• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Literatur Terdahulu

Adapun rangkuman penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rangkuman penelitiaan terdahulu

NO. JUDUL HASIL PENELITIAN PENULIS

Analisis level Manajemen proyek adalah keselamatan dan penerapan ilmu pengetahuan, kesehatan kerja (k3) keahlian dan keterampilan, cara proyek konstruksi teknis yang terbaik dan dengan terhadap risiko dan sumber daya yang terbatas, manajemen k3 (Studi untuk mencapai sasaran dan

1 Kasus : Proyek tujuan yang telah ditentukan Husen, 2011 Pembangunan Terminal agar mendapatkan hasil yang

II Bandara Radin Inten optimal dalam hal kinerja biaya, II, Gedung Parkir mutu dan waktu, serta

Bandara Radin Inten II keselamatan kerja.

dan Showroom Auto 2000 Soekarno-Hatta)

Analisis pengaruh Perkembangan industri Ervianto, 2

Keselamatan dan konstruksi yang pesat selain 2005

6

(2)

Kesehatan Kerja (K3) memberikan manfaat juga terhadap kinerja pekerja menimbulkan resiko cukup konstruksi ( studi kasus besar, dimana industri ini dapat proyek pembangunan dikatakan rentan terhadap

The Park Solo Baru) kecelakaan kerja

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan cara observasi, metode ini lebih cenderung pada hasil Tingkat pelaksanaan

yang deskriptif. Teknik sistem manajemen

pengambilan sampel dilakukan keselamatan dan

secara purposive. Instrumen Kurniawan, 3 kesehatan kerja (SMK3)

yang digunakan yaitu instrumen 2015 pada proyek konstruksi,

yang berasal dari peraturan studi kasus di kota

menteri PU No. 9 tahun 2008.

semarang

Penelitian ini dilakukan pada proyek konstruksi di kota

Semarang, yaitu proyek dengan resiko tinggi dan proyek resiko sedang.

Hubungan penerapan Penerapan Keselamatan dan Prayogi, 4

keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap 2012

7

(3)

kesehatan kerja (k3) Kinerja Tukang Bangunan di terhadap kinerja tukang Proyek Hotel OJ di Kota bangunan proyek hotel Malang berdasarkan hasil oj di kota malang observasi sebagian besar

responden memberikan penilaian yang menyatakan sering dilakukan / baik

sebanyak 20 responden dari 30 responden, berdasarkan hasil wawancara sebagian besar responden memberikan penilaian sangat sering dilakukan / baik sebanyak 16 responden dari 30 responden.

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di proyek Proyek Hotel OJ di Kota

Malang berdasarkan hasil angket/kuisioner sebagian besar responden memberikan penilaian yang menyatakan dilakukan /cukup baik 20 responden. Sedangkan untuk

8

(4)

Kinerja Tukang Bangunan di proyek Proyek Hotel OJ di Kota Malang responden memberikan penilain sangat sering dilakukan / sangat baik sebanyak 17 responden dari 30 responden.

9

(5)

2.2 Keselamatan Kerja dan Kesehatan kerja (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu faktor yang paling penting dalam menunjang tercapainya tujuan suatu proyek. Keselamatan dan Kesehatan Kerja hanya bisa berjalan apabila adanya kerja sejumlah pihak yang terkait secara langsung dalam proyek konstruksi mulai dari owner, kontraktor maupun perkerja lapangan (tenaga kerja ahli maupun tenaga kerja non ahli).

1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) a. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah suatu keadaan atau kondosi badan \ tubuh yang terlindungi dari segala macam penyakit atau ganguan yang diakibatkan oleh pekerjaan yang dilaksanakan.

b. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yg tidak di harapkan, tidak diinginkan, tidak direncanakan serta tidak ada unsur kesengajaan yang dapat mengganggu atau merusak kelangsungan yang wajar dari suatu kegiatan dan dapat mengakibatkan suatu luka atau kerusakn pada benda atau peralatan (sudinarto,1995).

2. Tujuan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

Adapun tujuan di laksanakannya K3 antara lain ( pelealu,2015.p,2):

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjana untuk kesejatraan hidup.

