• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Penghimpunan (Fundraising) Dana Zakat,Infak dan Sedekah (ZIS) Pada Lazis Griya Yatim dan Dhuafa (GYD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Penghimpunan (Fundraising) Dana Zakat,Infak dan Sedekah (ZIS) Pada Lazis Griya Yatim dan Dhuafa (GYD)"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

YATIM & DHUAFA (GYD)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

PUNGKY SEPTYANI HAPSARI NIM: 1111 0463 00010

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Pungky Septyani Hapsari. 1111046300010. Strategi Penghimpunan (Fundraising) Dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) Pada LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD). Konsentrasi Manajemen Zakat dan Wakaf (ZISWAF), Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1436 H/ 2015 M, xiv + 75 halaman + 32 lampiran.

Penelitian ini untuk menganalisa bentuk penerapan strategi penghimpunan (fundraising) dan dampaknya terhadap peningkatan dana ZIS dan donatur. Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan strategi penghimpunan (fundraising) yang diterapkan oleh LAZIS GYD dalam menghimpun dana ZIS dan hasilnya terhadap peningkatan perolehan dana ZIS dan donatur.

Penulis melakukan penelitian di LAZIS GYD yang bertempat di Virgin Island NA-7 De-Latinos BSD, Serpong, Tangerang Selatan. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang di analisa dan kemudian diambil sebuah kesimpulan. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak LAZIS GYD , sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan keuangan, majalah dan internet. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan: Pertama, ada enam strategi penghimpunan (fundraising) dana ZIS yang diterapkan oleh LAZIS GYD, yaitu personal ZIS, advertising, interaktif marketing, direct marketing, public relation, dan event. Kedua, penerapan strategi fundraising yang dilakukan oleh LAZIS GYD telah berdampak signifikan terhadap jumlah penghimpunan dana ZIS. Faktanya, terjadi peningkatan pada tiap tahunnya. Yaitu, pada tahun 2013 mampu menghimpun dana ZIS sebesar Rp. 16.506.242.212,- dan pada tahun 2014 sebesar Rp. 19.406.910.258,-. Terjadi peningkatan penghimpunan dana ZIS sebesar Rp. 2.900.668.046,- (14,95%). Penerapan strategi fundraising yang dilakukan oleh LAZIS GYD juga telah berdampak signifikan terhadap peningkatan jumlah donatur. Faktanya, terjadi peningkatan pada tiap tahunnya. Yaitu, pada tahun 2013 ada sebanyak 6.868 orang dan pada tahun 2014 ada sebanyak 8.039 orang. Terjadi peningkatan jumlah donatur sebanyak 1.171 orang (14,57%).

Kata Kunci : Strategi Fundraising, Peningkatan Dana ZIS, Peningkatan Jumlah Donatur, LAZIS GYD.

Pembimbing : Dr. Hendra Kholid, M.A.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, kasih dan sayangnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun khasanah yang telah menuntun umatnya dari kegelapan menuju terang benderang.

Alhamdulillah, penelitian yang berjudul “STRATEGI PENGHIMPUNAN

(FUNDRAISING) DANA ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH (ZIS) PADA

LAZIS GRIYA YATIM & DHUAFA (GYD)” dapat diselesaikan penulis.

Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Merupakan suatu kehormatan bagi penulis untuk mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga penulis, almamater dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Sebagai bentuk penghargaan, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

vii

4. Bapak Mujiburrahman, S.Ag., M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa mengingatkan dan mengarahkan penulis semasa mengikuti perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr. H. Burhanuddin Yusuf, M.M. selaku penguji skripsi I dan Bapak Dr. H. Supriyadi Ahmad, M.A. selaku penguji skripsi II yang telah mengarahkan serta memberikan masukan yang baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ayahanda Joko Sriyanto dan Ibunda Sarijem tercinta yang senantiasa tidak pernah lelah setiap harinya memberikan semangat, motivasi dan doa serta dukungan materi kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi. Serta adik tercinta Tiara Mulia Sari yang telah menemani, menyemangati dan doanya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Pimpinan dan staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum serta Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.

8. Segenap Bapak/ ibu dosen dan staff akademik Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

viii

10. Bapak Tarjuni S.Pd.I. selaku Direktur Administrasi di Lembaga Amil Zakat Griya Yatim & Dhuafa (GYD) yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya guna membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

11. Ananda Rostadhi Akbar S.Or yang telah dengan sabar dan ikhlas mau menjadi teman bertukar pikiran dan pendapat, cerita keluh kesah, tertawa menangis serta tidak pernah lelah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Keluarga Besar Manajemen Zakat dan Wakaf (ZISWAF) dan terutama keluarga ZISWAF angkatan 2011; Sahabat SMA N 90 Jakarta; Teman KKN DREAM; Teman HMPS Prodi Muamalat yang sedikit banyak telah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Seluruh rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang juga

telah memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat menjalani perkuliahan hingga selesai di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Akhir kata hanya kepada Allah SWT, penulis memanjatkan doa agar segala kebaikan berupa motivasi dan kontribusi yang telah diberikan mendapat balasan berupa amal yang berlipat kepada mereka. Amin...

Jakarta, 29 September 2015

Pungky Septyani Hapsari

(9)

ix

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

LEMBAR PENGESAHAN iii

LEMBAR PERNYATAAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR LAMPIRAN xii

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 6

D. Review Studi Terdahulu 7

E. Metode Penelitian 9

F. Kerangka Teori dan Konseptual 13

(10)

x

BAB II LANDASAN TEORITIS 16

A. Konsep Strategi

1. Pengertian 16

2. Tahapan 17

3. Manfaat 19

B. Konsep Fundraising

1. Pengertian 20

2. Metode 21

3. Manfaat 22

C. Konsep Zakat, Infak dan Sedekah

1. Pengertian 24

2. Dasar Hukum 26

3. Hikmah dan Manfaat 30

4. Perbedaan 32

BAB III PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN DANA ZIS

PADA LAZIS GRIYA YATIM & DHUAFA (GYD) 33

A. Sejarah dan Perkembangan 33

(11)

xi

C. Struktur Organisasi 37

D. Lokasi Jejaring 39

E. Penghimpunan Dana ZIS 39

F. Penyaluran Dana ZIS 43

BAB IV PENERAPAN STRATEGI DAN PENINGKATAN

PENGHIMPUNAN DANA ZIS PADA LAZIS GRIYA

YATIM & DHUAFA (GYD) 49

A. Penerapan Strategi Fundraising Dana ZIS 49 B. Dampak Penerapan Strategi Fundraising 57

BAB V PENUTUP 69

A. Kesimpulan 69

B. Saran 70

DAFTAR PUSTAKA 71

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Data/ Wawancara 1

2. Surat Jawaban Mohon Data/ Wawancara 2

3. Data Hasil Wawancara 3

4. Tabel Jumlah Penghimpunan Dana ZIS dan Donatur 17

5. Legalitas LAZIS Griya Yatim & Dhuafa 18

6. Daftar Alamat Jejaring dan Sekolah Binaan LAZIS Griya Yatim &

Dhuafa (GYD) 19

7. Laporan Auditor Independen dan Laporan Keuangan (untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 & 2010) 20 8. Laporan Auditor Independen dan Laporan Keuangan (untuk tahun

yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 & 2011) 22 9. Laporan Auditor Independen dan Laporan Keuangan (untuk tahun

yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 & 2012) 24 10. Jumlah Penghimpunan dana ZIS untuk tahun 2014 26 11. Donasi Iklan di LAZIS Griya Yatim & Dhuafa 26

12. Brosur “Ayo Berbagi” LAZIS Griya Yatim & Dhuafa 27

13. Gerakan Sedekah Seribu Sehari (GS3) di LAZIS Griya Yatim &

Dhuafa (GYD) 28

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Tinjauan (review) Studi Terdahulu 7

2. Tabel 2. Perbedaan Zakat, Infak dan Sedekah 32

3. Tabel 3. Jumlah Penghimpunan (Fundraising) Dana ZIS 58

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Kerangka Teori 13

2. Gambar 2. Jumlah Penghimpunan (Fundraising) Dana ZIS 63

(15)

1 A. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah terbesar yang cukup merisaukan di hampir semua negara, termasuk negara Indonesia. Kemiskinan dianggap sebagai musuh utama dalam program pembangunan ekonomi.

