BAB II
KAJIAN TEORI DAN KEBIJAKAN 2.1. Kajian Teori
Kajian teori mengenai rencana perkotaan di Bantimurung, Kabupaten Maros, dapat merujuk pada beberapa konsep utama dalam perencanaan wilayah dan kota yang relevan untuk area dengan potensi wisata alam seperti Bantimurung. Bantimurung dikenal dengan keindahan alam, air terjun, dan keanekaragaman hayati yang menjadikannya tujuan wisata penting, sehingga perlu pengelolaan dan perencanaan kota yang seimbang antara aspek konservasi dan pembangunan. Perencanaan perkotaan di kawasan ini dapat mengambil pendekatan berbasis konservasi dan ekowisata untuk menjaga keseimbangan antara pelestarian lingkungan dan pengembangan ekonomi lokal. Prinsip ekowisata sangat relevan, karena berfokus pada perlindungan sumber daya alam yang menjadi daya tarik utama wilayah ini. Pendekatan ini dapat diintegrasikan dengan perencanaan tata guna lahan yang mempertimbangkan zonasi konservasi dan zona pembangunan agar aktivitas manusia tidak merusak habitat alami yang kaya flora dan fauna, seperti kupu-kupu yang menjadi ikon Bantimurung.
Aspek lain yang penting adalah pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.
Infrastruktur wisata, seperti jalan, fasilitas parkir, serta akomodasi, perlu dirancang agar ramah lingkungan dan tidak menimbulkan dampak negatif signifikan terhadap ekosistem. Rencana ini mencakup upaya mengurangi risiko polusi dan kerusakan alam, seperti penggunaan material bangunan yang ramah lingkungan, sistem pengolahan limbah yang baik, serta pemanfaatan energi terbarukan. Selain itu, keterlibatan masyarakat lokal dalam rencana ini dapat menjadi kunci keberhasilan, karena masyarakat dapat turut menjaga kelestarian lingkungan dan sekaligus memperoleh manfaat ekonomi dari kegiatan wisata. Ini juga sejalan dengan konsep perencanaan berbasis masyarakat (community-based planning) yang memungkinkan warga lokal berpartisipasi dalam keputusan yang menyangkut pembangunan wilayah mereka.
Terakhir, rencana perkotaan untuk Bantimurung idealnya mencakup strategi mitigasi risiko bencana alam seperti banjir atau longsor, mengingat topografi dan curah hujan di daerah ini.
Integrasi infrastruktur yang tahan bencana serta pengembangan program tanggap bencana dapat membantu memastikan keamanan warga dan wisatawan di area tersebut.
2.2. Peraturan Perundangan
Peraturan perundangan terkait Bantimurung di Kabupaten Maros mencakup beberapa aspek penting, terutama di bidang perencanaan tata ruang. Peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten maros tahun 2023 - 2042
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Pusat adalah Presiden Repubiik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan Menteri sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Daerah adalah Kabupaten Maros.
3. Kabupaten adalah Kabupaten Maros.
4. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan dewan perwakilan rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah otonom.
6. Bupati adalah Bupati Maros.
7. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat Daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
8. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup lain, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan kehidupannya.
9. Tata Ruang adalah wujud Struktur Ruang dan Pola Ruang.
10. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
11. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang selanjutnya disebut RTRW Kabupaten adalah hasil perencanaan tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten, yang mengacu pada RTRW nasional, rencana tata ruang pulau/kepulauan, rencana tata ruang strategis nasional, dan rencana tata ruang provinsi.
12. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten.
13. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam, dengan mempertimbangkan aspek fungsi ekologis, resapan air, ekonomi, sosial, budaya, dan estetika.
14. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
15. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
16. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
17. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan Struktur Ruang dan Pola Ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
18. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
19. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
20. Struktur Ruang adalah susunan pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarki memiliki hubungan fungsional.
