• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pelanggaran Lalu Lintas

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang telah ditetapkan dalam Rapat Paripurna Dewan Perawakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada tanggal 26 Mei 2009 yang kemudian disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 22 Juni 2009 yang mengatur secara lengkap mengenai aturan dalam berkendara di jalan raya. Undang-undang ini lebih luas cakupannya jika dibandingkan dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 karena merupakan pengembangan yang signifikan dilihat dari jumlah clausul yang diaturnya, yakni yang sebelumnya terdiri dari 16 bab dan 74 pasal, menjadi 22 bab dan 326 pasal.

Berbeda dengan undang-undang sebelumnya, Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 ini melihat bahwa lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum. Selanjutnya di dalam batang tubuh di jelaskan bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh undang-undang ini adalah terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan modal angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa; terwujudnya etika berlalu lintas

(2)

dan budaya bangsa; dan terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 secara tegas mengatur tentang pengemudi yang merupakan bagian dari lalu lintas. Berdasarkan Pasal 77 Ayat (1) setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki surat Izin Mengemudi (SIM) sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan. SIM merupakan bukti registrasi dan identifikasi yang diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu lintas dan terampil mengemudikan kendaraan bermotor.

Surat Izin Mengemudi memiliki fungsi sebagai: (a) Bukti kompetensi mengemudi; (b) Registrasi pengemudi kendaraan bermotor yang memuat identitas lengkap pengemudi; dan (c) Media untuk mendukung kegiatan penyelidikan, penyidikan, dan identifikasi forensik kepolisian.

Berdasarkan lampiran kesepakatan bersama Ketua Mahkamah Agung, Menteri Kehakiman, Jaksa Agung dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia tentang petunjuk pelaksanaan tata cara penyelesaian pelanggaran lalu lintas jalan tertentu bahwa surat tilang merupakan alat utama yang digunakan dalam penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas jalan tertentu sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Pasal 211 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang berdasarkan kajian, apabila tidak dilakukan tindakan kepolisian secara terencana dan konsisten akan dapat menimbulkan akibat-akibat

(3)

diantaranya adalah:

a. Mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.

b. Mengakibatkan kemacetan lalu lintas.

c. Mengakibatkan kerusakan prasarana jalan dan sarana angkutan.

d. Menimbulkan ketidak-tertiban dan ketidak-teraturan.

e. Menimbulkan polusi.

f. Berkaitan dengan kejahatan

Pelanggaran adalah secara sengaja atau lalai melakukan perbuatan atau tindakan yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang- undangan lalu lintas. Pelaku pelanggaran biasa disebut human error. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung normal tetapi dapat juga karena pelanggaran hukum.

Pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan atau tindakan manusia yang mengemudi kendaraan umum atau kendaraan bermotor juga pejalan kaki, yang berjalan umum dengan tidak mematuhi peraturan perundang-undangan lalu lintas yang berlaku. Ditinjau dari bentuk pelanggaran, dapat dibagi menjadi :

a. Pelanggaran lalu lintas tidak bergerak (standing violation) misalnya pelanggaran tanda-tanda larangan parkir.

b. Pelanggaran lalu lintas bergerak (moving violation)misalnya melampaui batas kecepatan, melebihi kapasitas muatan dan sebagainya. Jika ditinjau dari akibat yang ditimbulkan pelanggaran dapat dibedakan menjadi :

a. Pelanggaran yang menimbulkan kecelakaan lalu lintas misalnya kelebihan muatan orang atau barang, melebihi kecepatan.

b. Pelanggaran yang tidak menimbulkan kecelakaan lalu lintas misalnya tidak

(4)

membawa surat-surat kelengkapan saat berlalu lintas, pelanggaran rambu larangan parkir dan sebagainya.1