Ketidakstabilan perekonomian Indonesia saat ini, menyebabkan banyak di antara masyarakat Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat belum tercapai maksimal, walaupun jumlah penduduk miskin mengalami penurunan. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin mengatakan bahwa hasil survei penduduk miskin di Indonesia hingga bulan Maret 2014 sebesar 28,28 juta orang (11,25%) menurun dibandingkan bulan September 2013 lalu sebesar 28,60 juta orang (11,46%).1

Dampak krisis ekonomi ini turut dirasakan oleh anak-anak. Dimana kemiskinan yang melanda orang tua mereka akan membuat peran mereka dalam keluargapun bergeser, karena mereka harus ikut membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Pada umumnya, mereka

1VOA Indonesia, “

(16)

2

bekerja sebagai pengemis, pengamen, pengelap kaca mobil, pedagang asongan, joki 3 in 1, dan parkir liar.2

Fenomena anak yang bekerja di usia dini berpengaruh terhadap jumlah anak yang putus sekolah. Angka anak putus sekolah tahun 2014 jumlahnya mencapai 7,39 juta orang.3 Hal tersebut terlihat sangat memprihatinkan, mengingat mereka adalah aset jangka panjang negara sebagai penerus bangsa ini nantinya.

Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang dianggap mempunyai peran yang signifikan dalam mengatasi berbagai permasalahan ekonomi. Zakat merupakan salah satu bentuk ibadah yang memiliki keunikan tersendiri. Karena terdapat dua dimensi, yaitu dimensi kepatuhan dan ketaatan kepada Allah SWT (hablum minallah) dan dimensi kepedulian terhadap sesama (hablum minannas).4 Adanya zakat diharapkan dapat meminimalisir kesenjangan pendapatan antara orang kaya dan orang miskin sehingga terjadi pemerataan pedapatan serta meningkatkan perekonomian, baik pada level individu maupun pada level sosial masyarakat.5

Dana zakat memiliki potensi yang besar bagi kesejahteraan umat apabila dikelola secara tepat dan profesional. Namun, sangat disayangkan

2

Megapolitan Kompas News, “Jumlah Anak Jalanan Meningkat Signifikan”, artikel diakses pada tanggal 28 November 2014 dari http://megapolitan.kompas.com/read/2011/08/24/1641249/Jumlah.Anak.Jalanan.Meningkat .Signifikan.

3 Republika Online, “

Anak Putus Sekolah Capai 7,39 Juta”, artikel di akses pada tanggal 19 Maret 2015 dari http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/ 14/04/02/n3ea9b-anak-putus-sekolah-capai-7,39-juta.

4 Muhammad Syafe’ei El B

antanie, GAPTEK: Gampang Praktek Zakat Infak dan Sedekah (Bandung: PT. Salamadani Pustaka Semesta, 2009), h. 6.

5

Nurdin Muhammad Ali, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal

(17)

bahwa penghimpunan dana zakat di Indonesia saat ini masih jauh dari potensinya. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menyebutkan bahwa dari Rp. 217 triliun potensi zakat di Indonesia baru terserap dan dikelola oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebesar Rp. 2,73 triliun (sekitar 1%).6

Seiring besarnya potensi dana zakat, infak dan sedekah (ZIS) tersebut, banyak bermunculan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Banyaknya Lembaga Amil Zakat (LAZ) ini akan memicu persaingan antar-lembaga nirlaba dalam meraih simpati donatur. Ini tentunya merupakan hal yang positif, sebab agresifitas lembaga-lembaga ini dapat menolong distribusi kekayaan diantara masyarakat Indonesia.7

Salah satu lembaga pengelola zakat yang telah dipercaya oleh masyarakat untuk menghimpun dan menyalurkan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf ke berbagai program yang dikelola secara profesional dan transparan serta berupaya membantu mengurangi jumlah angka anak putus sekolah adalah LAZIS Griya Yatim & Dhuafa atau disingkat GYD.

LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) berdiri pada bulan Juni 2009,

Strategi Pemasaran Lembaga Amil Zakat, Infaq, Sodaqoh dan Wakaf (ZISWAF)”, artikel diakses pada tanggal 10 November 2014 dari https://fahrirozy.wordpress.com/category/ngo-management/

8

(18)

4

keagamaan yang bertujuan untuk membantu meringankan beban orang tua anak yatim dan dhuafa dalam membiayai pendidikan, memberikan pembinaan dan pelatihan yang sesuai dengan potensi, usia dan jenjang sekolahnya. Diharapkan mereka akan menjadi mandiri dengan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya dan berguna bagi agama dan bangsa.

Tantangan yang dihadapi oleh LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) adalah strategi penghimpunan dana (fundraising). Dimana LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) harus mampu memaksimalkan penghimpunan dan mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai zakat, infak dan sedekah secara terus-menerus dan berkesinambungan agar timbul kesadaran dan kepedulian masyarakat. Penghimpunan dana tersebut digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasionalnya sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. Saat ini total dana zakat, infak dan sedekah (ZIS) yang mampu dihimpun oleh LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) dari tahun 2010 sampai bulan Maret 2015 mencapai Rp. 54.454.617.153,- (lima puluh empat miliar empat ratus lima puluh empat juta enam ratus tujuh belas ribu

seratus lima puluh tiga rupiah).

Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang strategi penghimpunan dana (fundraising) Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) yang dilakukan oleh LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD). Penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “Strategi Penghimpunan

(Fundraising) Dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) Pada LAZIS Griya

(19)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan permasalahan yang dibahas tidak meluas, maka penyusun membatasi permasalahannya mengenai:

a. Fundraising dibatasi pada model penghimpunan dana.

b. Dana ZIS dibatasi pada jumlah dari dana Zakat, Infak dan Sedekah yang terhimpun.

c. LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) dibatasi pada Kantor Pusat yang beralamat di Virgin Island NA-7 De Latinos BSD, Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

d. Data yang diperoleh dibatasi pada laporan keuangan LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) dari tahun 2010 - Maret 2015. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut, agar penelitian yang dilakukan lebih spesifik, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana penerapan strategi penghimpunan (fundraising) dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) pada LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD)?

(20)

6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini memiliki tujuan untuk:

a. Mengidentifikasi strategi penghimpunan dana (fundraising) yang diterapkan oleh LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) terhadap penghimpunan dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS). b. Menjelaskan dampak dari penerapan strategi penghimpunan

dana (fundraising) LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) terhadap peningkatan jumlah dana ZIS dan donaturnya.

2. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan akan berguna: a. Bagi Akademisi

Menambah pengetahuan keilmuan ekonomi Islam dan memberikan informasi yang berguna mengenai penerapan strategi penghimpunan (fundraising) dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) pada LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD). b. Bagi Praktisi

(21)

c. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan tentang strategi penghimpunan (fundraising) dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) yang diterapkan di LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD). Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan kepada masyarakat agar dapat percaya untuk memberikan dananya kepada LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD).

