Hal yang diteliti adalah umur kawin pertama, status perkawinan, lama perkawinan, berapa umur laki-laki pada saat hamil tersebut. Suhu : Tujuan mengukur suhu tubuh adalah untuk mengetahui normal atau tidaknya suhu tubuh pasien, suhu normalnya adalah C. Tujuan : Untuk mengetahui tepi kiri atau kanan rahim ibu yaitu punggung pada garis bujur dan kepala pada garis lintang .
Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Subyektif : Ibu mengatakan sering buang air kecil dan merasa ingin buang air kecil lagi. Subyektif: Ibu mengatakan sering mengalami kram kaki. Tujuan: Ibu tampak/tidak kesakitan karena kram tersebut.
Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Identifikasi Kebutuhan Segera
Jelaskan pada ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan, bahwa kondisinya normal, namun sebaiknya dilakukan pemeriksaan rutin. R/ Adanya respon positif ibu terhadap perubahan yang terjadi dapat menurunkan kecemasan dan mampu beradaptasi.
Implementasi
Catatan Perkembangan Kehamilan II Tanggal pengkajian
R: Hak ibu untuk mengetahui informasi tentang kondisi dirinya dan janinnya agar ibu lebih kooperatif dalam proses KIE dan pelaksanaannya (Sulistyawati, 2009). R : Pastikan ibu menerapkan ECF yang telah diberikan dan pastikan kondisi ibu dan bayi dalam keadaan baik. Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan berikutnya, yaitu seminggu lagi atau kapan saja bila ada keluhan.
Catatan Perkembangan Kehamilan III Tanggal pengkajian
R : Dengan ini kami informasikan kepada ibu bahwa ada atau tidaknya keputihan, ibu perlu melakukan kontrol agar kondisi ibu dan bayinya terus terpantau karena ini sudah mendekati trimester ketiga persalinan. Namun jika berat badan Anda berulang kali mengalami kenaikan 1 kg dalam seminggu, sebaiknya berhati-hati sebelum terjadinya preeklampsia (Eviana dkk, 2011) Gambaran umum a) Kondisi umum. G_P_ _ _ _Ab_ _ _ UK_ _ minggu, janin tunggal/hidup/dalam kandungan, posisi kepala, punggung kanan/kiri, kondisi ibu dan janin baik dengan kehamilan risiko rendah.
Beritahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, bahwa ibu dan janin dalam keadaan normal, namun tetap perlu menjalani pemeriksaan secara berkala. Rawat dengan terapi obat dan KIE jika pada kunjungan kali ini ibu mengalami masalah atau keluhan. Kaji kondisi ibu jika pada kunjungan sebelumnya ibu mengalami kendala dalam memberikan KIE mengenai permasalahan yang ibu alami saat ini dan cara mengatasinya.
Evaluasi KIE yang diberikan pada kunjungan sebelumnya seperti pemenuhan kebutuhan nutrisi, cairan dan istirahat, kebersihan diri, serta penyiapan alat persalinan. R: Pastikan ibu mengetahui tanda-tanda persalinan dan anjurkan ibu untuk segera datang ke puskesmas jika mengalami tanda-tanda persalinan. R : Informasi ini sangat perlu dikomunikasikan kepada pasien dan keluarga untuk mengantisipasi ketidaksiapan keluarga ketika ada tanda-tanda persalinan dan agar ibu dan keluarga dapat berperan aktif dalam merencanakan persalinan sesuai dengan keadaan kehamilan. (Sulistyawati, 2009).
R: Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan kejelasan kepada ibu bahwa meskipun saat ini tidak ditemukan kelainan, namun tetap perlu dilakukan pemantauan karena ini adalah trimester ketiga.
Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan .1 Catatan Perkembangan Kala I
Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. a) Letakkan kain di perut ibu dan lakukan CPR dengan menopang bahu bayi. Tangan lainnya memegang kepala bayi untuk menjaga bayi dalam posisi tertekuk agar tidak tertekuk dan mendorong lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk menelan perlahan atau bernapas cepat dan dangkal saat 1/3 kepala bayi sudah keluar dari vagina.
