BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KompetensiKeperawatan 1. Pengertian Kompetensi
Kompetensi mengacu pada kemampuan secara umum untuk menjalankan sebuah pekerjaanatau bagian dari sebuah pekerjaan secara kompeten (Prihadi, 2004).Kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berpenampilan superior di tempat kerja pada situasi tertentu (Nursalam, 2008). Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI Indonesia, 2005) menguraikan kompetensi sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan didasari oleh pengetahuam, ketrampilan dan sikap sesuai dengan petunjuk kerja yang di tetapkan serta dapat terobservasi. Kompetensi adalah kualitas dari pribadi atau kemampuan untuk melaksanakan tugas yang diperlukan (Simamora, 2008)
2. Karakteristik Kompetensi
Ada 4 hal yang menjadi karakteristik kompetensi, yaitu: a. Motif
Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan oleh seseorang yang akan menyebabkan munculnya suatu tindakan. Motif akan mengarahkan dan menyeleksi sikap menjadi tindakan atau tujuan sehingga lain dari yang lain.
b. Bawaan
c. Pengetahuan Akademik
Perawat harus memiliki informasi pada area yang spesifik. Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks. Skor pada tes pengetahuan sering kali kurang bermanfaat untuk memprediksi kinerja seseorang ditempatnya bekerja karena sulitnya mengukur kebutuhan pengetahua dan keahlian yang secara nyata digunakan dalam pekerjaan.
d. Keahlian
Keahlian (skill) kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dan mental. Kompetensi keahlian mental atau kognitif meliputi pemikiran analitis (memproses pengetahuan atau data, menentukan sebab dan pengaruh, serta mengorganisasi data dan rencana) juga pemikiran konseptual (pengenalan pola data yang kompleks).
3. Pengertian Kompetensi Keperawatan
Kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh individu yang akan bekerja di bidang pelayanan keperawatan (PPNI Indonesia, 2005). Kompetensi perawat terdiri dari kompetensi teknis dan kompetensi perilaku. Seseorang dikatakan memiliki kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya, apabila dapat memanfaatkan secara optimal kedua komponen utama kompetensi tersebut (Hutapea & Nurianna, 2008). Cakupan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap perawat Indonesia pada semua jenjang (PPNI Indonesia, 2005) :
a. Menerapkan prinsip etika dalam keperawatan
b. Melakukan komunikasi interpersonal dalam Asuhan keperawatan
c. Mewujudkan dan memelihara lingkungan keperawatan yang aman melalui jaminan kualitas dan manajemen risiko (patient safety)
d. Melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah cedera pada Klien
e. Memfasilitasi kebutuhan oksigen
f. Memfasilitasi kebutuhan elektrolit dan cairan g. Mengukur tanda-tanda vital
h. Menganalisis, menginterpertasikan dan mendokumentasikan data secara akurat
i. Melakukan perawatan luka
j. Memberikan obat dengan aman dan benar k. Mengelola pemberian darah dengan aman
Kompetensi seorang perawat adalah sesuatu yang terlihat secara menyeluruh oleh seseorang perawat dalam memberikan pelayanan profesional kepada klien, mencakup pengetahuan, ketrampilan, dan pertimbangan yang dipersyaratkan dalam situasi praktik. Kompetensi dalam dunia keperawatan mencerminkan hal- hal sebagai berikut:
a. Pengetahuan, pemahaman, dan pengkajian.
b. Serangkaian keterampilan kognitif, teknik psikomotor, dan interpersonal.
c. Kepribadian dan sikap serta perilaku. Sikap yang perlu ditonjolkan sebagai sosok perawat yang siap bekerja di luar negeri dengan karakteristik budaya Indonesia adalah 3S ( Salam, Senyum, dan Semangat).
Kompetensi tidak hanya menyangkut bidang ilmu danpengetahuan metodologi, tetapi tidak kalah pentingnya adalah sikap dan keyakinan akan nilai- nilai sosok perawat yang baik dan berpenampilan menarik. Standar kompetensi profesi lebih berorientasi kepada kualias kinerja sehingga akan menggambarkan kinerja seperti
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (PPNI, 2005). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompetensi keperawatan adalah kemampuan seorang perawat dalam bentuk pelayanan/asuhan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan/asuhan kesehatan dengna ilmu dan kiat keperawatan yang didasari oleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap sesuai dengan petunjuk kerja yang di tetapkan serta dapat terobservasi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
4. Standar Kompetensi Perawat (SKP)
Standar adalah ukuran atau patokan yang dijadikan sebagai acuan (PPNI, 2005). Kompetensi merupakan tingkat penampilan/kinerja yang ditunjukkan dengan penerapan pengetahuan ketrampilan dan pertimbangan yang efektif sehingga dengan menguasai kompetensi tersebut, maka perawat akan mampu melakukan hal- hal berikut ini:
a. Mengerjakan suatu tugas/ pekerjaan (task skills),
b. Mengorganisasikan agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan (task management skills),
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan bila terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula (contigency management skills).
