• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katarak

N/A
N/A
19.018 - Chintya Lubna Cahyadi

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katarak"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Katarak 1 Pengertian

Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang dapat menimbulkanhidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa maupun hidrasi dan denaturasi protein (Tamsuri, 2012, p. 54).

Katarak yaitu suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya bening, transparan menjadi keruh, sehinga dapat menurunkan tajam atau visus penglihatan dan mengurangi luas lapang pandang (Nugroho,2011 p.178)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, katarak adalah suatu penyakit penurunan penglihatan yang terjadi karena keruhnya lensa mata yang mengakibatkan pandangan menjadi kabur atau ganda.

2 Etiologi

MenurutWijaya & Putri, 2013, p. 64 ada beberapa penyebab yang mengakibatkan katarak yaitu :

a. Fisik

Usia yang semakin tua mempengaruhi keadaan lensa mata, sehingga menyebabkan terjadinya katarak semakin mudah.

Penyakit katarak juga tidak hanya menyerang pada lansia tetapi juga bisa pada semua orang karena suatu penyakit.

b. Kimia

Mata yang terkena paparan langsung sinar ultraviolet yang didalamnya mengandung bahan kimia juga dapat mengakibatkan penyakit katarak.

(2)

c. Usia

Bertambahnya usia seseorang berkurang juga fungsi lensa mata yang semakin lama mengakibatkan katarak. Katarak karena usia biasanya berkembang secara lambat.

d. Infeksi virus masa pertumbuhan bayi

Bayi bisa terkena suatu virus jika ibu bayi tersebut mengidap suatu penyakit yang diakibatkan oleh virus. Virus tersebut bisa mempegaruhi tahap tumbuh kembang janin. Misal ibu yang sedang hamil tersebut mengidap penyakit rubella.

e. Penyakit

Peyakit yang bisa menyebabkan terjadinya katarak seperti diabetes mellitusdan juga bisa karena trauma mata uveitis.

3 Klasifikasi

Menurut Tamsuri, 2012 p. 56 berdasarkan usianya katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

a Katarak kongenitel

Katarak kongenital sering disebut juga dengan katarak bawaan karena katarak ini menyerang pada usia kurang dari satu tahun b Katarak juvenil

Katarak juvenil merupakan lanjutan dari katarak kongenital sehingga katarak ini baru terlihat pada usia lebih dari satu tahun c Katarak senil

Katarak senil adalah katarak yang menyerang pada orang dengan usia diatas 50 tahun, tetapi jika ada penyakit yang menyertainya seperti diabetes mellitus maka akan lebih cepat.

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi : a. Katarak traumatik

Katarak traumatik terjadi karena mata yang mengalami trauma akibat terkena benda tumpul maupun benda tajam. Penyebabnya

(3)

bisa karena terkena radiasi sinar-X, radioaktif, ataupun karena benda asing di mata.

b. Katarak toksika

Katarak yang diakibatkan karena paparan langsung dengan bahan kimia tertentu. Katarak toksika bisa juga terjadi karena mengkonsumsi obat-obatan seperti kartikosterid dan chlorpromazine.

c. Katarak komplikata

Katarak komplikata terjadi karena adanya komplikasi dari penyakit penyakit lain seperti diabetes mellitus, glaukoma, dan juga bisa karena adanya degenerasi pada salah satu mata.

Berdasarkan stadiumnya, katarak senil dapat dibedakan menjadi : a. Katarak insipien

Katarak insipien sering disebut juga stadium awal katarak, karena kekeruhan lensa baru adanya bercak-bercak. Pada staium awal ini juga orang yang mengidap katarak baru mengeluh adanya penglihatan ganda. Kedalaman bilik mata depan masih normal dan belum terjadi adanya penyerapan cairan.

b. Katarak imatur

Lensa sudah mulai cembung karena sudah mulai terjadi penyerapan cairan. Bilik mata juga mulai dangkal yang kemudian bisa mengakibatkan terjadinya glaukoma sekunder.

c. Katarak matur

Tekanan cairan dalam pada lensa sudah seimbang sehingga mengakibatkan kekeruhan dan tajam penglihatan juga sudah mulai menurun.

d. Katarak hipermatur

Tahap yang paling parah dari tahap-tahap terjadinya katarak adalah pada stadium ini, dimana nukleus pada lensa sudah tenggelam dan bisa terjadi degenerasi kapsul lensa bahkan bisa

(4)

juga terjadi cairan masuk kedalam bilik mata bagian depan.

Akibatnya bisa terjadi glaukoma fakolitik.

