• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Sistem Respirasi

N/A
N/A
Nurul Isnaini Fajriyah

Academic year: 2024

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Sistem Respirasi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Sistem Respirasi

Sistem respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang merupakan parameter kesehatan manusia dimana terjadinya suatu mekanisme pertukaran gas oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dengan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme. Jika salah satu sistem respirasi terganggu maka secara sistem lain yang bekerja dalam tubuh akan terganggu.

Hal ini dapat menimbulkan terganggunya proses homeostasis tubuh dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Berbagai macam organ dalam sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah.

Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus, alveoli, dan paru-paru.

2.1.1 Organ Sistem Pernapasan Atas 1. Hidung

Bagian pernapasan yang terlihat secara elsterna; pada manusia adalah hidung. Selama bernapas, udara masuk ke hidung melewati lubang hidung yang terdiri dari rongga hidung, dibagi oleh septum nasi (sekat hidung) yang merupakan garis tengah pada hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung. Bagian depan terdapat nares (cuping hidung) anterior dan di

(2)

belakang berhubungan dengan bagian atas farings (nasofaring). Rongga hidung terbagi menjadi 2 bagian yaitu vestibulum, merupakan bagian lebih lebar tepat di belakang nares anterior, dan bagian respirasi. Permukaan luar hidung ditutupi oleh kulit yang memiliki kelenjar sabesea besar, yang meluas ke dalam vestibulum nasi tempat terdapat kelenjar sabesa, kelenjar keringat, dan folikel rambut yang kaku dan besar.

Pada dinding lateral hidung menonjol tiga lengkungan tulang yang dilapisi oleh mukosa, yaitu: 1) Konka nasalis superior, 2) Konka nasalis medius, dan 3) Konka nasalis inferior, yang terdapat jaringan kavernosus atau jaringan erektil yaitu pleksus vena besar, berdinding tipis, dan dekat dengan permukaan. Di antara konka-konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah dan meatus inferior (lekukan bagian bawah). Meatus-meatus inilah yang dilewati oleh udara pernapasan. Di sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana. Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah, saluran ini disebut tuba auditiva eustaki, yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakminaris. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas. Rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang berada di sekitar hidung disebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmodialis pada rongga tulang tapis. Pada hidung di bagian mukosa juga terdapat serabut-serabut syaraf yang disebut nervus olfaktorius.

2. Faring

(3)

Faring atau tenggorokan merupakan tabung berbentuk corong dengan panjang sekitar 13 cm. Faring terletak tepat di posterior hidung dan rongga mulut, di atas laring, dan tepat di anterior serviks tulang belakang. Dindingnya terdiri dari otot rangka dan dilapisi selaput lendir. Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening.

Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Di sebelahnya terdapat 2 buah tonsil kiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang terdapat epiglottis (empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.

Faring dapat dibagi menjadi tiga wilayah yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring (Tortora & Derrickson;2018). Nasofaring berfungsi sebagai jalannya udara, yang terletak di bawah dasar tengkorak, belakang dan atas palatum molle. Pada bagian ini terdapat dua struktur penting yaitu adanya saluran yang menghubungkan dengan tuba eustachius dan tuba auditory. Tuba Eustachii bermuara pada nasofaring dan berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrane timpani. Apabila tidak sama, telinga terasa sakit. Untuk membuka tuba ini, orang harus menelan. Tuba auditory yang menghubungkan nasofaring dengan telinga bagian tengah. Orofaring terletak di bagian belakang rongga mulut dan melintang dari palatum mole hingga setinggi tulang hiroid. Berfungsi sebagai saluran untuk udara dan makanan.

Palatum mole tersebut letaknya lebih tinggi demi mencegah terjadinya makanan yang massuk ke dalam nesofaring selama menelan. Sedangkan laringofaring yang membentang dari tulang hioid hingga laring ini mempunyai tugas sebagai jalannya untuk makanan dan udara.

3. Laring

(4)

Laring merupakan pangkal tenggorokan berupa rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot yang mengandung pita suara, yang terletak di depan faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya mempunyai fungsi untuk pembentukan suara.

Bagian ini dapat ditutup oleh epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi menutupi laring pada waktu kita menelan makanan. Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat, antara lain oleh benda asing, infeksi, dan tumor. Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain 1) Kartilago tiroid (1 buah) terletak di depan jakun sangat jelas terlihat pada pria;

2) Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker; 3) Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin; dan 4) Kartilago epiglotis (1 buah). Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis (Syaifuddin, 2012; Anderson, 1999).