D. Review Studi Terdahulu

Berdasarkan yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, penulis melihat bahwa apa yang merupakan masalah pokok penelitian ini tampaknya sangat penting dan prospektif, diantara penelitian-penelitian yang terdahulu antara lain:

Tabel 1. Review Studi Terdahulu

No. Aspek

Perbandingan Studi Terdahulu Rencana Skripsi

(22)
(23)

Rumah Zakat. Dhuafa (GYD), BSD

Penelitian (research) adalah kegiatan mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.9 Adapun metode penelitian ini kemudian dibagi menjadi:

9

(24)

10

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif pendekatan kualitatif. Metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif tentang objek berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati guna mendapatkan data-data yang diperlukan.10 Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.11

Penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitannya antara variabel-variabel yang diteliti. Variabel ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.12 2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu cara untuk menghimpun bahan, keterangan atau data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang

10

Sudarto, Metode Penelitian Kualitatif, Cetakan Ke-tiga (Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada, 2002), h. 62.

11

Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997), h. 6.

12

(25)

sedang dijadikan sasaran pengamatan.13 Agar mendapatkan data yang konkret, maka penulis mengadakan kunjungan dan pengamatan terhadap LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD). b. Dokumentasi, yaitu peneliti menelusuri berbagai macam

dokumen antara lain buku, majalah, koran, notulen rapat, peraturan-peraturan dan sumber informasi lain.14 Penulis melakukan pengumpulan data-data yang ada pada LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD), seperti laporan keuangan dan lain-lain. c. Wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide.15

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Pusat (Head Office) LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD). Alamatnya berada di Virgin Island NA-7 De Latinos BSD, Kelurahan Rawa Buntu, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Telp. 021 9355 5981. Adapun pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Januari 2015.

13

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 76.

14

B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, Cetakan Ke-enam (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), h. 146.

15

(26)

12

4. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisa, yaitu suatu teknik data dimana penulis lebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara teknis, kemudian mengklarifikasikan data-data tersebut secara sistematis untuk di analisa sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan ilmiah berupa skripsi.

5. Kriteria Data

Pada penyusunan skripsi ini, penulis akan mengambil data yang akan dijadikan penelitian sebagai berikut:

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung oleh pengumpul data dari objek risetnya.16 Dalam hal ini, penulis mengambil data melalui wawancara, buku sejarah dan penelitian langsung kepada pihak yang terkait dengan judul guna memperoleh data mengenai strategi penghimpunan (fundraising) yang diterapkan LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD).

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan.17 Data sekunder bisa juga disebut sebagai data tambahan. Penulis dapat memperoleh data atau informasi melalui jurnal, surat kabar, artikel media internet

16

H. M. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h. 69.

17

(27)

dan bahan informasi lainnya yang memiliki keterkaitan dengan masalah sebagai penunjang penelitian.

6. Pedoman Penulisan Skripsi

Penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2012”.

F. Kerangka Teori dan Konseptual

Gambar 1. Kerangka Teori

(28)

14

melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.18 Fundraising merupakan suatu upaya atau proses kegiatan dalam rangka menghimpun dana zakat, infak dan sedekah serta sumber dana lainnya dari masyarakat baik individu, kelompok, organisasi, dan perusahaan yang akan disalurkan dan di dayagunakan untuk mustahik.19

Adapun strategi fundraising dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) di LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) diantaranya: personal ZIS, advertising, interaktif marketing, direct marketing, public relation dan event. Dengan cara tersebut sangat memudahkan donatur jika berdonasi.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini, penulis menyusun 5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa sub bagian yang pada garis besarnya yaitu:

BAB I: PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian, kerangka teori dan konseptual, serta sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORITIS. Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai landasan teori yang mecakup tentang

18

Lawrence R. Jauch dan William F. Glueck, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan (Jakarta: Erlangga, 1998), h. 12.

19

(29)

konsep strategi fundraising dan konsep mengenai Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS).

BAB III: LAZIS GRIYA YATIM & DHUAFA (GYD). Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai sejarah dan perkembangan, visi misi dan tujuan, struktur organisasi, lokasi jejaring, penghimpunan dan penyaluran dana ZIS.

BAB IV: PENERAPAN STRATEGI DAN PENINGKATAN

PENGHIMPUNAN DANA ZIS DAN PADA LAZIS GRIYA YATIM & DHUAFA (GYD). Dalam bab ini, penulis menguraikan dan menjelaskan mengenai penerapan strategi fundraising dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) dan dampak dari penerapannya.

BAB V: PENUTUP. Bab penutup ini, penulis memuat kesimpulan dan saran mengenai hasil analisa penerapan strategi fundraising dan dampak dari strategi fundraising tersebut.

(30)

16

BAB II

LANDASAN TEORETIS

(TENTANG STRATEGI FUNDRAISING ZIS)

A. Konsep Strategi

1. Pengertian

Secara etimologis, strategi berasal dari kata majemuk bahasa Yunani; stratos (artinya pasukan) dan agein (artinya memimpin). Menurut istilah, strategi berarti hal-hal yang berkenaan dengan cara menguasai dan mendayagunakan sumber daya suatu masyarakat atau bangsa untuk mencapai tujuannya.1 Strategi adalah ilmu perencanaan dan pengerahan sumber daya untuk operasi besar-besaran, melansir kekuatan pada posisi siap yang paling menguntungkan sebelum melakukan penyerangan terhadap lawan.2

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa kata strategi memiliki empat arti makna. Pertama, strategi merupakan ilmu dan seni yang menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai. Kedua, strategi merupakan ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang

1

Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan (Jakarta: CSIS, 1978), h. 7. 2

(31)

menguntungkan. Ketiga, strategi merupakan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Keempat, strategi adalah tempat yang baik menurut siasat perang.3

Berdasarkan beberapa pengertian strategi tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa strategi merupakan sebuah ilmu dan seni mengenai rencana atau siasat yang harus dikelola dengan cermat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Namun, terlebih dahulu memperhatikan segala kemungkinan yang akan terjadi dan mempersiapkan segala potensi yang ada secara efektif, karena strategi merupakan kunci dari terlaksananya sebuah rencana untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Tahapan

Dalam proses penerapannya, strategi menggunakan beberapa tahapan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Analisis Lingkungan

Merupakan proses awal untuk mengidentifikasikan berbagai masalah yang mempengaruhi kinerja lingkungan organisasi. Terbagi dalam dua komponen kelompok, yaitu

3

(32)

18

analisis lingkungan internal dan eksternal, dikenal dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threats).4 b. Perumusan Strategi

Perumusan strategi dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategi dan keuangan perusahaan serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut, dalam rangka menyediakan customer value terbaik.5 c. Implementasi Strategi

Implementasi strategi berarti memobilisasi untuk mengubah strategi yang telah dirumuskan menjadi sebuah tindakan. Implementasi yang sukses memerlukan dukungan, disiplin, motivasi dan kerja keras. Sangat dibutuhkan komitmen dan kerja sama dari unit, tingkat dan anggota organisasi.6

d. Evaluasi Strategi

Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dituju telah dicapai. Ada tiga macam aktivitas untuk melakukan evaluasi strategi, yaitu meninjau faktor-faktor eksternal dan internal; mengukur

4

Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Stratejik (Jogjakarta: Graha Ilmu, 2002), h. 127.

5

Jurnal SDM, "Konsep Strategi, Definisi, Perumusan, Tingkatan, dan Jenis Strategi", artikel diakses pada 14 Januari 2015 dari http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/konsep-strategi-definisi-perumusan.html.