Pelanggaran, menurut Sudarto perbuatan yang oleh umum baru disadari sebagai tindak pidana, karena undang-undang menyebutnya sebagai delik, jadi karena ada undang-undang mengancam dengan pidana misalnya memparkir motor di sebelah kanan jalanan. Pengertian pelanggaran tersebut berbeda dengan pernyataan Prodjodikoron yang mengartikan pelanggaran sebagai perbuatan melanggar sesuatu dan berhubungan dengan hukum berarti lain dari pada perbuatan melanggar hukum. Pelanggaran dalam hal ini tidak sama dengan kejahatan seperti yang dikemukakan oleh Soekanto mendeskripsikan pelanggaran lalu lintas sebagai masyarakat yang lalai ”siapakah pelanggaran lalu lintas Jawabannya bukanlah berkaitan dengan nama atau pekerjaanya. Penegak hukum harus menyadari bahwa pelanggaran lalu lintas (dalam kebanyakan hal) bukanlah penjahat, akan tetapi orang yang lalai atau alpa. Sudah tentu bahwa penegak hukum harus selalu siap menghadapi kenyataan, apabila pelanggaran ternyata adalah penjahat yang sedang melarikan diri. Akan tetapi, pada umumnya pelanggaran adalah warga masyarakat yang lalai, oleh karena mengambil keputusan yang keliru”.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia melakukan pembedaan antara kejahatan dan pelanggaran. Segala bentuk kejahatan dimuat dalam buku II KUHP sedangkan pelanggaran dimuat dalam buku III KUHP yang dibedakan secara prinsip yaitu:

1 http://e-journal.uajy.ac.id/4996/1/JURNAL.pdf. diakses pada 23 september 2022

(5)

1. Kejahatan sanksi hukumnya lebih berat dari pelanggaran, yaitu berupa hukuman badan (penjara) yang waktunya lebih lama.

2. Percobaan melakukan pelanggaran dihukum sedangkan pada pelanggaran percobaan melakukan pelanggaran tidak dihukum.

3. Tenggang waktu daluarsa bagi kejahatan lebih lama dari pada pelanggaran.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelanggaran adalah:

1. Perbuatan yang bertentangan dengan apa yang secara tegas dicantumkan dalam undang-undang pidana.

2. Pelanggaran merupakan tindak pidana yang lebih ringan dari kejahatan baik perbuatan maupaun hukumannya.

Dengan demikian polisi lalu lintas sebagai penegak hukum haruslah arif dan bijaksana dalam membedakan tindak kejahatan dan pelanggaran serta tidak boleh memukul rata masalah tersebut dengan keputusan sepihak.Situasi yang ada dijalan raya memang berbeda, terkadang polisi cepat mengambil keputusan yang dilandasi dengan perasaan emosional.Polisi lalu lintas dalam melaksanakan tugasnya sebagai penegak hukum di jalan raya tidak boleh sewenang-wenang mengambil keputusan karena polisi sebagai aparat penegak hukum dan teladan di jalan raya, ibarat sebagai seorang pendidik.

(6)

B. Perbuatan Pelanggaran dan Lalu Lintas Di Indonesia

Di dalam KUHP tidak dijelaskan mengenai arti pelanggaran.

Pelanggaran dapat dibedakan dengan kejahatan melalui sanksi yang diberikan, Sanksi bagi pelaku pelanggaran umumnya lebih ringan dari pelaku kejahatan.

Istilah “pelanggaran” adalah delik undang-undang (wetsdelicten) yaitu perbuatan yang sifat melawan hukumnya baru dapat diketahui setelah ada undang-undang yang mengaturnya2. Maka suatu tindakan dinyatan telah melanggar apabila akibat dari perbuatan itu menimbulkan adanya sifat melawan hukum dan telah ada aturan atau telah ada undang-undang yang mengaturnya. Walaupun perbuatan itu telah menimbulkan suatu sifat melawan hukum namun belum dapat dinyatakan sebagai suatu bentuk pelanggaran sebelum diatur dalam peraturan perundang-undanagan.3

Pelanggaran menurut Sudarto,4wetsdelict”, yakni perbuatan yang oleh umum baru disadari sebagai tindak pidana, karena Undang-Undang menyebutnya sebagai delik, jadi karena ada Undang-Undang mengancam dengan pidana, Misalnya memparkir motor disebelah kanan jalan. Pengertian pelanggaran tersebut berbeda dengan pendapat Wirjono Prodjodikoro,5 yang mengartikan pelanggaran sebagai “Perbuatan melanggaran sesuatu dan berhubungan dengan hukum, yang berarti lain dari pada perbuatan melanggar

2 Rusly dan Popy Andi L:obo, Asas-asas Hukum Pidana, Umithohs Press, Ujung Pandang, 1989, hal. 74.

3 Gusty Ngurah Adit Ardiyasa, Kajian Kriminologis Mengenai Pelanggaran Lalu lintas yang Dilakukan Oleh Anak, https://mrdia, neliti. Com/media/publications/149603-ID-kajian- kriinologis-mengenai-pelanggaran.pdf

4 Sudarto, HukumPidana I, Yayasan Sudarto, Semarang, 1990, hal. 57.

5 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum pidana di Indonesia, Eresco, Bandung, 1981, hal. 28.