2.1.2 Organ Sistem Pernapasan Bawah 1. Trakea

Trakea merupakan batang tenggorokan lanjutan dari laring, terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan. Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos.

Dinding-dinding trakea tersusun atas sel epitel bersilia yang menghasilkan lendir. Lendir ini berfungsi untuk penyaringan lanjutan udara yang masuk, menjerat partikel-partikel debu, serbuk sari dan kontaminan lainnya. Trakea terletak di depan saluran esofagus, mengalami percabangan di bagian ujung menuju ke paru-paru, yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina (Graaff, 2010; Silvertho, 2001; Syaifuddin, 2006).

(5)

2. Bronkus

Bronkus merupakan percabangan trakea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini disebut karina. Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus lobaris kanan terdiri 3 lobus dan bronkus lobaris kiri terdiri 2 lobus. Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan syaraf.

Organpercabangan dari bronkus yaitu 1) Bronkiolus, merupakan cabang- cabang dari bronkus segmental, mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan nafas. 2) Bronkiolus terminalis, merupakan percabagan dari bronkiolus, dimana mempunyai kelenjar lendir dan silia. 3) Bronkiolus respiratori, merupakan cabang dari bronkiolus terminalis, yang dianggap sebagai saluran transisional antara lain jalan nafas konduksi dan jalan udara pertukaran gas. 4) Duktus alveolar dan sakus alveolar. Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar, kemudian menjadi alveoli (Anderson, 1999; Syaifuddin, 2006).

3. Alveoli

Paru-paru pada orang dewasa mempunyai sekitar 300 juta alveoli, yang menyediakan permukaan sangat besar untuk pertukaran gas. Alveoli berkumpul mengelilingi kantong alveolar, yang berumuara ke dalam ruangan umum disebut atrium. Dinding pada alveoli merupakan lapisan tunggal sel

(6)

epitel skuamosa di atas membran basalis sangat tipis. Permukaan luar alveoli dilapisi oleh kapiler pulmonalis. Dinding alveolar dan kapiler membentuk membran respiratorik. Dinding alveolar juga berisi sel yang mensekresi cairan yang berisi surfaktan, suatu cairan fosfolipid yang mencegah alveoli dari kekeringan. Selain itu, surfaktan berfungsi mengurangi tekanan dan mencegah dinding aiveolus mengalarni kolaps saat ekspirasi. (LeMone, Burke, Bauldolff, 2015).

4. Paru-paru

Paru-paru merupakan organ berpasangan berbentuk kerucut di dalam rongga dada. Paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan mediastinum, yang membagi rongga toraks menjadi dua ruang yang berbeda secara atanomis. Setiap paru-paru diabgi menjadi lobus oleh fisura. Paru-paru kiri memiliki dua lobus, dan paru-paru kanan memiliki tiga lobus. Setiap paru- paru tertutup dan dilindungi oleh membrane serosa berlapis ganda disebut membrane pleura. Lapisan superfisial, atau yang disebut pleura parietal, melapisi dinding rongga toraks. Dan lapisan dalam atau yang disebut pleura visceral, melapisi paru-apru sendiri. Antara pleura visceral dan parietal

(7)

terdapat ruang kecil disebut rongga pleura, yang berisi sedikit cairan pleumas yang disekresikan oleh membran (Marieb & Leller, 2011; Tortora &

Derrickson, 2018) sehingga cairan pelumas ini yang nantinya mempermudah paru-apru untuk bergerak dalam dinding dada selama bernapas.

Sistem vascular paru terdiri dari arteri pulmonalis, yang mengirim darah ke paru-paru untuk oksigenasi. Dan vena pulmonalis, yang mengirim darah kaya oksigen ke jantung. Dalam paru, arteri pulmonalis bercabang menjadi jaringan kapiler paru yang mengelilingi alveoli. Jaringan paru mendapatkan suplai darah dari arteri bronkialis dan dialiri oleh vena bronkialis dan pulmonalis (LeMone, Burke, Bauldolff, 2015).

2.2 Fisiologi Sistem Respirasi

Fungsi respirasi adalah untuk memasok tubuh dengan oksigen dan membuang karbon dioksida.