6

(33)

prestasi; mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa ada empat tahapan strategi, yakni: analisis lingkungan, perumusan, implementasi dan evaluasi. Tahapan strategi sangat penting untuk kelancaran sebuah program dan juga untuk menemukan cara terbaik menghasilkan bentuk strategi yang mampu diterima oleh masyarakat.

3. Manfaat Strategi

Adapun manfaat strategi bagi organisasi antara lain sebagai berikut: 7

a. Strategi mampu menunjang fungsi kontrol, sehingga seluruh proses pencapaian tujuan strategik berlangsung terkendali. b. Sebagai sarana dalam mengkomunikasikan gagasan, kreativitas,

dan informasi serta cara merespon perubahan dan perkembangan lingkungan operasional, nasional dan global kepada semua pihak sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.

c. Strategi yang disepakati dapat memperkecil bahkan meniadakan perbedaan dan pertentangan pendapat dalam mewujudkan keunggulan yang terarah pada pencapaian tujuan strategi.

7

(34)

20

d. Berfungsi untuk menyatukan sikap bahwa keberhasilan bukan sekedar untuk manajemen puncak, tetapi juga merupakan keberhasilan bersama keseluruhan organisasi dan masyarakat. Penulis berkesimpulan bahwa manfaat strategi adalah sebagai pengendali rencana dalam mempergunakan semua sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh hasil pencapaian yang maksimal dan dapat memetakan tindakan yang tepat dalam persaingan dengan pesaingnya.

B. Konsep Fundraising

1. Pengertian

Fundraising dalam kamus Inggris-Indonesia diartikan sebagai pengumpulan dana, dan yang mengumpulkan dananya disebut fundraiser.8 Menurut istilah, fundraising diartikan sebagai kegiatan menghimpun dana dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, organisasi, perusahaan maupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional lembaga yang pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut.9

Fundraising bagi lembaga pengelola zakat merupakan proses kegiatan dalam rangka menghimpun dana ZIS serta sumber dana lainnya dari masyarakat baik individu, kelompok, organisasi dan

8

Peter Salim, Salim's Nith Collegiate English-Indonesian Dictionary (Jakarta: Modern English Press, 2000), h. 607.

9

(35)

perusahaan yang akan disalurkan dan didayagunakan untuk mustahik.10

Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa fundraising adalah kegiatan menghimpun atau mengumpulkan dana dan sumber daya lainnya dengan cara menjual ide dan daya kreativitas dari sebuah program agar mempengaruhi donatur dan mampu menyentuh rasa empatinya untuk tergerak berdonasi.

2. Metode

Metode fundraising harus mampu memberikan kepercayaan, kemudahan, kebanggaan dan manfaat lebih bagi masyarakat sebagai donatur. Dalam melaksanakan kegiatan fundraising, ada dua metode yang harus dilakukan oleh sebuah lembaga, yakni:11

a. Metode Fundraising Langsung (Direct Fundraising)

Metode fundraising langsung adalah metode dengan menggunakan teknik atau cara yang melibatkan partisipasi donatur secara langsung, dimana proses interaksi dan daya akomodasi terhadap respon donatur bisa seketika (langsung) dilakukan. Contoh dari model metode ini adalah direct mail, direct advertising, telefundraising dan presentasi langsung.

10

Kementerian Agama, Manajemen Pengelolaan Zakat (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h. 65.

11

(36)

22

b. Metode Fundraising Tidak Langsung (Indirect Fundraising) Metode fundraising tidak langsung merupakan metode yang tidak melibatkan partisipasi donatur secara langsung. Metode ini dilakukan dengan cara promosi yang mengarah kepada pembentukan citra yang kuat, tanpa secara khusus diarahkan untuk menjadi transaksi donatur pada saat itu. Contohnya adalah advertorial, Image Campaign dan penyelenggaraan event, menjalin relasi, melalui referensi ataupun mediasi para tokoh.

Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa terdapat dua metode fundraising yakni direct dan indirect fundraising. Mengkombinasikan kedua metode tersebut secara fleksibel merupakan cara yang paling baik digunakan dalam kegiatan penghimpunan dana.

3. Manfaat

Fundraising merupakan tulang punggung sebuah organisasi atau lembaga pengelola zakat. Adapun manfaat dari fundraising adalah:12

a. Menghimpun dana

Merupakan tujuan dari fundraising yang paling mendasar. Tanpa adanya aktivitas fundraising, maka kegiatan lembaga pengelola zakat tidak akan berarti sama sekali. Apabila

12

(37)

fundraising tidak menghasilkan dana, termasuk fundraising yang gagal meskipun memiliki bentuk keberhasilan lainnya. b. Memperbanyak donatur

Organisasi pengelola zakat yang melakukan fundraising, ada dua cara, yaitu menambah donasi dari setiap donatur atau menambah jumlah donatur pada setiap donatur mendonasikan dana yang tetap sama. Di antara kedua pilihan tersebut, maka menambah donatur adalah cara yang relatif lebih mudah daripada menaikkan jumlah donasi dari setiap donatur.

c. Membangun citra lembaga atau oganisasi

Aktivitas fundraising baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap citra lembaga. Citra lembaga berkaitan dengan kepercayaan donatur.

d. Menghimpun simpatisan/ relasi/ pendukung13

Kadangkala ada seseorang atau sekelompok orang yang telah berinteraksi dengan aktivitas fundraising dan mempunyai kesan positif. Kelompok ini secara natural bersedia menjadi promotor positif tentang lembaga kepada orang lain.

e. Meningkatkan kepuasan donatur

Merupakan manfaat yang tertinggi dan bernilai untuk jangka panjang. Mereka akan mendonasikan dananya secara berulang-ulang.

13

(38)

24

Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa manfaat fundraising bagi lembaga adalah memberikan gambaran kepada masyarakat tentang lembaga tersebut. Sedangkan, manfaat fundraising bagi masyarakat adalah memberikan informasi berbagai pilihan cara yang mudah dan praktis dalam menyalurkan donasinya.

C. Konsep Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)

1. Pengertian

a. Zakat

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu „keberkahan’; al-namaa „pertumbuhan

dan perkembangan’; ath-thaharatu „kesucian’ dan ash-shalahu

„keberesan’. Secara istilah, zakat adalah bagian dari harta

dengan persyaratan tertentu dari Allah SWT yang mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.14

Dari pengertian di atas, dijelaskan bahwa zakat adalah kewajiban seorang muslim dari sejumlah harta yang dimilikinya bila telah mencapai nishab dan haul, kemudian diserahkan kepada orang tertentu yang berhak menerima.

14

(39)

b. Infak

Infak berasal dari kata nafaqa, yang berarti sesuatu yang telah berlalu atau habis. Menurut terminologi syaraih, infak berarti mengeluarkan sebagian dari harta pendapatan untuk suatu kepentingan yang diperuntukkan ajaran Islam. Jika zakat ada nishab-nya, Infak tidak mengenal nishab.15

Berdasarkan pengertian di atas, dijelaskan bahwa infak adalah mendermakan rezeki berupa materi kepada orang lain sebanyak yang dikehendakinya dengan rasa ikhlas.

c. Sedekah

Kata sedekah berasal dari bahasa Arab yakni shadaqah yang berarti tindakan yang besar.16 Sedekah memiliki arti yang luas, tidak terbatas pada pemberian yang sifatnya materiil, tetapi sedekah juga mencakup semua perbuatan kebaikan, baik bersifat fisik maupun non-fisik.17

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sedekah adalah keseluruhan amal kebaikan yang dilakukan setiap muslim untuk menciptakan kesejahteraan sesama umat manusia, baik berupa materi ataupun non-materi.

