinggi
2. ICI T : 240-260℃
P : 50-100 bar
Quench Paling banyak digunakan, menjadi teknologi paling modern
Efisiensi termal rendah, kerusakan katalis
3. Haldor Topsoe
T : 340 ℃ P : 50-100 bar
Tiga reaktor adiabatis dengan masing-masing memiliki tumpukan katalis dan alat penukar panas internal
Dapat digunakan untuk pabrik skala kecil hingga besar (kapasitas produksi tinggi), konversi metanol dan yield yang dihasilkan tinggi yakni 98% dan 94,4%, alat yang digunakan lebih sedikit sehingga menghemat biaya
Konsentrasi produk tidak bisa bervariasi (tidak bisa diubah) dikarenakan tidak ada menara kolom distilasi
4. Kvaerner T : 300-500 ℃ P : 50-100 bar
Fixed bed single tube
Selektivitas tinggi, Produk relatif lebih murni
Dekomposisi bahan baku bergantung pada energi termal 5. Lurgi T : 240-260 ℃
P : 50-80 bar
Shell & tube Efisiensi termal dan
selektivitas tinggi, suhu stabil
Kapasitas produksi tidak terlalu besar
18 Berdasarkan beberapa aspek yang menunjang di atas, seleksi proses yang lebih menguntungkan untuk pabrik metanol ini menggunakan proses Lurgi. Dimana kondisi operasi pada proses Lurgi tidak terlalu tinggi, sehingga tebal alat yang digunakan cukup wajar dan harga material reaktornya menjadi relatif murah. Selain itu, kondisi operasi yang rendah dapat mengurangi kemungkinan timbulnya hazard.
2.1.3. Proses Pemurnian Metanol
Kemurnian metanol yang diinginkan adalah 99,9%. Distilasi merupakan metode yang sering digunakan untuk pemurnian produk (yang dalam hal ini adalah metanol) dengan memanfaatkan perbedaan titik didih dari dua atau lebih komponen.
2.1.4. Proses Elektrolisis Air
Proses elektrolisis air bertujuan untuk menghasilkan hidrogen yang akan digunakan dalam reaksi hidrogenasi CO2 menjadi metanol. Dalam elektrolisis air dapat digunakan beberapa macam proses seperti, Alkaline Water Electrolysis (AWE), Solid Oxide Electrolysis (SOE), dan Proton Exchange Membrane Electrolysis (PEM), dimana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan seperti yang dijabarkan pada tabel 2.4 berikut ini.
19 Tabel 2. 4 Perbandingan Metode Elektrolisis Air
Teknologi Kelebihan Kekurangan
PEM -Lebih aman karena tidak menggunakan elektrolit kaustik -Merespon lebih cepat dalam transportasi ion karena membrannya padat dan tipis
-Permeabilitas gas yang lebih rendah
-Dapat dioperasikan pada kuat arus dan tekanan yang tinggi
-Menghasilkan hidrogen yang sangat murni (99,99%) -Efisiensi tinggi (80-90%)
-Masih teknologi baru
-Biaya tinggi (1900-2300 [$/kg–1]) -Daya tahan rendah
AWE -Digunakan secara komersial -Teknologi mapan
-Biaya rendah (1000-1200 [€/kg–1]) -Efisiensi energi 70-80%
-Menghasilkan hidrogen yang sangat murni (99,3- 99,99%)
-Kepadatan arus terbatas
-Kondisi operasi rendah (suhu 65-100℃ dan tekanan 25-30 bar)
-Menggunakan larutan elektrolit yang besifat korosif seperti KOH dengan konsentrasi 20-30%
SOE -Efisiensi tinggi -Lebih stabil
-Emisi yang dihasilkan lebih rendah -Biaya operasi lebih murah
-Suhu operasi sangat tinggi yakni 500-850℃
-Membutuhkan waktu yang lama untuk start up (> 60 menit)
-Masih skala laboratorium -Daya tahan rendah
20 Dari metode-metode diatas, maka metode elektrolisis menggunakan Proton Exchange Membrane merupakan metode yang akan digunakan. Hal ini dikarenakan metode PEM lebih aman dioperasikan dibandingkan dengan metode lainnya sebab metode PEM tidak menggunakan larutan kaustik sebagai elektrolit. Hasil kemurnian hidrogen yang diperoleh juga lebih besar dibandingkan dengan metode lainnya.
