TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Relevan
Penelitian yang akan penulis teliti nantinya bukanlah penelitian pertama yang pernah ada, tapi sebelumnya telah ada penelitian terdahulu, namun peneliti mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam menambah bahan kajian pada penelitian penulis.
Dwi Ayu Wulandari “Pengaruh Zakat Produktif yang direalisasikan dalam bentuk Beasiswa satu Keluarga satu Sarjana”. Penelitian ini membahas bagaimana pengaruh zakat produktif yang direalisasikan dalam bentuk beasiswa satu keluarga satu sarjana. Penelitian ini berbeda dengan penelitian penulis, karena penelitian ini menjelaskan bagaimana strategi LAZISNU dalam penghimpunan dan mendistribusikan dana zakat.1
Amalia, Kasyful Mahalli “Potensi dan Peranan Zakat dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kota Medan”. Penelitian ini membahas masyarakat sangat setuju pemanfaatan zakat melalui bantuan pinjaman dan modal di sertai pelatihan dan keterampilan yang nantinya akan membantu perekonomian masyarakat dan menjadi masyarakat yang mandiri. Penelitian ini berbeda dengan penelitian penulis, karena penelitian ini menjelaskan bagaimana strategi LAZISNU dalam penghimpunan dan mendistribusikan dana zakat.2
1Dwi Ayu Wulandari, Penaruh zakat produktif yang direalisasikan dalam bentuk beasiswa satu keluarga satu sarjana (SKSS) Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Sumatera Selatan terhadap prestasi mahasiswa UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG (Palembang: Skripsi Program Studi Ekonomi Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, 2017)
2Amalia, Kasyful Mahalli, Potensi dan Peranan dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kota Medan (Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No.1, Desember 2012).
Galih Yulianti “Analisis Teknik Penyaluran Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Mustahik Di Badan Amil Zakat Nasional”. Penelitian ini membahas bahwa teknik pendistribusian zakat produktif yang dilakukan di BAZNAS Boyolali berpengaruh untuk pemberdayaan ekonomi mustahik dan dapat meningkatkan pendapatan mustahik karena mampu memberikan usaha baru atau member tambahan modal bagi mustahik. Penelitian ini berbeda dengan penelitian penulis, karena penelitian ini menjelaskan bagaimana strategi LAZISNU dalam penghimpunan dan mendistribusikan dana zakat.3
Ali Ridlo “Zakat Dalam Perspektif Ekonomi Islam”. Penelitian ini membahas untuk mendeskriptifkan zakat dalam perspektif ekonomi Islam dengan menggunakan metode kualitatif, dengan melalui studi pustaka. Penelitian ini berbeda dengan penelitian penulis, karena penelitian ini menjelaskan bagaimana strategi LAZISNU dalam penghimpunan dan mendistribusikan dana zakat.4
Berdasarkan ke empat penelitian yang diuraikan penulis di atas, dapat dilihat letak perbedaan pada penelitian yang dilakukan penulis sekarang. Perbedaan dapat dilihat dari masing-masing peneliti beda tempat/lokasi meneliti. Dalam penelitian terdahulu berfokus pada pengaruh dan peranan zakat dalam perekonomian masyarakat sedangkan yang saya teliti lebih kepada strategi penghimpunan dan pendistribusian dana zakat.
3Galih Yuliyati, Analisis Tenik Penyaluran Zakat Produktif Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Mustahik Di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Boyolali (Surakarta:
Skripsi Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Surakarta,2017)
4Ali Ridlo, Zakat Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Jurnal Al-‘Adl, Vol. 7 No. 1, Januari 2014)
B. Tinjauan Teori
Fungsi teori dalam penelitian yaitu menjelaskan tentang gejala dan indikasi fakta di lapalangan. Peneliti menjelaskan fenomena permsalahan secara teoritis dan dengan penalaran konsepsional yang menghung-hubungkan beberapa konsep yang terdapat di judul maupun konsep yang tersirat.5
1. Teori Strategi
Strategi menurut kamus bahasa Indonesia berarti mengenai siasat perang, direncanakan menurut siasat perang bagus letaknya.6 Menurut Kasmir, Strategi adalah langkah-langkah yang harus dijalankan oleh suatu perusahaan untuk mencapai tujuan. Kadang-kadang langkah yang harus dihadapi terjal dan berliku-liku, namun ada pula langkah yang lebih mudah. Di samping itu, banyak rintangan atau cobaan yang dihadapi untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, setiap langkah harus di jalankan secara hati-hati. Jadi strategi merupakan kegiatan perencanaanberupa langkah-langkah organisasi dalam mencapai tujuan yang di inginkan. 7Untuk, strategi dapat digunakan untuk membimbing dan mengendalikan. Pilihan-pilihan yang menetapkan sifat dan arah dari suatu organisasi.
