• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sektor Informal

Istilah informal menurut Keith Hart (Manning dan Effendi,1985) seorang antropolog asal Inggris, adalah untuk menjelaskan sejumlah aktivitas tenaga kerja yang berada diluar pasar tenaga kerja formal yang terorganisir. Teknologi yang digunakan dalam kelompok informal cenderung menggunakan teknologi produksi yang sederhana dan padat karya, tingkat pendidikan dan ketersmpilan terbatas serta dilakukan oleh anggota keluarga. Sektor informal dapat diartikan sebagai unit-unit usaha yang berskala kecil yang menghasilkan barang dan jasa dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi dirinya sendiri.

El shaks (Jurnal Baliurang, 2004) Dalam Dessy Arifianto (2006) memberikan dua tipologi pengklasifikasian sektor informal yaitu, pertama : unit usaha yang memberikan layanan vital bagi masyarakat kota dan bersifat melengkapi sektor formal seperti pengusaha transportasi, pedagang makanan, dan angkutan jasa kecil-kecilan. Kedua, kegiatan ekonomi yang cenderung bersifat personal, marjinal dan illegal. Tipologi ini biasanya tidak menggunakan modal dan lebih menggandalkan pada kekuatan fisik. sektor itu mandiri. Secara umum dari sektor informal adalah bagian dari sistem ekonomi kota dan desa yang belum mendapatkan bantuan ekonomi dari pemerintah atau belum mampu menggunakan bantuan yang telah disediakan atau sudah menerima bantuan tetapi belum sanggup berdikari.

Dari penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa sektor informal merupakan sektor pelengkap bagi sektor formal dimana perannya sebagai alternative dari sektor formal untuk menekan angka pegangguran. Bentuk unit usahanya tidak memerlukan pelaku usaha dengan pendidikan dan keterampilan tinggi dengan skala berdagang yang cenderung kecil.

(2)

11

2.1.1 Pedagang Kaki Lima

Makna dari sektor informal sulit untuk digambarkan namun dapat diketahui melalui pengamatan langsung. Usaha sektor informal tidak saja berskala kecil, tetapi juga cenderung diletakan dalam struktur yang tidak jelas. (Hann Dieter, 1991). Dengan pengertian tersebut terlihat bahwa posisi sektor informal dalam struktur ekonomi terkesan tidak diakui karena posisi mereka diletakan dalam struktur yang tidak jelas.

Beberapa segi sektor informal yang pertama adalah kegiatan sektor informal bukanlah suatu kegiatan yang terpisah dari sektor formal, bahkan sektor ini memperoleh pengakuan kegiatannya justru dari sektor formal itu sendiri.

Kedua , bahwa gejala formal-informal merupakan karakteristik kegiatan ekonomi Negara yang sedang berkembang, dimana sektor informal mendominasi hampir hampir seluruh kegiatan bidang jasa. Ketiga, sektor informal mimiliki anggapan akan terikat kedalam suatu bentuk solidaritas tersendiri tidak terbukti.

Budi (2006) memberikan didefinisikan sebagai sekelompok orang yang menawarkan barang dan jasa untuk dijual pada ruang publik, terutama dipinggir jalan dan trotoar. Sedangkan menurut Mulyanto (2007) dalam Slamet Santoso (2008), PKL merupakan usaha kecil yang berorientasi pada laba atau profit layaknya sebuah kewirausahaan. PKL mempunyai cara tersendiri dalam mengelola usahanya agar mendapatkan keuntungan. PKL menjadi manajer tunggal yang menagani usahanya mulai dari perencanaan usaha, menggerakan usaha sekaligus menggontrol atau mengendalikan usahanya, padahal fungsi-fungsi manajemen tersebut jarang atau bahkan tidak pernah mereka dapatkan dari pendidikan formal.

Dari pengertian diatas PKL dapat diartikan sebagai salah satu kelompok sektor informal yang lokasi usahanya dikeramaian umum seperti trotoar dipinggir jalan, kawasan perdagangan, ataupun sekolah biasanya tidak memilikii izin usaha sehingga aktivitas yang dilakukan cenderung berpindah-pindah serta memiliki modal yang terbatas. Pedagang Kaki Lima timbul karena adanya efek dari proses urbanisasi dan kurangnya lapangan pekerjaan formal yang ada yang bisa menampung para pekerja yang memutuskan untuk bekerja pada sektor informal khususnya menjadi Pedagang Kaki Lima.