2.2. Deskripsi Proses
Prarancangan pabrik metanol ini terdiri dari tiga proses utama yaitu absorpsi-stripping CO2, sintesis metanol, dan pemurnian metanol.
2.2.1. Tahap Persiapan Bahan Baku
Pada tahap persiapan bahan baku bertujuan untuk mempersiapkan bahan baku yang akan masuk ke reaktor. Bahan baku pabrik metanol ini adalah CO2 yang diperoleh dari gas alam Natuna yang terdiri dari campuran gas. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemisahan gas CO2 dengan campuran gas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan bahan baku pembuatan metanol. Pemisahan gas CO2 dari campuran gas lainnya (termasuk H2S) dilakukan pada kolom absorber (D-101) dengan menggunakan solvent MEA (Mono Ethanol Amine). Setelah gas CO2
diserap oleh MEA, maka MEA yang sebelumnya tidak mengandung CO2 (lean amine) berubah menjadi rich amine (MEA yang mengandung banyak CO2). Selanjutnya, rich amine dan H2S masuk menuju kolom stripper (D-102) dan telah dipanaskan sebelumnya hingga suhu 108℃.
Pada kolom stripper (D-102), dilakukan pemisahan MEA dengan CO2 dan H2S hingga MEA kembali menjadi lean amine. Namun, karena kandungan gas alam di Natuna juga banyak mengandung H2S maka gas CO2 yang menuju kolom stripper (D-102) masih mengandung sejumlah kecil H2S. Gas CO2 dan sejumlah kecil H2S akan keluar melalui bagian atas kolom stripper (D-102) dan lean amine akan keluar melalui bagian bawah kolom stripper untuk selanjutnya di-recycle kembali menuju kolom absorber (D-101). Namun sebelum menuju absorber (D-101), MEA ditambahkan make up water untuk menggantikan sejumlah air yang hilang akibat penguapan sehingga MEA dapat digunakan kembali. Gas yang keluar dari kolom stripper (D-102) kemudian menuju tangki desulfurizer (D-103). Hal ini dikarenakan gas yang keluar mengandung senyawa asam (H2S) yang bersifat korosif dan merupakan racun katalis sehingga harus dilakukan proses pemisahan terlebih dahulu.
Pemisahan gas CO2 terhadap H2S dilakukan pada tangki desulfurizer (D-103) dengan adsorben ZnO. Proses penyerapan H2S dilakukan pada suhu tinggi yakni 390 ℃. Reaksi yang terjadi pada tangki desulfurizer adalah sebagai berikut :
21 ZnO + H2S ↔ ZnS + H2O ... (2.5) Dengan dilakukannya proses penyerapan pada tangki desulfurizer, diharapkan kandungan H2S yang keluar tangki kurang lebih sama dengan 1 ppmw dan CO2 yang masuk ke reaktor (R-101) menjadi lebih murni.