Terdapat beberapa pendapat strategi oleh para ahli manajemen seperti berikut ini:
5Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Makalah dan Skripsi),edisi revisi (Parepare: STAIN Parepare,2013), h 33.
6Poerwadarminto, KamusBahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 2006), hlm 1092.
7Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 186.
a. Henry Mintzberg, James Brian Quinn, dan John Voyer mendefinisikan strategi sebagai, yaitu: strategi sebagai Perspektif, strategi sebagai Posisi, strategi sebagai Perencanaan, strategi sebagai pola kegiatan.
b. Arnoldo C. Hax dan Nicholas S. Manjluk mendefinisikan strategi sebagai cara menuntun lembaga pada sasaran utama pengembangan nilai korporasi, kapabilitas manajerial, tanggungjawab organisasi, dan sistem administrasi yang menghubungkan pengambilan keputusan strategik dan operasional pada seluruh tingkat hirarki, dan melewati seluruh lini lapisan.8
c. Stephen P. Robbins dan Mary Coulter Proses strategi adalah proses yang memandu perencanaan, implementasi, dan strategi, walaupun yang pertama menjelaskan perencanaan yang harus dilakukan, implementasi dan evaluasi juga sama pentingnya. Bahkan strategi terbaik pun dapat saja gagal bila manajemen tidak mengimplementasikan atau mengevaluasinya secara layak.9
Secara etimologi, istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu Strategos.
Strategos berasal dari dua kata, yaitu stratos yang berarti militer dan ag yang berarti memimpin. Pada konteks awalnya, strategi diartikan sebagai generalship, sesuatu yang digunakan oleh para jenderal dalam menyusun rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan peperangan.10 Saat ini istilah strategi telah digunakan oleh semua jenis organisasi dengan tetap mempertahankan ide pokok dalam pengertiannya serta menyesuaikan aplikasinya dengan jenis organisasi masing-masing.11 Dalam
8Siti Aminah Chaniago “ Perumusan Manajemen Strategi Pemberdayaan Zakat”Jurnal
Hukum Islam (JHI Vol.12, No.1 (Juni 2014). h.89,
http://repository.iainpekalongan.ac.id/94/1/PERUMUSAN%20MANAJEMEN%20STRATE GI%20%20PEMBERDAYAAN%20ZAKAT.pdf, (diakses 15 februari 2020)
9Stephen P. Robbins, Mary Coulter, manajemen, h.214
10Ismail Nawawi, Manajemen Strategik Sektor Publik, h.3.
11Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), h.15.
pembahasan organisasi, seringkali istilah strategi dikaitkan dengan arah, tujuan, dan kegiatan jangka panjang. Strategi juga dikaitkan dengan penentuan posisi suatu organisasi dengan mempertimbangkan lingkungan sekitarnya.12
Jika ditinjau dari segi organisasi, beberapa definisi strategi yang diformulasikan oleh pakar antara lain, menurut pendapat Ansoff strategi merupakan aturan dalam pembuatan keputusan dan penentuan garis pedoman organisasi.
Menurut Christensen, strategi merupakan pola berbagai tujuan dan pola kebijakan dasar serta rencana-rencana dalam pencapaian tujuan tersebut, dirumuskan sedemikian rupa, sehingga jelas usaha yang sedang dan akan dilaksankan oleh organisasi, demikian sifat-sifat baik organisasi baik sekarang maupun yang akan datang. Menurut Glueck, strategi merupakan satu kesatuan rencana yang terpadu dan kompherensip yang menghubungkan antara kekuatan srategi organisasi/ perusahaan dengan lingkungan yang dihadapinya untuk menjamin tercapainya tujuan organisasi.13
Strategi juga diartikan sebagai serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut.14 Keputusan-keputusan dan tindakan perusahaan yang sangat menentukan kelangsungan berjalannya perusahaan dalam jangka waktu panjang. Keputusan- keputusannya berdimensi luas, berdampak menyeluruh pada perusahaan. Untuk menerapkan keputusan-keputusan ini perusahaan membutuhkan sumber daya yang
12Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, h.5.
13Ismail Nawawi, Manajemen Strategik Sektor Publik,h. 4.
14Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, h.15.
besar, yang bila keputusannya salah, perusahaan akan mengalami masalah yang mengancam keberlangsungannya.15
2. Teori Penghimpunan
dana
Penghimpunan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah suatu proses atau cara perbuatan mengumpulkan. Dalam hal ini penghimpunan dilakukan oleh individu atau kelompok dalam upaya untuk mencapai tujuan. Pengertian penghimpun juga dapat di artikan sebagai kemampuan bekerja orang lain dalam organisasi atau lembaga, proses kerja penghimpunan melalui orang lain untuk mencapai tujuan oranisasi dan lingkungan. Untuk dapat mengumpulkan dana zakat, infak, dan sedekah perlu pemasaran yang baik agar dapat tercapai tujuan organisasi tersebut.16
Menurut Hendra, Penghimpunan dana (fundraising) dapat diartikan sebagai kegiatan meghimpun dana dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program kegiatan operasional lembaga yang ada pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut.17
Fundraising (penghimpunan dana) dapat pula diartikan sebagai proses mempengaruhi masyarakat baik perseorangan sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga agar menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi.18
15M. Taufiq Amir, Manajemen Strategik, Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.18
16Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Nasional balai Pustaka), h.402.