(3)

12

2.2 Karakteristik Pedagang Kaki Lima

Karakteristik adalah suatu sifat khusus yang dimiliki oleh individu atau kelompok tertentu yang dapat menggambarkan perwatakan mereka baik secara umum maupun mendalam. Pemahaman karakteristik umumnya sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan objek penelitian tertentu. Sehingga jika disesuaikan dengan kebutuhan dalam penelitian maka kajian pustaka karakteristik Pedagang Kaki Lima dibutuhkan sebagai acuan untuk mengindentifikasi perwatakan ataupun ciri khas dari Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Pagi agar memudahkan peniliti memahami permasalahan dan fenomena yang terjadi.

Dalam upaya mengidentifkasi karakteristik Pedagang Kaki Lima, mengacu pada penjelasan menurut Winoto (2016) bahwa karakteristik Pedagang Kaki Lima dapat diidentifikasi melalui dua sudut pandang diantaranya adalah berdasarkan karakteristik aktivitas dan karakteristik lokasi berdagang.

Sebagai wujud nyata dari fenomena sektor informal, secara umum karakteristik yang dimiliki oleh Pedagang Kaki Lima sangat dekat dengan karakteristik dari sektor informal secara keseluruhan. Dalam konteks yang lebih detail, karakteristik dari Pedagang Kaki Lima dapat dikategorikan dalam beberapa aspek yaitu jenis barang atau jasa yang dijual, pola pelayanan dan sifat pelayanan, pola penyebaran, karakteristik lokasi berdagang, bentuk sarana fisik berdagang dan pola pengelolaan aktivitas Pedagang Kaki Lima (Mc. Gee dan Yeung, 1977 ).

A. Jenis Barang atau Jasa yang Dijual

1) Bahan makanan mentah dan bahan makan setengah jadi. Bahan mentah yang dimaksud berupa daging, buah, dan sayur. Sedangkan barang setengah jadi berupa sembako seperti beras.

2) Makanan siap saji dimana telah dimasak dan umumnya telah dikemas sedemikian rupa untuk menarik perhatian konsumen

3) Non makanan dimana jenis yang dijual dapat berupa tekstil hingga obat- obatan

4) Jasa pelayanan dimana umumnya yang ditawarkan adalah jasa perorangan seperti tukang membuat kunci, tukang pembuat pigura, reparasi jam, dan lainnya

(4)

13 B. Pola Pelayanan dan Sifat Pelayanan

1) Fungsi pelayanan

a. Fungsi pelayanan perdagangan dan jasa b. Fungsi pelayanan rekreasi

c. Fungsi pelayanan sosial ekonomi 2) Golongan penggunaan jasa

Umumnya peminat dari jenis dagangan dan jasa yang ditawarkan Pedagang Kaki Lima adalah golongan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah karena harga yang ditawarkan Pedagang Kaki Lima umumnya cukup mudah dijangkau oleh kapasitas ekonomi masyarakat menengah ke bawah.

Sedangkan bagi masyarakat menengah ke atas umumnya tidak memiliki ketertarikan menjadi konsumen dari Pedagang Kaki Lima.

3) Skala pelayanan

Skala pelayanan dari Pedagang Kaki Lima ditentukan berdasarkan lokasi pengguna dan peminatnya. Jika lokasi usaha Pedagang Kaki Lima dekat dengan lokasi peminat dekat maka skala pelayanannya kecil sedangkan jika lokasi peminat jauh (tersebar) dari lokasi Pedagang Kaki Lima maka skala pelayanannya akan meluas atau membesar.

4) Waktu pelayanan

Waktu berdagang Pedagang Kaki Lima menyesuaikan dengan keberadaan konsumen pada lokasi berjualan. Jika lokasi Pedagang Kaki Lima berada disekitar area perdagangan maka waktu terbaik untuk berjualan adalah pagi hingga siang hari. Sedangkan jika berada pada kawasan terbuka publik maka waktu terbaik untuk berjualan adalah pada jam istirahat kantor dan sebagainya

5) Sifat pelayanan a. Menetap b. Semi Menetap

c. Tidak menetap/berkeliling

C. Pola Penyebaran

1) Pola penyebaran mengelompok

(5)

14 Pola penyebaran kelompok umumnya ditemukan di ruang-ruang terbuka, taman, lapangan, dan sebagainya. Pengelompokan yang terjadi didasari dari keinginan pedagang untuk melakukan pemusatan berdasarkan jenis dagangan yang dijual. Berikut merupakan gambar pola persebaran mengelompok

Gambar 2.1 Pola Penyebaran Mengelompok

Sumber : Mc. Gee dan Yeung, 1977

2) Pola penyebaran memanjang

Pola penyebaran memanjang umumnya dipengaruhi oleh pola jaringan jalan di kawasan Pedagang Kaki Lima. Yang melatarbelakangi terjadinya pola ini adalah aksesibilitas yang tinggi sehingga berpotensi besar untuk mendatangkan konsumen.

