PENDAHULUAN
TINJUAN PUSTAKA
Sistem drainase mayor
Sistem drainase mikro
Secara umum, mikrodrainase ini dirancang untuk curah hujan dengan periode ulang 2, 5, 10 dan 25 tahun, tergantung penggunaan lahan yang ada. Penting juga untuk dicatat bahwa perubahan penggunaan lahan merupakan penyumbang utama limpasan permukaan. Apabila hujan turun ke permukaan tanah, maka air tersebut akan menjadi limpasan permukaan di atas permukaan tanah dan sebagian lagi akan meresap ke dalam tanah tergantung pada kondisi tanah.
Semakin banyak data curah hujan yang kami peroleh, semakin akurat perkiraan tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli hujan, terlihat bahwa hujan dalam jumlah tertentu mempunyai periode ulang rata-rata tertentu dalam jangka waktu yang cukup lama. Hujan akan mengakibatkan limpasan berupa air hujan yang akan mencapai sungai tanpa mencapai muka air tanah, curah hujan yang berkurang sebagian karena infiltrasi, sebagian karena jumlah air yang tertahan, dan sebagian lagi karena banyaknya banjir.
Limpasan permukaan merupakan bagian dari curah hujan berlebih yang mengalir pada saat musim hujan atau setelah musim hujan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi limpasan, antara lain penggunaan lahan, wilayah drainase, kondisi topografi wilayah drainase, jenis tanah, dan faktor lain seperti karakteristik sungai.
Hujan
Untuk mengatasi atau mengatasi permasalahan hujan dan limpasan, dapat digunakan persamaan rasional yang dirumuskan oleh para ahli yang bersifat empiris dengan pemikiran dasar bahwa debit yang terjadi akibat hujan berbanding lurus dengan intensitas hujan, dan juga berbanding lurus dengan intensitas hujan. berbanding lurus dengan luas daerah hujan, namun untuk mendekati keakuratan perkiraan harus dikoreksi dengan koefisien tertentu. Pada musim hujan, intensitas hujan dan lamanya hujan dari hari ke hari, dari jam ke jam tidaklah sama, begitu pula dari tahun ke tahun jumlah hujannya berbeda-beda dan juga curah hujan maksimum dalam sehari. untuk tahun yang berbeda berbeda. Hujan dengan intensitas besar dalam waktu singkat akan menghasilkan jumlah air yang berbeda dengan hujan dengan intensitas kecil dalam jangka waktu lama.
Banjir terjadi akibat limpasan permukaan yang sangat besar akibat hujan, sehingga tidak dapat terserap oleh sungai atau saluran drainase. Selain itu, limpasan permukaan yang berlebihan disebabkan oleh tanah yang jenuh air.
Limpasan
Analisis hidrologi merupakan suatu analisis yang bertujuan untuk menghitung potensi air pada suatu wilayah tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan dan dikembangkan serta dikendalikan potensi airnya untuk kepentingan masyarakat di sekitar wilayah yang bersangkutan. Informasi umum yang digunakan dalam analisis hidrologi didasarkan pada penggunaan lahan pada tiga tahun di atas. Data curah hujan yang baik diperlukan untuk melakukan analisis hidrologi, sedangkan memperoleh data yang berkualitas biasanya tidak mudah.
Data curah hujan yang terekam yang tersedia biasanya terputus-putus dan apabila rangkaian data tersebut hanya terputus beberapa saat kecil kemungkinannya akan menimbulkan masalah, namun dalam jangka waktu yang lama tentu akan menimbulkan kendala dalam melakukan analisa. Menghadapi kondisi data seperti ini, maka langkah yang dapat dilakukan adalah dengan melihat minat target audiens, apakah data yang kosong perlu diisi kembali. Beberapa metode untuk memperoleh curah hujan regional adalah: mean aljabar, poligon Thiessen, dan isosurface.