15

Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Jakarta: PT. Grasindo, 2007), h. 6.

16

Nasrun Harun, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 88.

17

(40)

26

2. Dasar Hukum

a. Zakat

Zakat sangat ditekankan di dalam Surah At-Taubah/ 9: (103) yang berbunyi:18

Artinya: ”Ambillah zakat dari harta mereka guna membersihkan (dari kekikiran dan cinta yang berlebihan terhadap harta) dan menyucikan (menyuburkan sifat-sifat kebaikan di dalam hati mereka dan memperkembangkan harta mereka) mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah Maha mendengar dan Maha Mengetahui.” (Surah At-Taubah/ 9: 103)

Ayat ini menyuruh kepada kepala negara (penguasa) untuk mengambil zakat untuk mensucikan harta mereka. Instinbath dari surah At-Taubah ayat 103, bahwa zakat wajib hukumnya bagi seluruh umat muslim yang mampu/ Kaya. Jika seseorang telah berzakat tetapi masih memiliki kelebihan harta, sangat dianjurkan sekali untuk berinfak atau bersedekah.19

Selain Al-Qur’an, ada juga hadist yang menganjurkan berzakat, yakni hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi SAW bersabda,

18

Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Jakarta: PT. Grasindo, 2007), h. 13.

19

(41)

Artinya: “Sesungguhnya Allah menerima zakat dan

mengambilnya dengan tangan kanan-Nya lalu menambahkannya untuk salah seorang di antara kalian, sebagaimana salah seorang di antara kalian menumbuh-kembangkan anak kudanya atau anak untanya. Bahkan, satu suapan akan menjadi sebesar Gunung Uhud.”20

Dasar hukum zakat juga terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Dijelaskan pada Bab I, Ketentuan Umum dalam Pasal 1 Ayat (2), bahwa zakat adalah harta yang wajib oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariah Islam.

b. Infak

Hukum infak adalah sunnah, karena infak tidak mengenal nishab, dan infak dikeluarkan setiap orang yang beriman baik yang berpenghasilan tinggi ataupun rendah, apakah dia sedang lapang atau sempit dan infak tidak mengenal batas waktu kapan pun bisa mengeluarkan infak.

Di dalam Al-Qur’an ayat yang menganjurkan agar berinfak, yakni Surah Al-Baqarah/2: (261) yang berbunyi:21

20

Diriwayatkan oleh Bukhari di dalam Shahih Bukhari, Kitab Az-Zakah,

Bab Ma Ja’a fi Fadhli ash-Shadaqah, Jilid II, h. 134; dan Ahmad di dalam Musnad Ahmad, Jilid II, h. 268, 404, dan 471.

21

(42)

28

Artinya: “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di

jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat-gandakan barang siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Surah Al-Baqarah/ 2: 261)

Selain Al-Qur’an, ada juga hadist yang menganjurkan berinfak, yakni hadist Nabi SAW bersabda,

Artinya: “Setiap pagi ada dua malaikat yang turun. Salah

satunya berdoa, ‘Ya Allah berilah ganti untuk orang yang

meninfakkan hartanya.’ Dan salah satu yang lain berdoa, ’Ya Allah, berilah kerusakan untuk orang yang tidak mau

menginfakkan hartanya.’”22

Dasar hukum infak juga terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Dijelaskan pada Bab I, Ketentuan Umum dalam Pasal 1 Ayat

22

Diriwayatkan oleh Bukhari di dalam Shahih Bukhari, Kitab Az-Zakah,

(43)

(3), bahwa infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seorang atau badan usaha diluar zakat untuk kemashlahatan umum.

c. Sedekah

Hukum sedekah ialah sunnah. Pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum dan ketentuannya. Hanya saja, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat materi dan non-materi.

Di dalam Al-Qur’an ayat yang menganjurkan agar kita bersedekah di antaranya terdapat dalam firman-Nya antara lain dalam Surah Al-Baqarah/2: (280) yang berbunyi:23

Artinya: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam

kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan dan menyedekahkan (sebagian atau semua hutang) itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (Surah Al-Baqarah/ 2: 280)

Selain Al-Qur’an, ada juga hadist yang menganjurkan bersedekah, yakni hadist yang diriwayatkan Bukhari, Muslim dan Ahmad bahwa nabi SAW bersabda,

23

(44)

30

Artinya: “Setiap manusia diwajibkan bersedekah setiap hari. Di

antara macam sedekah, mendamaikan dua pihak yang bertikai dengan adil adalah sedekah, menolong seseorang naik ke atas kendaraannya adalah sedekah, mengangkatkan barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah, menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah, perkataan baik adalah sedekah, dan setiap langkah untuk shalat adalah sedekah.”24

Dasar hukum sedekah juga terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Dijelaskan pada Bab I, Ketentuan Umum dalam Pasal 1 Ayat (4), bahwa sedekah adalah harta atau non-harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha diluar zakat untuk kemashlahatan umum.

3. Hikmah dan Manfaat

Adapun hikmah dan manfaat dari zakat, infak dan sedekah adalah:25

a. Menyucikan diri dari kotoran dosa, memurnikan jiwa, menumbuhkan akhlak mulia menjadi murah hati dan mengikis sifat bakhil (kikir) serta serakah.

24

Diriwayatkanoleh Bukhari di dalam Shahih Bukharii, Kitab al-Jihad wa as-Siyar, Bab Man Akhadza bi ar-Rukkab wa Wahwih, Jilid IV, h. 68; Muslim di dalam Shahih Muslim, Kitab Az-Zakah, Bab Bayani Anna Isma as-Shadaqati yaqa’u

‘ala Kulli Nau’in min al-Ma’ruf, Jilid II, h. 699, hadits nomor 56; dan Ahmad di dalam Musnad Ahmad, Jilid II, h. 316 dan 350.

25

(45)

b. Menolong, membina dan membangun kaum yang lemah untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.

c. Memberantas penyakit iri hati dan dengki yang biasanya muncul ketika melihat orang-orang sekitarnya dengan kemewahan. d. Menuju terwujudnya sistem masyarakat Islam yang berdiri di

atas prinsip umat yang satu (ummatan wahidatan); persamaan derajat, hak dan kewajiban (musawah); persaudaraan Islam (ukhuwah islamiah); dan tanggung jawab bersama (takaful ijtimai).

e. Mewujudkan keseimbangan dalam distribusi dan kepemilikan harta serta keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat.

(46)

32

4. Perbedaan

Tabel 2. Perbedaan Zakat, Infak dan Sedekah26

Zakat Infak Shadaqah Sumber: Gus Arifin, Zakat, Infak, dan Shadaqah: Dilengkapi dengan Tinjauan

4Mazhab Catatan:

*Nafkah kepada Istri, Anak (Keluarga).

**Sebagian ulama fiqh, menyatakan bahwa sedekah wajib adalah zakat, dan sedekah sunnah dinamakan infak. Sebagian yang lain mengatakan infak wajib dinamakan zakat, sedangkan infak sunnah dinamakan sedekah.

Demikianlah, penjelasan diatas mengenai strategi fundraising dan dana zakat, infak, sedekah, yang meliputi: konsep strategi, konsep fundraising, dan konsep dana zakat, infak sedekah.

