• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KABUPATEN LABUHANBATU UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KABUPATEN LABUHANBATU UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

26

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA

DISIAPKAN OLEH :

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN LABUHANBATU

UTARA

(2)

27

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penyusunan Buku Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2014 dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2014 merupakan dokumen rencana strategis sanitasi yang dibuat khusus sebagai percepatan pembangunan sektor sanitasi di Kabupaten Labuhanbatu Utara dengan jangka waktu 5 (Lima) tahun kedepan. Strategi dimaksud untuk mensinergikan upaya-upaya yang akan dilakukan pemerintah (Pusat, Provinsi, Kabupaten), sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat maupun kelompok masyarakat sehingga program dan kegiatan sektor sanitasi dapat terwujud optimal dan berkesinambungan.

Dalam penyusunan Buku Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2014 kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada Pokja Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, City Facilitator (CF), serta SKPD terkait yang membantu dalam penyelesaian dokumen SSK ini, kiranya bantuan yang saudara berikan menjadi suatu amal kebajikan dan membawa manfaat bagi orang banyak.

Kami juga menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan Buku Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2014 masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan masukan yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan dokumen SSK Kabupaten Labuhanbatu Utara, akhirnya kami berharap Buku Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2014 dapat membawa manfaat bagi semua pihak khususnya untuk percepatan pembangunan Sanitasi di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Aek Kanopan, November 2014 BUPATI LABUHANBATU UTARA

(3)

28

RINGKASAN EKSEKUTIF

Strategi sanitasi kabupaten (SSK) Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat Kabupaten yang dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara dengan tujuan agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan.

Pengembangan layanan sanitasi kota harus didasari oleh suatu rencana pembangunan sanitasi jangka pendek (1-2 Tahun) jangka menengah (3-4 Tahun) dan jangka panjang (diatas 5 Tahun) yang kompehensif dan bersifat strategis. Rencana jangka menengah yang juga disebut Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) itu memang dibutuhkan mengingat Kabupaten/Kota diIndonesia akan memerlukan waktu bertahun-tahun (multi years) untuk memiliki layanan sanitasi yang memenuhi prinsip layanan Sanitasi menyeluruh. Strategi Sanitasi Kabupaten juga dibutuhkan sebagai pengikat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan para pelaku pembangunan sanitasi lainnya untuk dapat terus bersinergi mengembangkan layanan sanitasi Kabupatennya. Setelah disepakati, Strategi Sanitasi Kota akan diterjemahkan ke dalam rencana tindak tahunan (annual action plan). Isinya, informasi lebih rinci dari berbagai usulan kegiatan (program atau proyek) pengembangan layanan Sanitasi Kabupaten yang disusun sesuai tahun rencana pelaksanaannya.

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Labuhanbatu Utara berisi tentang visi, misi, dan tujuan pembangunan sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kerangka Pengembangan Sanitasi, Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi, Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi dan Strategi Monev. Tiap-tiap strategi kemudian diterjemahkan menjadi berbagai usulan Program berikut komponen-komponen kegiatan indikatifnya.

(4)

29

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

RingkasanEksekutif (Excecutive Summary) ... ii

Daftar Isi ... iv DaftarTabel ... v Daftar Peta ... DaftarGambar ... Daftar Istilah ... BAB 1. Pendahuluan ... 1.1 LatarBelakang ... 1.2 Maksud dan Tujuan ... 1.3 Metodologi ... 1.4 Posisi SSK dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain ... BAB 2. Kerangka Pengembangan Sanitasi... 2.1 Visi Misi Sanitasi ... 2.2 Tahapan Pengembangan Sanitasi ... 2.3 Perkiraan Pendanaan Pengembangan Sanitasi ... BAB 3. Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi ...

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik ... 3.2 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Persampahan ... 3.3 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase Perkotaan ... 3.4 Tujuan, Sasaran, dan Strategi PHBS terkait Sanitasi ... BAB 4. Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi ... 4.1 Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi ... 4.2 Program dan Kegiatan Pengembangan Air Limbah Domestik ... 4.3 Program dan Kegiatan Pengembangan Persampahan ... 4.4 Program dan Kegiatan Pengembangan Drainase Perkotaan ... 4.5 Program dan Kegiatan PHBS terkait Sanitasi ... BAB 5. Strategi Monev ...

Lampiran

Lampiran 1 : Hasil analisis SWOT Lampiran 2 : Tabel KKL

(5)

30

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Visi Misi Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara ... Tabel 2.2 Tahapan pengembangan air limbah domestik Kabupaten Labuhanbatu Utara .. Tabel 2.3 Tahapan pengembangan persampahan Kabupaten Labuhanbatu Utara ... Tabel 2.4 Tahapan pengembangan drainase perkotaan Kabupaten Labuhanbatu Utara ... Tabel 2.5 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Labuhanbatu Utara untuk Sanitasi ... Tabel 2.6 Perkiraan Besaran Pendapatan APBD ke Depan ... Tabel 2.7 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Labuhanbatu Utara untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi ... Tabel 2.8 Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten Labuhanbatu Utara untuk Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2020 ... Tabel 2.9 Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam Mendanai Program/Kegiatan SSK ... Tabel 3.1 Tabel Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik ... Tabel 3.2 Tabel Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Persampahan ...

Tabel 3.3 Tabel Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Drainase Perkotaan ...

Tabel 3.4 Tabel Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengelolaan Sanitasi Rumah Tangga ...

(6)

31

Tabel 3.5 Tabel Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Sanitasi Sekolah ...

Tabel 4.1 Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan Sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan Pengembangan Sanitasi untuk 5 tahun ... Tabel 4.2 Tabel Program dan Kegiatan Pengembangan Air Limbah Domestik ... Tabel 4.3 Tabel Program dan Kegiatan Pengembangan Persampahan ... Tabel 4.4 Tabel Program dan Kegiatan Pengembangan Drainase Perkotaan ... Tabel 4.5 Tabel Program dan Kegiatan PHBS terkait Sanitasi ... Tabel 5.1 Matriks Monitoring dan Evaluasi Implementasi ... Tabel 5.2 Mekanisme Monev Implementasi SSK ...

(7)

32

DAFTAR PETA

Peta 2.1 Peta Tahapan pengembangan air limbah domestik ... Peta 2.2 Peta Tahapan pengembangan persampahan ... Peta 2.3 Peta Tahapan pengembangan drainase ...

(8)

33

DAFTAR ISTILAH

I. ‘’Umum

1.1. AMPL : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan 1.2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Adalah Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang perlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia.

1.3. BPS : Buku Putih Sanitasi 1.4. DDS : Diagram Sistem Sanitasi

Diangram yang digunakan untuk membantu dalam identifikasi sistem sanitasi yang berlaku saat ini (maupun pengembangan yang diperlukan) dimulai dari produksi limbah sampai kembali ke lingkungan.

1.5. EHRA : Environmental Health Risks Assesment 1.6. Feasibility Study (Studi Kelayakan)

Penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil.

1.7. Masterpalan (Rencana Induk)

Perencanaan dasar yang menyeluruh Kabupaten/Kota untuk jangka panjang 1.8. Milestone : Tahapan pencapaian sebuah proses yang terdiri dari satu atau lebih

kegiatan dalam Penyusunan Buku Putih Sanitasi 1.9. MPS : Memorandum Program Sanitasi

1.10. PHBS : Prilaku Hidup Bersih dan Sehat

Sekumpulan prilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaraan sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan.