Gambar 2.2 Pola Penyebaran Memanjang Sumber : Mc. Gee dan Yeung, 1977

D. Karakteristik Lokasi Berdagang

Karakteristik lokasi bergadang dari Pedagang Kaki Lima umumnya berada pada pusat-pusat kegiatan yang menjadi titik perkumpulan calon konsumen.

Secara keseluruhan selain potensi calon pembeli, aspek yang lain diperhatikan dalam pemilihan lokasi berdagang dari pedagang kaki lain adalah aksesibilitas yang tinggi. Salah satunya adalah pada area perdagangan, pertokoan, dan sepanjang koridor jalan beraktivitas tinggi.

(6)

15 E. Bentuk Sarana Fisik Berdagang

1) Gerobak/kereta dorong dimana terbagi dalam dua macam yaitu gerobak dengan atap dan tanpa atap. Penggunaan saran gerobak dikategorikan sebagai bentuk aktivitas permanen atau semi permanen

2) Pikulan/keranjang dimana digunakan oleh Pedagang Kaki Lima sebagai alat untuk menampung dagangan dan dikategorikan sebagai aktivitas semi permanen karena upaya pemasaran dilakukan dengan berkeliling maupun menetap pada suatu titik dalam jangka waktu singkat

3) Warung semi permanen yang umumnya tidak memiliki jenis dinding dari perkerasan namun tetap memiliki atap pelindung. Jenis sarana ini dikategorikan sebagai perdagangan permanen

4) Kios dimana dikategorikan sebagai aktivitas permanen yang menetap 5) Gelaran/alas dimana dikategorikan sebagai kegiatan semi permanen

F. Pola Pengelolaan Aktivitas Pedagang Kaki Lima 1) Pengelolaan Lokasional

Pengelolaan lokasional berkaitan dengan rencanaan penataan dan kebijakan yang ada di kota tersebut. Adapun kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah kota dapat dikelompokkan sabagi berikut

a. Pemugaran atau relokasi b. Stabilisasi atau pengaturan c. Pemindahan atau removal 2) Pengelolaan Struktural

Tujuan dari pengelolaan structural adalah untuk memaksimalkan usaha pengelolaan lokasional dalam penataan Pedagang Kaki Lima. Ada pula bentuk dari pengelolaan structural adalah sebagai berikut

a. Perijinan b. Pembinaan

c. Bantuan atau pinjaman

Dalam upaya pengaturan dan pengarahan Pedagang Kaki Lima dibutuhkan tahapa pemahaman karakteristik dari Pedagang Kaki Lima, konsumen Pedagang Kaki Lima, dan karakteristik ruang fisik Pedagang Kaki Lima. Dimana dari aspek

(7)

16 tersebut dapat dijabarkan indikasi karakteristik Pedagang Kaki Lima adalah sebagai berikut (Rustianingsih, 2004) :

1. Fungsi kegiatan : untuk memperlihatkan fungsi dari pelayanan pedagang eceran, pelayanan jasa, hiburan, dan fungsi sosial ekonomi

2. Tingkat pendidikan : memperlihatkan kemungkinan tingkat kemampuan Pedagang Kaki Lima dalam memahami kebijakan pemerintah

3. Jenis dagangan : memperlihatkan kemungkinan ada tidaknya homogenitas maupun keberagaman dari jenis dagangan Pedagang Kaki Lima

4. Lamanya berprofesi : dapat memperlihatkan latar belakang keterlibatan pelaku usaha menjadi Pedagang Kaki Lima

5. Tingkat pendapatan : memperlihatkan kecenderungan dimana semakin tinggi pendapatan Pedagang Kaki Lima pada kawasan tertentu maka semakin besar kemungkinan kawasan tersebut akan menjadi sasaran berdagang bagi para Pedagang Kaki Lima