(7)

hukum”. Adapun pengertian lalu lintas angkutan jalan didalam Undang- Undang no 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan secara sendiri-sendiri yakni sebagai berikut :

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang no 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan “Lalulintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalulintas, prasana Lalulintas dan Angutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, Serta pengelolanya”.

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang no 22 Tahun 2009 Tentang LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN “Lalulintas adalah gerak kendaraan dan orang diruang lalulintas jalan”

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang no 22 Tahun 2009 Tentang LALU LINTAS DAN ANGKUKTAN JALAN “ angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain denngan menggunakan kendaran di Ruang Lalulintas Jalan”.

Semetara itu pegertian secara limitative tentang apa yang dimaksud dengan pelanggaran lalu lintas tidak ditemukan di dalam pengertian umum yang diatur pada Pasal 1 UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Menurut Awaloedin bahwa pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan atau tindakan seseorang yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan sebagaimana yang dimaksud pada pasal 32 (1) dan (2), pasal 33 (1) huruf a dan b, Undang-Undang No. 14 Tahun 2002 atau peraturan perundang-undangan lainnya.6 Defenisi pelanggaran lalu lintas yang dikemukakan oleh Awaloedin tersebut di atas ternyata masih menggunakan rujukan atau dasar perundang-undangan yang lama yakni UU No. 14 Tahun 1992 yang telah diganti dengan UU No. 22 Tahun 2009, akan

6 Naning Rondlon, Menggarairahkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Disiplin Penegak Hukum dan Lalu lintas, Bina Ilmu, Jakarta, 1983, hal. 19.

(8)

tetapi hal tersebut dapat dijadikan suatu masukan berharga dalam membahas tentang pengertian pelanggaran lalu lintas.

Ramdlon Naning sendiri menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pelanggaran lalu lintas jalan adalah perbuatan atau tindakan yang bertentangan dengan ketentuan –ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas.7 Pelanggaran yang dimaksud adalah sebagaimana diatur dalam pasal 105 Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 yang berbunyi setiap orang yang menggunakan jalan wajib:

1. Berpelilaku tertip; dan/atau

2. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membayakan keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan.

Jika ketentuan tersebut di atas dilanggar maka akan dikualifikasikan sebagai suatu pelanggaran yang terlibat dalam kecelakaan. Untuk memberikan penjelasan tentang pelanggaran lalu lintas yang lebih terperincian, maka perlu dijelaskan lebih dahulu mengenai pelanggaran itu sendiri. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tindak pidana dibagi atas kejahatan (misdrijve) dan pelanggaran (overtredingen). Mengenai kejahatan itu sendiri dalam KUHP diatur pada Buku II yaitu tentang kejahatan. Sedangkan pelanggaran diatur dalam Buku III yaitu tentang pelanggaran. Dalam hukum

7 Ibid

(9)

pidana terdapat dua pandangan mengenai criteria pembagian tindak pidana kejahatan dan pelanggaran, yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Menurut pandangan yang bersifat kualitatif didefinisikan bahwa suatu perbuatan dipandang sebagai tindak pidana setelah adanya undang-undang yang mengatur sebagai tindak pidana. Sedangkan kejahatan bersifat recht delicten yang berarti suatu yang dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan keadilan, terlepas apakah perbuatan itu dianca pidana dalam suatu undang-undang atau tidak. Menurut pandangan yang bersifat kualitatif bahwa terhadap ancaman pidana pelanggaran lebih ringan dari kejahatan. Menurut JM Van Bemmelen dalam bukunya “Handelen Leer Boek Van Het Nederlandse Strafrecht” menyatakan bahwa perbedaan antara kedua

golongan tindak pidana ini (kejahatan dan pelanggaran) tidak bersifat kualitatif, tetapi hanya kuantitatif, yaitu kejahatan yang umumnya diancam dengan hukuman yang lebih berat dari pada pelanggaran dan dampaknya didasarkan oleh sifat lebih dominan dari pada kejahatan.8