Pada penelitian ini analisis curah hujan wilayah menggunakan metode poligon Thiessen, karena alat pengukur hujan tidak tersebar secara merata. Cara menentukan kondisi wilayah berkaitan dengan waktu hujan pada wilayah hujan maksimum dengan cara membagi wilayah untuk menentukan rata-rata curah hujan di berbagai kota atau kecamatan dengan menggunakan metode Poligon Thiessen.
Debit Periode Ulang
Untuk drainase perkotaan dan jalan raya, debit banjir maksimum periode ulang 5 tahun ditetapkan sebagai debit rencana, yang berarti kemungkinan banjir maksimum dapat disamakan atau dilampaui 1 kali dalam 5 tahun atau 2 kali dalam 10 tahun. Ada banyak rumus rasional yang dibuat secara empiris yang dapat menjelaskan hubungan antara hujan dan limpasan, termasuk rumus metode rasional. Metode ini mengasumsikan kecepatan aliran maksimum terjadi jika durasi curah hujan sama dengan waktu konsentrasi pada daerah aliran.
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air hujan yang turun pada titik terjauh suatu saluran drainase untuk mencapai saluran keluarnya (Wesli, 2008: 28). Koefisien limpasan didasarkan pada faktor-faktor daerah pengaliran seperti: jenis tanah, kemiringan lereng, kondisi tutupan hutan dan luas banjir, intensitas hujan selama waktu konsentrasi dan luas daerah pengaliran. . Besar kecilnya koefisien limpasan didasarkan pada kondisi daerah aliran sungai dengan memperhatikan intensitas curah hujan, dinyatakan dengan I = d/t, umumnya semakin besar t maka I semakin kecil.
Jika tidak tersedia data curah hujan jangka pendek, yang tersedia hanya data curah hujan harian, maka intensitas curah hujan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut. Untuk memenuhi syarat persamaan diatas maka perlu dicari nilai intensitas I dan waktu konsentrasi tc.
Koefisien Pengaliran
Koefisien Tampungan
Karakteristik Hujan
Aliran limpasan dari suatu daerah akan maksimum apabila seluruh aliran dari tempat yang terjauh bersama-sama dengan aliran dari tempat yang lebih rendah sampai pada tempat pengukuran secara bersamaan. Hal ini memberikan pemahaman bahwa debit maksimum akan terjadi jika durasi hujan sama atau lebih lama dari waktu konsentrasi. Waktu konsentrasi drainase perkotaan terdiri dari waktu yang diperlukan air untuk mengalir melalui permukaan tanah dari lokasi terjauh ke saluran terdekat (waktu masuk) ditambah waktu yang diperlukan air untuk mengalir di dalam saluran sampai ke titik pengukuran (waktu aliran). .
To = Waktu pengambilan, yaitu waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir di permukaan tanah dari titik terjauh ke saluran terdekat (jam). Td = Conduit time, yaitu waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir dalam saluran menuju lokasi pengukuran (jam). Durasi aliran dalam saluran (Td) ditentukan dengan menggunakan rumus sesuai dengan kondisi saluran. Untuk saluran alami, sifat hidroliknya sulit ditentukan, sehingga Td dapat ditentukan dengan menggunakan perkiraan kecepatan air pada saluran buatan. Nilai kecepatan aliran dapat diatur berdasarkan nilai kekasaran dinding saluran, menurut Manning, Chezy atau lainnya.
L = panjang jarak dari tempat terjauh daerah aliran sampai ke titik pengamatan banjir, diukur relatif terhadap aliran sungai (km). S = Perbandingan selisih ketinggian antara titik terjauh dan titik pengamatan diperkirakan sama dengan rata-rata kemiringan daerah aliran. Saluran tanah mempunyai batas maksimum yang dibatasi oleh kemampuan jenis tanah setempat dalam menahan bahaya erosi akibat luapan air.