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

10

(6)

c. Sumber produksi di pelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

3. Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara ekonomi (husen,2011)

a. Menghemat biaya yang tak terduga.

b. Meningkatkan moral dan produktivitas kerja.

c. Mengurangi resiko dan menghemat biaya asuransi karena peremiumnya lebih rendah akibat sejerah kecelakan pereusahan

yang lebih rendah.

d. Reputasi yang baik bagi perusahan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja dapat meningkat permitaan pasar terhadap perusahan.

e. Upaya pengawasan terhadap 4 M (Men, Material, Machines, methonnds) dan Environtmen yaitu manusia, material, mesin,

metode kerja dan lingkungan yang dapat memberikan lingkungan kerja aman dan nyaman sehingga tidak terjadi kecelakaan ( Erverianto, 2005)

4. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disebut SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kerja guna terciptanya

11

(7)

tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 09 / PER / M / 2008).

Gambar 2.1 Bagan Project Safety Management Sumber:(PMBOK,2000)

a. Perencanaan Keselematan dan Kesehatan Kerja (K3)

Safety planing adalah melakukan analisis adanya resiko bahaya pada pekerjaan yang merupakan lingkup kontak pada proyek yang bersangkutan, sehingga dapat dirumuskan cara pencegahan dan penanggulangannya secara efektif. Analisa tersebut termasuk (PMKBOK, 2000):

1. Survey geografik dan resiko bahaya fisik di site proyek.

2. Antisipasi resiko bahaya yang sering terjadi pada tipikal konstruksi.

3. Peraturan dan perundangan pemerintah yang menyangkut K3.

4. Persyaratan dari owner yang sudah tertuang dalam kontak tentang K3.

12

(8)

Gambar 2.2. Diagram Safety Planning Sumber : (PMBOK,2000)

b. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Safety plan execution adalah implementasi dan apilikasi dalam

melakukan praktikal kegiatan K3 sesuai yang telah di rencanakan.

Kegiatan implementasi tersebut antara lain diikuti oleh (PMBOK, 2000):

1. Melakukan sosialisasi setiap saat kepada seluru pekerja agar mematuhi peraturan dan rambu K3.

2. Menugaskan petugas K3 (safety officier) untuk selalu meninjau lokasi dan melakukan penanganan praktis dgn hal-hal terkait dengan K3

13

(9)

Gambar 2.3. Diagram Pelaksanaan K3 Sumber : (PMBOK,2000)

c. Pengawasan dan Evaluasi k3

Admintrations and reporting berjalan sesuai dengan aturan oemetrintah yang mewajibkan dilakasanakannya kegiatan K3 disetiap proyek kontruksi, maka segala bentuk rekord dan laporan yang berkaitan dengan aktifitas K3 juga harus dijaga dan dipelihara.

Laporan tersebut antara lain berupa (PMKOK, 2000):

1. Laporan aktifitas K3 secara periodic.

2. Laporan kecelakaan secara periodic.

14

(10)

3. Laporan hasil sosialisasi dan pelatihan K3 sebagai bukti pihak manejemen telah telah melakuakn pengarahan , pembinanan dalam mencegah terjadinya bahaya dan lain-lain.

Gambar 2.4. Diagram Pemgawasan dan Evaluasi K3 Sumber : (PMBOK,2000)

2.3 Peralatan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (k3)

Peralatan standar keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi sangatlah penting dan wajib digunakan untuk melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang mungkin terjadi dalam proses konstruksi.

Mengingat pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja maka semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau Personal Protective Equipment (PPE) untuk semua karyawan yang bekerja (Ervianto, 2005). Perlengkapan dan peralatan penunjang program K3, meliputi :

15

(11)

1. Promosi program K3, yang terdiri dari :

a. Pemasangan bendera K3, bendera RI dan bendera perusahaan.

b. Pemasangan sign-board K3 yang berisi antara lain slogan-slogan yang mengingatkan perlunya bekerja dengan selamat.

2. Sarana peralatan yang melekat pada orang atau disebut perlengkapan perlindungan diri (personal protective equipment) (Ariestadi, 2008), diantaranya :

a. Pakaian Kerja

Pemakaian pakaian kerja berfungsi untuk melindungi badan manusia terhadap pengaruh-pengaruh dari luar yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan.

b. Sepatu Kerja

Sepatu kerja (safety shoes) harus memiliki bagian muka yang cukup keras, supaya dapat memberikan perlindungan terhadap kaki agar bisa bebas bergerak tanpa terluka oleh benda-benda tajam dan keras

c. Kacamata Kerja

Kacamata kerja merupakan kacamata pengaman yang digunakan untuk melindungi mata dari partikel-partikel debu yang berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat/kasat mata.

d. Penutup Telinga

Penutup telinga digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising.