Tujuan dari penyusunan standar kompetensi adalah sebagai berikut: a. Lembaga pelatihan keperawatan:
1) Memberikan informasi dan acuan untuk pengembangan program dan kurikulum.
2) Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan/kursus ketrampilan .
b. Dunia usaha/industri dan penggunaan tenaga kerja: 1) Penetapan uraian tugas bagi tenaga keperawatan. 2) Rekruitmen tenaga perawat.
3) Penilaian unjuk kerja.
4) Pengembangan program pelatihan yang spesifik. c. Institusi penyelengara pengujian dan sertifikasi:
Acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan kualifikasi dan jenis.
5. Kerangka kerja kompetensi perawat Indonesia digambarkan dalam skema sbb:
Gambar 2.1
Kerangka kerja kompetensi (PPNI Indonesia, 2005)
Kerangka Kerja Kompetensi Keperawatan
Evaluasi Praktik Legal Akontabilitas
Praktik Profesional, Etis, Legal, Peka Budaya
Perencanaan Promosi
Prinsip Asuhan
Pemberian Asuhan dan Manajemen Asuhan Keperawatan Implementasi Pengkajian Hubungan Komunikasi Delegasi dan Supervisi Keselamatan Lingkungan Pelayanan Kesehatan Interpersonal
Kepemimpinan dan Manajemen
Pendidikan Berkelanjutan Peningkatan Kualitas
Pengembangan Profesi
Pengembangan Profesional, Personal & Kualitas
Praktik Etis Peka Budaya
6. Ranah Kompetensi Perawat dan Kerangka Kerja Kompetensi Perawat Indonesia
a. Ranah Utama Kompetensi Perawat
Kompetensi perawat dikelompokkan menjadi 3 ranah utama yaitu;
1) Praktik Professional, etis, legal dan peka budaya a) Bertanggung gugat terhadap praktik profesional
b) Melaksanakan praktik keperawatan ( secara etis dan peka budaya)
c) Melaksanakan praktik secara legal
2) Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan. a) Menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam pemberian dan
manajemen asuhan keperawatan
b) Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan keperawatan
c) Melakukan pengkajian keperawatan d) Menyusun rencana keperawatan
e) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana f) Mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan
g) Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalampemberian pelayanan
h) Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman
i) Menggunakan hubungan interprofesional dalam pelayanan keperawatan/pelayanan kesehatan
j) Menggunakan delegasi dan supervisi dalam pelayanan asuhan keperawatan.
3) Pengembangan professional
a) Melaksanakan peningkatan professional dalam praktik keperawatan
b) Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan
c) Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagaiwujud tanggung jawab profesi
Kompetensi keperawatan yang telah diuraikan tersebut wajib dimiliki oleh perawat manajerial maupun perawat pelaksana. Kompetensi pada rumah sakit dapat ditandai dengan mutu pelayanan rumah sakit yang tercermin dalam hasil akreditasinya.
1. Pengertian Akreditasi Rumah Sakit
Akreditasi adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada rumah sakit yang memenuhi standar.
2. Tujuan Akreditasi a. Tujuan umum
Tujuan diadakannya suatu sistem akreditasi adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
b. Tujuan Khusus
1) Memberikan jaminan, kepuasan dan perlindungan masyarakat.
2) Memberikan pengakuan kepada rumah sakit yang telah menerapkan standar pelayanan rumah sakit 3) Menciptakan lingkungan intern rumah sakit yang
kondusif untuk penyembuhan dan pengobatan termasuk peningkatan dan pencegahan sesuai standar struktur, proses dan hasil.
