BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
1. Pengertian Kualitas Air
Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku (PPRI, 2001). Kualitas air adalah suatu ukuran kondisi air dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia.
Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air minum. Dalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi ikan (Widjanarko, 2005).
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas), sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang, 2006).
2. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Air
Kualitas suatu perairan dipengaruhi tinggi rendahnya pasokan nutrien dari darat. Menurut Febrianty (2011), nutrien yang masuk ke perairan dapat mempengaruhi kualitas air di perairan tersebut. Faizal, et al. (2011) mengatakan bahwa tingkat kesuburan perairan laut sangat terkait dengan tingginya konsentrasi nutrien dalam kolom air.
Parameter kualitas air secara fisik dan kimia, misalnya oksigen terlarut, (DO), pH air, kandungan organik total, temperatur air, kandungan ion-ion terlarut dan lain- lain akan mempengaruhi kehidupan organisme lain di perairan (Pennak, 1953 dalam
Gusmaweti, 2015). Parameter tersebut dipengaruhi oleh tata guna lahan dan intensitas kegiatan manusia.
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung (Barus, 2003).
Kecerahan suatu perairan menentukan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna. Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggan secchi disk mencapai 20-40 cm dari permukaan. (Chakroff dalam Syukur, 2002).
3. Gampong Jawa
Gampong Jawa merupakan salah satu gampong yang ada di Kecamatan Kuta Raja Kota Banda Aceh. Gampong Jawa merupakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Kecamtan Kuta Raja Memiliki Luas 521 Km2 dan jumlah penduduk Kecamata Kuta Raja adalah 12.960 Jiwa. Gamong memiliki jumlah penduduk 2681 jiwa dengan jumlah KK 848 (Disdukcapil, 2013).
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah untuk Kota Banda Aceh terletak di Gampong Jawa Kecamatan Kutaraja. TPA ini memiliki luas sekitar 20 hektar, dan yang terpakai baru 9 Ha dan dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota (DK3) Banda Aceh.
TPA Gampong Jawa merupakan TPA pertama di Indonesia yang mengubah sistem operasional dari open dumping menjadi sanitary landfill pascalahirnya UU Pengelolaan Sampah. Sistem sanitary landfill adalah cara penimbunan sampah yang dilakukan di dalam tanah. Sistem ini yang menjamin kelayakan kesehatan, keamanan, dan keberlanjutan ekosistem di sekitar TPA, sehingga sampah yang
dihasilkan masyarakat Banda Aceh yang jumlahnya hingga 160 ton/hari di-treatment dengan sangat baik. Dalam operasionalnya pada TPA selalu dilakukan penutupan harian (daily cover) dengan tanah, terhadap sampah yang ditimbun untuk mengurangi bau dan menghindari lalat. “Sanitary landfill Gampong Jawa dibangun dengan standar yang tinggi oleh BRR dengan bantuan konsultan ahli dari Belanda (Hasconing), dan pembangunannya juga sudah memehuni standar layaknya sebuah sanitary landfill, serta memiliki dokumen UKL/UPL (Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Banda Aceh, 2012).
Daftar Pustaka
Barus, T. A, 2003. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi FMIPA USU. Medan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banda Aceh. 2015. Laporan
Kependudukan Kota Banda Aceh April 2013. Banda Aceh.
Faizal, A. J. Jompa, N. Nessa dan C. Rani. 2011. Dinamika Spasio-Temporal Tingkat Kesuburan Perairan di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. FKIP Universitas Hasanuddin: Makassar.
Febrianty, E. 2011. Produktivitas Alga Hydrodictyon pada Sistem Perairan Tertutup (Closed System). Skripsi. IPB: Bogor.
Gusmaweti dan L. Deswanti. 2015. Analisis Parameter Fisika-Kimia Sebagai Salah Satu Penentu Kualitas Perairan Batang Palangki Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS.
Universitas Bung Hatta Padang.
Syukur, A., 2002. Kualitas Air dan Struktur Komunitas Phytoplankton di Waduk Uwai. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Pekanbaru.
Sihotang,C. dan Efawani. 2006. Penuntun Praktikum Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UR. Pekanbaru.
Widjanarko., 2005. Tingkat Kesuburan Perairan. Kendari.