16

(12)

e. Sarung Tangan

Penggunaan sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam selama menjalankan pekerjaan.

f. Helm

Helm (helmet) sangat penting digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari atas. Helm ini harus digunakan 10 dengan benar sesuai dengan peraturan pemakaian yang dikeluarkan dari pabrik pembuatnya.

g. Masker

Masker digunakan sebagai pelindung bagi pernafasan.

h. Jas Hujan

Fungsi utama jas hujan adalah melindungi pekerja dari gangguan cuaca terutama hujan, sehingga para pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya.

i. Sabuk Pengaman

Fungsi utama tali/sabuk pengaman (safety belt) adalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja pada ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan.

j. Tangga

Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan.

Pemilihan dan penempatan tangga untuk mencapai ketinggian tertentu harus disesuaikan dalam posisi aman.

17

(13)

k. P3K

P3K sangat diperlukan untuk memberikan pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan kerja. Adapun jenis dan jumlah obat obatan disesuaikan dengan aturan yang berlaku.

Alat perlindungan diri dapat berfungsi secara efektif apabila syarat-syarat dasar diperhatikan dengan baik (Ridley, 2008). Syarat-syarat tersebut antara lain :

1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi.

2. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut 3. Memiliki konstruksi yang sangat kuat.

4. Tidak meningkatkan resiko terhadap pemakainya

2.4 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk Tenaga Kerja

Seluruh pekerja pada proyek konstruksi perlu diberikan pelatihan mengenai program dan pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pelatihan program K3 yang terdiri dari atas 2 bagian (Ariestadi, 2008), yaitu :

1. Pelatihan secara umum, dengan materi pelatihan tentang panduan K3 di proyek, misalnya :

a. Pedoman praktis pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek bangunan gedung.

b. Penanganan, penyimpanan dan pemeliharaan material.

c. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam pekerjaan finishing.

d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam pekerjaan mekanikal dan elektrikal.

18

(14)

2. Pelatihan khusus proyek yang diberikan pada saat awal proyek dan di tengah periode pelaksanaan proyek sebagai penyegaran, dengan peserta seluruh petugas yang terkait dalam pengawasan proyek, dengan materi tentang pengetahuan umum tentang K3 atau safety plan proyek yang bersangkutan.

Tujuan dari pelatihan tersebut adalah :

1. Menegaskan kembali aturan keselamatan kerja.

2. Menyampaikan kemungkinan bahaya yang akan ditemui ditempat kerja dan cara menghindarinya.

3. Memberitahukan alat-alat perlindungan diri dan cara penggunaannya.

4. Mengetahui cara memakai dan memelihara alat perlindungan diri.

5. Memberitahukan tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada saat terjadi kecelakaan.

2.5 Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

1. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko diawali dgn mengenali jenis-jenis keecelekaan yang mungkin akan terjadi. Disini di lakukan pendifinisiaan risiko-risiko berupa jenis kecelakaan kerja dari data primer dan literatur terdahulu untuk menentukan variabel kuisioner.

2. Analisis Risiko

Analisis risiko dibagi menjadi 2 macam yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

19

(15)

a. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif adalah proses peniliaan dampak dan kemungkinan risiko yang sudah didefenisihkan. Proses ini dilakukan dengan menyusun risiko berdasarkan dampaknya terhadap tujuan proyek.

b. Analisis Kuantitatif

Analisis risiko secara kuantitatif merupakan metode untuk mengidentifikasikan resiko kemungkinan kegagalan sistem. Analilis ini dilakukan dgn mengaplikasikan formula matematis. Secara matematis perhiyungan risiko di ajuakan dengan mengalikan tingkat kemungkinan kejadian dengan dampak yang di timbulkan. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengambil langkah strategis dalam mengatasi risiko yang terindentifikasi.

Meski analisis kuantitatif ini menggunakan pendekatan matematis, namun pada prinspinya analilis ini merupakan tindak lanjut yang mengikuti hasil analisis kualitatif. Kesulitan utama dalam analisis risiko kuantitatif adalah pada saat menetukan tingkat kemungkinan karena data-data statistik belum tentu tersedia untuk semua pertiwa.

Adapun metode yang di pakai dalam analisis ini anatara lain adalah a.

survey

Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif.