Pegang kedua pergelangan kaki (masukkan jari telunjuk di antara kedua kaki dan pegang setiap pergelangan kaki dengan ibu jari dan jari lainnya).. a) Kaji kuatnya tangisan dan/atau pernapasan anak tanpa kesulitan.
Catatan Perkembangan Kala III
Dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan klem kembali tali pusat dengan jarak 2 cm dari klem pertama. Setelah rahim berkontraksi, regangkan tali pusat ke bawah sementara tangan yang lain mendorong rahim ke atas secara perlahan (dorso kranial) (untuk mencegah inversi uterus). Jika plasenta belum keluar setelah 30-40 detik, hentikan pengencangan tali pusat dan tunggu hingga kontraksi berikutnya terjadi dan ulangi prosedur di atas.
Pegang dan putar ari-ari (searah jarum jam) hingga selaput ketuban berputar, lalu lahirkan dan letakkan ari-ari pada wadah yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, kenakan DTT atau sarung tangan steril untuk menjelajahi sisa selaput, lalu gunakan jari tangan atau DTT atau tang steril untuk mengeluarkan sisa selaput. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, pijat rahim, letakkan telapak tangan pada fundus dan pijat dengan gerakan melingkar lembut hingga rahim berkontraksi (fundus terasa keras).
Periksa kedua sisi plasenta baik ibu maupun bayi, serta pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Catatan Perkembangan Kala IV
Periksa kembali bayi untuk memastikan bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) dan suhu tubuh normal C). Rendam sarung tangan kotor dalam larutan klorin 0,5%, balikkan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Ingatkan ibu untuk memijat fundus, anjurkan ibu untuk tidak menahan BAB atau kandung kemih dan selalu menjaga kebersihan alat kelamin, serta anjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
Asuhan Perawatan Pada Bayi Baru Lahir a. Identitas Bayi
Usia dicatat dalam jam/hari untuk mengetahui ada atau tidaknya risiko, terutama pada bayi dengan hipotermia yang onsetnya kurang dari 2 hari. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% pada satu jam pertama setelah melahirkan dianjurkan untuk mencegah penyakit mata akibat klamidia (penyakit menular seksual). Jika ubun-ubun menonjol, hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial, namun bisa juga karena dehidrasi.
Mulut yang kecil menandakan micrognathia, periksa adanya bibir sumbing serta gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari mulut). Perhatikan bintik putih pada gusi atau langit-langit mulut yang biasanya muncul karena gigi mutiara atau epistein. e) Telinga. Jika bayi diberikan sentuhan secara tiba-tiba, terutama dengan jari dan tangan, maka akan menimbulkan gerakan kaget.
Apabila tapak tangan bayi disentuh oleh jari pemeriksa, dia akan cuba meraih tangan pemeriksa. Apabila pipi bayi disentuh oleh tangan penguji, dia berpaling dan mencari tangan penguji. Apabila bayi disentuh dengan jari pemeriksa di kawasan os glabaella, dia akan berkerut dan berkedip. f) Kelenjar refleks.
Apabila bayi disentuh pada pelipat paha kanan dan kiri, dia cuba mengangkat kedua-dua peha. g) Tonik Leher Refleks.
Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Neonatus a) Subjektif
Pada bayi yang mengonsumsi susu formula dianggap mengalami feses yang keras setiap 2-4 minggu sekali. hari sebagai sembelit. Berbeda dengan bayi yang mengonsumsi ASI, meski buang air besar setiap 2-5 minggu sekali. hari (asalkan konsistensinya lembut) tidak dianggap konstipasi (Marmi & Rahardjo, 2015). e) Miliariasis. Ini adalah kondisi kulit yang sering ditemukan pada bayi dan balita, dan terkadang juga pada orang dewasa.
Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya basah atau tidak segera dikeringkan dan ditutup, meskipun berada di ruangan yang relatif hangat. Pastikan bayi sudah mendapat suntikan vitamin K1 (phytomenadione) setelah 1 jam setelah lahir dengan dosis 1 mg IM di paha.
R: Sistem pembekuan darah bayi baru lahir belum sempurna, sehingga semua bayi berisiko mengalami pendarahan, terlepas dari apakah bayi tersebut minum ASI atau ASI, atau berat kehamilan saat lahir. Penularan hepatitis B pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan dari ibu ke anak saat melahirkan) dan horizontal (penularan dari orang lain). Jelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir, seperti sulit menyusui, suhu tubuh hangat, tali pusat merah dan gatal, mata bengkak.