4 Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, bentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, diperifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul antrior dan posterior. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transportasi, perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan selier kesekitar daerah diluar lensa misalnya dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan menghambat jalan cahaya ke retina. Akibat yang ditimbulkan dari kagulasi yaitu mengalami gangguan peglihatan, mulai dari peglihatan sebagian sampai dengan total. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam lensa.

Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda, dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Katarak dapat bersifat congenital dan dapat diidentifikasi awal, karena bila tidak dapat didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi sianr ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, DM, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama. (Wijaya & Putri, 2013, p. 64)

(5)

5 Pathways keperawatan katarak

Lensa normal jernih, transparan

Nukleus Korteks kapsul anterior posterior

Pertambahan usia,radiasi dll Perubahan fisik kimia pada lansia

Kepadatan lensa hilang transparansi Kimia dan protein dilensa berubah

Koagulasi penurunan enzim ALDOS reduktase protein terputus

Kekeruhan lensa infeksi air kedalam

Jalan pembiasan cahaya terhambat retina mematahkan serabut lensa Mengangkut pandangan mengganggu transisi sinar

Penurunan ketajaman

Pre op Gangguan penerimaan sensori penglihatan post pembedahan Intra operasi Prosedur pembedahan

Terputus kontinitas jurusan

invesif

Gangguan status organ indra

perubahan status kesehatan

Gambar 2.1 Pathways Keperawatan Katarak (Nugraha, 2018, p. 138) Cemas

Gangguan nyaman nyeri

Resiko cedera

Gangguan persepsi sensori

Kurang pengetahuan

Ansietas

Cemas

(6)

6 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala menurut Wijaya dan Putri (2013, p. 65) yaitu : a. Rasa silau karena terjadi pembiasan tidak teratur oleh lensa yang

keruh

b. Penglihatan akan berkurang secara perlahan c. Pada pupil terdapat bercak putih

d. Bertambah besar nukleus dengan perkembangnya lapisan korteks lensa

e. Penglihatan kabur f. Rasa nyeri pada mata

g. Peka terhadap sinar atau cahaya h. Lensa mata berubah menjadi buram

7 Komplikasi

Menurut Tamsuri (2012, p. 59) risiko komplikasi pascabedah karena katarak yaitu :

a. Peningkatan tekanan intraokular

Peningkatan tekanan intraokular yang diperlukan untuk menguatkan kembali beberapa aktifitas selama periode pascaoperasi dan harus menerangkan hal ini kepada klien serta keluarganya. Aktifitas tersebut dapat terjadi secara tiba-tiba dengan meningkatnya tekanan intraokular yang ditandai dengan batuk-batuk, bengkokan pada pinggang, muntah, bersin dan kemerahan pada mata, mual, dan selalu tidur atau cemas serta lemah pada saat operasi. Terjadinya konstipasi berat, pusing, dan gejala panas seharusnya ditangani dengan pengobatan yang efektif dan sesuai, guna menghindari hal-hal yang berbahaya dalam proses pengobatan.

b. Infeksi

Perawat mengobservasi klien tentang adanya peningkatan kemerahan pada mata, penglihatan tajam, pengeluaran air mata,

(7)

fotofobia. Cairan tersebut dapat berbentuk krim yang berwarna putih, kering, dan pekat. Jika pada saat observasi, perawat menemukan adanya warna kuning hijau pada cairan tersebut, kemungkinan kontak dengan adanya oftamologis.

c. Perdarahan

Perdaran juga terjadi pada mata bagian depan dan terjadi setiap harisetelah dilakukan pembedahan. Darah juga datang akibat insisi, dari iris atau dari tubuh yang bersilia. Hal ini disebabkan oleh adanya pengeluaran darah dari intraokular akibat tidak sempurnanya pengobatan hingga melukai jaringan tersebut, ketidakadekuatan jahitan luka, adanya trauma, dan meningkatnya tekanan intraokular. Sering terjadi banyak kerusakan penglihatan yang harus dilaporkan klien.

d. Ablasio retina

Ablasio retina dapat terjadi setelah pembedahan katarak (Jaffe, 1981). Kejadian atau insiden yang menjadi masalah adalah meningkatnya ekstraksi katarak intrakapsular, yaitu kembalinya bagian belakang kapsula. Hal tersebut bisa mengakibatkan klien melakukan gerakan secara tiba-tiba, vitreus (sejenis kaca) dapat bergerak kedepan dan naik menuju ke retina, akibatnya terjadi perubahan struktur.