21. Sistem Pusat Permukiman adalah susunan kawasan-kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang menunjukkan keterkaitan saat ini maupun rencana yang membentuk hirarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten
22. Pusat Kegiatan Nasional selanjutnya yang disingkat PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
23. Pusat Pelayanan Kawasan adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.
24. Pusat Pelayanan Lingkungan adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
25. Sistem jaringan transportasi adalah sistem yang memperlihatkan keterkaitan kebutuhan dan pelayanan transportasi antar wilayah dalam ruang wilayah kabupaten serta keterkaitannya dengan jaringan transportasi yang lebih makro.
26. Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antar PKN atau antara PKN dengan pusat kegiatan wilayah.
27. Jalan kolektor primer adalahjalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara PKN dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antarpusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
28. Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna PKN dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan.
29. Jalan lingkungan primer adalah jalan yang menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
30. Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol.
31. Terminal penumpang Tipe B adalah terminal penumpang yang berfungsi melayani kendaraan penumpang umum untuk angkutan antarkota dalam provinsi, angkutan kota, serta angkutan perdesaan.
32. Terminal penumpang Tipe C adalah terminal penumpang yang berfungsi melayani kendaraan penumpang umum untuk angkutan kota dan angkutan perdesaan.
33. Jembatan adalahjalan yang terletak di atas permukaan air dan/atau di atas permukaan tanah.
34. Jembatan timbang adalah alat dan tempat yang digunakan untuk pengawasan dan pengamanan jalan dengan menimbang muatan kendaraan angkutan.
35. Jaringan jalur kereta api antarkota adalah jalur kereta api antarkota yang melintasi wilayah kabupaten/kota untuk melayani perpindahan orang dan/ atau barang.
36. Stasiun penumpang adalah tempat perhentian kereta api untuk keperluan naik turun penumpang.
37. Pangkalan Pendaratan Ikan yang selanjutnya disingkat PPI adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai
tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan kelas D.
38. Bandar Udara Pengumpul adalah bandar udara yang mempunyai cakupan pelayanan yang luas dari berbagai bandar udara yang melayani penumpang dan/ atau kargo dalam jumlah besar dan mempengaruhi perkembangan ekonomi secara nasional atau berbagai provinsi.
39. Jaringan minyak dan gas bumi adalahjaringan yang mendukung seluruh kebutuhan minyak dan gas bumi di permukaan tanah atau di bawah permukaan tanah, termasuk jaringan pipa/kabel bawah laut.
40. Pembangkit listrik tenaga mikro hidro yang selanjutnya disingkat PLTMH adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan tekanan mikro hidro.
41. Pembangkit listrik lainnya adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga lainnya.
42. Saluran Udara Tegangan Menengah yang selanjutnya disingkat SUTM adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang (penghantar) di udara bertegangan di bawah 35 kV sesuai standar di bidang ketenagalistrikan.
43. Gardu induk adalah gardu yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari jaringan subtransmisi menjadi tegangan menengah.
44. Saluran Udara Tegangan Tinggi yang selanjutnya disingkat SUTT adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang (konduktor) di udara bertegangan nominal 35 kV sampai dengan 230 kV.
45. Saluran Kabel Tegangan Menengah selanjutnya disingkat SKTM adalah jaringan kabel yang berisolasi yang ditanam didalam tanah sepanjang jaringan dan sesuai standar di bidang ketenagalistrikan.
46. Jaringan tetap adalah satu kesatuan penyelenggaraan jaringan telekomunikasi untuk layanan telekomunikasi tetap, termasuk pipa/kabel bawah laut telekomunikasi.
47. Jaringan bergerak adalah jaringan untuk layanan telekomunikasi bergerak.
48. Sentral telepon otomat yang selanjutnya disingkat STO adalah tempat atau instalasi bangunan telepon otomat yang menjadi pusat atau penghubung jaringan telepon.
49. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disingkat SPAM adalah satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan air minum, termasuk pipa/kabel bawah laut air minum.
50. Bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, beton, dan/ atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung arr, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk.