6. Interaksi sesama Pedagang Kaki Lima : menunjukkan tingkat solidaritas sesame pedagang kaki llima

7. Kebutuhan ruang Pedagang Kaki Lima : memperlihatkan kebutuhan akan lahan dan ruang untuk masing-masing jenis dagangan

Karakteristik dari Pedagang Kaki Lima merupakan pembuka jalur untuk menyelesaikan permasalahan Pedagang Kaki Lima yang ada khususnya Pedagang Kaki Lima pada pusat-pusat kegiatan kota. Dimana karakteristik dari Pedagang Kaki Lima dapat diindetifikasi sebagai berikut (Maulidiyah, 2016) :

1. Jenis barang dagangan : makanan/minuman, sayuran, buah-buahan, ikan/ayam, konveksi, dan lainnya

2. Jenis sarana berdagang : gelaran alas/tikar, gerobak/kereta dorong, pikulan/keranjang, kios semi permanen, dan lainnya (tidak menggunakan sarana berdagang apapun.

3. Luas tempat berdagang : <1m2; 1-3m2; dan >3m2

4. Modal usaha : <Rp.500.000; Rp.500.000-Rp.750.000; Rp.750.000- Rp.1.000.000; dan >Rp.1.000.000

5. Tingkat pendapatan : <Rp.300.000; Rp.300.000-Rp.500.000; Rp.500.000-Rp.

700.000; Rp.700.000-Rp.900.000; dan >Rp.900.000

(8)

17 6. 3 lokasi berdagang di sekitar kawasan perdagangan : lahan parkir, trotoar, dan

badan jalan

7. Pedagang Kaki Lima yang berdagang pada kawasan perdagangan berkemungkinan berasal dari rual kota lokasi penelitian

8. Beberapa memiliki pegawai untuk menjalankan usaha dan beberapa hanya bekerja sendiri

9. Waktu berdagang : pagi-siang, pagi-sore, pagi-malam, siang-sore, siang- malam, sore-malam, dan malam-siang

10. Sifat pelayanan : menetap dan berkeliling

11. Pola penyebaran : bercampur dengan jenis dagangan lainnya dan berkumpul dengan jenis dagangan yang sama

12. Pembayaran retribusi umumnya dikenakan pada Pedagang Kaki Lima yang berada dalam kawasan perdagangan dan menggunakan sarana prasana kawasan tersebut sedangkan untuk Pedagang Kaki Lima yang menggunakan badan jalan tidak dikenakan biaya

13. Pelaku penagih retribusi : pihak yang berwenang atas kawasan tersebut baik secara formal maupun informal

Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan Wibsono (2014) karakteristik dari Pedagang Kaki Lima dapat dikategorikan berdasarkan tigas aspek yaitu aspek fisik, aspek kegiatan, dan aspek lingkungan.

1. Aspek Fisik mencakup Jenis barang, Pendapatan, Modal usaha, Sarana yang digunakan, Tingkat keterampilan, Tingkat pendidikan, Tenaga kerja, Luas lapak, dan Status lapak

2. Aspek Kegiatan mencakup Fungsi kegiatan, Sifat kegiatan usaha, Waktu kegiatan usaha, dan Interaksi sosial

3. Aspek Psikologi dimana ditemukan bahwa suasana psikologi dari Pedagang Kaki Lima tidak bisa tenang akibat kegusaran jika akan ditertibkan sewaktu- waktu oleh para regulator

Tabel 2.1 Kajian Teori Karakteristik Pedagang Kaki Lima

No Sumber Aspek dalam Pustaka

1 Mc. Gee dan Yeung (1997)

Jenis barang atau jasa yang dijual Pola pelayanan dan sifat pelayanan

(9)

18

No Sumber Aspek dalam Pustaka

Pola Penyebaran Karakteristik lokasi berdagang

Bentuk saran fisik berdagang

Pola pengelolaan aktivitas pedagang kaki lima

2 Rustianingsih (2004)

Fungsi kegiatan Tingkat pendidikan

Jenis dagangan Lama berprofesi Tingkat pendapatan

Interaksi sesame pedagang kaki lima Kebutuhan ruang pedagang kaki lima

3 Maulidiyah (2016)

Jenis barang dagangan Jenis sarana berdagang Luas tempat berdagang

Modal usaha Tingkat pendapatan Lokasi berdagang Strategis

Waktu berdagang Sifat pelayanan Pola penyebaran Pembayaran retribusi Pelaku penagih retribusi