1. Respirasi Ekternal

Respirasi ekternal (pertukaran gas paru) merupakan difusi oksigen dari kantong alveolar ke kapiler paru dan difusi karbon dioksida dari kapiler paru ke kantung alveolar untuk dihembuskan. Respirasi elsternal mengubah darah yang mengandung oksigen di paru-paru ke darah beroksigen sebelum darah Kembali ke sisi kiri jantung. Respirasi eksternal hanya terjadi di luar bronkioulus pernapasan.

respirasi eksternal juga merupakan difusi oksigen dari alveoli ke dalam sirkulasi paru (aliran darah melalui paru-paru) dan difusi karbon dioksida ke arah yang berlawanan. Difusi terjadi karena molekul gas selalu bergerak dari area konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.

Pernapasan pulmoner (paru) terdiri atas empat proses yaitu: 1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar. 2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru. 3)

(8)

Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat, yang bisa dicapai untuk semua bagian. 4) Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen (Pearce, 2007; Silverthon, 2001; Syaifuddin,2006). Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi ketika konsentrasinya dalam darah merangsang pusat pernapasan pada otak, untuk memperbesar kecepatan dalam pernapasan, sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandunng oksigen dari seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi pernapasan eksternal (Pearce, 2007; Silverthon, 2001;

Syaifuddin,2006).

2.

Respirasi Internal

Respirasi internal menggambarkan pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan sel jaringan. Sel memanfaatkan pksigen saat membuat sumber energi utama sel yaitu ATP. Selain ATP, sel juga harus menghasilkan air dan karbondioksida. Karena sel terus-menerus menggunakan oksigen, konsentrasinya di dalam jaringan selalu lebih rendah dari dalam darah. Demikian pula penggunaan oksigen yang secara terus-menerus memastikan tingkat karbondioksida dalam jaringan selalu lebih tinggi dari dalam darah. Saat darah mengalir melalui kapiler, oksigen dan karbon dioksida mengikuti gradien tekanannya dan terus-menerus berdisfusi antara darah dan jaringan. Konsentrasi oksigen dalam darah mengalir dari jaringan, lalu Kembali ke jantung digambarkan sebagai terdeoksigenasi.

(9)

Pergerakan gas O2 mengalir dari alveoli masuk ke dalam jaringan melalui darah, sedangkan CO2 mengalir dari jaringan ke alveoli. Jumlah kedua gas yang ditranspor ke jaringan dan dari jaringan secara keseluruhan tidak cukup bila O2 tidak larut dalam darah dan bergabung dengan protein membawa O2 (hemoglobin). Demikian juga CO2 yang larut masuk ke dalam serangkaian reaksi kimia reversibel (rangkaian perubahan udara) yang mengubah menjadi senyawa lain. Adanya hemoglobin menaikkan kapasitas pengangkutan O2 dalam darah sampai 70 kali dan reaksi CO2 menaikkan kadar CO2 dalam darah mnjadi 17 kali (Pearce, 2007; Silverthon, 2001; Syaifuddin, 2006).

3. Transport Gas Pernapasan a. Ventilasi Paru

Ventilasi paru melibatkan pergerakan fisik udara ke dalam dan keluar dari paru-paru. Fungsi utama ventilasi paru adalah untuk mempertahankan ventilasi aveolar yang adekuat. Hal ini demi mencegah penumpukan karbondioksida di alveoli dan mencapai pasokan oksigen yang konstan ke jaringan. Udara mengalir di anatara atmosfer dan alveoli paru-paru sebagai akibat dari perbedaan tekanan yang diciptakan oleh kontraksi da relaksasi otot pernapasan. Laju aliran udara dan usaha yang dibutuhkan untuk bernapas dipengaruhi oleh tegangan permukaan alveoli dan integritas paru-paru. Proses ventilasi paru ini disebut pernapasan.

b. Difusi Gas

Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat

(10)

dipengaruhi oleh ketebalan membran. Peningkatan ketebalan membran merintangi proses kecepatan difusi karena hal tersebut membuat gas memerlukan waktu lebih lama untuk melewati membran tersebut. Klien yang mengalami edema pulmonar, atau efusi pulmonar Membran memiliki ketebalan membran alveolar kapiler yang meningkat akan mengakibatkan proses difusi yang lambat, pertukaran gas pernafasan yang lambat dan menganggu proses pengiriman oksigen ke jaringan. Daerah permukaan membran dapat mengalami perubahan sebagai akibat suatu penyakit kronik, penyakit akut, atau proses pembedahan. Apabila alveoli yang berfungsi lebih sedikit maka darah permukaan menjadi berkurang O2 alveoli berpindah ke kapiler paru, CO2 kapiler paru berpindah ke alveoli. Faktor yang mempengaruhi difusi : 1. Luas permukaan paru. 2. Tebal membrane respirasi.