51. Bendung adalah bendung merupakan bangunan konstruksi yang berukuran lebih kecil dari bendungan yang berguna untuk menggenang air membentuk kolam tetapi mampu melewati bagian atas bendung.
52. Kolam retensi adalah kolam yang dibuat untuk menggantikan fungsi lahan resapan yang sudah tidak bisa lagi menjalankan fungsinya dengan maksimal dikarenakan banyak ha!.
53. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi- sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
54. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
55. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.
56. Unit air baku adalah sarana pengambilan dan atau penyedia air baku, termasuk pipa/kabel bawah laut air minum.
57. Unit produksi adalah infrastruktur yang dapat digunakan untuk proses pengolahan air baku menjadi air minum melalui proses fisika, kimia, dan/ atau biologi, termasuk pipa/kabel bawah laut air min um.
58. Unit distribusi adalah sarana pengaliran air minum dari bangunan penampungan sampai unit pelayanan, termasuk pipa/kabel bawah laut airminum.
59. Unit pelayanan adalah titik pengambilan air terdiri atas sambungan langsung, hidran umum, dan/ atau hidran kebakaran, yang harus dipasang alat pengukuran berupa meter air.
60. Sistem Pengelolaan Air Limbah yang selanjutnya disingkat SPAL adalah satu kesatuan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah, termasuk pipa/kabel bawah laut air limbah.
61. lnstalasi Pengolahan Air Limbah yang selanjutnya disingkat IPAL adalah peruntukan ruang yang memiliki fasilitas bangunan air yang berfungsi untuk mengolah limbah domestik atau limbah industri, dan sebagainya.
62. Instalasi pengolahan lumpur tinja yang selanjutnya disingkat IPLT adalah !PAL yang dirancang hanya menerima dan mengolah lumpur tinja yang akan diangkut melalui mobil truk tinja.
63. Sistem jaringan persampahan adalah satu kesatuan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pengelolaan sampah meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
64. Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle yang selanjutnya disingkat TPS3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan.
65. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan.
66. Tempat pengolahan sampah terpadu yang selanjutnya disingkat TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
67. Jalur evakuasi bencana adalah jalan yang dikhususkan untuk jalur evakuasi bila terjadi bencana.
68. Tempat evakuasi bencana adalah tempat yang digunakan untuk kegiatan memindahkan korban bencana dari lokasi bencana ke tempat yang aman atau penampungan pertama untuk mendapatkan tindakan penanganan lebih lanjut.
69. Jaringan drainase primer adalah jaringan untuk menampung dan mengalirkan air lebih dari saluran drainase sekunder dan menyalurkan ke badan air penerima.
70. Jaringan drainase sekunder adalah jaringan untuk menampung air dari saluran drainase tersier dan membuang air terse but ke jaringan drainase primer.
71. Jaringan drainase tersier adalah jaringan untuk menerima air dari saluran penangkap dan menyalurkannya ke jaringan drainase sekunder.
72. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
73. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
74. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.
75. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama me!indungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
76. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya adalah kawasan yang diperuntukkan untuk menaungi lingkungan dan makhluk hidup terdiri atas kawasan hutan lindung dan kawasan gambut.
77. Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
78. Badan Air adalah air permukaan bumi yang berupa sungai, danau, embung, waduk, dan sebagainya.
79. Kawasan perlindungan setempat adalah kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pemanfaatan lahan yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dalam tata kehidupan masyarakat untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari, serta dapat menjaga kelestarian jumlah, kualitas penyediaan tata air, kelancaran, ketertiban pengaturan, dan pemanfaatan air dari sumber sumber air. termasuk didalamnya kawasan kearifan lokal dan sempadan yang berfungsi sebagai kawasan lindung antara lain sempadan pantai, sungai, mata air, situ, danau, embung, dan waduk, serta kawasan lainnya yang memiliki fungsi perlindungan setempat.
80. Kawasan konservasi adalah bagian wilayah darat dan/atau laut yang mempunyai ciri khas sebagai satu kesatuan ekosistem yang dilindungi, dilestarikan, dan/ atau dimanfaatkan secara berkelanjutan.
