Sifat tidak sahnya suatu perbuatan sudah terlihat dari sifat pelanggarannya terhadap ketentuan undang-undang, kecuali ada pengecualian-pengecualian tertentu. Di sisi lain ada pula yang berpendapat bahwa belum tentu semua perbuatan yang sesuai dengan hukum adalah perbuatan melawan hukum. Bukan hanya perbuatan melawan hukum saja, namun perbuatan yang melanggar kesusilaan, adat istiadat dalam pergaulan sosial pun dianggap sebagai perbuatan melawan hukum.
Pertanggungjawaban Pidana
Dapat dikatakan bahwa tidak mungkin seseorang dapat dipertanggungjawabkan dan dihukum apabila ia tidak melakukan suatu tindak pidana. Pelaku suatu tindak pidana hanya akan dihukum jika memang bersalah melakukan tindak pidana tersebut. Dalam melakukan suatu tindak pidana (halus), pencipta atau bahaya sering kali dibantu oleh orang lain (beberapa orang atau lebih dari satu orang), ikut sertanya orang-orang lain tersebut dapat mengakibatkan dilakukannya suatu tindak pidana.
Bisa juga terjadi seseorang melakukan tindak pidana, sedangkan orang lain ikut membantu dalam melakukan tindak pidana tersebut.62. Yang melakukan tindak pidana adalah pencipta yang lengkap, yaitu ciptaannya memuat seluruh unsur tindak pidana yang bersangkutan. Seseorang yang bermaksud melakukan tindak pidana, tidak melakukannya sendiri, melainkan memerintahkan orang lain untuk melakukannya.
Seseorang yang menyuruh orang lain melakukan tindak pidana disebut pelaku tidak langsung karena ia tidak melakukan tindak pidana secara langsung melainkan melalui orang lain. Kesepakatan dengan orang lain untuk membuat rencana melakukan suatu tindak pidana dan bersama-sama melaksanakannya (minimal dua orang). Uitloken atau orang yang membujuk orang lain untuk melakukan tindak pidana dengan cara memberi, menyalahgunakan kekuasaan atau menggunakan kekerasan dan sebagainya dengan adanya unsur kesengajaan.
Orang yang membantu (medeplichtingheid) dapat dihukum atau tidak, tergantung pada kenyataannya yaitu apakah pelakunya sendiri yang melakukan tindak pidana tersebut atau tidak.
Jenis Sanksi Pidana
Oleh karena itu, untuk menentukan apakah perkara yang dimaksud itu merupakan pertolongan atau bujukan atau perintah untuk melakukan sesuatu, kita dapat menggunakan kriteria “apabila niat jahat sudah ada, maka dalam perkara yang dimaksud itu adalah pertolongan. , tetapi apabila niat jahat itu memang disebabkan oleh pemberian kesempatan, usaha atau keterangan, maka dalam hal ini yang dimaksud dengan bujukan atau perintah untuk berbuat sesuatu.” 73. Pidana penjara paling lama dua puluh tahun bersifat mutlak; Hal itu tertuang dalam alinea keempat Pasal 12 KUHP. c) Penjara. Penjara digunakan untuk kejahatan yang dilakukan secara tidak sengaja (culpa) dan untuk hukuman yang paling berat atas kejahatan tersebut.
Masa pidana penjara pengganti denda paling singkat satu hari dan paling lama delapan bulan. Denda merupakan tindak pidana dimana terpidana wajib membayar kepada negara sejumlah uang yang ditentukan dalam putusan pengadilan. Apabila terpidana tidak dapat mematuhinya, maka terpidana dapat memberikan kompensasi dengan menjalani hukuman penjara dan bukan denda. e) Penutupan pidana.
Pada hakekatnya semua keputusan hakim dibuat di muka umum, namun bila dipandang perlu keputusan dapat diambil. Dengan demikian, pidana tambahan berupa pengumuman putusan hakim hanya dapat dijatuhkan dalam hal-hal yang ditentukan dalam Undang-Undang.74.
Tindak Pidana Pembunuhan
Kesalahan dalam tindak pidana pencabutan nyawa orang lain ini dapat disengaja (dolus) dan tidak disengaja (alpa). Musyawarah (dolus) adalah suatu perbuatan yang dapat terjadi baik direncanakan maupun tidak direncanakan. Biasa direncanakan, yaitu niat atau niat membunuh yang timbul secara spontan, dan direncanakan terlebih dahulu, yaitu niat atau niat atau kehendak untuk membunuh yang direncanakan, direncanakan dalam keadaan tenang, dan dilakukan dalam keadaan tenang.