26

(47)

33

A. Sejarah dan Perkembangan

LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) merupakan lembaga pengelola amanah umat yang berfungsi sebagai mediator antara kaum aghniya dengan kaum dhuafa yang dikelola secara profesional dengan mekanisme accountable dan credible. LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) memiliki potensi untuk mengelola anak-anak yatim dan dhuafa dengan menggunakan dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

Didirikan pada tanggal 9 Juni 2009, berawal dari rasa galau melihat kondisi anak-anak yang terpaksa putus sekolah karena harus bekerja untuk menyambung hidupnya di daerah Kampung Dadap, yakni wilayah pemukiman kumuh yang berada di tengah megahnya perumahan elit di Bumi Serpong Damai (BSD). Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan dengan beberapa tokoh masyarakat, maka dengan kesepakatan bersama dibentuklah LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) sebagai lembaga yang bergerak di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang fokus pada masalah khususnya pada pemberdayaan anak-anak yatim dan dhuafa.1

1Griya Yatim & Dhuafa, “

(48)

34

LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) didirikan di Jakarta berdasarkan akta No. 09 tanggal 4 Juni 2009 yang dibuat dihadapan Ny. Gerda Joice Lusia, S.H. Notaris di Tangerang dan telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM RI dengan surat No. AHU-2494.AH.01.04. tahun 2009 tanggal 7 Agustus 2009. Anggaran Dasar Perusahaan (ADP) telah mengalami perubahan dengan akta No. 08 tanggal 13 April 2011 yang dibuat dihadapan Notaris yang sama seperti yang sebelumnya. Perubahan ini telah diinformasikan dan telah mendapat jawaban dari Menteri Hukum dan HAM RI dengan Surat Nomor AHU-AH.01.08-372 tanggal 24 Mei 2011.2 Surat Kantor Layanan Pajak dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) No: 21.100.477.5-411.000 a.n. Yayasan Griya Yatim & Dhuafa.3

Awal kegiatannya, LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) hanya menempati sebuah rumah di Jalan Magnolia 1 Sektor 1.2 Bumi Serpong Damai (BSD) yang digunakan sebagai asrama tinggal. Pada awal berdirinya, LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) menampung 9 orang anak yang tinggal di asrama dan membina sekitar 15 orang anak yang semuanya berasal dari Kampung Dadap, BSD. Banyaknya dukungan dan animo masyarakat yang besar membuat LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) berkembang dengan pesat. Hanya berselang beberapa bulan, tepatnya bulan Agustus 2009 asrama kedua dibuka di Jalan Elang Raya-Bintaro Jaya.

2

Griya Yatim & Dhuafa, Laporan Auditor Independen dan Keuangan Periode 2010-2011 (Jakarta: LAZIS Griya Yatim & Dhuafa, 2011), h. 6.

3

(49)

Berlanjut di tahun 2010, pertumbuhan asrama meningkat, yakni asrama ketiga dibuka di Cibubur-Jakarta Timur dan asrama keempat dibuka di Kranggan-Bekasi. Pembangunan sistem teknologi informasi dimulai untuk peningkatan mutu pelayanan dan hampir seluruh kantor cabang telah tersambung secara online. Website LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) yakni www.griyayatim.com diliris dan disempurnakan, menggantikan alamat situs sebelumnya yakni www.griyayatim.org.

Menjelang akhir tahun 2010, regenerasi puncak kepemimpinan diestafetkan dari Adi Prabowo beralih ke Haryono. Babak sejarah baru dimulai, LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) melakukan serangkaian adaptasi dan perubahan visi, misi di LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD). Pembelajaran untuk menjadi organisasi yang amanah dan profesional terus dilakukan, salah satunya dengan penguatan program-program peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan, training, seminar dan lain-lain. LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) juga telah diaudit oleh akuntan

publik dan berhasil memperoleh predikat “Wajar Tanpa Pengecualian”.4

Pada tahun 2011, implementasi program LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) difokuskan untuk penyaluran yang terintegrasi di bidang pendidikan, sosial, kesehatan, pelatihan keterampilan dan pemberdayaan ekonomi secara terpadu. Dengan bantuan koordinator mustahik sebagai pendamping, KBA (Komunitas Berbasis Asrama) menjadi pusat penyaluran program sehingga lebih terukur dan terkontrol.

4Griya Yatim & Dhuafa, “

(50)

36

Pada tahun 2012, atas inovasi yang dilakukan dalam pola mengasuh dan memberdayakan anak yatim dan dhuafa, LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) mendapat pengakuan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai lembaga sosial pertama di Indonesia yang menggunakan kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dalam menyalurkan bantuan.5

Telah enam tahun LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) berdiri, hingga sampai periode akhir tahun 2014 telah membuka 32 asrama dan kantor cabang serta pemanfaatan teknologi informasi untuk mengelola zakat, infak, sedekah dan wakaf.6

B. Visi, Misi dan Tujuan

Visi LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD): “Menjadi organisasi

sosial terdepan dalam mewujudkan masa depan yatim dan dhuafa”.

Misi LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD):7 1. Pemberdayaan potensi yatim dan dhuafa. 2. Menjadi fasilitator yang memiliki integritas. 3. Menjadi organisasi profesional dan modern.

4. Menjadi organisasi yang lebih peduli terhadap lingkungan hidup.

5Griya Yatim & Dhuafa, “

Sejarah Griya Yatim dan Dhuafa”, artikel di akses pada 20 Maret 2015 dari http://www.griyayatim.com/sejarah-griya-yatim-duafa.

6

Brosur: Ayo Berbagi” LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD). 7 Griya Yatim & Dhuafa, “

(51)

Adapun tujuan LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) yakni:8

1. Griya Yatim & Dhuafa (GYD) berperan untuk mengurangi jumlah kemiskinan dan kebodohan yang ada di Indonesia.

2. Griya Yatim & Dhuafa (GYD) hadir untuk membantu memajukan kompetensi dan mencerdaskan generasi anak bangsa.

3. Griya Yatim & Dhuafa (GYD) hadir untuk memberikan rasa aman kepada anak-anak yatim dan dhuafa.

Berdasarkan visi, misi dan tujuan tersebut, LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) memiliki tagline yakni, “Tanggung jawab kita adalah masa

depan mereka”. Melalui tagline ini LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD)

mengajak para dermawan turut berpartisipasi untuk peduli terhadap pendidikan, pengembangan lifeskill dan penanaman akhlak yang baik untuk masa depan dan kesejahteraan anak-anak yatim dan dhuafa.9

C. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapkan dan di inginkan.10 Maka, untuk menunjang visi, misi dan tujuan yang telah

8

Wawancara pribadi dengan bapak Tarjuni, Direktur Administrasi LAZIS Griya Yatim & Dhuafa. Tangerang, 17 Maret 2015.

9

Wawancara pribadi dengan bapak Tarjuni, Direktur Administrasi LAZIS Griya Yatim & Dhuafa. Tangerang, 17 Maret 2015.

10

(52)

38

baik dirancang untuk dicapai, maka perlu menetapkan struktur organisasi. Adapun struktur organisasi LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) yaitu:

1. Susunan Badan Pengurus11

Pengawas : Munif Haekal Salim Hilabi

2. Susunan Pelaksanaan Harian12

Direktur Eksekutif : Moh. Ramdhan

Direktur Administrasi : Tarjuni S.Pd.I

Direktur Operasional : Bayu Jatmiko S.Hum

Manajer Fundraising : Mustaqim

Manajer Marketing Operational : Pardinal

Manajer Wakaf : Nasrulloh

Manajer HUMAS : Roni Anto

PLT Manager (HRD) : Abdurrahman Wahid

Manajer Keuangan : Engkos Kosasih Amd.Kom

Manajer Keasramaan : Maman Firmansyah IT Hardware, NE dan Web Developer : Ilham

Tim Fundraising : Amsori Sam

Zulfikar

Syarif Tambakyoso Admin Fundraising : Dani Milar Suryana

Admin Wakaf : Ibrahim

Admin Operasional : Sabilillah

11

Griya Yatim & Dhuafa, Laporan Auditor Independen dan Keuangan Periode 2012-2013 (Jakarta: LAZIS Griya Yatim & Dhuafa, 2013), h. 7.