81. Kawasan cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua situs cagar budaya a tau lebih yang letaknya berdekatan dan/ atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas, dan ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan rekomendasi tim ahli cagar budaya.
82. Kawasan ekosistem mangrove adalah Kawasan/wilayah yang merupakan kesatuan antara komunitas vegetasi mangrove berasosiasi dengan fauna dan mikroorganisme sehingga dapat tumbuh dan berkembang pada Daerah sepanjang pantai terutama di Daerah pasang surut, laguna, muara sungai yang terlindung dengan substrat lumpur atau lumpur berpasir dalam membentuk keseimbangan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
83. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
84. Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
85. Kawasan perkebunan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan luas minimal 0,25 hektare, penutupan tajuk tanaman berkayu atau jenis lainnya lebih dari 50% atau jumlah tanaman pada tahun pertama minimal 500 tanaman tiap hektare.
86. Kawasan pertanian adalah kawasan yang dialokasikan dan memenuhi kriteria untuk budi daya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.
87. Kawasan tanaman pangan adalah peruntukan ruang lahan basah beririgasi, rawa pasang surut dan lebak dan lahan basah tidak beririgasi serta lahan kering potensial untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman pangan.
88. Kawasan pertanian pangan berkelanjutan yang selanjutnya disingkat KP2B adalah wilayah budi daya pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan Laban Pertanian Pangan Berkelanjutan dan/ atau hamparan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
89. Kawasan hortikultura adalah kawasan lahan kering potensial untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman hortikultura secara monokultur maupun tumpang sari.
90. Kawasan pertanian adalah kawasan yang dialokasikan dan memenuhi kriteria untuk budi daya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.
91. Kawasan perkebunan adalah kawasan yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan baik pada lahan basah dan atau lahan kering untuk komoditas perkebunan.
92. Kawasan perikanan tangkap adalah Kawasan perikanan yang berbasis pada kegiatan penangkapan ikan dan/atau kegiatan pengangkutan ikan.
93. Kawasan perikanan budi daya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk budi daya ikan atas dasar potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan kondisi lingkungan serta kondisi prasarana sarana umum yang ada.
94. Kawasan pertambangan dan energi adalah kawasan pada permukaan tanah dan/atau dibawah permukaan tanah yang direncanakan sebagai kegiatan hilir pertambangan minyak dan gas bumi dan/atau kegiatan operasi produksi pertambangan mineral dan batubara serta kawasan panas bumi dan kawasan pembangkitan tenaga listrik.
95. Kawasan pertambangan batuan adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari wilayah pertambangan yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/ atau informasi geologi yang secara dominan terdapat komoditas tambang batuan.
96. Kawasan pembangkitan tenaga listrik adalah kawasan yang mendukung kegiatan memproduksi tenaga listrik.
97. Kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan RTRW yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
98. Kawasan pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata baik alam, buatan, maupun budaya.
99. Kawasan permukiman adalah kawasan yang merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan
100. Kawasan permukiman perkotaan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan di kawasan perkotaan.
101. Kawasan permukiman perdesaan adalah bagian dari lingkungan hidup di Juar kawasan lindung yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan di kawasan perdesaan.
102. Kawasan transportasi adalah kawasan yang dikembangkan untuk menampung fungsi transportasi skala regional dalam upaya untuk mendukung kebijakan pengembangan sistem transportasi yang tertuang di dalam rencana tata ruang yang meliputi transportasi darat, udara, dan laut.
103. Kawasan pertahanan dan keamanan adalah kawasan yang dikembangkan untuk menjamin kegiatan dan pengembangan bidang pertahanan dan keamanan seperti instalasi pertahanan dan keamanan, termasuk tempat latihan, kodam, korem, korarnil, dan sebagainya.
104. Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar selanjutnya disebut Kawasan Perkotaan Mamminasata adalah satu kesatuan kawasan perkotaan yang terdiri atas Kota Makassar sebagai kawasan perkotaan inti, Kawasan Perkotaan Maros di Kabupaten Maros, Kawasan Perkotaan Sungguminasa di Kabupaten Gowa, Kawasan Perkotaan Takalar di Kabupaten Takalar, sebagai perkotaan di sekitarnya, yang membentuk kawasan metropolitan.
105. Kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang yang selanjutnya disingkat KKPR adalah kesesuaian antara rencana kegiatan pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang.
106. Persetujuan kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang yang selanjutnya disingkat PKKPR adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan RTR selain RDTR.
107. Kawasan keselamatan operasi penerbangan yang selanjutnya disingkat KKOP adalah wilayah daratan dan/ atau perairan serta ruang udara di sekitar bandar udara yang digunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan.
108. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
109. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
110. Ketentuan umum zonasi adalah ketentuan umum yang mengatur pemanfaatan ruang/penataan kabupaten dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW Kabupaten.
111. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
112. Arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku.
113. Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap melaksanakan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan
juga perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
114. .Perangkat insentif adalah pengaturan yang bertujuan memberikan rangsangan terhadap kegiatan seiring dengan penataan ruang.
115. Perangkat disinsentif adalah pengaturan yang bertujuan membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan penataan ruang.
116. Masyarakat adalah orang seorang, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, lembaga dan/ a tau badan hukum non pemerintahan yang mewakili kepentingan individu, sektor, profesi, kawasan atau wilayah tertentu dalam penyelenggaraan penataan ruang.
117. Forum penataan ruang adalah wadah di tingkat pusat dan Daerah yang bertugas untuk membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan memberikan pertimbangan dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang.
2.3. Tinjauan Rencana Pembangunan
Tinjauan rencana pembangunan akan membahas kebijakan publik, peraturan, hingga rencana strategismencakup dokumen Rencana Jangka Panjang dan Rencana Jangka Menengah yang digunakan dalam skala nasional, provinsi, dan daerah.
2.3.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Untuk mempercepat pencapaian target pembangunan nasional, RPJMN IV tahun 2020 - 2024 telah ditetapkan 6 (enam) pengarusutamaan (mainstreaming) sebagai bentuk pendekatan inovatif yang akan menjadi katalis pembangunan nasional yang berkeadilan dan adaptif. Keenam pengarusutamaan (mainstreaming) memiliki peran yang vital dalam pembangunan nasional dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan serta partisipasi dari masyarakat.
1) Sasaran
a. Meningkatnya daya dukung dan kualitas sumber daya ekonomi sebagai modalitas bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan;
b. Meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja, ekspor dan daya saing perekonomian;
c. Meningkatnya pemerataan antar wilayah (antara KBI – KTI dan Jawa dan Luar Jawa);
d. Meningkatnya keunggulan kompetitif pusat-pusat pertumbuhan wilayah;
e. Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan dasar, daya saing serta kemandirian daerah;
f. Meningkatnya strategi pemanfaatan ruang dan wilayah;
g. Pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola kependudukan;
h. Perlindungan sosial bagi seluruh penduduk;
i. Pemenuhan pelayanan dasar;
j. Peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda;
k. Pengentasan kemiskinan; l) Peningkatan produktivitas dan daya saing;
l. Memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar;
m. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup;
n. Meningkatnya ketahanan terhadap dampak bencana dan bahaya iklim;
o. Meningkatnya keberhasilan mitigasi perubahan iklim melalui implementasi pembangunan rendah karbon;
p. Terwujudnya pelayanan publik yang berkualitas dan inovatif;
q. Menguatnya kerjasama pembangunan internasional;
r. Meningkatnya citra positif Indonesia di dunia Internasional.