8 Faktor Risiko

Menurut Nugraha (2018, p. 139) faktor risiko penyakit katarak antara lain :

a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma / cedera pada mata

b. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti : penyakit / gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes mellitus

c. Katarak yang disebebkan oleh paparan sinar radiasi

(8)

d. Katarak yang disebabkan oleh pengguanaan obat-obatan jangka panjang, seperti kartikosteroid dan obat penurun kolesterol

e. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik

9 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nugraha (2018, p. 139) ada dua macam pemeriksaan penunjang pada pasien katarak yaitu :

a. Pemeriksaan Fisik

Teknik yang biasa dipergunakan dalam pemeriksaan oftalmologis adalah inspeksi dan palpasi. Inspeksi visual dilakukan dengan instrumen oftalmik khusus dan sumber cahaya. Palpasi bisa dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata dan deformitas dan untuk mengeluarkan cairan dari puncta. Palpasi juga dilakukan untuk mendeteksi secara kasar (jelas terlihat) tingkat tekanan intraokuler. Seperti pada semua pemeriksaan fisik, perawat menggunakan pendekatan sistematik, biasanya dari luar ke dalam.

Struktur eksternal mata dan bola mata dievaluasi lebih dahulu., kemudian diperiksa struktur internal. Struktur eksternal mata diperiksa terutama dengan inspeksi. Struktur ini meliputi alis, kelopak mata, bulu mata, aparatur maksilaris, konjungtiva, kornea, kamera anterior, iris, dan pupil. Ketika melakukan pemeriksaan dari luar ke dalam, yang dilakukan perawat adalah :

1) Melakukan observasi keadaan umum mata dari jauh.

2) Alis diobservasi mengenai kuantitas dan penyebaran rambutnya. Kelopak mata diinspeksi warna, keadaan kulit, dan ada tidaknya serta arahnya tumbuhnya bulu mata.

3) Catat adanya jaringan parut, pembengkakan, lepuh, laserasi, cedera lain dan adanya benda asing.

b. Pemeriksaan Diagnostik

1) Kartu mata snellen / mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan)

(9)

2) Lapang penglihatan 3) Pengukuran tonografi 4) Test provokator

5) Pemeriksaan oftalmoskopi

6) Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) 7) Test toleransi gloukosa / FBS

10 Penatalaksanaan

Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan kacamata, lensa, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi. Tindakan operasi katarak merupakan cara yang paling efektif untuk memperbaiki lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi.

Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam penglihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis (peradangan pada uvea).

Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan.

Peradangan yang terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu juga hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi.

Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan sosial atau atas indikasi medis lainnya ( Ilyas, 2009).Indikasi dilakukan operasi katarak adalah sebagai berikut :

a. Indikasi sosial. Jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan.

b. Indikasi medis, bila ada komplikasi seperti glaukoma.

(10)

c. Indikasi optik, jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitungan jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/6.

Beberapa jenis operasi katarak yang umum dilakukan, yaitu : a. ICCE (Intra Capsuler Cataract Extraction)

Operasi ini mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya itulah teknik operasi yang tersedia.

b. ECCE (Extra Capsuler Cataract Extraction)

Operasi ini terdir atas dua jenis, yaitu standar ECCE atau planned ECCE. Dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga penyembuhan lebih lama.

c. Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification)

Bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi katarak ini dijalankan cukup dengan bius lokal atau mengguanakan tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7mm. lensa mata yang keruh dihancurkan (emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.

Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan stelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata jarak jauh. Saat ini digunakan lensa

(11)

intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dengan tahap pengembangan.

Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi leser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas. (Nugraha 2018, p. 140-142)

B. Konsep Dasar Gangguan Persepsi Sensori 1 Pengertian

Menurut Rasmun ( 2009, p. 23) gangguan persepsi sensori merupakan gejala umum dari skizofrenia terdapat dua jenis utama masalah persepsual yaitu halusinasi dan ilusi yang didefinisikan sebagai pengalaman atau kesan sensorik yang salah terhadap stimulus sensorik.

Menurut Sunaryo (2016, p. 101) gangguan persepsi atau yang biasa disebut dengan dispersepsi adalah kesalahan atau gangguan yang terjadi pada persepsi individu. Gangguan ini dapat disebabkan oleh gangguan otak (kerusakanpada otak, keracunan, obat halusinogenik), gangguan jiwa, seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi dan psikosis sehingga menimbulkan halusinasi.