1.11. PPSP : Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman 1.12. RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah 1.13. RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

1.14. Sanitasi

Sanitasi secara umu mengacu pada penyediaan fasilitas dan layanan untuk pembuangan urin dan tinj yang aman. Sanitasi yang tidak memadai adalah penyebab utama penyakit diseluruh dunia dan sanitasi diketahui memiliki dampak positif bagi kesehatan baik dilingkungan rumah tangga dan di masyarakat pada umumnya. Kata ‘Sanitasi’ juga mengacu pada kemampuan menjaga kondisi

(9)

34

higienis, melalui layanan pengumpulan sampah dan pembuangan air limbah

(WHO, http://www.who.int/topics/sanitation/en/.Diakses pada 30 November

2011)

1.15. SSK : Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota II. ‘’Air Limbah

2.1. Activated Sludge

- Produksi dari biomassa aktif aau mikro organisme yang mampu menstabilkan air limbah secara aerobik (Metcalf & Eddy)

- Zat padat aktif secara biologis dalam instalasi pengolahan air limbah proses lumpur aktif (Water Environment Federation)

- Partikel Lumpur yang dihasilkan oleh pertumbuhan organisme pada tangki aerasi yang dhadirkan/diberikan oksigen terlarut

2.2. Aerobic

Dikondisikan oleh kehadiran oksigen bebas (Water Environment Federation) 2.3. Air Limbah

Air yang dihasilkan oleh aktivitas manusia yang mengandung zat-zat yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan

2.4. Air Limbah Domestik

Air Air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama (Lampiran 2 Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang)

2.5. Anaerobic

Dikondisikan oleh ketidakhadiran oksigen bebas (Water Environment Federation) 2.6. Anaerobic Baffled Reactor (ABR)

Modifikasi tangki septik konvensional dengan penambahan sekat-sekat dan kemungkinan penambahan filter pada bak akhir

2.7. Badan air penerima

Sungai, kali, danau, saluran, kolam, dan lain-lain yang menerima pembuangan limbah

2.8. Bangunan atas jamban

Bagian dari fasilitas pembuangan yang berfungsi melindungi pemakai dari

gangguan cuaca, kontaminasi dari tinja manusia dan/atau melalui lingkungannya, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui vektor pembawa penyakit 2.9. Bangunan bawah

Bangunan penampung dan pengolah tinja yang bisa berupa cubluk atau tangki septik

(10)

35

2.10. Bangunan tengah jamban

Bangunan yang terdiri dari plat jongkok dan lantai jamban 2.11. Bidang resapan

Daerah permukaan untuk menampung air yang keluar dari suatu sistem pengolahan air limbah rumah tangga

2.12. Biochemical Oxygen Demand (BOD)

Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menstabilkan secara biologis kehadiran zat organik (Metcalf & Eddy)

2.13. Biofilter

Instalasi pengolahan air limbah rumah tangga dengan menggunakan media kontak 2.14. Black water

Air limbah yang berasal dari jamban atau WC saja. 2.15. Clarifier

Tangki sedimentasi berbentuk persegi atau lingkaran yang biasa dipakai untuk mengendapkan zat padat dari air atau air limbah. Jenis khusus dari clarifier adalah Upflow Clarifier yang menggunakan prinsip pengambangan (flotation) untuk menghilangkan zat padat. Pemakaiannya lebih sedikit dibandingkan dengan Sedimentasi

2.16. Constructed wetland

Sistem pengolahan secara terencana atau terkontrol yang telah didisain dan dikonstruksi dengan memanfaatkan proses alami yang melibatkan vegetasi wetland, tanah, dan mikroorganisme untuk mengolah limbah cair

2.17. Cubluk

Sistem pembuangan tinja sederhana, terdiri atas lubang yang digali secara manual dilengkapi dengan dinding rembes air

2.18. Dissolved Oxygen

Oksigen terlarut dalam cairan (Water Environment Federation) 2.19. Excreta

Tinja dan urine (Sanitation and Hygiene Promotion) 2.20. Faeces (feces)

Buangan tinja dari manusia atau hewan tanpa urine (Water Environment Federation)

2.21. Grey water

Air limbah yang berasal dari mandi, cuci, dan dapur 2.22. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

Instalasi pengolahan air limbah yang didisain hanya menerima lumpur tinja melalui mobil atau gerobak tinja (tanpa perpipaan) (Lampiran 2 Permen PU No.

14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang)

(11)

36

2.23. Jamban

Fasilitas pembuangan tinja 2.24. Kolam anaerob

Kolam yang ditempatkan pada awal dari rangkaian kolam stabilisasi, digunakan untuk pengendapan dan pemisahan materi organik

2.25. Kolam fakultatif

Kolam yang digunakan untuk memisahkan BOD dan bakteri patogen secara anaerob. Di lapisan atas kolam ini ditumbuhi alga yang akan mendapatkan nutrisi dari bakteri, dan menghasilkan oksigen yang dibutuhkan bakteri aerob

2.26. Kolam maturasi

Kolam yang digunakan untuk mengurangi bakteri patogen pada akhir dari rangkaian kolam stabilisasi. Kolam ini mengandung oksigen di setiap

kedalamannya, karena konsentrasi organik yang rendah dan konsentrasi alga yang tinggi

2.27. Kolam stabilisasi

Bentuk paling sederhana pada pengolahan air limbah tempat terjadi proses penguraian zat-zat pencemar secara alamiah

2.28. Lantai jamban

Sarana atau perlengkapan bangunan atas, agar bangunan kuat menopang leher angsa

2.29. Leher angsa

Komponen plat jongkok yang berisi air perapat untuk menahan bau agar tidak keluar dari jamban

2.30. Off site system (sistem sanitasi terpusat)

Sistem pembuangan air limbah dimana air limbah dibuang serta diolah secara terpusat di Instalasi Pengolahan Limbah Kota. Sebelumnya lebih dulu melalui penyaluran perpipaan air limbah kota (sewer pipe)

2.31. Onsite system (sistem sanitasi setempat)

Sistem pembuangan air limbah secara individual yang diolah dan dibuang di tempat. Sistem ini meliputi cubluk, tangki septik dan resapan, unit pengolahan setempat lainnya, sarana pengangkutan, dan pengolahan akhir lumpur tinja (Lampiran 2 Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang)

2.32. Pencemaran

Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia. Akibatnya kualitas air turun sampai ke tingkat yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai peruntukannya

(12)

37

2.33. Pengolahan air limbah

Perlakuan terhadap air limbah, agar air dapat dibuang ke badan air sesuai baku mutu yang disyaratkan

2.34. Penyaluran resapan aliran atas

Salah satu alternatif pengolahan lanjutan untuk effluent tangki septik 2.35. Plat jongkok

Sarana atau perlengkapan jamban, yang dilengkapi lubang masuk tinja dan air kotor untuk dialirkan ke cubluk atau tangki septik

2.36. Sewage

Lihat wastewater (Water Environment Federation) 2.37. Sewer

Pipa atau pembawa lainnya yang mengalirkan air limbah dari beberapa atau banyak properti (Sanitation and Hygiene Promotion)

2.38. Sewerage

Sistem pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan akhir air limbah (Water Environment Federation)

2.39. Wastewater

Zat cair atau air buangan tercemar dari kegiatan operasi rumah tangga atau komersial atau industri, yang tercampur dengan air hujan atau air tanah akibat infiltrasi (Water Environment Federation)

2.40. Water seal (air perapat)

Air yang ditahan pada pipa bengkok, menyerupai leher angsa, untuk mencegah bau dan masuknya hewan kecil

2.41. Wetland aliran permukaan

Salah satu jenis constructed wetland yang airnya menggenang pada kolam. Atau air yang mengalir berada di atas permukaan media, seperti kolam, empang, dan rawa

2.42. Wetland aliran sub-permukaan (subsurface flow system wetland)

Salah satu jenis constructed wetland yang airnya mengalir di bawah permukaan media

2.43. Tangki septik (septic tank)

Ruang kedap air yang berfungsi menampung dan mengolah air limbah rumah tangga

2.44. Yellow water

(13)

38

III. ‘’Persampahan 3.1. 3R

Reduce, Reuse, dan Recycle. Sebuah pendekatan untuk mengurangi timbulan sampah melalui: mengurangi, menggunakan kembali, serta mendaur ulang sampah

3.2. Bangunan sarana pembuatan kompos

Prasarana pembuatan kompos yang terdiri dari kantor, gudang, pemilihan

pengomposan (berfungsi sebagai tempat kegiatan pengomposan yang terlindung dari gangguan cuaca)

3.3. Controlled Landfill (Lahan Urug Terkendali)

Metode pengurugan di areal pengurugan sampah, dengan cara dipadatkan dan ditutup dengan tanah penutup sekurang-kurangnya setiap tujuh hari.

