BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Merokok dan Perokok
B. Rokok Elektrik C. Vape Store
D. C-reactive protein (CRP)
C-Reactive Protein (CRP) merupakan biomarker atau penanda inflamasi dan salah satu protein fase akut yang disintesis di hati untuk memantau secara non-spesifik penyakit lokal maupun sistemik dan dijadikan sebagai penanda prognostik untuk inflamasi yang mudah dan murah untuk diukur dibandingkan dengan penanda inflamasi lainnya.
E. Landasan Teori
Rokok elektrik atau vape adalah perangkat elektronik yang terdiri dari cartridge yang diisi dengan cairan (e-liquid), pemanas untuk memanaskan cairan untuk membuat uap yang nantinya akan dihirup melalui corong, dan sumber daya/baterai. Cairan rokok elektrik biasanya mengandung humektan, perasa, dan dapat mengandung nikotin serta zat aditif lainnya seperti cannabinoid dan tetrahydrocannabinol (THC). Analisis kimia cairan dan uap rokok elektrik telah menunjukkan banyak racun dan karsinogenik yang sama seperti yang ditemukan dalam asap tembakau meskipun dalam konsentrasi yang lebih rendah (Besaratinia
& Tommasi, 2020).
C-Reactive Protein (CRP) adalah protein fase akut yang terdapat dalam serum orang sehat dalam jumlah yang sangat sedikit (1 mg/L). CRP dapat meningkat 100 kali lipat atau lebih pada kerusakan jaringan akibat penyakit infeksi ataupun noninfeksi. CRP merupakan marker inflamasi yang diproduksi dan dilepas oleh hati dibawah rangsangan sitokin-sitokin seperti IL-6, Interleukin 1 (IL-1), dan Tumor Necroting Factor α (TNF-α). Sintesa CRP di hati berlangsung sangat cepat setelah ada sedikit rangsangan, konsentrasi serum meningkat diatas 5 mg/L selama 6-8 jam dan mencapai puncak sekitar 24-48 jam. Waktu paruh dalam plasma adalah 19 jam dan menetap pada semua keadaan sehat dan sakit, sehingga satu- satunya penentu konsentrasi CRP di sirkulasi adalah menghitung sintesa IL-6 dengan demikian menggambarkan secara langsung intensitas proses patologi yang merangsang produksi CRP (Silalahi, 2013).
Paparan rokok secara terus menerus dapat menyebabkan aterosklerosis, sehingga merangsang proses inflamasi kronis yang dapat meningkatkan kadar CRP serum. Metabolit rokok dalam darah dapat menyebabkan kerusakan endotel. Sitokin inflamasi seperti tumor necrosis factor α (TNF-α) dapat merangsang ekspresi gen endotel, sehingga mendorong
terjadinya aterosklerosis. Selain itu, merokok juga dapat mengganggu produksi NO (nitric oxide) dari endothelium, sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis. Pada permulaan aterogenesis, sel-sel endotel mengekspresikan VCAM-1 (vascular cell adhesion molecule 1) dan sebagai hasilnya, berikatan dengan leukosit, monosit, dan limfosit T. Monosit bermigrasi ke endometrium dan berdiferensiasi menjadi makrofag, yang memfagosit LDL teroksidasi. Makrofag ini juga memproduksi interleukin-1 (IL-1) dan TNF-α. Melalui proses stimulasi IL-1, IL-6, dan TNF-α ini akan menyebabkan sel hepatosit menerima sinyal dan memulai transkripsi kode DNA untuk sintesis CRP (Raharjanti, 2012).
F. Kerangka Teori
Faktor Resiko 1. Pengetahuan 2. Genetik 3. Usia
4. Aktifitas Fisik 5. Stres
6. Obesitas 7. Merokok 8. Infeksi Bakteri
ELISA Aglutinasi
Pasif
High Sensitivity C- reactive protein
(hs-CRP) C-reactive
protein (CRP)
LED HDL
Pemeriksaan C-reactive protein di
Laboratorium C-reactive protein
(CRP)