Jika hal tersebut dihubungakn dengan realita sehari-hari maka pemeberian sanksi kepada pelaku kejahatan umunya lebih dominan dari sanksi yang diberikan kepada pelaku pelanggaran. Maka dapat diuraikan pengertian pelanggaran, untuk itu di perlukan para pendapat ahli hukum, menurut Wirjono Prodjodikoro,9 Pengertian pelanggaran adalah overtredingen atau pelanggaran yang artinya suatu pelangaran yang nelanggar sesuatu yang berhubungan

8 Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hal.

40.

9 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana, Refika Aditama, Bandung, hal, 33.

(10)

dengan hukum, berarti tidak lain dari pada perbuatan melawan hukum. Dari berbagai definisi pelanggaran dapat di simpulkan bahwa terdapat unsusr-unsur pelanggaran yaitu:

1. adanya perbuatan yan bertentangan dengan perundang-undangan 2. menimbulkan akibat hukum

dari berbagai penegrtian diatas kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pelanggaran lalu lintas adalah suatu perbuatan atau tindakan serta dilakukan oleh seseorang yang mengemudikan kendaraan umum juga pejalan kaki yang bertetntangan dengan peraturan lalu-lintas yang berlaku.10

Pelanggaran lalu lintas merupakan suatu perbuatan yang melanggar atau menyimpan dari norma positif yang berlaku sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan ketertiban berlalu lintas di jalan umum, pelanggaran lalu lintas dapat di kategorikan juga sebagai perbuatan yang diikuti oleh oleh sankgsi sehingga dapat di kenakan sangksi pidana maupun sangksi administrative.

Dalam pelanggaran lalu lintas di Indonesia terdapat beberapa pelaanggaran yang dapat dikategoikan dalam beberapa jenis yaitu:

a. Pelangaran Berat.

Jenis pelangaran ini memiliki sangksi Pidana maksimal enam bulan atau lebih dan denda maksimal lebih dari 1 juta Rupiah,

10 Ramdlon Naning, Menggairahkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Disiplin Penegak Hukum Dalam Lalu lintas,

(11)

pelanggaran yang masuk kategori ini adalah merusak dan menggangu fungsi jalan dan balap liar di jalan raya.

b. Pelanggaran Sedamg

Jenis yang masuk kelompok ini adalah pelanggaran yang mendapat sangksi pidana maksimal tiga sampai empat bulan atau denda maksimal Rp. 500 ribu – Rp. 1 juta. Sedangkan jenis pelanggaran ini mencakup tidak memiliki sim, tidak berkonsentrasi saat berkendara, dan menerobos pintu palang kereta api.

c. Pelanggaran Ringan

Pelanggaran yang masuk kategori ini cukup banyak. Kriteria untuk kategiri adalah pidana maksimal 15 hari-2 bulan atau denda maksimal Rp.100 ribu-Rp.500 ribu. Ada 40 jenis pelanggaran yang masuk kategori ini, yaitu memakai aksesoris yang berbahaya di kendaraan, tidak memiliki plat nomor kendaraan, serta tidak mengutamakan pejalan kaki dan pesepeda.11

B. Tugas dan Wewenang Polisi Lalu Lintas Menurut Peraturan Perundang- Perundangan

Sebagai masyarakat yang kesehariannya menggunakan jalan umum kita telah mengenal Kepolisian baik yang bertugas di Kantor maupun di jalan raya sebagai polisi lalu lintas. Polsisi sendiri kita kerap mengenal sebagai

11 Lucky, Berita Terkini, Keselamatan jalan, http://rsa.or.id/ini-Klasifikasi- Pelanggaran-Lalu-Lintas-di-Indonesia/,diakses tanggal 02 Agustus 2022. Pukul. 21.35.