Ini adalah sebab yang salah mengapa saluran berlapis diperlukan, walaupun kos saluran berlapis lebih mahal. Saluran ini boleh menjadi saluran terbuka atau saluran tertutup dengan lubang pemeriksaan di tempat tertentu. Saluran tertutup ini bertujuan untuk memberikan pandangan yang lebih baik atau ruang untuk bergerak untuk minat lain.
Kriteria Teknis
Bentuk Penampang Saluran
Untuk mencegah gelombang atau kenaikan muka air yang berlebihan ke tepian, maka perlu dijaga ketinggian saluran, yaitu jarak vertikal dari puncak saluran ke permukaan air pada kondisi debit rencana.
Dimensi Saluran
As = luas penampang saluran yang tegak lurus arah aliran ( ) V = kecepatan rata-rata aliran dalam saluran (m/s) n = Koefisien kekasaran Manning (tabel 4). Kita juga dapat mengabaikan kecepatan yang dapat menghambat tumbuhnya vegetasi, yaitu Vmin = 0,6 m/s, karena diasumsikan saluran tersebut dipelihara dan dibersihkan.
METODOLOGI PENELITIAN
Persiapan
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Peta Topografi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daerah aliran
DAS adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas topografis sehingga air yang menggenanginya tidak membebani DAS lainnya. Membagi suatu wilayah menjadi beberapa daerah tangkapan air mempunyai keuntungan, yaitu luas daerah genangan menjadi lebih kecil, sehingga debit rencana yang mengalir melalui saluran menjadi relatif lebih kecil, dan pada akhirnya dapat membuat dimensi saluran menjadi relatif lebih ekonomis. Selain itu, hal ini dapat menghindari kemungkinan ketinggian dasar saluran atau permukaan air di dalam saluran berada di bawah permukaan air sungai.
Dari data yang diperoleh Badan Pusat Statistik (BPS Kabupaten Luwu), panjang sungai bervariasi ± 7,00 km dari Desa Karussumanga hingga Desa Pasamai.
Letak stasiun
Tata guna lahan drainase adalah suatu kawasan yang mempunyai jaringan drainase yang memanjang ke hulu hingga saluran pembuangan tersendiri sehingga jaringan drainase tersebut terpisah dengan jaringan drainase wilayah pelayanan lainnya. Luas alirannya seperti terlihat pada Gambar 10, air hujan yang jatuh dari titik A mengalir ke dasar saluran di titik B, kemudian bersama-sama aliran lainnya mengalir ke saluran B – C menuju titik pengamatan di C. Pada uraiannya diatas, penggunaan lahan terpenting pertama dari pergantian tahun adalah pada areal fasilitas dan pekarangan.
Dari uraian pada tabel 17 diatas, pada saat menghitung aliran drain dapat dilihat perbandingan antara aliran aktual dengan aliran analitik, jika aliran analitik lebih besar dari aliran aktual maka akan terjadi pengurasan pada saluran pembuangan. Oleh karena itu, pada penelitian ini hasil perhitungan mengkategorikan wilayah tersebut sebagai wilayah dengan limpasan pada saluran drainase yang disebabkan oleh jumlah curah hujan maksimum. Dari hasil perhitungan pada Tabel 18, terjadi peningkatan limpasan antara tahun 2005 dan 2008, dan baik pada tahun 2008 maupun 2011, koefisien aliran pada saluran drainase dipengaruhi oleh penggunaan lahan.
Berdasarkan analisis pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai aliran drainase di kota kabupaten Belopa.
Waktu konsentarsi daerah aliran ke hilir
Koefisien tampungan daerah aliran
Hujan rencana periode ulang 2 tahun
Hujan rencana periode ulang 5 tahun
Saluran Jl. S. Saso pada saluran tipe A
Luas Dimensi Saluran
Keliling Basah
Jari-jari Hidrolis
Kecepatan
Debit Rencana
Kajian Sistem Drainase Untuk Mengatasi Banjir Banjir (Studi Kasus Sistem Drainase Jalan Akasia Kota Pangkalan Kerinci). FT Universitas Riau.