2 Defisit Sensorik

Defisit sensorik merupakan hasil langsung dari kerusakan organ sensorik dan melibatkan hilangnya penglihatan, pendengaran, perasaan, pembauan, atau perabaan. Dalam kasus defisit sensorik, individu tidak mampu memproses stimulus melalui indra tertentu.

Defisit sensorik dapat temporer (misal secara temporer kehilangan

(12)

kemampuan meraba setelah anestesi epidural) atau permanen (misalkebutaan akibat glukoma). Prosesnya dapat cepat atau lambat.

Seseorang biasanya mampu mempersiapkan dirinya dan selanjutnya beradaptasi lebih baik ketika proses itu lambat ( Vaughans, 2013, p.

184)

3 Deprivasi Sensorik

Deprivasi sensori, meski terdengar seperti defisit sensori, tidaklah sama. Deprivasi sensori terjadi karena terbatasnya eksposur atau buruknya kualitas stimulus sensori. Seseorang yang punya defisit sensori juga alami deprivasi sensori. Namun orang yang deprivasi sensori mungkin atau mungkin tidak punya defisit sensori. Sebagai contoh, seorang tahan yang ditempatkan di penjara soliter yang sangat gelap tidak punya defisit sensori karena penglihatannya lengkap.

Namun ia berisiko tinggi alami deprivasi sensori (visual) karena kegelapan total, minimal suara, dan kurang interaksi dengan orang lain. Kualita input sensori yang buruk juga mengarahkan pada deprivasi sensori. Sebagai contoh, seseorang yang mendengarkan lagu untuk pertama kali dapat merespon dengan bernyanyi bersama atau menari. Namun, jika lagu tersebut diputar berulang kali, ia pada akhirnya akan tidak responsif terhadap lagu tersebut karena monoton (kualitasnya buruk). ( Vaughans, 2013, p. 184)

4 Batasan Karaktristik

Menurut Carpenito (2012, p. 509) batasan karaktristik pada gangguan persepsi sensori adalah sebagai berikut :

a Mayor

Batasan mayor adalah batasan yang selaluada dalam gangguan sistem persepsi sensori bisa satu atau bahkan lebih dari satu batasan. Karaktristik yang harus ada yaitu tidak akuratnya

(13)

interpretasi stimulus lingkungan dan perubahan negatif dalam jumlah atau pola stimulus yang datang.

(14)

b Minor

Batasan minor adalah batasan yang mungkin ada dalam gangguan persepsi sensori, seperti :

1) Disorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang

2) Perubahan kemampuan dalam memecahkan suatu masalah 3) Perilaku berubah atau pola komunikasi

4) Tampak gelisah dan berhalusinasi

5) Konsentrasi yang buruk setiap berkomunikasi

C. Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien katarak meliputi : 1 Pengkajian

Menurut Tamsuri (2012, P. 61) pengkajian mata terbagi menjadi tiga yaitu :

1) Riwayat Kesehatan a) Riwayat penyakit

Riwayat penyakit meliputi trauma mata, penggunaan obat kartikosteroid, penyakit diabetes melitus, hipotiroid, uveitis, glaukoma.

b) Riwayat keluhan gangguan

Riwayat keluhan gangguan berkaitan dengan stadium katarak c) Psikososial

Hal yang perlu dikaji pada psikososial yaitu kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh, berkendaraan.

2) Pengkajian Umum

Pengkajian umum meliputi : a) Usia

b) Gejala penyakit sistemik yang meliputi diabetes melitus dan hipotiroid

3) Pengkajian Khusus Mata

Untuk pengkajian khusus mata terdiri dari :

(15)

a) Dengan pelebaran pupil, ditemukan gambaran kekeruhan lensa (berkas putih) pada lensa.

b) Keluhan terdapat diplopia pandangan berkabut.

c) Penurunan tajam penglihatan (miopia) d) Bilik mata depan menyempit

e) Tanda glaukoma (akibat komplikasi)

2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Tamsuri (2012, p. 61) diagnosa yang utama muncul pada penderita katarak adalah gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan. Data-data pendukung diagnosa tersebut atara lain :

a Data subjektif

1) Pasien mengeluh bahwa pandangan tidak jelas, pandangan kabut, dan padangan ganda.

2) Pasien mengatakan harus ganti kacamata.

3) Pasien mengatakan bahwa aktivitasnya terbatas dan juga sering jatuh.

b Data objektif

1) Visus berkurang.

2) Adanya penurunan tajam penglihatan (miopia).

3) Terdapat kekeruhan lensa pada pemeriksaan.