R: Pemberian KIE kepada ibu tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir, sehingga apabila tanda bahaya muncul pada bila-bila masa, ibu boleh segera membawa bayinya ke jururawat kesihatan.
Manajemen Asuhan Kebidanan Masa Nifas a. Subjektif
Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena istirahat yang cukup dapat mempercepat pemulihan. Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh khususnya pada area vagina karena pada masa nifas masih menghasilkan lokia. Seorang wanita mengalami banyak perubahan emosional atau psikologis selama masa nifas saat dia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu, dia menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah melahirkan.
Peningkatan suhu tubuh pada 24 jam pertama setelah melahirkan biasanya disebabkan oleh dehidrasi, yaitu akibat keluarnya cairan saat melahirkan, namun bisa juga karena istirahat dan tidur yang terlalu lama di awal persalinan. Anjurkan ibu dan keluarga bagaimana mencegah perdarahan pada masa nifas akibat atonia uteri. R : Apabila pada masa nifas tidak terjadi komplikasi maka masa pemulihan kondisi ibu pada masa nifas dapat berjalan normal dan kebutuhan nutrisi bayi seperti ASI tetap tercukupi.
Jelaskan kepada ibu dan keluarga tanda-tanda bahaya pada masa nifas, seperti pendarahan, sakit kepala hebat, pembengkakan pada kaki dan tangan, demam lebih dari 2 hari, payudara bengkak, ibu tampak depresi dan menangis. R : Memberikan edukasi kepada ibu dan keluarga mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan sehingga dapat melibatkan ibu dan keluarga dalam pemantauan dan deteksi dini komplikasi kehamilan, sehingga ketika tanda-tanda bahaya terjadi ibu dan keluarga dapat mengambil keputusan dan bertindak cepat. Memberikan informasi kepada ibu dan keluarga agar ibu tidak berpantang makan dan mengkonsumsi makanan pilihan yang kaya akan protein, zat besi dan vitamin.
Memberikan penyuluhan pada ibu mengenai perawatan bayi, perawatan tali pusat, menjaga kehangatan bayi dan perawatan bayi sehari-hari. R : Perawatan bayi secara langsung oleh ibu dapat meningkat.
Untuk mengetahui apa saja kebutuhan gizi ibu dan apakah ada dampaknya jika ibu menggunakan alat kontrasepsi. Untuk mengetahui adanya perubahan pada siklus buang air besar dan buang air kecil setelah ibu menggunakan alat kontrasepsi. Untuk mengetahui apakah efek samping penggunaan alat kontrasepsi dapat mengganggu pola tidur ibu.
Pada ibu pengguna KB IUD, ada atau tidaknya masalah dalam berhubungan intim antara suami dan istri, dan pada pengguna KB jangka panjang dapat menyebabkan kekeringan pada vagina sehingga dapat menurunkan gairah seksual. Suhu tubuh yang tinggi yang menandakan adanya infeksi panggul atau saluran kemih tidak memungkinkan penggunaan alat kontrasepsi IUD (Hartono, 2010). c) Pernapasan. Ibu dengan frekuensi pernapasan > 24x/menit kemungkinan besar menderita asma, sehingga pasien asma pada dasarnya dapat menggunakan segala bentuk kontrasepsi (Saifuddin 2009). d) Denyut nadi.
Masalah berat badan merupakan efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi hormonal dimana berat badan bertambah atau berkurang (Saifuddin, 2009). Dengan demikian, ibu dengan preeklamsia/eklamsia tidak cocok menggunakan KB suntik kombinasi dan pil kombinasi, namun cocok menggunakan pil KB (Hartonno, 2010). b) Payudara. Jika ibu mempunyai benjolan/kanker payudara atau pernah menderita kanker payudara sebelumnya, sebaiknya tidak menggunakan kontrasepsi hormonal (Saifuddin, 2009). c) Perut.
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dapat menyebabkan kehamilan ektopik, infeksi saluran kemih atau penyakit radang panggul, IUD tidak dapat digunakan (Saifuddin, 2009). d) Genetika.