3.4. Daur ulang kertas

Usaha pengolahan kertas bekas menjadi kertas yang dapat dipakai kembali melalui cara-cara sederhana

3.5. Jenis sampah (UU No. 18 tahun 2008)

- Sampah rumah tangga

Sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik

- Sampah sejenis sampah rumah tangga

Sampah yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya

- Sampah spesifik Adalah sampah yang meliputi :

Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun

Sampah yang mengandung limbah berbahaya dan beracun

Sampah yang timbul akibat bencana

Puing bongkaran bangunan

Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, dan/atau

Sampah yang timbul secara tidak periodik

3.6. Kompos

Produk lumpur atau material lain yang teroksidasi secara thermophilic dan biologis 3.7. Komposter windrow

Metode pengomposan dengan pengudaraan menggunakan terowongan angin yang terbuat dari bambu

3.8. Landfill

Lahan pembuangan sampah yang menggunakan teknologi pembuangan sampah. Gunanya untuk meminimalkan dampak lingkungan dan melindungi kualitas air (baik air permukaan maupun bawah permukaan)

(14)

39

3.9. Leachate (Lindi)

Cairan yang timbul sebagai limbah akibat masuknya air eksternal ke dalam urugan atau timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis.

3.10. Open dumping (penimbunan terbuka)

Proses penimbunan sampah di TPA tanpa melalui proses pemadatan dan penutupan secara berkala

3.11. Pengelolaan sampah

Kegiatan sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah

3.12. Pipa gas

Sarana untuk mengalirkan gas hasil proses penguraian zat organik 3.13. Sampah

Sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat (UU No. 18 tahun 2008)

3.14. Sanitary Landfill

Metode pengurugan di areal pengurugan sampah yang disiapkan dan dioperasikan secara sistematis, dengan penyebaran dan pemadatan sampah pada area

pengurugan serta penutupan sampah setiap hari (Permen PU No. 03/PRT/M/2013) 3.15. Tempat Penampungan Sementara (TPS)

Tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu (UU No. 18 tahun 2008) 3.16. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)

Tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah (UU No. 18 tahun 2008)

3.17. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan (UU No. 18 tahun 2008)

3.18. TPA Regional

TPA yang digunakan oleh lebih dari satu Kabupaten/Kota. TPA regional menjadi salah satu pilihan untuk mengatasi masalah keterbatasan lahan yang dihadapi Kabupaten/Kota.

3.19. Transfer Depo

(15)

40

IV. Darinase

4.1. Badan penerima air adalah wadah-wadah air alamiah atau buatan berupa laut, sungai, danau, kolam retensi, kolam detensi, kolam tandon, sumur resapan dan sarana resapan lainnya yang ramah lingkungan

4.2. Drainase

Prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air penerima air dan atau ke bangunan resapan manusia

4.3. Drainase perkotaan

Drainase di wilayah perkotaan yang berfungsi mengendalikan air permukaan sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia

4.4. Kolam detensi adalah prasarana drainase yang berfungsi untuk menampung sementara air hujan disuatu wilayah.

4.5. Kolam retensi adalah prasarana drainase yang berfungsi menampung dan meresapkan air hujan disuatu wilayah.

4.6. Kolam retensi

Adalah prasarana drainase yang berfungsi menampung dan meresapkan air hujan disuatu wilayah.

4.7. Saluran primer

Saluran drainase yang menerima air dari saluran sekunder dan menyalurkannya ke badan penerima air 4.8 Saluran sekunder Saluran drainase yang menerima air dari saluran tersier dan menyalurkannya ke saluran primer

4.8. Saluran Skunder

Saluran drainase yang menerima air dari saluran tersier dan menyalurkan ke saluran primer

4.9. Saluran tersier

Saluran yang menerima air dari sistem drainase lokal dan menyalurkannya ke saluran drainase sekunder

4.10. Sistem drainase lokal

Saluran dan bangunan pelengkap yang melayani sebagian wilayah perkotaan 4.11. Sistem drainase perkotaan berwawasan lingkungan adalah jaringan drainase perkotaan yang terdiri dari saluran induk/primer, saluran sekunder, saluran

tersier, bangunan peresapan, bangunan tampungan, beserta sarana pelengkapnya yang berhubungan secara sistematis satu dengan lainnya.

(16)

41

V. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terkait Sanitasi 5.1. Cuci Tangan Pakai Sabun

Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir (Pedoman STBM, 2008)

5.2. Sanitasi total

Kondisi ketika suatu komunitas (Pedoman STBM, 2008)

- Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)

- Mencuci tangan pakai sabun

- Mengelola air minum dan makanan yang aman

- Mengelola sampah dengan benar

(17)

42

Bab 1: Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu faktor bagi menurunnya derajat kesehatan masyarakat. Sanitasi secara umum mengacu pada penyediaan fasilitas dan layanan untuk pembuangan urin dan tinja yang aman. Sanitasi yang tidak memadai adalah penyebab utama penyakit di seluruh dunia, dan sanitasi diketahui memiliki dampak positif bagi kesehatan baik di lingkungan rumah tangga dan di masyarakat pada umumnya. Kata 'Sanitasi‘ juga mengacu pada kemampuan menjaga kondisi higienis, melalui layanan pengumpulan sampah dan pembuangan air limbah (WHO, http://www.who.int/topics/sanitation/en/.Diakses pada 16 September 2014).

Khususnya untuk Kabupaten Labuhanbatu Utara, tidak memadainya sistem sanitasi berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan lingkungan. Hal tersebut mendorong pemerintah kabupaten untuk meningkatkan kondisi sanitasi melalui pendekatan menyeluruh berskala kota. Pendekatan ini dimulai dengan pembentukan Tim Pokja Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara. Salah satu tujuan dibentuknya tim ini adalah untuk mensinergikan kerja dinas-dinas yang berkaitan dengan sanitasi (Air Limbah Domestik, Drainase, Persampahan dan PHBS) dalam satu wadah guna memperbaiki kinerja dan konsep sanitasi di masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya, Tim Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara melakukan pertemuan rutin untuk mengumpulkan, mengkaji serta menganalisa data dalam rangka memetakan kondisi sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara. Hasil pengumpulan, kajian dan analisa data tersebut disajikan dalam sebuah dokumen yang disebut sebagai Sanitation White Book atau Buku Putih Sanitasi (BPS). Selanjutnya BPS dan dokumen perencanaan kota dijadikan dasar oleh Pokja untuk menyusun Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Labuhanbatu Utara jangka menengah tahun 2015-2019.

(18)

43

SSK adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi tentang potret kondisi sanitasi kota/kabupaten saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah.

Kajian wilayah sanitasi di Kabupaten Labuhanbatu Utara meliputi wilayah administrasi Kabupaten Labuhanbatu Utara yang terdiri dari 6 (enam) kecamatan dan 10 (sepuluh) desa/kelurahan:

1. Desa Adian Torop, Kecamatan Aek Natas 2. Desa Sidua-dua, Kecamatan Kualuh Selatan 3. Desa Siamporik, Kecamatan Kualuh Selatan 4. Desa Sei Sentang, Kecamatan Kualuh Hilir

5. Kelurahan Kampung Mesjid, Kecamatan Kualuh Hilir 6. Desa Air Hitam, Kecamatan Kualuh Leidong

7. Kelurahan Tanjung Leidong, Kecamatan Kualuh Leidong 8. Desa Lubo Rampah, Kecamatan Marbau

9. Desa Sipare-pare Hilir, Kecamatan Marbau 10. Kelurahan Aek Kota Batu, Kecamatan Na IX-X.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah tersusunnya dokumen perencanaan strategis sanitasi kota yang dapat dijadikan rujukan perencanaan pembangunan sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam jangka menengah tahun 2015-2019.