12

(53)

D. Lokasi Jejaring

LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) kini telah membuka 32 asrama dan kantor cabang pelayanan yang tersebar di 11 provinsi di seluruh Indonesia (data terlampir di halaman belakang). Hal tersebut juga di dukung oleh amil yang profesional serta pemanfaatan teknologi informasi untuk pengelolaan zakat, infak, sedekah dan wakaf.13

Alamat kantor pusat LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) berada di Virgin Island NA-7 De Latinos BSD, Kelurahan Rawa Buntu, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Telp. 021 9355 5981.

Selain memiliki 32 cabang asrama yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia, LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) juga memiliki sekolah binaan mulai dari jenjang TK (Taman Kanak-Kanak) hingga SMP (Sekolah Menengah Pertama) (data terlampir di halaman belakang).

E. Penghimpunan Dana ZIS

Menghimpun dana merupakan sebuah proses, menggalang dana bukan sekedar meminta uang, akan tetapi menjual dan meyakinkan pemberi bahwa memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan akan dapat memberikan perubahan kepada masyarakat. Dengan demikian, pemberi akan menerima ide dan mau menyumbangkan hartanya untuk kepentingan masyarakat. Model penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah pada LAZIS Griya

13

(54)

40

Yatim & Dhuafa (GYD) secara umum terbagi menjadi dua metode yaitu direct marketing dan indirect markerting.

Adapun fasilitas layanan yang disediakan oleh LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) untuk memberikan kemudahan untuk donatur dalam menyalurkan dana zakat, infak ataupun sedekahnya, yaitu antara lain:

1. Gerai Zakat/ Sedekah

Merupakan fasilitas layanan penerimaan dana zakat, infak, sedekah, wakaf ataupun barang layak pakai dan sebagainya di kantor pusat, kantor cabang, asrama anak asuh yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.

2. ZISCo (Zakat, Infak dan Sedekah Consultation/ Konsultasi)

Merupakan fasilitas layanan konsultasi beserta sarana penghimpunan dana zakat, infak, sedekah, wakaf dan dana kemanusiaan yang dilakukan dengan membuka gerai sementara pada saat event tertentu di pusat keramaian publik dan bersifat sementara waktu/ insidentil.14

3. Sedekah via Fixed/ Mobile EDC Machine

Merupakaan transaksi zakat, infak, sedekah ataupun dana bantuan kemanusiaan lainnya dengan menggunakan kartu debit dari berbagai bank yang tersedia di kantor pusat, kantor cabang ataupun cabang asrama LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD).

14

(55)

4. Internet Banking

Merupakan transaksi zakat melalui fasilitas layanan transaksi perbankan melalui jaringan internet setiap hari selama 24 jam, sehingga donatur yang menjadi nasabah Bank tertentu yang memiliki jasa layanan ini dapat dengan mudah dan efisien waktu dalam mendonasikan sebagian hartanya yang tersimpan di dank.

5. Voucher Kupon Sedekah

Merupakan cara bersedekah dengan bentuk voucher/ kupon dicetak dengan nominal tertentu. Dikeluarkan dari pihak LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) sebagai bentuk tanda bukti donasi sedekah secara praktis. Nominal sedekah yang di cetak di kupon sedekah tersebut senilai Rp. 50.000,- dan Rp 100.000,-. 15

6. KASIFA

Program KASIFA (Kotak Solidaritas Yatim dan Dhuafa) merupakan program santunan melalui kotak amal maupun kencleng yang ditempatkan di beberapa pusat keramaian publik, tempat perbelanjaan, perkantoran, rumah makan dan toko.

7. Rekening ZISWAF

Program rekening ZISWAF ini memudahkan donatur untuk mengeluarkan donasinya ke LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) tanpa harus datang ke kantor ataupun asramanya. Adapun daftar rekening ZISWAF dan programnya adalah sebagai berikut:

15

(56)

42

8. Donasi Iklan

Merupakan program untuk mengajak para pengusaha yang akan mempromosikan produknya melalui majalah bulanan „Jendela Info’ terbitan LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD). Berbeda dengan majalah konvensional lainnya, bagi pembaca yang memiliki Usaha Kecil Menengah (UKM) atau instansi pendidikan dapat mempromosikan produknya sekaligus berkontribusi dalam program-program utama di LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD).

9. Careline Center

LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) menyediakan fasilitas ini untuk para donaturnya bertanya langsung via telepon di nomor telepon 0896-5100-0012. Membuat Gerakan Sedekah Seribu Sehari (GS3).16 Dapat disimpulkan dari penjelasan di atas, bahwa dari metode penghimpunan dana ZIS di LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) terbagi menjadi dua yaitu direct marketing dan indirect marketing. LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) telah menyediakan 9 (sembilan) cara untuk donatur agar mudah berdonasi. Melalui cara-cara tersebut LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) telah mampu menghimpun dana ZIS dari tahun 2010 hingga bulan Maret tahun 2015 mencapai Rp 54.454.617.153,- (lima puluh empat miliar empat ratus lima puluh empat juta enam ratus tujuh belas ribu

seratus lima puluh tiga rupiah).

16 B. Jatmiko, “

(57)

F. Penyaluran Dana ZIS

Penyaluran dana adalah sesuatu yang harus dikeluarkan oleh lembaga amil zakat untuk menyalurkannya kedalam program-program yang berjalan. LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) menyalurkan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf ke dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, kemasyarakatan dan pemberdayaan tokoh masyarakat.

Adapun program-program yang saat ini berjalan di LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) adalah:17

1. Pendidikan

a. SEGAR (Sekolah Gratis)

Merupakan program berupa santunan pendidikan penuh yang diberikan kepada anak-anak asuh binaan LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) meliputi penanggunan biaya sekolah dan perlengkapan sekolah.

b. SEMPATI (Santunan Peduli Anak Asuh Non-Panti)

Merupakan program berupa santunan reguler setiap bulan yang diberikan kepada anak-anak yatim dan dhuafa yang tidak tinggal di asrama. LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS) dengan memberikan fasilitas dan kemudahan kepada mustahik melalui sistem Anjungan Tunai Mandiri (ATM).18

17

Brosur: Ayo Berbagi” LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD). 18Griya Yatim & Dhuafa, “

(58)

44

c. BASIS (Beasiswa Berprestasi)

Merupakan program berupa beasiswa dengan tidak membatasi jenjang pendidikan. Diberikan kepada anak yatim dan dhuafa yang berprestasi, baik yang tinggal di asrama maupun yang tidak tinggal di asrama.