17Hendra Sutisna, Fundraising Database, (Jakarta: Piramedia, 2006), h. 1.
18April Purwanto, Manajemen Fundraising bagi Organisasi Pengelola Zakat, (Yogyakarta:
Sukses, 2009), h 12.
a. Tujuan Penghimpunan Dana (Fundraising)
Adapun tujuan fundraising menurut Juwaini adalah sebagai berikut:
1) Tujuan menghimpun dana adalah sebagai tujuan yang paling mendasar. Tujuan inilah yang paling pertama dan utama dalam pengelolaan lembaga dan ini pula yang menyebabkan mengapa dalam pengelolaan fundraising harus dilakukan.
2) Tujuan kedua adalah menambah calon donatur atau menambah populasi donator. Lembaga yang melakukan fundraising harus terus menambah jumlah donaturnya.
3) Meningkatkan atau membangun citra lembaga, bahwa aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap citra lembaga.
4) Menghimpun relasi dan pendukung, kadangkala ada seseorang atau sekelompok orang yang telah berinteraksi dengan aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah organisasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
5) Tujuan kelima yaitu meningkatkan kepuasan donatur, tujuan ini merupakan tujuan yang tertinggi dan bernilai jangka panjang, meskipun dalam pelaksanaan kegiatan secara teknis dilakukan seharihari. Mengapa kepuasan donatur itu penting? Karena kepuasan donatur akan berpengaruh terhadap nilai donasi yang akan diberikan kepada lembaga. Mereka akan mendonasikan dananya kepada lembaga secara berulang-ulang, bahkan menginformasikan kepuasannya terhadap lembaga secara positif kepada orang lain. Dengan
demikian, secara otomatis kegiatan fundraising juga harus bertujuan untuk memuaskan donatur.19
b. Ruang Lingkup Penghimpunan dana (Fundraising)
Pada dasarnya fundraising tidak identik hanya dengan uang semata, ruang lingkupnya begitu luas dan mendalam, untuk memahaminya terlebih dahulu dibutuhkan pemahaman tentang substansi dari pada fundraising tersebut. Adapun substansi fundraising menurut Miftahul Huda dapat diringkas dalam tiga hal, yaitu:
1) Motivasi
Motivasi diartikan sebagai serangkaian pengetahuan, nilai-nilai, keyakinan dan alasan-alasan yang mendorong, calon donatur untuk mengeluarkan sebagian hartanya.
2) Program
Substansi fundraising berupa program yaitu kegiatan dari implementasi visi dan misi lembaga yang jelas sehingga masyarakat mampu tergerak untuk melakukan zakat, infak dan sedekah.
3) Metode
Substansi fundraising berupa metode diartikan sebagai pola, bentuk atau cara-cara yang dilakukan oleh sebuah lembaga dalam rangka penggalangan dana dari masyarakat. Metode fundraising harus mampu memberikan kepercayaan, kemudahan, kebanggaan dan manfaat lebih bagi masyarakat donatur/muzakki.
Metode ini pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: metode langsung
19Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail untuk Fundraising,( Jakarta: Piramedia, 2005), h.5
(direct fundraising) adalah metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi donatur secara langsung, seperti: direct mail, direct advertising, telefundraising dan presentasi langsung. Sedangkan metode tidak langsung (indirect fundraising) adalah suatu metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi donatur secara langsung, seperti contohnya: image compaign, penyelenggara event, menjalin relasi, melalui referensi, mediasi para tokoh, dan lain-lain.20
4) Penghimpunan zakat
Dalam konteks lembaga zakat, fundraising atau penghimpunan diartikan sebagai suatu kegiatan dalam rangka menghimpun atau menggalang dana zakat, infak, dan sedekah serta sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, dan perusahaan), yang akan disalurkan dan didayagunakan oleh lembaga secara amanah untuk mustahik.21
5) Tujuan Penghimpunan Zakat
Adapun tujuan penghimpunan zakat bagi sebuah lembaga zakat adalah sebagai berikut :
a) Menghimpun dana
Tujuan utama dalam gerakan penghimpunan adalah mengumpulkan dana.