3. Manfaat Akreditasi
a. Pasien dan masyarakat
b. Petugas kesehatan di rumah sakit
Menciptakan rasa aman dalam melaksanakan tugas karena rumah sakirt memiliki sarana, prasarana dan peralatan yang telah memenuhi standar
c. Rumah sakit
Alat untuk negosiasi dengan pihak ketiga misalnya asuransi dan perusahaan
d. Perusahaan Asuransi
Acuan untuk memilih dan mengadakan kontrak dengan rumah sakit
4. Tahapan Akreditasi
a. Tahap tingkat dasar 5 pelayanan (administrasi dan management, pelayanan medis, gawat darurat, keperawatan dan rekam medik)
b. Tahap tingkat lanjut 12 pelayanan ( tahap dasar + perinatal resiko tinggi, radiologi, farmasi, laboratorium, kamar operasi, K3 dan pengeendalian infeksi)
c. Tahap tingkat lengkap 16 pelayanan (tahap lanjut + pelayanan intensif, rehabilitasi medik, gizi dan pelayanan darah)
B. Perawat Pelaksana
Perawat adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki, yang diperoleh melalui pendidikan perawatan (UU RI No 23 Th 1992).Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia, teregister dan diberi kewenangan untuk melaksanakan praktik keperawatan sesuai dengan
bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien ( Internasional Council of Nurses, 1992).
Peran perawat secara umum menurut PPNI (2005) adalah memberi pelayanan/asuhan (care provider), pemimpin kelompok (community leader), pendidik (educator), pengelola (manager) dan peneliti (researcher)
1. Care provider: Menerapkan keterampilan berfikir kritis dan pendekatan sistem untuk penyelesaian masalah serta pembuatan keputusan keperawatan dalam konteks pemberian askep yang komprehensif dan holistik berlandaskan aspek etik dan legal.
2. Community leader: Menjalankan kepemimpinan di berbagai komunitas, baik komunitas profesi maupun komunitas sosial.
3. Educator: Mendidik Klien dan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Manager: Mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam asuhan klien.
5. Researcher: Melakukan penelitian sederhana keperawatan dengan cara menumbuhkan kuriositas, mencari jawaban terhadap fenomena klien, menerapkan hasil kajian dalam rangka membantu mewujudkan Evidence Based Nursing Practice (EBNP).
Perawat pelaksana adalah perawat yang berperan memberi asuhan keperawatan pada pasien secara langsung, mengikuti timbang terima, melaksanakan tugas yang didelegasikan dan mendokumentasikan asuhan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2005). Bentuk asuhan keperawatan tersebut antara lain:
d. Bentuk asuhan keperawatan pada manusia sebagai klien yang memiliki ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar ini dapat diberikan melalui pelayanan keperawatan untuk meningkatkan atau memulihkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, khususnya kebutuhan fisiologis.
e. Bentuk asuhan keperawatan pada manusia sebagai klien yang memiliki ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar ini dapat diberikan melalui pelayanan keperawatan yang bersifat bantuan dalam pemerian motivasi kepada klien yang memiliki penurunan dalam kemauan sehingga diharapkan terjadi motivasi yang kuat untuk membangkitkan semangat hidup agar terjadi peningkatan.
Tuntutan perawat pelaksana yang harus memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas dan perannya sebagai seorang perawat membuat perawatharus memahami kompetensi perawat itu sendiri. Pemahaman perawat pelaksana tentang kompetensi dapat di lihat dari bagaimana seorang perawat mempersepsikan kompetensi tersebut.
C. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan- kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka (Robbins, 2008). Persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu sehingga sesuatu dapat dikatakan berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu ( Walgito 2001dalam Sunaryo, 2004). Persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsangan melalui panca indera yang di dahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan meghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada dilur maupun dalam individu (Sunaryo, 2004).
2. Syarat Terjadinya Persepsi
Syarat terjadinya persepsi menurut (Sunaryo, 2004) adalah sebagai berikut:
c. Adanya alat indra sebagai reseptor dalam otak sehingga individu menyadari adanya stimulus yang di terima
d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau pusat kesadaran) yang dibawa melalui saraf sensoris sebagai alat untuk mengadakan respons
3. Macam- macam persepsi
Terdapat dua macam persepsi, yang pertama adalah external perception yaitu persepsi yang terjadi akibat adanya suatu stimulus yang datang dari luar diri individu. Kedua, self perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya stimul yang berasal dari dalam individu. Dalam hal ini yang menjadi obyek adalah dirinya sendiri (Sunaryo, 2004).