2. Kesehatan

a. PSIA (Pos Sehat Ibu dan Anak)

Merupakan program berupa penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan secara gratis untuk anak-anak yatim dan dhuafa dan ibunya yang dilaksanakan secara berkala di sekitar wilayah cabang LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) secara nasional.19 b. Khitan Ceria

Merupakan program berupa sunatan/ khitanan secara massal yang diperuntukkan untuk anak-anak yatim dan dhuafa yang sudah siap untuk di khitan.

c. Pelayanan Ambulance Gratis

Merupakan program berupa penyediaan sebuah mobil yang dijadikan sebagai ambulance gratis yang akan dipergunakan sebagai jasa pelayanan antar/ jemput pasien ke/

19

(59)

dari rumah sakit ataupun jenazah yang berstatus kurang mampu menyewa jasa ambulance.20

d. GYD Hijau

Merupakan program berupa peduli lingkungan hidup dan hidup sehat. Program ini pernah dilaksanakan dengan program penanaman pohon. Sebanyak 730 pohon telah di tanam di lingkungan sekitar danau Situ Gintung pasca bencana. Program ini memberikan pesan edukatif kepada anak asuh binaan maupun masyarakat umum sebagai wujud dari upaya pelestarian lingkungan. 21

3. Pemberdayaan Ekonomi

a. Peternakan Sapi Ternak Nusantara

Merupakan program berupa penggemukan ternak sapi. Program ini digunakan untuk pemenuhan program kurban dan aqiqah yang dibuat oleh LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD). b. Pelatihan Keterampilan ServiceHand-Phone (HP)

Merupakan program berupa pelatihan keterampilan untuk anak-anak yatim dan dhuafa yang telah berusia remaja baik yang tinggal di asrama maupun yang tidak tinggal di asrama dalam bentuk pelatihan life skill servis HP. Program ini bertujuan agar

20

Brosur: Ayo Berbagi” LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD). 21

(60)

46

selepas dari asrama mereka dapat menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki keterampilan diluar pengetahuan akademiknya. c. Pelatihan Design Grafis

Merupakan program berupa pelatihan keterampilan untuk anak-anak yatim dan dhuafa yang telah remaja baik yang tinggal di asrama maupun yang tidak tinggal di asrama dalam bentuk pelatihan life skill design grafis. Program ini bertujuan agar selepas dari asrama mereka dapat menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki keterampilan diluar pengetahuan akademiknya. d. Pelatihan Keterampilan Bengkel Motor

Merupakan program berupa pelatihan keterampilan untuk anak-anak yatim dan dhuafa yang telah remaja baik yang tinggal di asrama maupun yang tidak tinggal di asrama dalam bentuk pelatihan life skill bengkel motor. Program ini bertujuan agar selepas dari asrama mereka dapat menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki keterampilan diluar pengetahuan akademiknya.22

4. Sosial Kemasyarakatan

1. GDR (Griya yatim Disaster Relief)

Merupakan program kemanusiaan yang di khususkan untuk membantu para korban bencana alam seperti banjir, kebakaran, tanah longsor, gunung meletus dan lain-lain.

22Griya Yatim & Dhuafa, “

(61)

Bantuan ini juga membantu anak-anak yatim dan dhuafa korban bencana alam dengan memberikan hiburan dan pemulihan trauma pasca bencana.

2. Bina Lansia

Merupakan program rutin sosial kemasyarakatan dalam membina dan menyantuni para dhuafa yang lanjut usia. Program ini dilakukan secara berkala/ reguler setiap bulan maupun secara tidak berkala/ insedentil. Pembinaan para dhuafa yang lanjut usia ini lebih ke arah pembinaan agama. 23

3. Mudik Gembira

Merupakan program sosial guna menjembatani bagi kaum yatim dan dhuafa khususnya anak-anak untuk bertemu sanak saudaranya dikampung halaman. 24

5. Pemberdayaan Tokoh Agama

a. Bantuan Sarana Ibadah

Merupakan program bantuan sarana ibadah bagi umat Islam dan khususnya bagi sarana ibadah yang sudah rusak dan butuh perawatan pembenahan.

b. Semangat Da’i

Program santunan para da’i kalangan dhuafa guna menunjang dalam mensyiarkan agama Islam lebih luas lagi.25

23Griya Yatim & Dhuafa, “

Program GYD”, artikel di akses pada 20 Maret 2015 dari http://www.griyayatim.com/program-gyd.

24

(62)

48

Dapat disimpulkan bahwa penyaluran yang dilakukan oleh LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) disalurkan ke bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan tokoh agama. Total penyaluran dana ZIS dari tahun 2010 hingga tahun 2013 mencapai Rp. 30.694.985.055 (tiga puluh miliar enam ratus sembilan puluh empat juta sembilan ratus delapan puluh lima ribu lima puluh lima rupiah). Sehingga masyarakat dan anak-anak yatim dan dhuafa banyak yang terbantu ekonomi dan pendidikannya.

Demikianlah, penjelasan diatas mengenai penerapan strategi penghimpunan (fundraising) dan penyaluran dana ZIS pada LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) yang meliputi: sejarah dan perkembangan; visi, misi dan tujuan; struktur organisasi; lokasi jejaring; penghimpunan dana; dan penyaluran dana ZIS.

25

(63)

49

PENGHIMPUNAN

DANA ZIS DAN PADA LAZIS GRIYA

YATIM & DHUAFA (GYD)

A. Penerapan Strategi Penghimpunan (Fundraising) Dana ZIS

LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) resmi diperkenalkan kepada publik enam tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 9 Juni 2009. LAZIS Griya Yatim & Dhuafa (GYD) didirikan di Jakarta berdasarkan akta notaris No. 09 yang dibuat di hadapan Ny. Gerda Joice Lusia, S.H. tanggal 4 Juni 2009.1

Melihat aktivitas lembaga amil zakat sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menghimpun dana dari masyarakat sebagai modal untuk menjalankan kegiatan program dan biaya operasional. Sehingga, kegiatan fundraising harus ditangani dengan serius, karena akan sangat mempengaruhi maju mundurnya lembaga. Jika lembaga pengelola zakat aktif dan baik dalam merencanakan bentuk strategi fundraising, maka eksistensi lembaga tersebut akan berlangsung lama, dan sebaliknya.

Menanggapi permasalahan tersebut, menurut Bapak Tarjuni S.Pd.I. dalam proses pengoptimalan penghimpunan dana (fundraising) dana ZIS di

1

Gambar

Tabel Jumlah Penghimpunan Dana ZIS dan Donatur
Tabel 1. Tinjauan (review) Studi Terdahulu
Gambar 1. Kerangka Teori
Tabel 1. Review Studi Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Merancang sistem informasi yang memudahkan pemilik dana (donatur) dalam menyalurkan kewajiban zakat, infak & sedekah kepada penerima manfaat dengan cepat dan tepat,

“Analisis Penerapan Akuntansi Dana Zakat dan Infak/Sedekah Pada Lembaga Amil Zakat Infak, dan Shodaqoh Muhammadiyah (LAZISMU) Kabupaten Malang Berdasarkan PSAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui inventarisasi faktor internal yang menjadi kekuatan, kelemahan, dan faktor eksternal yang mejadi peluang dan ancaman yang

Banyak pengelola zakat dan infak/sedekah menghendaki zakat dan infak/sedekah yang disalurkan diakui sebagai pengurang dana zakat dan infak/sedekah sebesar jumlah tercatat, jika

Tesis yang berjudul “Pengaruh Penyaluran Dana Zakat, Infak, Sedekah (ZIS), Pengeluaran Pemerintah Terhadap Kemiskinan di Indonesia Dengan Indeks Pembangunan

Hasil penelitian ini bahwa BMT ANDA Salatiga dalam pengelolaan ZIS dibagi menjadi dua yaitu penghimpunan dana yang meliputi: zakat nasabah, zakat karyawan dan zakat BMT

Sistem Pendistribusian Dana Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Trenggalek.. Perumusan dari sistem pendistribusian yang

Sedangkan dalam pendistribusian dana ZIS, selain disalurkan pada program inti yang telah disebutkan, UPZ BAZNAS YAKIN telah menyesuaikan pendistribusian dana ZIS sesuai dengan Fatwa