Dana yang dimaksud di sini adalah dana zakat, infaq, dan sedekah. Pengertian dana sendiri tidak terbatas pada uang semata, namun mencakup arti yang lebih luas, termasuk di dalamnya barang atau jasa yang memiliki nilai kemanfaatan. Walaupun
20 Miftahul Huda, Pengelolaan Wakaf dalam Perspektif Fundraising, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), h.36
21M. Anwar Sani, Jurus Menghimpun Fulus Manajemen Zakat Berbasis Masjid, h.12
demikian, dana dalam artian uang juga memiliki peran yang sangat penting dalam mempertahankan keberlangsungan organisasi. Operasional lembaga membutuhkan dana berupa uang, sehingga lembaga bisa berjalan secara optimal.22
b) Penghimpun Donatur/ Muzakki
Penghimpunan (Penghimpunan) juga bertujuan untuk menambah jumlah donatur. Seharusnya setiap organisasi memiliki data peningkatan donatur setiap hari.
Data tersebut juga meliputi pertambahan jumlah dana untuk program-program organisasi serta operasionalnya. Dalam hal ini, terdapat dua cara yang dapat dilakukan oleh organisasi, yaitu: meningkatkan jumlah donasi yang diberikan oleh setiap donatur dan meningkatkan jumlah donatur itu sendiri.23
c) Membentuk dan Meningkatkan Citra Organisasi Baik Secara Langsung Maupun Tidak Langsung Dalam proses penghimpunan (penghimpunan), organisasi akan berinteraksi dan menyampaikan informasi terkait organisasi kepada masyarakat.
Hasil dari informasi dan interaksi ini tentunya dapat membentuk citra organisasi dalam benak masyarakat. Berdasarkan gambaran-gambaran yang disampaikan melalui interaksi secara langsung maupun tidak langsung akan menumbuhkan citra yang bersifat positif maupun negatif. Dengan citra ini, maka setiap anggota masyarakat akan mengambil sikap terhadap organisasi. Jika citra yang tertanam dalam benak masyarakat adalah citra yang positif, maka masyarakat akan mendukung dan bersimpati dengan mengeluarkan dana untuk organisasi. Begitupula sebaliknya, jika citra yang tertanam dalam benak masyarakat adalah citra yang negative, maka masyarakat akan antipati, menghindar, bahkan mencegah orang lain untuk
22Widi Nopiardo, “Strategi Fundraising Dana Zakat Pada BAZNAS Kabupaten Tanah Datar“, Jurnal Imara, vol.1 no.1, Desember 2017, h.61.
23Uswatun Hasanah, “Sistem Fundraising Zakat Lembaga Pemerintah dan Swasta”, h.250.
memberikan sumbangannya kepada organisasi. Oleh karena itu, citra yang dibangun oleh organisasi diupayakan bersifat positif, sehingga setiap anggota masyarakat sebagai calon donatur dapat memberikan respon yang positif pula.24
d) Meningkatkan kepuasan donatur
Tujuan jangka panjang dari penghimpunan (penghimpunan) adalah menjaga loyalitas donatur untuk tetap menyalurkan dananya kepada organisasi atau bahkan menyampaikannya hal-hal positif tentang kepuasannya terhadap organisasi kepada orang lain. Oleh karena itu, kepuasan donatur harus benar-benar diperhatikan dan diupayakan oleh organisasi.25
e) Metode penghimpunan zakat
Dalam pelaksanaan aktivitaspenghimpunan zakat, terdapat banyak metode yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pendapatan. Metode penghimpunansendiri diartikan sebagai suatu bentuk, pola, maupun cara-cara yang dilakukan oleh sebuah organisasi dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat.
42Metode penghimpunan harus mampu memberikan kepercayaan, kemudahan, kebanggaan, serta manfaat yang lebih bagi calon donatur. 26 Pada dasarnya metode ini terdiri dari dua jenis:
(1) Penghimpunan Langsung (direct fundraising)
Metode ini melibatkan partisipasi donatur secara langsung, yaitu bentuk- bentuk fundraising dimana proses interaksi dan daya akomodasi terhadap respon donatur dapat dilakukan secara lagsung. Dengan metode ini, apabila dalam diri
24Widi Nopiardo, “Strategi Fundraising Dana Zakat Pada BAZNAS Kabupaten Tanah Datar“, 6.
25Anwar Ibrahim dkk, “Al-Awqaf”,h 19.
26Miftahul Huda, Pengelolaan Wakaf Dalam Prsepektif Fundraising,(Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), 37.
donatur muncul keinginan untuk melakukan donasi setelah mendapatkan promosi dari fundraiser organisasi, maka segera dapat dilakukan dengan mudah dan semua kelengkapan informasi yang diperlukan untuk melakukan donasi sudah tersedia.