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Rakhmat (2004) terdapat faktor- faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, hal tersebut adalah:
a. Faktor internal 1) Alat indra
Alat indra atau reseptor adalah alat untuk menerima stimulus, stimulus kemudian diteruskan oleh syaraf sensoris ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. 2) Perhatian
Perhatian diperlukan untuk menyadari atau mengadakan persepsi. Perhatian merupakan langkah pertama sebagai persiapan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atu sekumpulan objek.
3) Pengalaman
Pengalaman tidak selalu melalui proses belajar formal. Pengalaman dapat bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dialami oleh individu itu sendiri.
b. Faktor eksternal
1) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersiapkannya tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkuatan yang langsung mengenai syaraf yang bekerja sebagai reseptor.
2) Informasi
Banyak cara untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber yang terpercaya, baik media maupun elektronik.
3) Budaya/lingkungan
Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat.
5. ProsesTerjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi erat kaitannya dengan syarat terjadinyapersepsi. Seperti yang di kemukakan oleh (Sunaryo, 2004) bahwa persepsi melalui tiga proses, yaitu:
a. Proses fisik (kealaman): Objek akan menimbulkan stimulus yang mempengaruhi reseptor atau alat indra.
b. Proses fisiologis: Stimulus dibawa oleh saraf sensoris menuju otak.
c. Proses psikologis: Proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima
Proses tersebut dapat lebih jelas dipahami dengan bagan yang dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 2.2
Skema proses terjadinya persepsi Pengukuran Persepsi (Sunaryo: 2004)
6. Sifat Persepsi
Secara umum terdapat beberapa sifat persepsi menurut Baihaqi dkk (2007), antara lain:
a. Bahwa persepsi timbul secara spontan pada manusia, yaitu ketika seseorang berhadapan ddengan dunia yang penuh rangsang. Indera manusia menerima rangsang kurang lebih 3 milyar per detik, 2 milyar diantaranya diterima oleh mata. b. Persepsi merupakan sifat paling asli, merupakan titik tolak
perbuatan kesadaran manusia.
c. Dalam mempersepsikan, tidak selalu dipersepsikan keseluruhan, mungkin hanya sebagian, sedangkan yang lain cukup dibayangkan.
d. Persepsi tidak berdiri sendiri, tetap dipengaruhi atau tergantung pada konteks dan pemahaman. Konteks berarti ciri dan obyek yang dipersepsi, sedangkan pengalaman berarti pengalaman-pengalaman yang dimiliki dalam kehidupan sebelumnya.
Objek Stimulus Reseptor
Saraf sensorik Otak Saraf motorik Persepsi
e. Manusia sering tidak teliti sehingga sering keliru. Ini terjadi karena sering ada penipuan dalam bidang persepsi. Suatu tampak nyata padahal hanya bayangan misalnya, fatamorgana atau pembiasan cahaya ketika melihat pensil didalam gelas. Selain itu ada juga yang disebut ilusi persepsi yaitu persepsi yang salah sehingga keadaannya berbeda dengan yang sebenarnya.
f. Persepsi sebagian ada yang dipelajari dan sebagian ada yang bawaan. Sifat yang dipelajari, dibuktikan dengan kuatnya pengaruh pengalaman terhadap persepsi misal, kita sulit membedakan sesuatu dengan melihat bentuk, ukuran, atau permukaannya saja. Sedangkan yang sifatnya bawaan dibuktikan dengan dimilikinya persepsi ketinggian.
g. Dalam persepsi sifat benda yang dihayati biasanya bersifat permanen dan stabil, tidak dipengaruhi oleh penerangan, posisi dan jarak (permanent shade).
h. Persepsi bersifat, prospektif artinya mengandung harapan. i. Kesalahan persepsi bagi orang normal, ada cukup waktu untuk
D. Kerangka Teori
Gambar 2.3 Skema kerangka teori
(Sumber:Rakhmat, 2004; Nursalam,2008; PPNI Indonesia,2005)
E. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu persepsi perawat pelaksana tentang kompetensi keperawatan
Persepsi Internal: - Indera - Perhatian - Pengalaman Eksternal: - Objek - Informasi - Budaya Pengembangan Profesional Kompetensi Perawat Praktik Profesional, etis, legal dan peka
budaya Pemberian Asuhan dan Manajemen Asuhan Keperawatan - Motif - Bawaan - Pengetahuan akademik - keahlian