Tujuan dari penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kota adalah sebagai dokumen perencanaan pembangunan sektor sanitasi jangka menengah dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara oleh semua pihak terkait. Secara khusus tujuan dijabarkan menjadi:

(19)

44

 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara disusun sebagai acuan

dalam penyusunan rencana pembangunan sanitasi dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi di Kabupaten Labuhanbatu Utara selama kurun waktu 5 tahun 2015-2019.

 Strategi Sanitasi Kota memuat gambaran visi, misi, tujuan dan sasaran sektor

sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara dan kebijakan pembangunan Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara jangka menengah tahun 2015-2019.

 Sebagai dasar penentuan kebijakan bagi para pemangku kepentingan di

Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam merumuskan dan menentukan strategi, tahapan dan arahan kegiatan dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

 Pedoman bagi para pelaku pembangunan khususnya pembangunan sanitasi di

Kabupaten Labuhanbatu Utara terutama pemerintah daerah, pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat, masyarakat serta pihak swasta untuk berperan aktif dalam mendukung pembangunan sanitasi di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

1.3 Metodologi

Metode yang digunakan dalam penyusunan SSK ini menggunakan beberapa pendekatan dan alat bantu, secara bertahap untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap. Metode penyusunan SSK ini, terdiri dari tahapan-tahapan berikut ini:

 Menetapkan kondisi pengelolaan sanitasi saat ini dan kondisi sanitasi yang

diinginkan Kabupaten Labuhanbatu Utara ke depan yang dituangkan kedalam visi, misi sanitasi kota, serta tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi kota. Dalam perumusannya mengacu pada Buku Putih Sanitasi (BPS), Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM), Renstra SKPD, RAD MDGs dan dokumen perencanaan lainnya yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

(20)

45

 Menilai kesenjangan antara kondisi pengelolaan sanitasi saat ini dengan kondisi

yang diinginkan. Analisis kesenjangan ini digunakan untuk mendiskripsikan isu strategis dan kendala sektor sanitasi yang mungkin akan dihadapi dalam mencapai tujuan.

JENIS DATA

Jenis data yang digunakan dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah:

1. Data Primer yakni data yang diperoleh dari survei lapangan, interview dengan

narasumber.

2. Data sekunder yakni data yang diperoleh dengan melakukan kajian terhadap

dokumen-dokumen strategis daerah antara lain RTRW, RPJMD, RPJPD, RPIJM, APBD Kota, Kabupaten Labuhanbatu Utara Dalam Angka, Renstra SKPD, RAD MDGs data dokumen pendukung lainnya seperti aturan-aturan baik dari pusat, provinsi dan kota.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data menggunakan berbagai teknik antara lain :

 Kajian Literatur, data sekunder

 Observasi, wawancara responden

FGD dan indepth interview

 Studi spesifik: Kesadaran masyarakat dan pemberdayaan masyarakat,

jender dan kemiskinan (PMJK), Pemetaan media, Partisipasi dunia usaha, Pendanaan dan pembiayaan, Kelembagaan. Studi Environmental Health Risk Assesment (EHRA).

(21)

46

PROSES PENYUSUNAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN LABUHANBATU UTARA Sebagai bagian dari proses, maka penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara mengikuti langkah-langkah antara lain:

 Pengkajian Fakta Sanitasi

 Penyusunan Visi dan Misi Sanitasi Kota

 Penentuan Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian

 Identifikasi Isu dan Hambatan Strategis

 Perumusan Strategi

 Penyusunan Program dan Kegiatan Sanitasi

 Konsultasi Publik dan Finalisasi SSK

Proses penulisan/dokumentasi Strategi Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara dilakukan oleh Pokja dengan merujuk pada jadwal tahapan penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten yang telah ditetapkan oleh Pusat. Sedangkan proses penyepakatannya dilakukan dalam forum rapat koordinasi Pokja Sanitasi.

1.4 Posisi SSK dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain

Strategi Sanitasi Kota (SSK) pada dasarnya bukan tujuan, akan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut yakni pada pembangunan sektor sanitasi. Oleh karena itu, SSK disusun secara komprehensif, skala kota, disusun dengan proses perpaduan antara top down dan bottom up yang berfungsi sebagai dokumen sumber (source document). Dengan posisi demikian, maka SSK perlu diinternalisasikan ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran kota, dengan melakukan advokasi ringkasan SSK kepada para pengambil kebijakan yang tepat.

(22)

47

a. Hubungan RPJMD dengan Strategi Sanitasi Kota

RPJMD sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dipergunakan sebagai sumber dasar bagi penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota. Oleh karena itu, Strategi Sanitasi Kota ini merupakan penjabaran operasional dari RPJMD khususnya yang berkaitan dengan pembangunan sanitasi yang bersifat lintas sektor, komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif sesuai dengan konsep dasar pemikiran RPJMD. Munculnya isu kerusakan lingkungan, ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan prinsip-prinsip penataan ruang, maupun tumpang tindih penataan ruang menjadikan pengelolaan tata ruang kota yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dijadikan sebagai Misi Kedua Pembangunan Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu Utara untuk periode 2015-2019 yang tertuang dalam RPJMD. b. Hubungan Renstra SKPD dengan Strategi Sanitasi Kota

Renstra SKPD sebagai penjabaran dari RPJMD juga dipergunakan sebagai bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota. Renstra SKPD dipergunakan sebagai dasar dari penyusunan Strategi Sanitasi Kota, maka implementasi pembangunan sanitasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan SKPD yang terkait dengan sanitasi.

c. Hubungan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Labuhanbatu Utara dengan Buku Putih Sanitasi

RTRW dipergunakan sebagai salah satu bahan dasar bagi penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota. Strategi Sanitasi Kota mengarah pada operasionalisasi teknis urusan khusus sanitasi dari RTRW, agar pada saat pengendalian pemanfaatan ruang wilayah terlaksana pula implementasi dari Strategi Sanitasi Kota.

(23)

48

d. Hubungan Rencana Aksi Daerah (RAD) Millenium Development Goals (MDGs) dengan Strategi Sanitasi Kota

Salah satu tujuan disusunnya Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota adalah memberikan bahan dasar penetapan kebijakan daerah dalam pengelolaan sanitasi di masa yang akan datang berdasarkan target prioritas yang disepakati bersama yang tertuang dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) Millenium Development Goals (MDGs) yakni Tujuan (Goal) 7 yaitu Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup. Pencapaian target Goal 7 berdasarkan salah satu indikator, yaitu : Rumah tangga yang memanfaatkan akses sanitasi dasar (pengolahan air limbah, pengelolaan sampah, sistem drainase) pada tahun 2015 meningkat menjadi 81% dari tahun 2010 sebesar 76,17%;

(24)

49

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi

Visi dan misi merupakan sumber inspiratif bagi pengembangan kegiatan sebuah organisasi. Visi dan misi memberikan arah yang jelas dan terukur, sehingga pada akhir periode perencanaan dapat dilakukan evaluasi terukur bagi keberhasilan sebuah program. Kabupaten Labuhanbatu Utara telah merumuskan visi dan misi sanitasi yang merupakan hasil dari kolaborasi pemikiran dari berbagai stakeholder terkait. Visi dan misi sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara sangat erat kaitannya dengan visi dan misi Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Pokja PPSP telah merumuskan visi dan misi sanitasi yang diturunkan dari visi dan misi Kabupaten Labuhanbatu Utara yang tertuang dalam RPJMD. Rumusan visi dan misi sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara telah memperhatikan isu-isu strategis yang termuat dalam dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS). Adapun isu strategis dan permasalahan mendesak mengenai kondisi sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara antara lain :

1. Subsektor Air Limbah Domestik

Secara umum isu strategis dan permasalahan yang mendesak untuk subsektor air limbah domestik di Kabupaten Labuhanbatu Utara, antara lain :

a. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah domestik masih sangat rendah

 Kebiasaan buang air besar sembarangan (BABS) saat ini di Kabupaten

Labuhanbatu Utara 60,3%

 Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya penanganan limbah

domestik

 Masih banyaknya masyarakat yang menggunakan sungai sebagai pembuangan

(25)