2.2.2. Tahap Sintesis Metanol
Selanjutnya gas keluaran dari unit stripper (D-102) masuk menuju reaktor sintesis metanol (R-101). Direaksikan pula dengan H2 yang diperoleh dari elektrolisis air dengan PEM Electrolyzer (R-102). Reaktor yang digunakan berupa fixed bed multitube reactor dengan katalis CuO/ZnO/Al2O3. Reaktor dapat pula disebut dengan catalyst filled tubular reactor karena katalis dimasukkan ke tube-tube dalam reaktor. Suhu reaksi pada unit reaktor adalah 220 ℃. Untuk mempertahankan suhu agar suhu reaksi sesuai, maka dapat dialirkan dowtherm A pada bagian shell. Reaksi yang terjadi pada reaktor metanol adalah sebagai berikut :
CO2 + 3H2 ↔ CH3OH + H2O; ΔHo298K = -49,2 kJ/mol ... (2.6) Reaksi yang terjadi adalah eksotermis sehingga panas reaksi harus cepat dipindahkan untuk melindungi katalis dan mencegah reaksi samping yang tidak diinginkan. Kemudian produk metanol dialirkan menuju flash drum (F-102) untuk memisahkan produk metanol dan air dengan gas-gas yang tidak ikut bereaksi. Produk atas dari unit flash drum (F-102) yang masih berupa gas sebagian akan di-recycle menuju unit mixing point yang ditambahkan sebelum masuk ke reaktor (R-101) dan sebagian kecil produk berlebih yang tidak terpakai akan di purge menuju unit pengolahan limbah. Selanjutnya, produk bawah flash drum (F-102) yang berupa liquid akan dipanaskan pada suhu 88 ℃ terlebih dahulu sebelum masuk ke kolom distilasi I (D-104).
2.2.3. Tahap Pemurnian Metanol
Pemurnian metanol dilakukan menggunakan dua unit kolom distilasi agar produk metanol yang diinginkan memiliki kemurnian sebesar 99,9% berat. Pada kolom distilasi I (D- 104) ini bertujuan untuk menghilangkan gas-gas inert yang masih terikut dalam metanol.
Produk atas kolom distilasi I (D-104) yang berupa gas akan dibuang menuju unit pengolahan limbah. Sedangkan produk bawah kolom distilasi I (D-104) yang berupa metanol, air, dan sedikit CO2 diumpankan menuju kolom distilasi II (D-105). Kolom distilasi II (D-105) ini bertujuan untuk memisahkan produk metanol dengan air. Produk bawah kolom distilasi II (D- 105) berupa air akan dialirkan menuju unit utilitas dan sebagian kecil metanol yang terikut akan dikembalikan menuju kolom distilasi II (D-105). Selanjutnya, produk atas kolom distilasi
22 II (D-105) yang berupa metanol dengan kemurnian 99,9% berat akan didinginkan hingga suhu 40 ℃ dan dialirkan menuju storage tank (T-101) untuk ditampung.
2.3. Spesifikasi Bahan dan Produk 2.3.1. Bahan Baku Utama
Untuk memproduksi metanol, bahan baku utama yang dibutuhkan adalah CO2 berasal dari gas alam.
A. Gas Alam - Wujud : Gas
- Warna : Tidak berwarna - Komposisi :
Tabel 2. 5 Spesifikasi Gas Alam Kepulauan Natuna
Komposisi Rumus Kimia Mol (%)
Karbon Dioksida CO2 71.22%
Metana CH4 27.18%
Etana C2H6 0.14%
Propana C3H8 0.02%
n-Butana C4H10 0.01%
Hidrogen Sulfida H2S 1.43%
B. Air (H2O)
Air merupakan cairan tidak berwarna dan tak berbau yang dapat larut dalam asam asetat, aseton, amonia, amonium klorida, etanol, gliserol, asam hidroklorik, metanol, asam nitrat, asam sulfat, larutan sodium hidroksida, propilen glikol. Spesifikasi produk samping berupa air dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.6 Spesifikasi Air
Sifat-sifat Fisis Satuan Nilai
Rumus Molekul H2O
Berat Molekul g/mol 18
Kemurnian % 100
Titik Didih ℃ 100
Titik Leleh ℃ 0
Densitas (pada 20 ℃) kg/m3 1
Viskositas Dinamis Cp 1,002
Viskositas Kinematis mm2/s 1,004
23 Sumber : MSDS, 2020 2.3.2. Bahan Baku Pendukung
Bahan pendukung yang digunakan berupa katalis padat yang terdiri dari adsorben ZnO dan katalis CuO/ZnO/Al2O3 serta pelarut MEA. Adsorben ZnO digunakan pada tangki desulfurizer sebagai adsorben untuk menyerap H2S hingga konsentrasinya sebesar 1 ppmw, katalis CuO/ZnO/Al2O3 digunakan pada reaktor sintesa metanol sebagai katalis untuk reaksi hidrogenasi CO2 menjadi metanol, pelarut MEA digunakan pada kolom absorber sebagai pelarut gas-gas asam pada gas alam. Beberapa bahan baku pendukung tersebut dapat dilihat spesifikasinya sebagai berikut :
A. Adsorben ZnO
Tabel 2.7 Spesifikasi Adsorben ZnO Sifat-sifat Fisis Satuan Nilai
Bentuk Pellet
Warna Putih
Ukuran mm 4
Bulk density kg/m3 1050
Porositas 0,81
Sumber : BASF Catalysts, 2020 ZnO dapat diperoleh dengan harga $ 201,99/ton (PT. Citra Cakralogam).