Sebagai contoh dari metode langsung adalah: Penawaran tertulis untuk menyumbang yang didistribusikan melalui surat (direct mail), penghimpunan dana atau daya yang dilakukan melalui telepon (telefundraising), serta presentasi Langsung.27
(2) PenghimpunanTidak Langsung (Indirect Fundraising).
Metode tidak langsung adalah suatu metode yang menggunakan teknikteknik atau cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi donatur secara langsung, yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana tidak dilakukan dengan memberikan daya akomodasi langsung terhadap respon donatur seketika. Metode ini misalnya dilakukan dengan cara promosi yang mengarah kepada pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa secara khusus diarahkan untuk menjadi transaksi donasi pada saat itu. Sebagai contoh dari metode ini adalah: Pertama, menyampaikan pesan iklan yangdiarahkan pada bentuk seperti berita yang disajikan dengan bahasa jurnalistik(advertorial). Kedua, melakukan kampanye melalui berbaga media komunikasi. Ketiga, menggalang dana melalui penyelenggaraan event. Keempat, melalui perantara atau referensi. Kelima, menjalin relasi. Keenam, mediasi Para tokoh.28
3. Teori Pendistribusian
Distribusi merupakan penyaluran atau pembagian sesuatu kepada pihak yang berkepentingan. Untuk itu sistem distribusi zakat berati pengumpulan atau
27Anwar Ibrahim dkk, “Al-Awqaf”, 20.
28Anwar Ibrahim dkk, “Al-Awqaf”, 20.
komponen baik fisik maupun nonfisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis untuk menyalurkan zakat yang terkumpul kepada pihak tertentu dalam meraih tujuan sosial ekonomi dari pemungutan zakat. Sistem distribusi zakat mempunyai sasaran dan tujuan. Sasarannya adalah pihak-pihak yang diperbolehkan menerima zakat; sedangkan tujuannya adalah sesuatu yang dapat dicapai dari alokasi hasil zakat dalam kerangka sosial ekonomi, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang perekonomian sehingga dapat memperkecil kelompok masyarakat miskin, yang pada akhirnya akan meningkatkan kelompok muzakki.29
Dana zakat pada awalnya lebih didominasikan oleh pola pendistribusian secara konsumtif, namun demikian para pelaksana yang lebih mutakhir saat ini, zakat mulai dikembangkan dengan pola pendistribusian dana zakat secara produktif.
Sebagaimana yang dicanangkan dalam buku Pedoman Zakat yang diterbitkan Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji Departemen Agama, untuk pendanaan dana zakat, bentuk inovasi distribusi dikategorikan dalam empat bentuk berikut.
a. Distribusi bersifat “konsumtif tradisional”, yaitu zakat dibagikan kepada mustahiq untuk dimanfaatkan secara langsung, seperti zakat fitrah yang diberikan kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat mal yang dibagikan kepada para korban bencana alam.
b. Distribusi bersifat “konsumtif kreatif”, yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula, seperti diberikan dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa.
29Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer,Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2003, h. 169
c. Distribusi bersifat “produktif tradisional”, dimana zakat diberikan dalam bentuk barang-barang yang produktif, seperti kambing, sapi, alat cukur dan lain sebagainya. Pemberian dalam bentuk ini akan dapat menciptakan suatu usaha yang membuka lapangan kerja bagi fakir miskin.
d. Distribusi dalam bentuk “produktif kreatif”, yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untukmembangun proyek sosial atau menambah modal pedagang pengusaha kecil.30
Menurut pola pendistribusian produktif sangat efektif untuk dapat memproyeksikan perubahan seorang mustahik menjadi muzakki, sedangkan untuk pola penginvestasian dana zakat diharapkan dapat efektif memfungsikan sistem zakat sebagai suatu bentuk jaminan. Objek pendistribusian zakat ada delapan golongan yang telah dijelaskan oleh Allah dengan penjelasan yang lengkap dan Allah menerangkan bahwa hal tersebut adalah kewajiban dan juga berdasarkan ilmu dan hikmah. Sebagaimana firman Allah dalam surat Q.S. AT-Taubah/9:60 sebagai berikut:
Artinya:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orangorang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu´allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orangorang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Qs.
AtTaubah: 60)”.31
30Arif Mufrain, Akuntansi Manajemen Zakat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.h.146
31Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung : CV Diponegoro, 2000). h.210.
a. Orang-orang fakir
fakir adalah orang-orang yang tidak mempunyai sesuatu untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka dan mereka tidak mempunyai sedikit harta untuk memenuhi kebutuhan mereka.
b. Orang orang miskin
Orang miskin kondisinya lebih baik dari orang fakir. Orang miskin adalah orang yang mempunyai harta yang hanya cukup untuk memenuhi setengah atau lebih dari kebutuhan mereka. Dan mereka diberi bagian dari zakat yang dapat memenuhi kebutuhan mereka selama satu tahun.
c. Para Amil Zakat
Amil zakat adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat seperti pengumpul, bendahara, penjaga, pencatat, pembagi, dan penghitung harta zakat. Mereka menerima bagian dari zakat sesuai dengan upah bagi kerja mereka.