4 Wibsono (2016)

Jenis barang Pendapatan Modal usaha

Sarana yang digunakan dan Utilitas Penunjang Tingkat keterampilan

Tingkat pendidikan Tenaga kerja

Luas lapak Status lapak Fungsi kegiatan Sifat kegiatan usaha Waktu kegiatan usaha

Interaksi sosial Kondisi psikologi

*) Penulis, 2021

2.3 Faktor-faktor Penataan Pedagang Kaki Lima

Faktor-faktor merupakan instrumen yang berpengaruh terhadap suatu kodisi maupun usaha, yang mana jika ditinjau dari kebutuhan penelitian, peranan

(10)

19 faktor-faktor sebagai instrumen yang mempengaruhi pemecahan masalah pada objek penelitian. Faktor-faktor penataan Pedagang Kaki Lima perlu dikaji dan diindentifikasi faktor-faktor berpengaruhnya sebagai salah satu masukan dalam perumusan kriteria penataan Pedagang Kaki Lima berdasarkan karakteristik pedagang di kawasan Pasar Pagi Kelurahan Pasar Pagi Kota Samarinda. Dimana faktor-faktor yang dikaji mencakup prinsip pemilihan lokasi, faktor penentu lokasi berdagang, dan faktor dalam penataan Pedagang Kaki Lima.

Berdasarkan penelitian yang diangkat oleh Fajrin dan Rahmawati (2016), ditemukan faktor-faktor yang berpengaruh dalam penataan Pedagang Kaki Lima sebagai berikut :

1. Tingkat kemacetan akibat Pedagang Kaki Lima 2. Tingkat kebersihan pada lokasi Pedagang Kaki Lima

3. Isentif dan disinsentif terhadap keberadaan Pedagang Kaki Lima 4. Perizinan

5. Pembinaan dan penyuluhan dari pemerintah

6. Tingkat interaksi pemerintah dengan Pedagang Kaki Lima terkait aktivitas berdagang

7. Jaminan perlindungan bagi Pedagang Kaki Lima

8. Pentingnya pengaturan usaha bagi Pedagang Kaki Lima

9. Pertingnya kerjasama bagi Pedagang Kaki Lima dengan pemerintah

Harianto dan Ramhdani (2005) menilai bahwa terdapat elemen yang harus menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi serta relokasi Pedagang Kaki Lima diantaranya:

1. Kestrategisan lokasi dimana konsumen harus mudah menjangkau lokasi tersebut dengan didukung akses yang baik

2. Pemilihan lokasi pedagang juga harus mempertimbangkan kedekatan dengan sumber bahan baku untuk berdagang

3. Faktor visual dimana lokasi yang ditetapkan harus memiliki daya tarik secara visual untuk menarik minat konsumen

4. Sewa atau penjualan tanah/kios harus memperhatikan kemampuan Pedagang Kaki Lima untuk menjangkau

(11)

20 Menurut Winoto (2016) faktor utama yang melandasi pemilihan dan penataan lokasi untuk Pedagang Kaki Lima harus memperhatikan faktor lokasi dimana dari faktor lokasi ini memiliki turunan variabel berupa aksesibilitas jalan, keberadaan fasilitas umum, permukiman, dan konsumen. Dimana Pedagang Kaki Lima umumnya memiliki lokasi yang dekat dengan permukiman penduduk atau pusat-pusat yang mengundang keramaian pengunjung. Hal ini karena Pedagang Kaki Lima selalu memiliuh lokasi berdagang yang banyak terjadi aktivitas manusia karena semakin dekat Pedagang Kaki Lima terhadap pusat kegiatan maka semakin besar pula kemungkinan konsumen yang akan datang.