Survei dilakukan dalam penelitian biasanya dilakukan degan menyebar kuisioner atau wawancara, dengan tujuan untuk

20

(16)

mengetahui: siapa, apakah, bagaimana atau cenderung suatu tindakan. Survei dilakukan kuantitatif.

Dalam penelitian survei dilakukan tertutup, survei merupakan metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu. Jadi bisa di simpulkan survei adalah metode untuk mengumpulkan informasi dari kelompok yang mewakili sebuah populasi, penelitian ini menggunakan survey dgn kuisioner`

2.6 Faktor-faktor Penyebab Kecelakan Kerja

Pristiwa kecelakaan kerja merupakan suatu kondisi yang tidak diinginkan semua pihak. Karena hah ini akan menimbulkan kerugian dan pembiayaan besar. Untuk menghindari kecelakaan kerja kita harus mengetahui faktor penyebab kecelakan kerja.

Faktor-faktor kecelakaan kerja antara lain:

1. Faktor Manusia

Adalah kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kesalahan manusia diantaranya :

a. Ketidaktahuan

Dalam menjalankan mesin-mesin dalam peralatan otomotif diperlukan pengetahuan yang cukup. Bila teknisi kurang pengetahuannya, maka dapat menjadi pemicu terjadi kecelakaan kerja.

21

(17)

b. Kemampuan yang kurang

Tangkat pendidikan teknisi otomotif sangat dibutuhkan untuk proses maintenace atau petawatan. Orang yang memilik kemampuan tinggi biasanya akan bekerja lebih baik serta memperhatikan faktor keselamtan kerja pada pekerjaannya. Oleh sebab itu, untuk selalu mengasah akan menjadi lebih baik.

c. Ketrampilan yang kurang

Setelah kekuatan pengetahuan teknisi yang baik maka diperlukan latihan lewat cara tereus menerus agar ketrampilan semakian membaik.

Hal seperti ini untuk tingkat ketrampilan, agar meminilimalisir kesalahan dalam bekerja, dan kurangi angka kecelakaan kerja.

d. Konsentrasi yang Kurang

Dalam melakukan pekerjaan, pekerja dituntut konssentrasi tinggi.

Mesin-mesin beroperasi, berputar-putar ila karyawan mengoperasikannya. Banyak hal yang menyebabkan hilangnya konsenterasi manusia,seperti persoalan pribadi atau keluarga, persoalan ekonomi, maupun beberapa faktor yang datang dari lingkungan seperti kondisi panas, dingin,bising dll.

e. Bemain-main

Karakter seorang yang sukai bermain-main dalam bekerja, dapat jadi salah satu pemicu kecelakaan kerja.

22

(18)

f. Bekerja Tanpa Peralatan Keselamatan

Pekerja tertentu, mengharuskan memakai peralatan keselamatan kerja.

Peralatan kerja didesain untuk menghindari terjadi kecelakan pada perkerja dalam melakukan pekerjaan yang di kerjakan.

g. Mengambil Resiko yang Tidak Tepat

Karena tidak mau repat dalam bekerja, pekerja terkadang melakukan tindakan untuk melekukan pekejaan tanpa memakai peralatan kerja 2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga dapat menyebabkan kecelakaan kerja diantaranya sebagai berikut :

a. Tempat Kerja yang Tidak layak

Tempat kerja harus penuhi sarat-sarat keselatan kerja. Seperti ukuran tempat kerja, vertilasi udara, penerangan dan lain sebagainya.

b. Kondisi Peralatan yang Berbahaya

Peralatan kerja serta mesin-mesin, pada dasarnya jadi sumber kecelakaan kerja memiliki kandungan bahaya.

c. Transportasi

Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari penggunaan alat transportasi juga cukup banyak.

23

(19)

2.7 Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Peraturan K3 sangat penting untuk di terapkan dalam melakukankan sebuah proyek.

Ada pun beberapa peraturan K3 yang sesuai SNI sebagai berikut : a. Peraturan Undang-Undang

1. Undang-undang Uap tahun 1930 (Stoom Ordonnatine)

2. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan b. Peraturan Pemerintah

1. Peraturan Uap 1930 (Stoom Verordening)

2. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1997 tentang Keselematan Kerja Pada Pmurnian dan pengelolah Minyak dan Gas bumi.

3. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida.

4. Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang pertambangan.

5. Keputusan Perisiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul Akibat Hubungan Kerja.

c. Peraturan Mentri

1. Pertauran Mentri Tenaga Kerja, Transkop

NOMOR : 01 /MEN1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter Perusahan.