Akan tetapi, jika pemimpin kaum muslimin telah menetapkan gaji untuk mereka dari baitul mal, maka mereka tidak boleh diberi bagian dari harta zakat.
d. Muallaf
Muallaf adalah orang yang meninggalkan keyakinannya, yang non-muslim pengikut keyakinan muslim.
e. Ar-Riqaab (Budak)
Ar-Riqaab adalah para buda yang ingin memerdekakan diri namun tidak memiliki uang tebusan untuk membayarnya. Maka mereka diberikan zakat sesuai dengan jumlah yang mereka butuhkan untuk menebus dan memerdekakan diri.
f. Al-ghaarim (orang yang berhutang)
Ghaarim adalah orang-orang berhutang, baik untuk keselamatan diri sendiri maupun untuk kemaslahatan orang lain atau masyarakat. Kemaslahatan diri sendiri seperti menafkahi keluarga sedangkan kemaslahatan orang lain atau masyarakat seperti membiayai orang sakit, membangun sarana umum dan lainlain.
g. Fii sabilillah
Fii sabilillah adalah setiap amal perbuatan yang dilakukan berdasarkan atas dasar ikhlas dan taqarrub ilallah, baik berbentuk jihad (perang), menuntunt ilmu, membangun sarana umum dan lain-lain.
h. Ibnu sabiil
Ibnu sabiil adalah orang yang bepergian (musafir) baik dalam negeri maupun luar negeri, kaya ataupun miskin, yang dapat musibah kehabisan bekal dalam perjalanan, menyebabkannya dalam ketidakpastian.32
4. Teori Zakat
Zakat adalah suatu bentuk ibadah kepada Allah Swt dengan cara mengeluarkan kadar harta tertentu yang wajib dikeluarkan menurut syariat Islam dan diberikan kepada golongan atau pihak tertentu.33
a. Konsep Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al- barakatu ‘keberkaha, al-nama ‘pertumbuhan dan perkembangan’, ath-thaharatu
32Saleh Al-Fauzan, Fiqih sehari-hari, Terjemahan Ahli Bahasa, Cet 1 (Depok, Gema Insani,2006), h.279
33Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Ustmani, Fatwa-fatwa Zakat, (Jakarta: Darussunnah Pres, 2008),h 2.
‘kesucian’, dan ash-shalatu ‘ keberesan’. Sedangkan secara istilah, yaitu zakat adalah bagian dari harta dan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk di serahkan kepada yang berhak menerima.34 Harta yang di keluarkan zakat akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah.
Zakat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah jumlah harta tertentu yang waajib di keluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syara’.35
Allah SWT berfirman dalam QS. At-Taubah/9: 103
Terjemahnya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.36
Ayat tersebut di atas memerintahkan agar Rasul memungut Zakat dari umatnya untuk membersihkan harta mereka, beliau juga di perintahkan untuk berdo’a bagi mereka yang menyerahkan zakat tersebut. Ayat ini dijadikan alasan oleh orang- orang yang menolak menyerahkan zakat kepada Khalifah Abu Bakar sesudah Rasulullah Saw wafat. Mereka berpendapat bahwa hanya Rasulullah Saw yang patut memungut zakat, karena perintah Allah ini hanya di tunjukan kepada beliau.
34ArRahman, Syaikh Muhammad Abdul Malik, 1001 MasalahdanSolusinya(Jakarta:
PustakaCerdas Zakat, 2003), h. 2.
35DepartemenPendidikanNasional, KamusBesarBahasa Indonesia, edisikeempat(Jakarta:
Gramedia, 2008), h. 15.
36Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemah, h. 203.
Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung manfaat baik yang berkaitan bagi orang yang berzakat (muzaki), penerimanya (mustahik), harta yang di keluarkan zakatnya juga bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan Malikiyah memberikan definisi bahwa zakat adalah mengeluarkan sebagian tertentu dari harta tertentu sampai nisab kepada orang yang berhak menerimanya, jika kepemilikan, haul (genap satu tahun) telah sempurna selain barang tambang, tanaman dan harta temuan.