3. Jumlah eryth/kadar Hb. 4. Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas. 5. Waktu difusi. 6. Afinitas gas

c. Transportasi gas

Gas pernapasan mengalami pertukaran di alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru- paru alveoli dan kapiler jaringan tubuh.

Oksigen ditransfer dari paru- paru ke darah dan karbon dioksida ditransfer dari darah ke alveoli untuk dikeluarkan sebagai produk sampah. Pada tingkat jarinagn, oksigen ditransfer dari darah ke jaringan, dan karbon dioksida ditransfer dari jaringan ke darah untuk kembali ke alveoli dan dikeluarkan.Transfer ini bergantung pada proses difusi. 1. Transpor O2 Sistem transportasi oksigen terdiri dari system paru dan sitem kardiovaskular. Proses pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi), aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan divusi

(11)

dan kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam plasma, jumlah hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen. Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni hanya sekitar 3%.

Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Molekul hemoglobin dicampur dengan oksigen untuk membentuk oksi hemoglobin. Pembentukan oksi hemoglobin dengan mudah berbalik (revesibel), sehingga memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen menjadi bebas.Sehingga oksigen ini bias masuk ke dalam jaringan. 2. Transpor CO2 Karbon dioksida berdifusi ke dalam sel-sel darah merah dan dengan cepat di hidrasi menjadi asam karbonat (H2 CO3) akibat adanya anhidrasi karbonat. Asam karbonat kemudian berpisah menjadi ion hydrogen (H+ ) dan ion bikarbonat (HCO3- ) berdifusi dalam plasma. Selain itu beberapa karbon dioksida yang ada dalam sel darah merah bereaksi dengan kelompok asam amino membentuk senyawa karbamino. Reaksi ini dapat bereaksi dengan cepat tanpa adanya enzim.

Hemoglobin yang berkurang (deoksihemoglobin) dapat bersenyawa dengan karbon dioksida dengan lebih midah daripada oksi hemoglobin. Dengan demikian darah vena mentrasportasi sebagian besar karbon doiksida.

d. Pefusi

Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya,

(12)

yaitu karbon dioksida. Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di paru – paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak unutk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi ini mngeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.

4. Mekanisme Pernapasan (Inspirasi dan Ekspirasi)

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghirupan udara ini disebut inspirasi dan penghembusannya disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. CO2 dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra) menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), di sini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) menuju ke bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit (Pearce, 2007; Silverthon, 2001; Syaifuddin, 2006).

(13)

Pernapasan terdiri dari 2 mekanisme yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus. Selama inspirasi, diafragma berkontraksi dan mendatar untuk meningkatkan diameter vertical rongga dada. Otot interkosta eksterna berkontraksi, mengangkat rangka iga dan menggerakkan sternum ke depan untuk mengembangkan diameter lateral dan anteroposterior rongga dada, menurunkan tekanan intrapleural. Paru meregang dan volume intrapulmonal meningkat, mengurangi tekanan intrapulmonal sedikit di bawah tekanan atmosfer. Udara masuk ke dalam paru sebagai akibat dari gradien tekanan ini sehingga tekanan intrapulmonal dan tekanan atmosfer.

Sebaliknya, ekspirasi terutama adalah proses pasif yang terjadi sebagai akibat elastisitas paru. Otot inspiratorik relaks, diafragma naik, iga turun, dan paru kembali ke bentuk semula. Baik tekanan dada maupun intrapulmonal meningkat, menekan alveoli (LeMone, Burke, Bauldolff, 2015).