B. Katalis CuO/ZnO/Al2O3
Tabel 2.8 Spesifikasi Katalis CuO/ZnO/Al2O3
Sifat-sifat Fisis Satuan Nilai
Bentuk Silinder
Warna Hitam
Ukuran mm 5,5
Bulk density kg/m3 1140
Porositas 0,39
Sumber : Samimi, 2017 CuO/ZnO/Al2O3 dapat diperoleh dengan harga $ 1.800/ton (PT. Indoxide).
C. MEA (Monoethanolamine)
MEA adalah cairan tidak berwarna (bening), kental, dan berbau seperti amoniak. MEA dapat larut dalam air dingin, air panas, metanol, dan aseton. MEA biasanya digunakan sebagai solvent dalam industri untuk membantu menyerap gas-gas asam dalam campuran gas.
Spesifikasi MEA dapat dilihat pada tabel berikut ini:
24 Tabel 2.9 Spesifikasi MEA
Sifat-sifat Fisis Satuan Nilai
Rumus Molekul C2H7NO
Berat Molekul g/mol 61,08
Kemurnian % > 99
Titik Didih ℃ 171
Titik Leleh ℃ 10
Densitas g/l 1,018
Viskositas mPa.s 18,95
Sumber : MSDS, 2020 MEA dapat diperoleh dengan harga $ 1.450/ton (PT. Laju Usaha Gemilang, PT. Joint alfara).
D. Dowtherm A
Dowtherm A adalah cairan yang dapat digunakan dalam fase cair atau fase uap yang tidak mudah terurai pada suhu tinggi. Dowtherm A terdiri dari campuran 73% difenil oksida dan 27% bifenil. Digunakan sebagai pendingin pada alat proses seperti reaktor. Spesifikasi Dowtherm A dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.10 Spesifikasi Dowtherm A Sifat-sifat Fisis Satuan Nilai
Berat Molekul g/mol 166
Titik Didih ℃ 257
Densitas g/l 1,075
Viskositas mm2/s 3,51
Sumber : MSDS, 2014 Dowtherm A dapat diperoleh dengan harga $ 4.310/ton (Shenzhen Wellcam Co., Ltd)..
2.3.3. Produk Utama
Metanol
Metanol (CH3OH) merupakan cairan tak berwarna dan berbau seperti alkohol. Metanol dapat larut dalam air, etanol, eter, aseton, dan kloroform. Pabrik ini memproduksi metanol dengan spesifikasi produk metanol dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut ini :
Tabel 2.11 Spesifikasi Metanol Sifat-sifat Fisis Satuan Nilai
Rumus Molekul CH3OH
Berat Molekul g/mol 32,04
25 Sifat-sifat Fisis Satuan Nilai
Kemurnian % 99,9
Impuritas % Maks. 0,1
Titik Didih ℃ 64,7
Titik Leleh ℃ -97,8
Densitas (pada 20 ℃) Kg/m3 790-800 Viskositas Dinamis mPa.s 0,544-0,59
Sumber : MSDS, 2020 Harga jual produk metanol sebesar $ 0,43/kg (UN Data, 2018).