Syafi’iyah memberikan definisi bahwa zakat adalah nama untuk barang yang di keluarkan untuk harta atau badan (diri manusia untuk zakat fitrah) kepada pihak tertentu, sedangkan definisi zakat menurut Hanabillah adalah hak yang wajib pada harta tertentu pada kelompok tertentu dan pada waktu tertentu.37 Hukum zakat pada Islam, zakat merupakan salah satu hukum islam yang menjadi pokok bagi tegaknya Syariat Islam. Dalam al-Qur’an kata zakat di gandengkan dengan shalat sebanyak 27 kali secarah bersamaan. Oleh karena itu, hukum menunaikan zakat adalah wajib bagi setiaap muslim yang telah memenuhi Syariat tertentu.
b. Dasar hukum zakat
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah : 110
37Wahbah AlZuhayly, Al Fiqh Al IslamiAdillatuh, diterjemahkanoleh Abdul Hayyie Al Kattani.(Damaskus: Dar Al Fikr, 1995), h. 83-85.
Terjemahnya:
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan”.38
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hokum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termsuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah sekaligus merupakan amal social kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia.
1) Hikmah Zakat
Adapun beberapa uraian tentang hikma zakat di antaranya:
a) Mensucikan jiwa manusia dari sifat keji, kikir, pelit, rakus, dan tamak.
b) Membantu fakir miskin serta meringankan beban orang yang kesusahan dan kesulitan.
c) Membiayai kepentingan masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan umat dan kebahagiaan mereka.
d) Membatasi bertumpuknya kekayaan pada orang yang kaya sehingga kekayaan tidak terkumpul pada golongan tertentu saja atau kekayaan hanya milik orang kaya.39
38Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemah, h. 150.
39Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern Cet ke I (Jakarta: Gema Insani Press,2002), h.9.
2. Tujuan Zakat
Tujuan disyariatkan zakat sebagai berikut:
a) Mengangkat derajat pakir miskin dan membantunya keluar dari hidup dan penderitaan.
b) Membantu pemecahan masalah yang di hadapi oleh orang yang ibnu sabil, dan para mujtahid lainya.
c) Membina tali persaudaraan sesama ummat islam.
d) Menghilangkan penyakit kikir dari pemilik harta.
e) Membersihkan sifat dengki dan iri hati dan orang-orang miskin.40 3. Manfaat Zakat
Manfaat mengeluarkan zakat sebagai berikut:
a) Melati diri bersifat dermawan.
b) Mengembangkan harta yang menyebabkanya terjaga dari terpelihara.
c) Mewujudkan solidaritas dalam kehidupan.
d) Menghilangkan kesenjangan antara sikaya dan si miskin.
e) Mendapatkan pahala dari Allah SWT.
f) Menolak musibah dan bahaya.
g) Pelakunya akan mendapat surga yang abadi.
h) Meredam amarah Allah SWT.41
Adanya hikmah, tujuan, dan manfaat di atas dalam penelitian ini, bahwa para Mustahik dan Muzaki dapat menghilangkan kesenjangan sosial antara sikaya
40Moh.Thoriqquddin,Pengelolaan Zakat Produktif (Malang:UIN- Maliki Press, 2015), h. 1.
41Moh.Thoriqquddin, Pengelolaan Zakat Produktif, h. 2.
dan simiskin sehingga mewujudkan solidaritas dalam kehidupan dan meredam amarah dari Allah SWT, berupa musibah dan bahaya, selain itu dapat menjaga tali persaudaraan antar sesama umat Islam.
c. Syarat Sah dan Syarat Wajib Zakat 1) Syarat Sah Zakat
a. Niat
Orang yang mengeluarkan zakat dari harta disyaratkan berniat untuk membedakan antara ibadah wajib dan sunnah sebagai mana sabda Nabi Saw dari Umar bin Khattab r.a
ِةَّيِ نلاِب ُلاَمأعَ ألْا اَمَّنِإ
Artinya :
“Sesungguhnya segala sesuatu itu tergantung niatnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)”42
Hadis tersebut menjelaskan bahwa sesuatu pekerjaan tergantung dari niat seseoraang, karena dengan niat semua pekerjaan akan ada motivasi untuk mengerjakan suatu pekerjaan.
a. Penyerahan kepemilikan
Pemilik harta atau muzaki harus menyerahkan zakat dari sebagian hartanya kepada orang-orang yang berhak menerima zakat yaitu mustahik. Agar harta yang di miliki oleh muzaki dapat berkah kepada Allah SWT.
42Muhammad Abduh Tausikal, HaditsArbainSetiapAmalantergantungpadaniat.
https://rumaysho.com/16311.Diakses 04 Juli 2018.
2 Syarat wajib zakat a Merdeka
Orang muslim yang tidak terikat dari budak, penjajahan, dia memiliki harta, yang lebih dia memiliki harta, yang lebih harta tersebut milik sepenuhnya sehinggah mampu memenuhi kehidupan sehari-hari dan mengeluarkan sebagian hartanya untuk berzakat.
b Muslim
Seorang muslim di kenakan kewajiban zakat di karena dengan berzakat dia telah melaksanakan ibadah untuk menyucikan jiwanya dari harta dari harta bendah yang di miliki.