3 Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan menurut Tamsuri (2012, p.61) pada gangguan persepsi sensori : penglihatan yang berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan yaitu :

Tujuan :

klien melaporkan / memeragakan kemampuan yang lebih baik untuk proses rangsang penglihatan dan mengomunikasikan perubahan visual.

(16)

Kriteria hasil :

1) Klien mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi fungsi penglihatan

2) Klien mengidentifikasikan dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan.

Intervensi :

1) Kaji ketajaman penglihatan klien.

Rasional : mengidentifikasi kemampuan visual klien

2) Identifikasi alternatif untuk optimalisasi sumber rangsangan Rasional : memberikan keakuratan penglihatan dan perawatannya 3) Bedakan kemampuan lapang pandang diantara kedua mata

Rasional : membedakan lapang pandang diantara kedua mata 4) Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan

Rasional : meningkatkan kemampuan persepsi sensori a) Orientasikan klien terhadap ruang rawat

b) Letakkan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih sehat

c) Berikan pencahayaan cukup d) Letakkan alat di tempat yang tepat e) Hindari cahaya yang menyilaukan

5) Anjurkan penggunaan alternatif rangsangan lingkungan yang dapat diterima :auditorik, taktil

Rasional : meningkatkan kemampuan respons terhadap stimulus lingkungan

6) Observasi tanda disorientasi dengan tetap berada di sisi klien Rasional : mengobservasi tanda disorientasi

7) Anjurkan klien menggunakan kacamata katarak, cegah lapang pandang perifer dan catat terjadinya bintik buta

Rasional : mengurangi rasa silau terkena sinar

8) Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama setelah operasi atau sampai diberitahukan

(17)

Rasional : memakai pelindung mata meningkatkan penyembuhan dan menurunkan kekuatan iritasi kelopak mata terhadap jahitan luka

9) Kolaborasi obat sesuai indikasi (antibiotik,steroid) Rasional : menghambat adanya infeksi

4 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan dari semua proses intervensi yang sudah disusun dalam tahapan intervensi keperawatan. Dalam implementasi ini terdapat beberapa perintah keperawatan maupun perintah dari tenaga medis lainnya. (Prabowo, 2017, p. 137).

Implementasi yang dilakukan perawat setelah pasien kembali dari kamar operasi yaitu yang menjelaskan kepada kelurga pasien tentang kebutuhan perawatan pasien. Perawat memberi tahu apakah pasin boleh miring pada satu atau kedua sisi mata, harus mempertahankan kelurusan punggung, hanya boleh terlentang, boleh mengguanakan bantal atau tidak. Hubungan seksual baru boleh dilakukan setelah 1-8 minggu pasca operasi, tergantung jenis operasinya. Memotivasi pasien dan juga keluarga untuk mematuhi semua program pengobatan selama periode penyembuhan setelah keluar dari rumah sakit. (Muttaqin &

Sari, 2009, p. 237)

5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari seluruh pendokumentasian proses keperawatan. Pada tahap ini seluruh proses dinilai kemudian di evaluasi. Jika setelah dinilai tapi belum sesuai dengan kriteria hasil maka dilakukan implementasi kembali. (Prabowo, 2017, p. 143)

Referensi

Dokumen terkait

Infeksi rubella kongenital dapat berimplikasi pada kondisi developmental delayed. Gejala yang tampak pada infeksi rubella kongenital sangat berkaitan dengan usia fetus

tidak beraturan yang tumbuh seperti bentukan hutan alam. Berdasarkan bobot kealamian, bentuk ruang terbuka hijau dapat.

Pada usia ini defisiensi midface adalah fitur bawaan yang umum dari beberapa anomali kraniofasial, kehadirannya pada pasien dengan bibir sumbing dan langit-langit mulut dapat

Penyakit bawaan yang dimaksud disini dapat berupa penyakit genetik maupun kongenital. Anak dengan kelainan kongenital, seperti gangguan penglihatan dan pendengaran,

Menurut Perry & Potter (2005) nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, berdasarkan penyebab, berdasarkan lama durasi dan berdasarkan lokasi

Katarak senile biasa timbul sesudah usia 50 tahun, namun juga dapat terjadi pada umur kurang dari 40 tahun, hampir selalu mengenai kedua mata walaupun yang

Berdasarkan WHO katarak adalah hilangnya kejernihan lensa kristalin dari mata. Katarak merupakan suatu keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa akibat hidrasi lensa,

Penyakit katarak merupakan salah satu penyakit tidak menular yang umumnya dialami oleh seseorang antara lain karena tuntutan usia, namun demikian penyakit katarak dapat dihindari