24

(20)

2. Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I No.

Per.03/MEN/1978 tentang Penunjukan Wewenang, Kewajiban Pegawai Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja.

3. Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Traansmigrasi R.I No.

Per.01/MEN/1980 tenteng Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.

4. Peraturan Mentri Tenaga Kerja R.I No Per.05/MEN/1992 tentang Tata Cara Penunjukkan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

5. Peraturan Mentri Tenaga Kerja R.I No. Per.03/MEN/1998 Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.

d. Badan Standard Nasional dan Internasional

1. OHSAS 18001: 2007 Occupational Health and Safety Management Systems – Requirements. ISBN 987 0 580 5080. OHSAS Project Group 2007.

2. SNI 13-6979. 1-2003 tentang Kompentensi Kerja tenaga teknis khusus pertambangan: Manejer Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

25

(21)

2.8 Peraturan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia

Undang-Undang yang mengatur tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya Paragraf 5 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat 1 berbunyi: “Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperolah perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. Pasal 86 ayat 2: “Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. Pasal 87: “Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan”.

Dalam mewujudkan budaya kesehatan dan keselamatan kerja, pemerintah telah menerapkan berbagai aturan dalam kesehatan dan keselamatan kerja yang salah satunya tertuang dalam UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Dalam UU No. 1 tahun 1970 membahas berbagai aturan-aturan yang salah satunya mengatur tentang Pengawasan dalam bab IV pasal 5. Pengawasan menjadi penting dalam mewujudkan budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja karena terdapat koneksi yang membuat pengawasan dapat menjadi indikator terwujudnya budaya kesehatan dan keselamatan kerja

Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :

26

(22)

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadiankejadian lain yang berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.

27

(23)

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1 UndangUndang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap

pekerja/ buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas:

1. Keselamatan dan kesehatan kerja 2. Moral dan kesusilaan

3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama (Lalu Husni, 2005).

Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun Undang-undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33, yang dinyatakan berlaku pada tanggal 6 januari 1951, kemudian disusul dengan Peraturan Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya peraturan kecelakaan tahun 1947 (PP No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti tentang disadarinya arti penting keselamatan kerja di dalam perusahaan ( Ranupandojo dan Husnan 2002). Lalu, menurut penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi para karyawan juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai kesejahteraan bersama.

28

(24)

2.9 Faktor – Faktor penyebab terjadinya Kecelakaan Kerja pada Proyek Konstruksi

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan proses perlindungan pekerja dalam kegiatan yang dilakukan pekerja pada suatu perusahaan atau tempat kerja yang menyangkut risiko baik jasmani dan rohani para pekerja. Perlindungan bagi pekerja merupakan kewajiban perusahaan demi menjaga lingkungan dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Hasibuan (2003) mengatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan dapat menciptakan terwujudnya pemeliharaan karyawan yang lebih baik.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini harus ditanamkan pada diri masing- masing individu karyawan, yang hal ini dapat dilakukan dengan penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan. Rowley & Jackson (2012) mengatakan bahwa Kesehatan dan keselamatan atau dengan lebih tepatnya, kesehatan dan keselamatan kerja (K3) memperhatikan mengenai masalah manajemen risiko di tempat kerja yang mana risiko tersebut dapat berakhir dengan sebuah kecelakaan, luka-luka, atau kesehatan yang buruk.

29

(25)

Untuk menghindari penyebab kecelakaan kerja kita harus mengetahui penyebab kecelakaan kerja yaitu :

1. Faktor manusia

Adalah faktor yg disebabkan oleh kesalahan manusia a. Ketidaktahuan

Dalam menjalankan mesin-mesin dalam peralatan otomotif diperlukan pengetahuan yang cukup. Bila teknisi kurang pengetahuannya, maka dapat menjadi pemicu terjadi kecelakaan kerja.

b. Kemampuan yang kurang

Tingkat pendidikan teknisi otomotif sangat dibutuhkan untuk proses maintenace atau petawatan. Orang yang memilik kemampuan tinggi biasanya akan bekerja lebih baik serta memperhatikan faktor keselamtan kerja pada pekerjaannya. Oleh sebab itu, untuk selalu mengasah akan menjadi lebih baik.

c. Ketrampilan yang kurang

Setelah kekuatan pengetahuan teknisi yang baik maka diperlukan latihan lewat cara terus menerus agar ketrampilan semakian membaik. Hal seperti ini untuk tingkat ketrampilan, agar meminilimalisir kesalahan dalam bekerja, dan kurangi angka kecelakaan kerja.

d. Konsentrasi yang kurang

Dalam melakukan pekerjaan, pekerja dituntut konssentrasi tinggi. Mesin- mesin beroperasi, berputar-putar ila karyawan mengoperasikannya.