1.) Mencapai nisab
Nisab yaitu standar minimum jumlah harta zakat yang telah di tentukan dalam syariat islam. Jika kurang dari jumlah tersebut maka harta tidak wajib di zakati.
2.) Milik penuh
Milik harta dia mengontrol sepenuhya bukan orang lain memegang atau yang mengontrol harta tersebut dan di dalamnya tidak ada hak orang lain. Harta yang di peroleh pemilik tidak bertentangan dengan syariat Islam.
3.) Memenuhi haul
Haul berlalunya masa 12 bulan qamaria (satu tahun dalam hitungan hijria) sejak harta itu mencapai nisab, kecuali tanaman karena zakat wajib di keluarkan pada setiap panen.
4.) Tidak berutang
Harta yang di miliki tidak menpunyai hutang kepada sesame manusia, maupun hutang kepada allah swt misalnya nasar wasiat. Maka hamba allah tersebut memiliki kebebasan untuk melaksanakan kebebasan untuk melaksanakan syariat Islam.
c Melebihi kebutuhan pokok.
Harta yang di punyai oleh seseorang itu memiliki kebutuhan rutin yang di perlukan oleh diri maupun keluarganya untuk dapat melanjutkan hidupnya secara wajar sebagai manusia.43
C. Tinjauan konseptual 1. Strategi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata strategi berarti 1) ilmu siasat perang 2) siasat, tipu akal muslihat untuk mencapai suatu maksud. Atau dengan kata lain, strategi juga berarti cara atau taktik.44 Strategi di definisikan sebagai kerangka yang membimbing serta mengendalikan pilihan-pilihan yang menetapkan sifat dan arah dari suatu organisasi.45
2. Penghimpunan dana
Penghimpunan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah suatu proses atau cara perbuatan mengumpulkan. Dalam hal ini penghimpunan dilakukan oleh individu atau kelompok dalam upaya untuk mencapai tujuan. Pengertian penghimpun
43Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie Al Kattani. (Cet. 1; Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 172.
44JS Badudu, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 1357.
45Benjamin B. Tregoe dan John W. Zimmerman, Strategi manajemen, terj. R. A. Rivai, (Jakarta: Erlangga, 1980),h 15.
juga dapat di artikan sebagai kemampuan bekerja orang lain dalam organisasi atau lembaga, proses kerja penghimpunan melalui orang lain untuk mencapai tujuan oranisasi dan lingkungan. Untuk dapat mengumpulkan dana zakat, infak, dan sedekah perlu pemasaran yang baik agar dapat tercapai tujuan organisasi tersebut.46
3. Pendistribusian
Distribusi merupakan penyaluran atau pembagian sesuatu kepada pihak yang berkepentingan. Untuk itu sistem distribusi zakat berati pengumpulan atau komponen baik fisik maupun nonfisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis untuk menyalurkan zakat yang terkumpul kepada pihak tertentu dalam meraih tujuan sosial ekonomi dari pemungutan zakat. Sistem distribusi zakat.47
4. Zakat Fitrah
Zakat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah jumlah harta tertentu yang waajib di keluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syara’.48 Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu ‘keberkaha, al-nama ‘pertumbuhan dan perkembangan’, ath-thaharatu ‘kesucian’, dan ash-shalatu ‘ keberesan’. Sedangkan secara istilah, yaitu zakat adalah bagian dari harta dan persyaratan tertentu, yang
46Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Nasional balai Pustaka), h.402.
47Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer,Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2003, h. 169.
48DepartemenPendidikanNasional, KamusBesarBahasa Indonesia, edisikeempat(Jakarta:
Gramedia, 2008), h. 15.
Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk di serahkan kepada yang berhak menerima.49
D. Kerangka Fikir
Kerangka fikir ini bertujuan sebagai landasan sistematis dalam mengukur masalah-masalah yang dibahas dalam proposal ini. memperoleh informasi tentang strategi penghimpunan dan pendistribusian dana zakat pada lembaga amil zakat LAZISNU Kota Parepare.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas maka peneliti membuat suatu bagan kerangka fikir sebagai berikut:
49ArRahman, Syaikh Muhammad Abdul Malik, 1001 MasalahdanSolusinya(Jakarta:
PustakaCerdas Zakat, 2003), h. 2.
Stephen P. Robbins -perencanaan -implementasi -evaluasi strategi
LAZISNU KOTA PAREPARE
Penghimpunan Zakat Pendistribusian Zakat
-proses -tujuan Hendra
-konsumtif tradisional -konsumtif kreatif -produktif tradisional
-produktif kreatif
Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji Dapertemen Agama
STRATEGI LAZISNU KOTA PAREPARE DALAM PENGHIMPUNAN DAN
Gambar 2.1 Kerangka Pikir