• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI Supervisi Keperawatan

N/A
N/A
Mega Angraini

Academic year: 2024

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI Supervisi Keperawatan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Penerapan supervisi yang baik akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi kerja petugas, karena melalui supervisi langsung akan meningkatkan tingkat kemampuan dan ketrampilan pemberi pelayanan. Pengawasan perorangan adalah pengawasan yang dilakukan secara tatap muka atau tatap muka antara pengawas dan yang diawasi. Supervisi yang baik adalah pengawasan yang dilakukan secara langsung, namun harus dilakukan secara terus menerus dan terencana untuk menjamin pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan standar keperawatan (Triwobowo, 2013).

Dalam supervisi keperawatan, peranan supervisor keperawatan sangat penting, yang dapat menentukan apakah pelayanan keperawatan yang diberikan (asuhan keperawatan) sudah sesuai dengan standar mutu keperawatan atau belum. Brigid Proctor telah mengembangkan model supervisi proctor ini, dan model supervisi ini merupakan supervisi yang paling umum digunakan di Inggris. Manajer harus dapat memastikan bahwa perawat yang diawasi mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik sesuai dengan kebutuhan, yaitu sesuai dengan kompetensi perawat, baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan (Lynch et al., 2008).

Model pengawasan reflektif merupakan model pengawasan yang membangun hubungan kerjasama antara pengawas dan yang diawasi, sehingga terjadi pertumbuhan dan peningkatan kualitas pengawasan itu sendiri karena adanya praktik saling menghormati dan kemitraan. Model pengendalian reflektif ini merupakan suatu pengendalian ilmiah terhadap peristiwa, fenomena, situasi, kondisi dan tindakan yang terjadi di lapangan (Yulia 2013).

Kompetensi Supervisor

Supervisor harus mampu memberikan dukungan emosional, menggali kemampuan supervisi, mengembangkan keterampilan supervisi dan memberikan dukungan terhadap stres yang dialami supervisi dari pengalaman yang disampaikan supervisi (Selatan, N. 2018).

Pelatihan Supervisi Keperawatan

Pelatihan supervisi keperawatan hendaknya mencakup segala hal yang berkaitan dengan supervisi, meliputi konsep supervisi, tujuan supervisi, manfaat supervisi, cara melakukan supervisi, dan pengenalan berbagai model supervisi keperawatan yang ada.

Mutu Pelayanan Keperawatan

  • Definisi Mutu Pelayanan Keperawatan
  • Faktor-faktor Mutu Pelayanan Keperawatan
  • Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan
  • Dimensi Mutu Pelayanan Keperawatan

Hal ini dengan sendirinya akan memberikan informasi atau pendapat atau persepsi masyarakat mengenai kualitas pelayanan pada instansi tersebut, meskipun masyarakat tidak langsung menerima pelayanan pada instansi tersebut. Setiap individu mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga kualitas pelayanan keperawatan juga harus disesuaikan dengan kebutuhan pribadi pasien. Promosi mutu pelayanan keperawatan dapat dilakukan agar pelanggan dalam hal ini pasien/keluarga/masyarakat percaya terhadap mutu pelayanan keperawatan yang ada di dewan kesehatan.

Seorang perawat harus mampu melakukan evaluasi secara berkesinambungan terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien, agar pelayanan yang diberikan bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan atau perubahan kondisi pasien. Sampai saat ini indikator mutu keperawatan di Indonesia belum ditetapkan secara resmi oleh Kementerian Kesehatan, namun terdapat beberapa indikator mutu keperawatan yang telah disusun dalam bentuk rancangan, yang digunakan sebagai pedoman indikator mutu pelayanan keperawatan klinis di fasilitas kesehatan. mulai dilaksanakan pada tahun 2008 yang dipersiapkan oleh Kementerian Kesehatan. . Rancangan indikator pelayanan keperawatan meliputi enam indikator mutu, yaitu: (1) Keselamatan pasien yang meliputi luka tekan, terjatuh, kesalahan pemberian obat dan cedera akibat pengekangan, (2) Kenyamanan, (3) Pengetahuan, (4) Kepuasan pasien, (5) Perawatan diri dan (6) Kecemasan.

Sampai saat ini belum ada indikator yang baku atau seragam mengenai mutu pelayanan keperawatan di Indonesia. Mutu pelayanan keperawatan merupakan alat ukur mutu pelayanan kesehatan dan merupakan salah satu faktor penentu citra lembaga pelayanan kesehatan di masyarakat. Kualitas pelayanan keperawatan dilihat dari tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan perawat pada lembaga pelayanan kesehatan (Nursalam, 2011).

Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, seorang perawat harus mampu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, baik dengan sesama perawat maupun dengan penyedia layanan kesehatan lainnya. Merupakan ketanggapan seorang perawat dalam melakukan atau memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Seorang perawat tidak boleh asal-asalan, namun harus memberikan asuhan keperawatan secara cepat dan tepat.

Jujur merupakan salah satu sikap yang dapat membawa keberhasilan seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu, seorang perawat yang profesional harus mempunyai kemampuan intelektual, teknis, dan interpersonal yang baik serta mampu melakukan asuhan sesuai standar praktik dan selalu berlandaskan etika hukum. Dalam kualitas pelayanan yang sering dijadikan acuan adalah model kualitas dengan metode SERVEQUAL (Service Quality) yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas pelayanan.Model ini terdiri dari lima dimensi kualitas pelayanan yaitu.

COVID-19 (Coronavirus Disease )

Virus corona penyebab Covid-19 termasuk dalam genus betacoronavirus yang ditularkan dari orang ke orang melalui droplet yang keluar saat seseorang yang terinfeksi virus corona batuk atau bersin (Han Y&Yang, 2020). Berdasarkan berbagai survei dan data yang dikumpulkan di berbagai negara, yang paling berisiko tertular virus corona adalah penderita penyakit penyerta hipertensi, diabetes melitus, penderita kanker, penderita gangguan imunitas, jenis kelamin laki-laki, perokok aktif, dan mereka yang berusia di atas 30 > 67 tahun. kelompok umur. yang paling berisiko adalah mereka yang berusia ≤ 50 tahun (Cai H, 2020). Selain seluruh faktor risiko di atas, faktor risiko tertinggi yang ditetapkan oleh Center for Disease Control and Prevention (CDC) adalah kontak erat dengan penderita Covid-19.

Oleh karena itu, tenaga kesehatan merupakan salah satu kelompok masyarakat yang memiliki risiko sangat tinggi untuk tertular atau tertular virus corona ini. Hal ini sesuai dengan data di China dimana petugas kesehatan tertular Covid-19 terdapat 3.300 kasus dengan angka kematian 0,6% (Wang J&Zhou M, 2020). Tanda dan gejala pasien terinfeksi Covid-19 sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan, hingga gejala berat.

Gejala serius yang biasanya terlihat adalah gambaran infeksi paru-paru (Pneumonia), dimana pneumonia dapat terjadi akibat pneumonia, pneumonia berat, akut. Gejala lain yang terkadang muncul pada pasien Covid-19 adalah diare dan muntah atau gangguan saluran cerna (WHO, 2020). Diagnosis Covid-19 yang direkomendasikan WHO adalah pemeriksaan molekuler pada seluruh kategori pasien, termasuk pasien suspek atau suspek, dengan tujuan mendeteksi keberadaan virus.

Hingga saat ini, belum ada rekomendasi pedoman penanganan Covid-19 yang pasti atau permanen, termasuk obat antivirus atau vaksin. Oleh karena itu, pengobatan yang digunakan selama ini adalah terapi simtomatik dan oksigen, termasuk ventilasi mekanis pada pasien Covid-19 yang mengalami gagal napas. Namun perkembangan pengobatan Covid-19 sudah banyak mengalami kemajuan meski belum mencapai puncaknya.

Saat ini banyak penelitian yang dilakukan mengenai pengobatan Covid-19, baik dari segi pengobatan, perawatan dan diagnosisnya (Carsella & Rajnik, 2020).

Pelayanan Keperawatan Pada Pasien Covid-19

Hal ini merupakan suatu keadaan yang wajar karena tenaga kesehatan khususnya tenaga perawat masih belum terbiasa memberikan asuhan keperawatan pada pasien dalam kondisi pandemi dan ketakutan yang masih dirasakan oleh tenaga perawat jika bersentuhan dengan pasien Covid-19 meskipun sudah dilengkapi peralatan. standar perlindungan pribadi. . Pandemi Covid-19 sudah berlangsung lebih dari 4 bulan, sehingga meski kasusnya meningkat namun masyarakat mulai tenang dan mulai melihat kekurangan dalam pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien Covid-19. Hal ini menuntut pelayanan keperawatan untuk segera mampu beradaptasi dan melakukan refleksi terhadap pelayanan keperawatan yang telah diberikan.

Apakah pelayanan yang diberikan pada masa pandemi Covid-19 memenuhi standar, aman, dan memenuhi esensi pelayanan keperawatan yang sebenarnya? Melalui refleksi tersebut diharapkan kita dapat memahami pelayanan yang diberikan dan menemukan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan pasien Covid-19 di era pandemi ini (Rr. Tutik, 2020). Perawat garda terdepan dalam pelayanan Covid-19 mempunyai peran yang sangat besar dalam melakukan asesmen, menurunkan angka kejadian komplikasi, melakukan monitoring secara ketat, menjaga jalan nafas (airway management), positioning pasien, memberikan edukasi dan tindakan kolaboratif dalam pemberian obat. (Liu 2020).