50

 masih ada 16,8% merupakan tangki septik suspek tidak aman. Hal ini

dikarenakan tangki septik sudah di bangun lebih dari 5 tahun atau lebih tetapi belum pernah dikuras.

b. Sarana dan prasaran air limbah domestik yang masih terbatas

 Belum adanya sarana truk tinja milik Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara

 Belum tersedianya IPAL atau IPLT di Kabupaten Labuhanbatu Utara sehingga

pembuangan akhir limbah domestik tidak jelas

 Belum adanya Perda yang mengatur tentang pengelolaan air limbah

c. Belum adanya regulasi yang mengatur tentang pengelolaan air limbah domestik

 Belum adanya Perda yang mengatur tentang pengelolaan air limbah

d. Komitmen pemerintah daerah masih rendah untuk penanganan air limbah domestik

 Rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah

 Anggaran sektor sanitasi belum menjadi prioritas bagi pengambil kebijakan

 Belum tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi

 Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat

 Belum adanya master plan air limbah permukiman

2. Subsektor Persampahan

Secara umum isu strategis dan permasalahan yang mendesak untuk subsektor persampahan di Kabupaten Labuhanbatu Utara, antara lain :

a. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan persampahan masih rendah

 73,5 % masyarakat Kabupaten Labuhanbatu Utara masih mengolah sampah

dengan cara dibakar

 Masih banyak masyarakat yang membuang sampah ke sungai dan selokan

 Masih kurangnya kegiatan sosialisasi dan komunikasi persampahan

b. Sarana dan prasarana persampahan masih terbatas

 Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara belum memiliki TPA (Tempat

Pembuangan Akhir) sampah, masih meminjam lahan dari pihak swasta.

(26)

51

 Armada pengangkutan sampah masih kurang

 Terbatasnya fasilitas pengumpulan sampah

c. Perda tentang persampahan belum optimal dilaksanakan

 Melakukan sosialisasi tentang Perda Persampahan

d. Komitmen pemerintah daerah masih rendah untuk penanganan persampahan

 Anggaran Sanitasi untuk subsektor persampahan masih kurang

 Pengelolaan sampah masih belum menjadi prioritas

3. Subsektor Drainase Perkotaan

Secara umum isu strategis dan permasalahan yang mendesak untuk subsektor drainase perkotaan di Kabupaten Labuhanbatu Utara, antara lain :

a. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya drainase lingkungan masih rendah

 Kepedulian masyarakat dalam memelihara saluran drainase yang sudah ada

sangat rendah

 Masih ada masyarakat masih menyalurkan air limbah lingkungan non tinja (grey

water) dengan mengarahkan ke lokasi rendah, namun tidak melalui saluran

 Kebiasaan masyarakat membuang air ke sungai dan ke parit

b. Sarana dan prasarana saluran drainase masih kurang memadai

 Masih ada Rumah tangga yang mengalami banjir rutin sebanyak 27,5%

 Sarana dan prasarana saluran drainase masih kurang terjaga perawatannya

c. Fungsi perencanaan drainase yang masih kurang

 Tupoksi Kelembagaan daerah tentang pengelolaan drainase masih kurang

 Tidak adanya peraturan pengelolaan dan pengembangan sistem drainase

d. Belum adanya regulasi yang mengatur tentang drainase lingkungan

(27)

52 4. Subsektor Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Secara umum isu strategis dan permasalahan yang mendesak untuk subsektor perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Kabupaten Labuhanbatu Utara, antara lain :

a. Rendahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam pelaksanaan PHBS

 Masih banyak masyarakat yang tidak melaksanakan PHBS (77 % masyarakat

belum berperilaku PHBS)

b. Kurangnya peran serta stakeholder dalam penyampaian informasi tentang PHBS

 Masyarakat belum memiliki motivator yang dapat mempengaruhi perilaku dalam

pelaksanaan PHBS

c. Masih kurangnya SDM yang memiliki kemampuan dalam memicu masyarakat untuk melakukan PHBS

 Belum adanya tenaga fasilitator dan tenaga pemicu yg kompeten ditingkat

kelurahan/desa

d. Belum adanya regulasi yang terkait sanitasi

 Belum adanya kebijakan yang dapat memayungi masyarakat dalam

meningkatkan kesadarannya untuk berperan serta dalam penyediaan sarana sanitasi dan pelaksanaan PHBS

e. Belum adanya rencana kegiatan yang terintegrasi diantara lintas sektor dan lintas program

 Belum ada koordinasi pada saat penyusunan rencana kegiatan diantara instansi

dan lintas program terkait

f. Masih kurangnya jumlah sarana sanitasi dasar di sekolah dan penerapan pengetahuan tentang PROHISAN di lingkungan sekolah

 Kurangnya intervensi dinas terkait dalam upaya pemuatan materi PHBS dan

STBM di lingkungan sekolah

Proses penyusunan visi dan misi sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara dilakukan melalui beberapa rangkaian pertemuan dan diskusi yang dilakukan oleh kelompok kerja (Pokja Sanitasi). Maksud dari penyusunan visi dan misi SSK tersebut adalah :

(28)

53

1. Untuk memberikan arah dalam pengembangan sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara 2. Memberikan pedoman bagi penyusunan strategi dan program strategis penanganan

permasalahan sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Agar visi dan misi tersebut selaras dengan kegiatan maupun program-program serta kebijakan yang berada di atasnya dan dapat berlangsung secara berkelanjutan, maka perlu adanya keterpaduan dengan program-program tersebut. Visi dan misi yang menjadi acuan dalam penyusunan visi dan misi SSK Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah visi dan misi Kabupaten Labuhanbatu Utara yang tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2011 – 2015.

Pada pertengahan tahun 2010 Kabupaten Labuhanbatu Utara telah melaksanakan pemilihan langsung kepala daerah dan pada kesempatan ini dimenangkan oleh pasangan bupati H. Kharuddin Syah, SE dan wakil bupati H. Minan Pasaribu, SH, MM. Visi dan misi bupati dan wakil bupati yang baru sekaligus menjadi visi Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam pembangunan Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011-2015 adalah :

VISI

“ Terwujudnya Kabupaten Labuhanbatu Utara Sejahtera, Berlandaskan Iman dan Takwa “ Sedangkan misi pembangunan Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2011-2015 adalah :

1. Menciptakan tata pemerintahan yang baik

2. Menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran

3. Meningkatkan taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat 4. Meningkatkan ketahanan pangan masyarakat

5. Pemenuhan kebutuhan infrastruktur dan sarana prasarana umum 6. Meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan.

Tabel di bawah ini merupakan gambaran tentang Visi Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Misi per-subsektor.

(29)

54

Tabel 2.1: Visi Misi Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara

Visi Kab Misi Kab Visi Sanitasi Misi Sanitasi Terwujudnya Kabupaten

Labuhanbatu Utara Sejahtera, Berlandaskan Iman dan Takwa.

 Menciptakan tata pemerintahan yang baik  Menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran  Meningkatkan taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat  Meningkatkan ketahanan pangan masyarakat  Pemenuhan kebutuhan infrastruktur dan sarana prasarana umum  Meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan. Mewujudkan masyarakat Kabupaten Labuhanbatu Utara yang bersih dan sehat berbasis sanitasi di Tahun 2024.

Misi Air Limbah Domestik: Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga yang ramah lingkungan.

Misi Persampahan: Menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan bebas sampah.

Misi Drainase:

Menjadikan Kabupaten Labuhanbatu Utara yang bersih, sehat dan bebas genangan melalui

perencanaan pembangunan dan pemeliharaan drainase. Misi PHBS terkait sanitasi: Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Sumber : Pokja Kabupaten Labuhanbatu Utara, Tahun 2014.