“Barangsiapa dengan sengaja dan berencana menghilangkan nyawa orang lain, diancam dengan pembunuhan berencana (pembunuhan), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau jangka waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.” Contoh tindakan pasif misalnya palang pintu kereta api, karena ia tertidur saat kereta lewat, ia tidak menutup palang pintu sehingga mengakibatkan mobil yang lewat tertabrak. Kelalaian penjaga penahan pintu ini berupa tindakan pasif karena tidak berbuat apa-apa.
Sedangkan contoh tindakan aktif misalnya seseorang yang sedang menebang pohon kebetulan menimpa orang lain sehingga orang tersebut meninggal dunia karena pohon tersebut menimpa dirinya. “Barang siapa karena kelalaiannya menyebabkan matinya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana penjara paling lama satu tahun.”78.
Pembunuhan Berencana
Memutuskan wasiat dalam suasana tenang ialah apabila keputusan tentang kehendak membunuh berlaku dalam suasana tenang (dalaman). Pemikiran dan pertimbangan seperti ini hanya boleh dilakukan apabila seseorang itu berada dalam suasana yang tenang dan dalam suasana yang tenang seperti apabila dia berfikir secara mendalam dan merenung ketika itulah dia akhirnya memutuskan apa yang perlu dilakukan. Ada masa yang cukup, antara waktu wasiat itu berawal/memutuskan hingga terlaksananya keputusan wasiat, waktu yang cukup ini bersifat relatif, dalam arti tidak diukur dari jangka waktu tertentu, tetapi tergantung. ialah tentang keadaan atau peristiwa konkrit yang berlaku.
Jangan terlalu singkat, karena jika terlalu singkat anda tidak akan mempunyai kesempatan untuk berpikir lebih banyak karena kesibukan, waktu seperti itu tidak mewakili suasana tenang. Adapun adanya hubungan tersebut terlihat dari indikator bahwa pada saat itu: (1) masih sempat mengutarakan keinginannya untuk membunuh, (2) jika keinginannya sudah lengkap maka masih cukup waktu untuk berpikir. tentang, misalnya, bagaimana dan dengan alat apa melakukannya, bagaimana menghilangkan jejak, menghindari tanggung jawab, memiliki kesempatan memikirkan teknik. Artinya, suasana hati dalam pelaksanaan pembunuhan itu tidak tergesa-gesa, marah besar, takut berlebihan, dan sebagainya.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa unsur “direncanakan terlebih dahulu” bukanlah suatu bentuk niat, melainkan cara pembentukan suatu niat. Dengan memperhatikan pengertian dan syarat unsur prarencana sebagaimana telah dijelaskan di atas, tampak bahwa proses pembentukan prarencana (planning) memang berbeda dengan pembentukan niat (kehendak).83.
Tindak Pidana Pemerkosaan
Pengertian Tindak Pidana Pemerkosaan
Selain mengungkap pemerkosaan dan menghukum pemerkosaan, sering juga dibicarakan tentang mengatasi akibat yang ditimbulkannya. Dilihat dari pandangan/pendapat mengenai penanganan akibat perkosaan, nampaknya masih kurang tepat jika petugas kepolisian memakainya, apalagi selain melakukan aktivitas yang cukup menegangkan, keahlian untuk menangani akibat perkosaan mungkin belum dimiliki oleh petugas kepolisian. Hal ini wajar karena seringkali masyarakat mengambil keputusan tanpa memahami permasalahan hukum. Selain pemahaman hukum itu sendiri, diperlukan pemahaman menyeluruh terhadap peristiwa/kasus tersebut.
Di sisi lain, baik masyarakat maupun penegak hukum harus menyadari bahwa tidak mudah untuk mengetahui kekurangan diri sendiri. Dalam pengertian ini, apa yang disingkat pemerkosaan di satu sisi dapat dilihat sebagai suatu tindakan (yaitu tindakan seseorang yang ingin mengungkapkan hasrat seksualnya dengan kekerasan), dan di sisi lain dapat dilihat sebagai suatu peristiwa. , yaitu pelanggaran terhadap norma dan ketertiban masyarakat juga. )”. “Pemerkosaan adalah seorang laki-laki yang memaksa seseorang yang bukan istrinya untuk melakukan persetubuhan dengannya dengan ancaman kekerasan yang mengharuskan alat kelamin laki-laki tersebut masuk ke dalam alat kelamin perempuan yang kemudian mengeluarkan air mani.”