2.2.1 Volume dan Kapasitas Paru-Paru

Orang dewasa yang sehat saat istirahat biasanya memiliki laju pernapasan 12- 18 napas per menit dan setiap pernapasan ada 500 ml udara masuk atau keluar dari paru-paru. Volume tidal (TV) adalah volume udara dalam satu tarikan napas. Dengan menarik napas dalam-dalam dapat meningkatkan volume tidal di atas 500 ml (volume cadangan inspirasi/inspiratory reserve volume, IRV). Pada orang dewasa laki-laki bisa mencapai 3100 ml dan pada wanita kira-kira 1900 ml. Kapasitas paru total (Total Lung Capacity/TLC) merupakan volume paru total pada pengembangan maksimum paru (6000 ml). kapasitas paru total dihitung dengan menjumlahkan TV; IRV; dan ERV (Expiratory Reserve Volume, ERV) yang merupakan jumlah maksimum yang dapat dihembuskan setelah ekshalasi normal (1000 ml) dan volume residu (RV), yaitu

(14)

jumlah sisa udara di dalam paru setelah ekshalasi normal (1100 ml). Kapasitas vital (VC) adalah jumlah udara total` yang dapat dihembuskan setelah inspirasi maksimal (4500 ml). kapasitas vital dihitung dengan menambahkan IRV, TV, dan ERV.

Kapasitas inspiratorik adalah jumlah udara total yang dapat ditarik setelah ekshalasi tenang normal. Kapasitas inspiratorik dihitung dengan menambah TV dan IRV.

Kapasitas residual fungsional (FRC) adalah volume udara sisa di paru setelah ekshalasi normal. ERV dan RV ditambahkan untuk menentukan kapasitas residual fungsional (FRC). Volume ekspiratorik paksa (Forced Expiratory Volume, FEV) adalah jumlah udara yang dapat dihembuskan dalam 1 detik. Kapasitas vital paksa (FVC) adalah jumlah udara yang dapat dihembuskan paksa dan cepat setelah asupan udara maksimum. Volume menit (MV) adalah jumlah total volume udara yang ditarik dan dihembuskan dalam 1 menit.

2.2.2 Kontrol Pernapasan 1. Area Pneumotaxic

Area penting ini berada di pons dan penting untuk mengatur jumlah` udara

` yang dihirup seseorang setiap kali bernapas.

2. Area Apneustic

Bagian lain dari otak yang mengkoordinasikan transisi antara inhalsi` dan

`ekshalasi adalah area apneustic. Area ini terletak di pons bagian bawah. Area ini mengirimkan sinyal ke area inspirasi yang mengaktifkan dan memperpanjang tarikan udara, sehingga mengakibatkan tarikan udara, sehingga mengakibatkan tarikan nafas menjadi lama dan dalam. Saat area pneumotaxic aktif`, area tersebut akan menggantikannya sinyal dar`I area apneustic.

(15)

3. Area Medullary Rhytmicity

Fungsi area ini adalah untuk mengontrol ritme pernapasan. Ada area inspirasi dan ekspirasi di dalam area ini. Saat bernapas dengan tenang, waktu inspirasi adalah sekitar 2 detik paling lama 3 detik. Impuls dari area inspirasi, mempertahankan ritme ini. Saat area inspirasi aktif, area ekspirasi tidak aktif.

Namun, selama pernapasan yang kuat, area ekspirasi dirangsang oleh saraf dari area inspirasi. Stimulasi oleh ekspirasi menyebabkan kontraksi intercostal dan perut, yang menyebabkan penurunan rongga toraks dan ekspirasi menjadi kuat.

4. Kemorrseptor sentral

Yaitu neuron yang tereletak dipermukaan ventral lateral medulla.

Peningkatan kadar karbondioksida dalam darah arteri dan cairan serebrospinalis merangsang peningkatan frekuensi dan kedalaman respirasi.

Penurunan kadar oksigen hanya sedikit berpengaruh pada kemoreseptor sentral.

5. Kemorseptor perifer

Terletak dibadan aorta dan karotid pada system arteri. Kemoreseptor ini merespon terhadap perubahan konsentrasi ion oksigen, karbondioksida dan ion hidrogen

Referensi

Dokumen terkait

Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh

Menurut Pearce (2011) fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen dipungut melalui hidung

Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh dan

Adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh manusia.Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin sebuah biomolekul yang

Mengikat molekul oksigen di paru-paru dan membawanya ke seluruh jaringan dalam tubuh dan mengambil karbondioksida dari jaringan tersebut yang dibawa ke paru untuk selanjutnya dibuang

Adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh manusia. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin sebuah biomolekul

Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme

Hemoglobin (Hb) adalah salah satu molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transpor karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru, maka dari