(12)

orang yang selalu menegakan hukum dan menjaga keteraturan kamtibmas di tengah-tengah masyarakat kendati pun dalam menajga dan menegekan hukum banyak yamg tidak sesuai dengan keinginan masyarakat seperti yang kita ikuti-akhir ini banyak fenome kepolisian yang buruk dan yang baik namun begitu Institusi kepolisian selalu bergerak menuju perubahan yang lebih baik.

Menurtut Kelana, istilah polisi memiliki dua arti yang Pertama, polisi dalam arti formil yang mencakup organisasi dan kedudukan suatu instansi kepolisian. Kedua, polisi dalam arti material yang memberikan jawaban- jawaban terhadap persoalan tugas dan wewenang dalam menghadapi gangguan ketertiban dan keamanan berdasarkan peraturan perundang- undangan”.12 Polisi adalah alat kelengkapan negara yang bertugas untuk memelihara ketertiban dan keamanan, memberikan perlindungan, dan menciptakan keteraturan dalam masyarakat. Tanpa polisi, peraturan hukum pidana hanya akan menjadi rentetan norma tertulis yang kaku tanpa ada fungsi apapun.

Pekerjaan seorang polisi juga dapat di kategorikan sebagai pekerjaan kemanusiaan yang cukup luas untuk menjalankan tugasnya, polisi tidak dapat hanya berlindung di belakang ketentuan dan tanggungjawab yang harus di laksanakannya, melainkan juga di harapkan kepada persoalan tentang bagaimana tugas itu di jalani.13

12Momo Kelana, Hukum Kepolisian Perkembangan Di Indonesia Suatu Studi Historis Komperatif, PT.IK,ZJakarta, 1972, hal. 22.

13 Malik Abdul, Pembinaan Kesadaran Hukum Dalam Bidang Lalu Lintas, Jaya Abadi, Yogyakarta, 1981, hal. 17.

(13)

Polisi lalu lintas dalam melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari ;

1. Data pribadiya (Raw-Input)

2. Pendidikan, tempat pekerjaan maupun instansi lain (Imstrumen-Input) 3. Lingkungan sosial (Environtment-Input).

Komposisi kepolisian didalmnya juga terdapat Polisi lalu lintas yang adalah salah satu unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan, Pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi, dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas serta penegakan hukum dibidang lalu lintas guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Pelayanan kepada masyarakat dibidang lalu lintas dapat dilaksanakan juga untuk mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat, karena dalam masyarakat modern lalu lintas merupakan faktor utama pendukung produktifitasnya.

Berdasarkan dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 bahwa tugas pokok dan fungsi Polri dalam hal ini penyelenggaraan lalu lintas sebagai suatu urusan pemerintah di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakkan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas serta pendidikan berlalu lintas.14

Menurut Djajoesman Polisi lalu lintas (Polantas) adalah bagian dari kepolisian yang diberi tugas khusus dibidang lalu lintas dan karenanya merupakan pengkhususan (spesialisasi) dari tugas polisi pada umumnya”.

Pengertian ini menjelaskan bahwa seorang polisi lalu lintas diharapkan

14 Rinto Raharjo, Tertib Berlalu Lintas, Shafa Media, Yogyakarta, 2014, hal. 7.

(14)

memiliki kecakapan teknis khusus sebagai bekal untuk menunaikan tugasnya di lapangan. Kecakapaan teknis tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan kejuruan lalu lintas, yang disesuikan dengan penggolongan yang sudah menjadi ketentuan mutlak.15

Tugas Polisi Lalu Lintas adalah untuk melaksanakan tugas Polri khsuusnya dibidang lalu lintas yang meliputi segala usaha, pekerjaan dan usahaa kegiatan dalam rangka pengendalian lalu lintas untuk mencegah dan meniadakan segala bentuk gangguan dan ancaman agar dapat terjamin situasi keamanan, ketertiban, keselamatan dan kelancaran lalu lintas di jalan umum bagi masyarakat.