Banyak hal yang menyebabkan hilangnya konsenterasi manusia,seperti

30

(26)

persoalan pribadi atau keluarga, persoalan ekonomi, maupun beberapa faktor yang datang dari lingkungan seperti kondisi panas, dingin,bising dll.

e. Bermain – main

Karakter seorang yang sukai bermain-main dalam bekerja, dapat jadi salah satu pemicu kecelakaan kerja.

f. Bekerja tanpa peralatan Keselamatan

Pekerja tertentu, mengharuskan memakai peralatan keselamatan kerja.

Peralatan kerja didesain untuk menghindari terjadi kecelakan pada perkerja dalam melakukan pekerjaan yang di kerjakan.

g. Mengambil resiko yang tidak tepat

Kareana tidak mau repat dalam bekerja, pekerja terkadang melakukan tindakan untuk melekukan pekejaan tanpa memakai peralatan kerja.

2. Faktor Lingkungan

Factor lingkungan juga dapat menyebabkan kenyelakaan kerja diantaranya sebagai berikut :

a. Tempat Kerja yang Tidak layak

Tempat kerja harus penuhi sarat-sarat keselamatan kerja. Seperti ukuran tempat kerja, vertilasi udara, penerangan dan lain sebagainya.

b. Kondisi Peralatan yang Berbahaya

Peralatan kerja serta mesin-mesin, pada dasarnya jadi sumber kecelakaan kerja memiliki kandungan bahaya.

31

(27)

c. Transportasi

Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari penggunaan alat transportasi juga cukup banyak.

Faktor-faktor sebagaimana dikemukakan di atas mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dengan sistem kerja, yang bersumber pada kesalahan manusianya. Sehingga faktor manusia yang mengakibatkan kecelakaan tersebut, adalah:

1. Menggunakan peralatan yang tidak aman

2. Menjalankan peralatan kerja yang tidak tahu caranya 3. Menempatkan bahan-bahan yang tidak aman pada kondisi

lingkungan yang mengakibatkan perlawanan arus

4. Merusak alat-alat keselamatan kerja sehingga berakibat tidak baik 5. Salah menggunakan alat kerja

6. Karena gangguan orang lain

32

Gambar

Tabel 1. Rangkuman penelitiaan terdahulu
Gambar 2.1 Bagan Project Safety Management  Sumber:(PMBOK,2000)
Gambar 2.2. Diagram Safety Planning  Sumber : (PMBOK,2000)
Gambar 2.3. Diagram Pelaksanaan K3  Sumber : (PMBOK,2000)
+2

Referensi

Dokumen terkait

“ Analisa Pengaruh Faktor-Faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Kinerja Pekerja Proyek Konstruksi (studi kasus pada proyek Gunawangsa MERR Apartement) ”

o Manfaat tidak nyata, yaitu manfaat yang tidak dapat diukur dengan satuan intangible benefit Untuk perhitungan manfaat dari proyek ini dilakukan dengan menghitung manfaat langsung

Crashing Pengoptimalisas i Pelaksanaan Proyek Pembanguan Gedung Pasca Sarjana IAIN Tulungagung dengan Menggunakan Metode CPM Penjadwalan Proyek Konstruksi dengan

Hambatan yang berpotensi tinggi menimbulkan masalah kesehatan (faktor resiko). Dalam bidang kebidanan pertimbangan butir-butir tentang profil keadaan dalam hubungannya

Menurut Sutedi (2009:170), Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat bagi pekerja/buruh maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan

Pekerja yang melakukan aktivitas mengangkat beban berat memiliki resiko delapan kali lebih besar untuk mengalami low back pain dibandingkan pekerja yang bekerja statis.

Pada dasaranya setiap perusahaan harus menyediakan berbagai peralatan dan kelengkapan K3 pada setiap pelaksanaan proyek yang akan di kerjakan baik perlengkapan yang menunjang aspek

2.9 Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 Kecelakaan kerja sering terjadi karena kurangnya perlindungan diri yang digunakan ketika proses pengerjaan, maka dari itu pekerja