2.2 Tahapan Pengembangan Sanitasi

Sesuai pembahasan Buku Putih Sanitasi (BPS), berdasarkan isu srategis air limbah domestik dan permasalahan mendesak sistem pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Labuhanbatu Utara, sebagai berikut:

(30)

55

(31)

56

Dalam menentukan wilayah pengembangan air limbah domestik yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat desa/Kelurahan disusun prioritas pengembangan air limbah domestik. Penentuan wilayah prioritas ini berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi, yaitu : Kepadatan penduduk, Kawasan CBD, daerah ekstrim terhadap banjir, genangan air hujan dan terkena dampak ROB, kondisi tanah serta tingkat resiko kesehatan. Berdasarkan kriteria tersebut maka perencanaan penanganan air limbah domestik ke depan dapat digambarkan sebagai berikut:

Zona 1, Merupakan area dengan pengolahan limbah domestik dengan menggunakan sistem on-site yang juga merupakan kawasan bisnis (Central Business District) yang harus diatasi dalam jangka menengah dan jangka panjang khususnya di Kecamatan Kualuh Hulu yang ibukota Kabupaten Labuhanbatu Utara. Pada zona 1 ini diutamakan sistem on-site dengan tangki septik individual yang direncanakan pokja sanitasi untuk memfasilitasi pengadaan mobil sedot tinja, pengadaan tenaga kerjanya, dan perda terkait air limbah domestik di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

Zona 2, Merupakan area dengan pengolahan limbah domestik melalui sistem STBM, serta pembangunan Ipal Komunal. Daerah yang seperti ini dapat diatasi dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang yang dikhususkan di Kecamatan Kualuh Leidong dan Kualuh Hilir yang merupakan daerah pesisir yang akan dijadikan daerah percontohan pembangunan Ipal komunal.

Zona 3, Merupakan area dengan pengolahan limbah domestik sistem komunal yang direncanakan akan dibangun IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah dan Tinja) di Kecamatan Kualuh Selatan, khususnya yang akan dilokasikan di desa Damuli.

(32)

57

Tabel 2.2 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Labuhanbatu Utara

No Sistem Cakupan layanan

eksisting* (%)

Target cakupan layanan* (%) Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f)

A Buang Air Besar Sembarangan

(BABS)** 60,3% 50% 30% 0%

B Sistem On-Site (setempat)

1 Cubluk dan sejenisnya 6,7% 3,3% 3,4% 0% 2 Individual (tangki septik) 33% 43% 53% 73% C Sistem Komunal

1 MCK/MCK ++ 0% 2,2% 8,2 18% 2 IPAL komunal 0% 1,5% 5,4 9% 3 Tangki septik komunal 0% 0% 0% 0%

D Sistem Off-Site (terpusat) 0% 0% 0% 0%

TOTAL 100% 100% 100% 100%

Keterangan:

*) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud diatas total penduduk. Untuk cakupan layanan eksisting (kolom c) silahkan mengacu pada data yang telah dimasukkan dalam Instrumen Profil Sanitasi.

**) Buang air besar di kebun, kolam, sawah, sungai, dll. Termasuk di dalamnya adalah jamban yang tidak memiliki fasilitas pengolahan (dibuang langsung ke lingkungan) atau yang dikenal juga dengan istilah BABS terselubung.

Berdasarkan Tabel 2.2 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Labuhanbatu Utara diketahui bahwa kondisi saat ini (existing) terdapat 60,3% masyarakat Kabupaten Labuhanbatu Utara yang masih BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Dengan target cakupan jangka pendek (1-2 tahun) akan mengurangi BABS menjadi 50%, target cakupan jangka menengah (5 tahun) akan mengurangi BABS menjadi 30%, dan tidak ada masyarakat yang BABS untuk target cakupan jangka panjang (10-15 tahun).

Untuk sistem On-site (setempat) termasuk cubluk sebesar 6,7% dan tangki septik individual sebesar 33% untuk kondisi saat ini (existing). Dengan target cakupan jangka pendek (1-2 tahun) akan mengurangi masyarakat yang menggunakan cubluk menjadi 3,3% dan meningkatkan penggunaan tangki septik menjadi 43%, target cakupan jangka menengah (5 tahun) untuk mengurangi penggunaan cubluk menjadi 3,4% dan meningkatkan penggunaan tangki septik menjadi 53%, dan tidak ada masyarakat yang BABS dengan cubluk untuk target cakupan jangka panjang (10-15 tahun) dan meningkatkan penggunaan tangki septik individual menjadi 73%.

(33)

58

Kondisi existing di Kabupaten Labuhanbatu Utara tidak memiliki komunal yang terdiri MCK/MCK++, ipal komunal, dan tangki septik komunal. Untuk itu pokja sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara merencanakan pembangunan sistem komunal yaitu membangun MCK/MCK++ target cakupan jangka pendek (1-2 tahun) sebesar 2,2%, target cakupan jangka menengah (5 tahun) sebesar 8,2%, dan target cakupan jangka panjang (10-15 tahun) sebesar 18%. Pembangunan ipal komunal target cakupan jangka pendek (1-2 tahun) sebesar 1,5%, target cakupan jangka menengah (5 tahun) sebesar 5,4%, dan target cakupan jangka panjang (10-15 tahun) sebesar 9%.

(34)

59

(35)

60

Sesuai pembahasan Buku Putih Sanitasi (BPS) bahwa di Kabupaten Labuhanbatu Utara sarana persampahan telah terlayani sebesar 20,7% dari total keseluruhan sampah kabupaten. Berdasarkan isu srategis persampahan dan permasalahan mendesak persampahan di Kabupaten Labuhanbatu Utara, sebagai berikut:

Berdasarkan analisis penentuan zona dan sistem sanitasi Persampahan di Kabupaten Labuhanbatu Utara dengan kriteria yang ada di dalam wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasikan ada 2 (dua) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu;

1) Tata guna lahan/klasifikasi wilayah: komersial/ Central of Business Development (CBD), permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb;

2) Kepadatan penduduk. Berdasarkan kriteria penentuan wilayah dan kebutuhan pelayanan persampahan ke depan dapat digambarkan sebagai berikut:

Zona 1, merupakan area yang cukup padat, kawasan bisnis dan tempat umum yang harus terlayani secara penuh 100% (Full coverage) dan continue selection. Daerah yang seperti ini dapat diatasi dalam jangka waktu pendek, menengah, dan panjang dengan sistem layanan langsung dari TPS ke TPA dan sebagian terlayani oleh pelayanan penyapuan jalan. Untuk itu pokja sanitasi merencanakan untuk penambahan dumb truck di enam kecamatan yaitu: Marbau, Na IX-X, Aek Kuo, Aek Natas, Kualuh Selatan dan Kualuh Hulu. Sedangkan untuk kecamatan Kualuh Leidong dan Kualuh Hilir menggunakan betor sampah.

Zona 2, merupakan area yang harus terlayani minimal 40% dengan sistem secara langsung dari TPS ke TPA dan juga sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat untuk dapat mengelola sampah dengan baik sesuai dengan syarat kesehatan serta konsep 3 R (reduce, reuse, recycle). Cakupan layanan wilayah yang seperti ini dapat diatasi dalam dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Pokja sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara merencankan untuk pengadaan amroll truck yang sekaligus berfungsi sebagai TPSS (Tempat Pembuangan Sampah Sementara) yang akan ditempatkan di seluruh kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Utara.

(36)

61

Zona 3, merupakan area yang tidak terlalu padat penduduknya, pada area ini direncanakan untuk pengadaan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah Sanitary Landfill di Kecamatan Kualuh Selatan dan Na IX-X karena pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara belum memiliki TPA milik pemerintah. Selain itu pokja sanitasi akan membuat kegiatan yang dapat dilakukan adalah penyuluhan kepada masyarakat untuk dapat mengelola sampah dengan baik sesuai dengan syarat kesehatan serta konsep 3 R (reduce, reuse, recycle) dan pembangunan TPST.