Faktor-faktor pemilihan lokasi juga harus memperhatikan pelaku usaha untuk memahami keinginan mereka dalam pemilihan lokasi berdagang. Menurut Fandi Tjiptono (2002) terdapat faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan lokasi berdagang di antaranya :

1. Aksesibilitas dimana akan sangat baik jika mudah dijangkau dengan berjalan kaki atau dengan kendaraan umum

2. Visibilitas dimana mudah terlihat oleh mata dan terkekspos dari berbagai jangkauan pandangan manusia

3. Lalu lintas dimana jalur yang padat dapat meningkatkan konsumen karena ramai dilalui namun jika pengelolaannya tidak baik dapat terjadi hambatan dimana keberadaan Pedagang Kaki Lima dapat berpotensi menimbulkan kemacetan

4. Tempat parkir yang luas baik bagi roda dua dan roda empat

5. Ekspansi dimana lokasi harus mampu menampung kemungkinan perlausan kawasan berdagang

6. Lingkungan dimana mampu mendukung minat pembeli terhadap produk yang ditawarkan

7. Persaingan dimana perlu mempertimbangkan jumlah pedagang dari jenis dagangan yang sama agar meminimalisif konflik akibat persaingan

8. Peraturan pemerintah dimana ketentuan dan kebijakan yang diterapkan harus secara tegas dan solutif

Dari seluruh prinsip penataan menurut Novelia (2015) bahwa terdapat 12 (dua belas) kriteria dalam penentuan lokasi berdagang bagi PKL sebagai berikut:

(12)

21 1. Jenis barang yang diperdagangankan

2. Sarana yang digunakan

3. Waktu berdagang bagi pedagang

4. Memiliki luasan yang memadai dengan standar luas lapak maksimal 12m2 5. Berada pada lokasi dengan tingkat kunjungan yang tinggi

6. Ketersediaan utilitas penunjang kegiatan berdagang seperti jaringan listrik, jaringan air bersih, dan jaringan limbah

7. Dekat dengan lokasi tempat parkir (berdampingan) 8. Lokasi PKL dilalui oleh kendaraan umum

9. Berlokasi pada fungsi jalan yang dapat menunjang kegiatan berdagang (fungsi jalan arteri, kolektor dan local. Tidak termasuk fungsi jalan lingkungan)

10. Berada pada ruang publik dengan ketersediaan ruang khusus PKL 11. Lokasi PKL dekat dengan kegiatan formal lainnya

12. Lingkungan lokasi PKL mendukung untuk tempat berjualan jenis barang tertentu (sejenis)

Sedangkan menurut Witjaksono (2005) bahwa dasar pertimbangan dalam mengalokasikan kegiatan PKL mempunyai beberapa kriteria lokasi dimana harus strategis dimana berdekatan dengan kegiatan primer dan mempunyai nilai lahan yang sangat rendah dengan sirkulasi lalu lintas yang baik.

Tabel 2.2 Kajian Teori Faktor-faktor dalam Penataan Pedagang Kaki Lima

No Sumber Aspek dalam Pustaka

1 Fajrin dan Rahmawati (2016)

Tingkat kemacetan Tingkat kebersihan Isentif dan disinsentif

Perizinan

Pembinaan dan penyuluhan dari pemerintah Tingkat interaksi antar pemerintah dengan PKL

Jaminan perlindungan bagi PKL Pentingnya pengaturan usaha bagi PKL Pentingnya kerjsama bagi PKL dengan pemerintah

2 Ramhdani (2005)

Lokasi strategis Jarak dengan bahan baku

Visual dimana lokasi harus memiliki daya tarik Harga sewa harus memperhatikan kemampuan

(13)

22

No Sumber Aspek dalam Pustaka

pedagang

3 Winoto (2016)

Aksesibilitas Keberadaan fasilitas umum

Permukiman Konsumen

Dekat dengan permukiman Dekat dengan pusat kegiatan

4 Fandi Tjiptono (2002)

Aksesibilitas Visibilitas Lalu lintas Tempat parkir

Ekspansi Lingkungan (visual)

Persaingan antar jumlah pedagang sejenis Kebjakan dan regulasi

5 Novelia (2015)

Jenis barang yang diperdagangankan Sarana yang digunakan Waktu berdagang bagi pedagang

Memiliki luasan yang memadai

Berada pada lokasi dengan tingkat kunjungan yang tinggi

Ketersediaan utilitas penunjang kegiatan berdagang Dekat dengan lokasi tempat parkir (berdampingan)

Lokasi PKL dilalui oleh kendaraan umum fungsi jalan yang dapat menunjang kegiatan berdagang

(fungsi jalan arteri, kolektor dan local. Tidak termasuk fungsi jalan lingkungan)

Berada pada ruang publik dengan ketersediaan ruang khusus PKL

Lokasi PKL dekat dengan kegiatan formal lainnya Lingkungan lokasi PKL mendukung untuk tempat

berjualan jenis barang tertentu (sejenis) 6 Witjaksono (2005)