Tugas pokok dari polisi lalu lintas harus memiliki kualitas - kualitas sikap yang baik didalam menjalankan tugasnya supaya penegakan hukum dapat berjalan dengan lancar dan baik. Beberapa kualitas - kualitas sikap yang harus dimiliki oleh seorang polisi lalu lintas yaitu:

1. Bertanggung jawab;

2. Mempunyai kemampuan dan keterampilan melakukan investigasi untuk mendapatkan kebenaran;

3. Kepemimpinan yang tepat;

4. Mempunyai kemampuan teknis mengenai lalu lintas atas dasar spesialisasi perkembangan mutahir dari teknologi lalu lintas;

5. Mempunyai inisiatif baik dalam prevensi maupun represi;

6. Mempunyai kemampuan untuk melakukan penalaran yang benar;

15 Soerjono Soekanto, Polisi dan Lalu Lintas (Analisis Menurut Sosiologi Hukum), Mandar Maju, Bandung, 1990.

(15)

7. Mempunyai kesadaran akan tugas untuk melindungi jiwa dan harta benda warga masyarakat;

8. Bisa mengendalikan diri, jujur dan sebagainya.

kualitas diatas tersebut diharpakan harus dimiliki seorang petugas lalu lintas sebelum dia melaksanakan tugas secara efektif dijalan raya sehingga Semua ini akan tercapai apabila didalam pendidikan petugas lalu lintas diorientasikan pada pemecahan masalah-masalah yang akan terjadi dalam situasi dan dinamika berlalulintas.

Tugas Pokok dari seorang Polisi Lalu Lintas (Polantas) dapat meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dalam pengendalian lalu lintas guna mencegah dan meniadakan gangguan serta ancaman agar dapat terjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas dijalan umum. Tugas pokok Polisi lalu lintas ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1928 tentang ketentuan pokok Hankam Negara Republik Indonesia pasal 30 ayat (4) dirumuskan sebagai berikut :

1. Selaku alat Negara penegak hukum memelihara serta meningkatkan tertib hukum dan memelihara serta meningkatkan tertib hukum dan bersama dengan segenap komponen kekuatan pertahanan keamanan negara guna mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat;

2. Melakukan tugas kepolisian selaku pengayom dalam memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat bagi tegaknya ketentuan peraturan perundang-undangan;

(16)

3. Membimbing masyarakat untuk terciptanya kondisi yang menunjang terselenggaranya usaha kegiatan sebagaimana dimaksud pada poin 1 dan 2 ayat (4) pasal ini.

Berdasrakan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pasal 14 menyebutkan Kepolisian Negara Republik Indonesia mempunyai tugas :

1. Melakukan penyelidikan dan menyidik terhadap semua tindakan pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

2. Menyelenggarakan identifikasi, kepolisian, kedokteran kepolisian dan laboratorium forensik serta psikologi kepolisian untuk tugas kepolisian;

3. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

4. Memelihara keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban atau bencana termasuk memberikan perlindungan dan pertolongan dengan menunjak hak asasi manusia;

5. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam rangka membina keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan;

6. Melindungi dan melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara, sebelum ditangani oleh instansi atau pihak yang berwenang;

7. Membina ketaatan diri warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

(17)

8. Turut serta dalam membina hukum nasional dan pembinaan kesadaran hukum masyrakat.

Fungsi Polisi Lalu Lintas (Polantas) yaitu penyelenggara tugas Polri dibidang lalu lintas yang merupakan penjabaran kemampuan teknis profesional yang meliputi :

a. Penegakan Hukum Lalu Lintas;

b. Diknas Lantas;

c. Identifikasi/Registrasi pengemudi dan kendaraan bermotor;

d. Peranan Polisi Lalu Lintas.

Fungsi Polantas sebagai Pendidikan Masyarakat di Bidang Lalu Lintas untuk menumbuhkan pengertian, memahami, menghayati segala peraturan Undang-Undang dan ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga masyarakat akan mendukung dan ikut serta aktif dalam usaha menciptakan keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas, adapun wujud penerapannya di lapangan berupa :

a. Pengendalian situasi dan kondisi kehidupan berlalu lintas yang aman, tertib, dan lancar;

b. Pembinaan individu/kelompok masyarakat luas, terutama masyarakat pemakai jalan;

c. Pembinaan individu/kelompok masyarakat yang terorganisir.

Tujuan pendidikan masyarakat di bidang lalu lintas adalah sebagai berikut : a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk patuh peraturan perundang-

undangan lalu lintas;

(18)

b. Meningkatkan disiplin lalu lintas di kalangan masyarakat;

c. Membangkitkan partisipasi aktif masyarakat dalam menanggulangi masalah-masalah lalu lintas.