Tabel 2.3 Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Labuhanbatu Utara

No Sistem Cakupan layanan

eksisting* (%)

Target cakupan layanan* (%) Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f)

A Persentase sampah yang

terangkut 20,7% 40% 60% 90%

1 Penanganan langsung (direct)(2) - 22% 35% 50% 2 Penanganan tidak langsung

(indirect)(3)3r - 18% 25% 40%

B

Dikelola mandiri oleh masyarakat atau belum terlayani(5)

79,3% 60% 40% 10%

TOTAL 100% 100% 100% 100%

Keterangan:

1) Cakupan layanan dapat didekati dengan persentase sampah yang terkumpul dan terangkut atau jumlah penduduk yang mendapatkan layanan dibagi total penduduk administratif. Untk cakupan layanan eksisting (kolom c) silahkan mengacu pada data yang telah dimasukkan dalam Instrumen Profil Sanitasi.

2) Penanganan langsung adalah pelayanan sampah berdasarkan sistem pengangkutan menggunakan truk langsung dari rumah ke rumah kemudian ke TPA

3) Penanganan tidak langsung adalah pelayanan sampah dimana sampah diangkut menuju TPS kemudian dari TPS akan diangkut ke TPA dengan truk.

4) Apabila data terkait penanganan langsung dan tidak langsung tidak tersedia, maka silahkan langsung diisikan di baris persentase sampah terangkut (yang seharusnya adalah penjumlahan dari penanganan langsung dan tidak langsung).

5) Dikelola mandiri oleh masyarakat atau belum terlayani adalah wilayah yang belum mendapatkan pelayanan sampah yang terlembaga sehingga pengelolaan sampah masih dilakukan sendiri oleh masyarakat (dikubur, dibakar, dll) maupun dikelola oleh KSM atau kelurahan.

(37)

62

(38)

63

Dalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat kelurahan, maka disusun prioritas pengembangan sistem drainase. Penentuan wilayah prioritas ini berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi, yaitu : Kepadatan penduduk, Kawasan CBD, daerah ROB, daerah genangan air hujan serta tingkat resiko kesehatan. Berdasarkan kriteria tersebut maka perencanaan penanganan drainase ke depan dapat digambarkan sebagai berikut:

Zona 1, Merupakan area dengan tingkat resiko yang relative kecil yang dapat diatasi dalam jangka panjang mencakup 2 Kecamatan yaitu: Kualuh Hulu dan Marbau.

Zona 2, Merupakan area dengan tingkat resiko menengah dengan kepadatan kurang dari 25 orang/ha yang dapat diatasi dalam jangka menengah dan panjang mencakup Kecamatan Na IX-X dan Kualuh Selatan.

Zona 3, Merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena merupakan kawasan/wilayah dataran rendah yang merupakan daerah kiriman dari wilayah atas dan areal pasang surut ai laut. Wilayah yang seperti ini dapat diatasi dengan pembangunan jalan dan drainase lingkungan permukiman di Kecamatan Kualuh Hilir dan Kualuh Leidong.

Tabel 2.4 Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan Kabupaten Labuhanbatu Utara

No Kecamatan Luas genangan

eksisting (ha)

Luas genangan (ha) Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f) 1 Kualuh Hilir 7.709,6 6.167,6 3854,8 1541,92 2 Kualuh Leidong 6.806,4 5.445,1 3403,2 1361,28 3 Kualuh Selatan 1.033,53 826,8 516,765 206,706 4 Kualuh Hulu 1.912,17 1.529,7 956,085 382,434 5 Aek Natas 1017 813,6 508,5 203.4 6 Marbau 1.067,7 854,1 533,85 213,54 7 Aek Kuo 3.753 3.002,4 1876,5 750,6 8 Na IX-X 1.662 1329,6 831 332,4 TOTAL 24.961 19.968 12480,7 4992,28

(39)

64

2.3Perkiraan Pendanaan Pengembangan Sanitasi

Perkiraan pendanaan sektor sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam 5 (lima) tahun terakhir dan proyeksinya dalam 5 (lima) tahun ke depan disajikan pada tabel-tabel berikut.

Tabel 2.5: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD untuk Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara untuk Sanitasi

No Uraian

Belanja Sanitasi (Rp) Rata-rata pertum -buhan 2010 2011 2012 2013 2014 1 Belanja Sanitasi 1.1 Air Limbah Domestik 93.055.370,00 342.917.000,00 733.391.000,00 977.744.900,00 - 1.2 Sampah Rumah Tangga - - 4.967.025.509,00 3.505.512.000,00 4.834.350.000,00 1.3 Drainase Lingkungan - 11.300.000.000,00 8.700.000.000,00 15.600.000.000,00 - 1.4 PHBS 97.057.100,00 157.475.000,00 500.551.500,00 2 Dana Alokasi Khusus 2.392.401.800,00 1.921.233.000,00 2.461.333.001,00 2.1 DAK Sanitasi 0 500.000.000,00 665.000.001,00 2.2 DAK Lingkungan Hidup 814.495.000,00 820.094.000,00 990.000.000,00 2.3 DAK Perumahan dan Permukiman 1.577.906.000,00 601.139.000,00 806.333.000,00 3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi Belanja APBD murni untuk

sanitasi (1-2-3) 93.055.370,00 11.739.974.100,00 16.950.293.309,00 22.505.041.400,00

Total Belanja Langsung 329.113.928.550,00 386.638.919.331,00 415.284.365.030,00 468.887.419.314,70

% APBD murni terhadap

Belanja Langsung 0,45% 3,07% 4,08% 4,79%

Komitmen Pendanaan APBD untuk pendanaan sanitasi ke depan (% terhadap belanja langsung ataupun penetapan nilai absolut)

(40)

65

Tabel 2.6: Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Tahun 2015-2019 Kabupaten Labuhanbatu Utara

No Uraian Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp) Total Pendanaan 2015 2016 2017 2018 2019 1 Perkiraan Belanja Langsung 513.431.724.148 562.207.737.942 615.617.473.046 674.101.132.985 738.140.740.618 3.103.498.808.739 2 Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi 15.402.951.724 16.866.232.138 18.468.524.191 20.223.033.989 22.144.222.218 93.104.964.262 3 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi 20.537.268.965 22.488.309.517 24.624.698.921 26.964.045.319 29.525.629.624 124.139.952.349

Tabel 2.7: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Labuhanbatu Utara untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi

No Uraian

Belanja Sanitasi (Rp) Rata-rata

pertum-buhan 2010 2011 2012 2013 2014

1 Belanja Sanitasi 1.1 Air Limbah Domestik 1.1.1 Biaya operasional /

pemeliharaan - 294.640.000, 17.612.000 - -

1.2 Sampah Rumah Tangga 1.2.1 Biaya operasional / pemeliharaan - - 1.503.761.509 2.710.512.000 3.323.350.000, 1.3 Drainase Lingkungan 1.3.1 Biaya operasional / pemeliharaan - 300.000.000 700.000.000 600.000.000 -

(41)

66

Tabel 2.8: Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kab/Kota untuk Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2019

No Uraian

Belanja Sanitasi Rp) Rata-rata pertum -buhan 2015 2016 2017 2018 2019 1 Belanja Sanitasi 1.1 Air Limbah Domestik 1.1.1 Biaya operasional / pemeliharaan 2.000.000.000 2.500.000.000 3.000.000.000 3.500.000.000 4.000.000.000 25% 1.2 Sampah Rumah Tangga 1.2.1 Biaya operasional / pemeliharaan 3.000.000.000 3.750.000.000 4.500.000.000 5.250.000.000 6.000.000.000 25% 1.3 Drainase Lingkungan 1.3.1 Biaya operasional / pemeliharaan 1.000.000.000 1.200.000.000 1.400.000.000 1.600.000.000 1.800.000.000 20%

Tabel 2.9: Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten Labuhanbatu Utara dalam Mendanai Program/kegiatan SSK

No Uraian Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp) Total Pendanaan 2015 2016 2017 2018 2019 1 Perkiraan Kebutuhan Operasional / Pemeliharaan 6.000.000.000 7.450.000.000 8.900.000.000 10.350.000.000 10.800.000.000 43.500.000 2 Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi 15.402.951.724 16.866.232.138 18.468.524.191 20.223.033.989 22.144.222.218 93.104.964.262 3 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi 20.537.268.965 22.488.309.517 24.624.698.921 26.964.045.319 29.525.629.624 124.139.952.349 4 Kemampuan Mendanai SSK (APBD Murni) (2-1) 9.402.951.724 9.416.232.138 9.568.524.191 9.873.033.989 11.344.222.218 49.604.964.260 5 Kemampuan Mendanai SSK (Komitmen) (3-1) 14.537.268.965 15.038.309.517 15.724.698.921 16.614.045.319 18.725.629.624 80.639.952.346

(42)

67

Bab 3 : Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

3.1 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Tujuan pengembangan air limbah :

Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga yang ramah lingkungan.