Selain itu, teknik perawatan isolasi yang digunakan pada pasien Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi perawat dalam memberikan asuhan atau pelayanan keperawatan. Jadi, prinsip pemberian perawatan dengan melibatkan peran keluarga sangat sulit diterapkan, namun seluruh tanggung jawab pemenuhan kebutuhan pasien Covid-19 sepenuhnya berada di tangan perawat. Tantangan lain dalam memberikan pelayanan keperawatan di masa pandemi Covid-19, selain memenuhi kebutuhan fisik, adalah memenuhi kebutuhan psikologis pasien.

Tingkat stres pasien Covid-19 sangat tinggi sehingga memerlukan bantuan perawat sebagai tenaga kesehatan yang selalu mendampingi pasien untuk menurunkan tingkat stres pasien melalui pendampingan, motivasi dan edukasi. 11 Tahun 2017 tentang keselamatan pasien pasal 4 dan 5, bahwa standar dan tujuan keselamatan pasien merupakan hal terpenting yang harus dilakukan agar mutu pelayanan keperawatan terus terjaga (Yandih, 2020). Menjamin mutu pelayanan keperawatan yang diberikan oleh tenaga keperawatan kepada pasien merupakan tanggung jawab manajemen atau manajer keperawatan di lingkungan pemberian pelayanan kesehatan.

Termasuk dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini, manajer keperawatan harus menjalankan tugas pengarahan dan monitoring untuk memastikan bahwa asuhan atau pelayanan keperawatan yang diberikan perawat kepada pasien Covid-19 mempunyai standar atau mutu yang tinggi, dan terus menerus. didorong agar dapat mencapai peningkatan kualitas pelayanan keperawatan meski dalam kondisi pandemi.

Teori Keperawatan

Konsep ini terletak dalam sistem sosial karena perawat memberikan pengetahuan untuk beroperasi dalam sistem yang lebih luas (Alligood & Tomey 2010). Sistem personal adalah individu yang dipandang sebagai sistem terbuka, mampu berinteraksi, mengubah energi bahkan bertukar informasi dengan lingkungannya. Individu mempunyai perasaan, pikiran, persepsi, sehingga ia akan mampu bereaksi, menerima atau menolak suatu informasi yang diterimanya, tergantung pada persepsi individu tersebut.

Oleh karena itu, setiap individu akan mempunyai reaksi yang berbeda-beda ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Sistem ini dapat kita pahami dengan melihat konsep citra diri, harga diri dan lain sebagainya. Berdasarkan penjelasan Imogene M King tentang teori keperawatan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa setiap individu akan berinteraksi dengan lingkungannya secara individu, kelompok dan lebih luas.

Perubahan persepsi, pendapat, dan perilaku akan sangat menentukan informasi yang diperoleh individu selama berinteraksi. Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (TRA). TRA berasumsi bahwa masyarakat berperilaku secara sadar, dengan mempertimbangkan informasi yang ada dan mempertimbangkan dampak dari tindakan yang dilakukan.

Theory of Reasoned Action menjelaskan bahwa perubahan perilaku berdasarkan hasil dari niat berperilaku, dan niat berperilaku sangat dipengaruhi oleh norma-norma sosial dan sikap individu terhadap perilaku tersebut (Spotswood & Tapp, 2013).

Referensi

Dokumen terkait

perawat dalam praktik keperawatan pada pasien semakin baik pula.

Program pendidikan Ners menghasilkan lulusan perawat Sarjana Keperawatan dan Profesional (Ners= “ First Profesinal Degree”) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan profesional,

Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan, berbentuk layanan bio-psiko- sosio-spiritual

Keperawatan Gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat komprehensif terdiri

Hal tersebut dapat dikaitkan dengan pelayanan pajak, dimana dengan adanya pelayanan yang baik dari petugas pajak, sistem perpajakan yang efisien dan efektif, serta

bahwa supervisi adalah suatu kegiatan profesional dalam pelayanan keperawatan.. yang dilakukan oleh manajer kepada

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompetensi keperawatan adalah kemampuan seorang perawat dalam bentuk pelayanan/asuhan profesional yang merupakan bagian integral dari

Learnability, sejauh mana produk atau sistem dapat digunakan oleh pengguna untuk mencapai tujuan tertentu yang belajar menggunakan sistem atau produk dengan efisien, efektif, kebebasan