Pemerkosaan adalah laki-laki yang memaksa perempuan yang bukan istrinya untuk berhubungan seks dengannya. Pemerkosaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang perempuan untuk melakukan hubungan di luar nikah dengannya.
Unsur-Unsur Tindak Pidana Pemerkosaan
Jadi, kekerasan yang pada dasarnya diawali dengan pemaksaan fisik, menunjukkan bahwa kekerasan atau ancaman kekerasan dalam tindak pidana perkosaan ditujukan kepada korban sehingga membahayakan keselamatan jiwa dan raganya. Kekerasan atau ancaman kekerasan dalam tindak pidana perkosaan dilakukan oleh pelaku demi mencapai tujuannya. Akibat yang dilarang dalam delik ini adalah adanya kesengajaan pencipta untuk membuat korban menyerahkan kehormatannya kepada pencipta, sehingga akan menurunkan harkat dan martabat korban.
Tidak berdaya artinya tidak mempunyai tenaga atau tenaga sama sekali sehingga tidak dapat melawan, misalnya mengikat tangan dan kaki dengan tali, mengurung diri di dalam kamar, dan sebagainya. Meskipun undang-undang dalam rumusannya tidak mensyaratkan adanya unsur kesengajaan dari pihak pelaku dalam melakukan perbuatan yang dilarang dalam Pasal 285 KUHP, namun tampak jelas bahwa pidana perkosaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 285 ayat 285 KUHP harus dilakukan dengan sengaja. Sehubungan dengan tindak pidana tersebut yang dimaksud dalam Pasal 289 adalah penyerangan terhadap kesusilaan dengan perbuatan (feitelijke aanranding der eebaarheid) yang dirumuskan sebagai: Dengan kekerasan atau ancaman pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Menurut komentar para penulis Belanda, perbuatan yang dimaksud dalam Pasal 289 KUHP adalah perbuatan cabul dalam pengertian umum, yang mencakup perbuatan hubungan seksual dalam Pasal 285 dalam pengertian khusus. Dengan demikian, seorang suami tidak boleh memaksa istrinya, misalnya memegang kemaluan suaminya, tidak boleh memaksa istrinya untuk berhubungan badan.
Tindak Pidana Membawa Senjata Penikam/Penusuk Tanpa Hak
Kepemilikan senjata tikam tanpa hak diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Darurat nomor 12 tahun 1951 dan undang-undang terkait. 1) “Setiap orang yang tanpa hak memasuki wilayah Indonesia, membuat, menerima, berupaya memperoleh, menyerahkan, atau berupaya memindahtangankan, menguasai, mengangkut, membawa atau mempunyai, menyimpan, mengangkut perbekalan dalam miliknya.
Concursus (Perbarengan)
Dari susunan kata pasal-pasal tersebut kita dapat memahami pengertian dan sistem hukuman bagi concursus sebagai berikut. Sistem pidana dalam concursus idealis gagal, yaitu hanya hukuman mati yang paling berat yang dijatuhkan, misalnya hukuman mati. Namun apabila terdapat perbedaan jenis tindak pidana yang mendasarinya, maka menurut Pasal 10 KUHP diambil jenis tindak pidana pokok yang paling berat.
Apalagi dalam Pasal 63 ayat (2) terdapat pepatah (Lex specialis derogate legi generali) atau peraturan hukum khusus yang meniadakan hukum umum. Yang dimaksud dengan concursus kontinyu adalah suatu tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang atau bertahap dimana tindakan-tindakan tersebut dihubungkan dan terlihat dalam satu tindakan. Artinya, jika Anda diancam dengan tindak pidana pokok serupa, Anda hanya akan dikenakan satu tindak pidana, asalkan jumlahnya.
Jika Anda diancam dengan pokok yang berbeda, setiap pokok akan diberikan, dengan ketentuan jumlahnya tidak melebihi pokok tertinggi ditambah sepertiga. Apabila concursus realis berupa tindak pidana ringan maka digunakan sistem pidana kumulatif dengan pidana penjara paling lama 8 bulan.95.
Pengaturan Tindak Pidana Pembunuhan Yang Didahului Tindak Pidana Pemerkosaan Dalam Perundang-Undangan Indonesia
KUHP