Upaya pendidikan masyarakat di bidang lalu lintas terhadap masyarakat umum dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :

a. Memberikan penerangan lalu lintas;

b. Mengadakan pameran lalu lintas;

c. Menyelenggarakan taman lalu lintas.

Adapun wujud penerapannya dilapangan berupa :

a. Pengendalian situasi dan kondisi kehidupan berlalu lintas yang aman, tertib dan lancar;

b. Pembinaan individu/kelompok masyarakat luas, terutama masyarakat pemakai jalan;

c. Pembinaan individu/kelompok masyarakat yang terorganisir.

Fungsi Polantas adalah sebagai pusat informasi dalam penanganan masalah lalu lintas, fungsi ini disebabkan oleh perkembangan permasalahan dibidang lalu lintas yang harus diikuti secara terus menerus. Untuk itu informasi tentang segenap aspek masalah lalu lintas harus di tamping guna mememnuhi kebutuhan penyelesaian hukum dibidang lalu lintas yang mandiri dan berlanjjutan.

Polantas memiliki fungsi sebagai pusat informasi masalah lalu lintas di tenagah-tengah masyarakat fungsi ini dikarenakan perkembangan permasalah

(19)

dibidang lalu lintas yang harus diikuti secara terus menerus, Peran Polisi Lalu Lintas yaitu sebagai berikut :

a. Penegak hukum terutama penegak perundang-undangan lalu lintas dan peraturan pelaksanaannya;

b. Aparat yang melaksanakan pendidikan lalu lintas kepada masyarakat;

c. Aparat yang melaksanakan peraturan lalu lintas dalam rangka untuk mengetahui sebab yang menimbulkan gangguan keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas;

d. Aparat yang menyelenggarakan registrasi/identifikasi terhadap surat-surat kelengkapan kendaraan bermotor;

e. Pusat informasi masalah lalu lintas.16

Wewenang Polisi Lalu Lintas (Polantas), dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 pasal 15 ayat (2) menyatakan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya berwenang untuk :

a. Memberikan ijin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya;

b. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;

c. Memberikan ijin dan melakukan pengwasan senjata api, bahan peledak dan senjata tajam;

d. Menyelenggarakan register dan identifikasi kendaraan bermotor;

e. Memberikan petunjuk mendidik dan melatih aparat kepolisian khusus dan pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;

f. Memberikan surat ijin mengemidikan kendaraan bermotor;

g. Melakukan kerjasama dengan Kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional;

h. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam tugas lingkup kepolisian.

16https://bulelengkab.go.id/tugas-danwewenang-polantas- diakses pada tanggal 2 agustus 2022, Pukul:22:00 WIT.

(20)

Bukan saja tugas-tugas dan fungsi diatas namun juga berdasarkaN Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan memberikan tugas dan fungsi dari polri khussunya di bidang lalu lintas adalah sebagai berikut:

1. pengujian dan penerbitan SIM kendaraan bermotor.

2. pelaksanaan rwgistrasi dan identifikasi kendaraan bermotor.

3. pengumpulan, pemantauan, pengolahan, dan pengajianm data lalu lintas dan angkutan jalan.

4. Pengolahan pusat pengendalian sistem infoirmasi dan komunikasi lalu lintas dang angkutan jalan.

5. Peraturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol lalu lintas.

6. Penegakan hukum meliputi penindakan pelanggaran dan penangangan kecelakaan lalu lintas.

7. Penduidikan berlalu lintas

8. Pelaksanaan managemen dan rekaya lalu lintas 9. Pelaksanaan menagemen operasional lalu lintas.

Wewenang diatas yang diberikan kepada kepolisian lebih khususnya polisi lalu lintas merupakan penyerahan dari wewenang negara yang memaksa berdasarkan kepada kehendak rakyat (Undang-Undang) dan merupakan pelaksanaan yang bersifat legal.

Referensi

Dokumen terkait

BAB II Tinjauan Pustaka Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Sequence Diagram merupakan permodelan yang mendeskripsikan interaksi objek dengan

0.48 I was asking for help from my caregivers during pain 0.46 Labor pain becomes more intense 0.46 The severity of my labor pain was less than I had heard 0.45 I had enough