Lokasi strategis dimana lokasi PKL berdekatan dengan kegiatan Primer

Memiliki sirkulasi lalu lintas yang baik

*) Penulis, 2021

2.4 Sintesa Tinjauan Teori

Dari kajian teori yang telah dilakukan dietemukan indikator-indikator penelitian yang dapat digunakan untuk menetukan variable dalam mencapai sasaran penelitia. Adapun hasil sintesa tinjauan teori adalah sebagai berikut :

(14)

23

2.4.1 Indikator dan Variabel Karakterisitk Pedagang Kaki Lima

Berdasarkan deifnisi dan karakteristik PKL yang telah dijabarkan pada tinjauan teori, didapatkan variable penelitian untuk menganalisis karakteristik PKL di Kawasan Perdagangan Pasar Pagi adalah sebagai berikut

Tabel 2.3 Variabel Karakteristik Pedagang Kaki Lima

Sumber Indikator Variabel

Mc. Gee dan Yeung;

Maulidiyah; Wibsono

Bentuk sarana fisik berdagang

Jenis sarana (alat peraga) yang digunakan

Mc. Gee dan Yeung;

Rustianingsih;

Maulidiyah; Wibsono

Jenis barang atau jasa

yang dijual Jenis Dagangan atau Jasa Mc. Gee dan Yeung;

Maulidiyah; sifat pelayanan Sifat Pelayanan Rustianingsih;

Maulidiyah; Wibsono

Kebutuhan Ruang

Pedagang Kaki Lima Luas Lapak Wibsono Utilitas Penunjang

Kegiatan Berdagang Utilitas Penunjang Mc. Gee dan Yeung;

Maulidiyah Lokasi Berdagang Lokasi Berjualan Kondisi Lingkungan

Maulidiyah Lokasi Strategis Keramaian

Jarak Tempat Tinggal

*) Penulis, 2021

2.4.2 Indikator dan Variabel terhadap Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Penataan Pedagang Kaki Lima

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang telah dijabarkan, didapatkan variable penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam penataan PKL di Kawasan Perdagangan Pasar Pagi adalah sebagai berikut

Tabel 2.4 Indikator dan Variabel terhadap Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Penataan Pedagang Kaki Lima

Sumber Indikator Variabel

Fajrin dan Rahmawati;

Fandi Tjiptono; Novelia dan Witjaksono

Lalu Lintas

Sirkulasi Fungsi Jalan Winoto; Novelia; dan

Witjaksono Konsumen

Dekat pusat kegiatan formal Dekat permukiman

Jumlah Penduduk Winoto; Fandi Tjiptono; Lokasi mudah dijangkau Aksesibilitas

(15)

24

Sumber Indikator Variabel

dan Novelia Fandi Tjiptono; dan

Novelia

Memiliki Luasan Yang

Memadai Ekspansi

Winoto; Fandi Tjiptono;

dan Novelia Keberadaan fasilitas umum Lahan Parkir Dekat Lahan Parkir Winoto; dan Novelia Utilitas Penunjang Kegiatan

Berdagang

Jaringan listrik Jaringan air bersih

Jaringan limbah Ramhdani; Fandi

Tjiptono; Novelia dan Witjaksono

Lokasi Strategis

Lingkungan Visibilitas Jarak dengan bahan baku

*) Penulis, 2021

Referensi

Dokumen terkait

Archive of SID 1386 ﺰﯿﯾﺎﭘ ،76 هرﺎﻤﺷ b b • • ۱۳۸۶ ﺰﻴﻳﺎﭘ ۷۶ ﻩﺭﺎﻤﺷ ﻥﺎﻳﺰﺑﺁ ﻭ ﻡﺍﺩ ﺭﻮﻣﺍ ﯽﻨﺴﺣ ﺪﯿﻌﺳ• نﺎﮔﺮﮔ ﯽﻌﯿﺒﻃ ﻊﺑﺎﻨﻣ و يزروﺎﺸﮐ مﻮﻠﻋ هﺎﮕﺸﻧاد رﺎﯾدﺎﺘﺳا يرﺪﻨﯾﺎﻓ يرﺎﯿﺘﺨﺑ ﺪﯿﻣا• ﯽﻣاد مﻮﻠﻋ ﺪﺷرا

Financial inclusion is a process of promoting affordable, timely and adequate access to various regulated financial products and services and expanding their use by all segments of