Sasaran pengembangan air limbah :

1. Tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah domestik serta meningkatkan cakupan pelayanan kepemilikan jamban keluarga dengan penggunaan tangki septik dan pengelolaan air limbah secara komunal

2. Meningkatkan kinerja layanan pengelolaan air limbah melalui penyusunan perda pengelolaan air limbah

3. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BABS

4. Meningkatkan efektivitas layanan pengelolaan air limbah domestik

Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang melekat dalam berbagai aspek maka strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan sub sektor air limbah adalah :

1. Tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah domestik a. Pembangunan sarana air limbah system on site individual b. Pembangunan sarana air limbah system on site communal c. Pembangunan sarana IPAL communal

d. Pembangunan fisik sanimas/MCK++

e. Peningkatan kemampuan aparat pengelola air limbah f. Pembangunan dan Pemeliharaan IPLT

g. Pemeliharaan Sanimas/MCK++

h. Penyediaan/penambahan sarana mobil tinja

i. Pemeliharaan sarana IPAL Communal

(43)

68

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BABS

a. Tersusunnya produk hukum tentang pengelolaan air limbah domestik

b. Melakukan penyuluhan tentang pencemaran dan pengelolaan air limbah domestik c. Melakukan sosialisasi kebijakan tentang pengelolaan air limbah

d. Melakukan sosialisasi dan penyuluhan tentang pengelolaan air limbah dengan sistem on site maupun sistem off site

3. Meningkatkan efektivitas layanan pengelolaan air limbah domestik a. Menyediakan sarana dan prasarana air limbah domestik b. Meningkatkan kinerja operator layanan air limbah domestik.

Untuk lebih jelas mengenai tujuan, sasaran dan tahapan pencapaian pengembangan air limbah domestik Kabupaten Labuhanbatu Utara dapat dilihat pada Tabel 3.1

3.2 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Persampahan Tujuan pengembangan persampahan:

Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan pengelolaan persampahan.

Sasaran pengembangan persampahan :

1. Meningkatkan cakupan pelayanan persampahan

2. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan persampahan 3. Mengurangi jumlah timbulan sampah melalui sistem 3R

Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang melekat dalam berbagai aspek maka strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan sub sektor persampahan adalah :

1. Meningkatkan cakupan pelayanan persampahan

a. Melaksanakan Pembangunan TPA

b. Tersusunnya masterplan persampahan Kabupaten Labura

c. Menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan

d. Mengoptimalkan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan

e. Meningkatkan cakupan pelayanan persampahan untuk masyarakat

(44)

69

2. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengelolaan persampahan

a. Tersusunnya produk hukum tentang pengelolaan persampahan

b. Sosialisasi dan kampanye tentang kebijakan persampahan

c. Penyuluhan pengelolaan persampahan di beberapa kelurahan

3. Mengurangi jumlah timbulan sampah melalui sistem 3R

a. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan stakeholder tentang pengelolaan

sampah dengan konsep 3R

b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan persampahan

dengan konsep 3R

c. Mendorong masyarakat untuk mereplikasikan komposter rumah tangga

Untuk lebih jelas mengenai tujuan, sasaran dan tahapan pencapaian pengembangan persampahan Kabupaten Labuhan Batu Utara dapat dilihat pada Tabel 3.2

3.3 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Drainase Tujuan pengembangan drainase :

Mengurangi genangan air di wilayah permukiman sampai dengan 100%.

Sasaran pengembangan drainase :

1. Terpeliharanya saluran drainase dan bebas genangan

2. Terwujudnya kawasan permukiman yang bebas dari genangan

Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang melekat dalam berbagai aspek maka strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan sub sektor drainase adalah :

1. Terpeliharanya saluran drainase dan bebas genangan

a. Melaksanakan penyuluhan dan kampanye untuk menjaga kebersihan saluran drainase b. Tersusunnya evaluasi capaian target kinerja pengelolaan drainase lingkungan

c. Tersusunnya pendataan kondisi saluran drainase d. Penyusunan DED saluran drainase Kabupaten Labura

(45)

70

2. Terwujudnya kawasan permukiman yang bebas dari genangan

a. Meningkatkan kualitas perencanaan sistem drainase yang terintegrasi dan

komperhensip

b. Mengoptimalkan fungsi saluran drainase

c. Membangun saluran drainase lingkungan

Untuk lebih jelas mengenai tujuan, sasaran dan tahapan pencapaian pengembangan Drainase Kabupaten Labura dapat dilihat pada Tabel 3.3

3.4 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengelolaan PHBS Tujuan pengelolaan PHBS :

Meningkatkan kesehatan masyarakat Kabupaten Labuhan Batu Utara dengan membudayakan prilaku hidup bersih dan sehat.

Sasaran pengelolaan PHBS :

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan dan

kebersihan lingkungan

2. Perbaikan kondisi sanitasi yang bersih dan sehat

3. Meningkatkan peran media dalam promosi PHBS

Berdasarkan pertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang melekat dalam berbagai aspek maka strategi teknis yang diarahkan untuk mencapai sasaran pengelolaan PHBS dan promosi higiene adalah :

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan dan

kebersihan lingkungan

a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas kader kesehatan lingkungan dalam promosi

PHBS

b. Melaksanakan penyuluhan untuk hidup bersih dan sehat

c. Meningkatkan komitmen penentu kebijakan anggaran untuk PHBS

2. Perbaikan kondisi sanitasi yang bersih dan sehat

a. Melaksanakan pembangunan dan perbaikan sanitasi lingkungan

(46)

71

3. Meningkatkan peran media dalam promosi PHBS

a. Mengembangkan program promosi PHBS yang menarik dan menjangkau semua

lapisan masyarakat

b. Meningkatkan pemahaman tentang PHBS melalui media informasi yang ada

c. Mengoptimalkan pendanaan dari swasta (CSR) untuk mempromosikan PHBS

Untuk lebih jelas mengenai tujuan, sasaran dan tahapan pencapaian pengembangan pengelolaan PHBS dan promosi higieni dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5

Gambar

Tabel 2.3 Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Labuhanbatu Utara
Tabel 2.4 Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan Kabupaten Labuhanbatu Utara
Tabel 2.7: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Labuhanbatu Utara  untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi
Tabel 2.9: Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten Labuhanbatu Utara   dalam Mendanai Program/kegiatan SSK
+5

Referensi

Dokumen terkait

ini saya tidak pernah melib atkan Tuhan sendiri dalam hidup saya co ntohnya dalam pekerjaan ini.  Saya disadarkan kalau di dalam.. kehidupan ini seperti dalam kehidu pan

Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang –

3.2 Ekosistem Laut dan Pantai serta Hubungannya Pantai serta Hubungannya dengan Sumber Daya dengan Sumber Daya Alam Alam Ekosistem laut dan pantai meluputi hutan mangrove,

Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon

Pengetahuan: penguasaan ekspresi-ekspresi dan aspek- aspek kebahasaan yang relevan untuk mengungkapkan dan merespon ucapan simpati Keterampilan: keterampilan

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan dibutuhkan modal kerja. Sumber modal pembangunan Indonesia adalah sumber daya alamnya. Sumber daya alam Indonesia begitu berlimpah dan

Guru yang berpikir logis seperti ini sukar menerima kenyataan bahwa di dalam matematika: bilangan real berapapun jika dibagi dengan nol tidak mempunyai hasil/jawaban atau