2) Arahan Pembangunan
a. Peningkatan kuantitas/ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
b. Penguatan kewirausahaan dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM); Penguatan kewirausahaan berbasis masyarakat diharapkan juga dapat mendukung sektor pariwisata yang sedang berkembang untuk bersaing di dunia Internasional.
c. Peningkatan produktivitas tenaga kerja dan penciptaan lapangan kerja.
d. Pembangunan desa dan pengembangan kawasan perdesaan, kawasan
transmigrasi, kawasan perbatasan, dan daerah tertinggal yang difokuskan pada pemenuhan pelayanan dasar, peningkatan aksesibilitas, dan pengembangan ekonomi yang mendukung pusat pertumbuhan wilayah.
e. Optimalisasi pengembangan pusat-pusat pertumbuhan wilayah (KEK, KI, KPBPB, Destinasi Wisata, dan kawasan lainnya yang telah ditetapkan) yang didukung dengan konektivitas antar-wilayah yang tinggi untuk meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam dan daya saing wilayah.
f. Penataan pola hubungan pusat-daerah, pengembangan kerja sama antar daerah, pola-pola kolaborasi multipihak, dan menghasilkan inovasi daerah.
g. Peningkatan peran dan efisiensi pelayanan kota kecil-menengah untuk meningkatkan sinergi pembangunan perkotaan dan pedesaan.
h. Pengentasan kemiskinan.
i. Meningkatkan produktivitas dan daya saing.
j. Penyediaan Akses (sarana dan prasarana) Perumahan dan Permukiman Layak, Aman dan Terjangkau.
k. Konektivitas Transportasi Jalan.
l. Konektivitas Transportasi Darat dan Antar Moda.
m. Pencegahan Pencemaran dan Kerusakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
n. Penyusunan Kebijakan Diplomasi Publik Indonesia.
o. Penciptaan lingkungan yang mendukung peningkatan partisipasi swasta dalam kerja sama pembangunan internasional.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yang mencakup pembangunan di berbagai daerah termasuk Kabupaten Maros, berfokus pada tiga prioritas: pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan keberlanjutan lingkungan. Di Bantimurung, sebagai salah satu wilayah strategis Kabupaten Maros yang terkenal dengan pariwisata alam, pemerintah daerah berupaya mengembangkan sektor pariwisata dan melestarikan lingkungan. RPJMN ini juga terhubung dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Maros yang dirancang untuk memperkuat ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui pembangunan infrastruktur, edukasi, serta inovasi berbasis lingkungan yang ramah bagi kawasan wisata dan cagar alam.
Strategi ini dilakukan dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang relevan seperti Undang-Undang tentang penataan ruang dan pelestarian lingkungan hidup, serta sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam penerapan standar pelayanan minimum (SPM). Selain itu, pentingnya regulasi seperti Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang SPM memastikan bahwa upaya pembangunan di Maros dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara lebih komprehensif. Sebagai bagian dari Sulawesi Selatan, Maros juga turut mendukung pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dalam
skala lokal, yang mencakup keseimbangan antara pembangunan dan konservasi, terutama di wilayah ekowisata seperti Bantimurung.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 di Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, mencakup beberapa prioritas utama yang selaras dengan kebijakan nasional untuk pembangunan berkelanjutan. Karena Bantimurung adalah kawasan strategis dengan potensi wisata alam, beberapa program RPJMN fokus pada pengembangan pariwisata berkelanjutan, pelestarian lingkungan, dan peningkatan infrastruktur untuk mendukung ekonomi lokal dan nasional. Berikut beberapa fokus utama yang tercakup dalam RPJMN untuk kawasan seperti Bantimurung:
1. Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Sebagai pusat ekowisata, Bantimurung sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata unggulan berbasis lingkungan yang dapat menarik wisatawan domestik dan internasional. Pemerintah melalui RPJMN menargetkan pengembangan fasilitas wisata yang ramah lingkungan, seperti pusat informasi pariwisata, jalur trekking, dan fasilitas pendukung lainnya. Dengan demikian, pembangunan ini diharapkan tetap menjaga keanekaragaman hayati Bantimurung, yang terkenal dengan berbagai spesies kupu-kupu dan keindahan alam lainnya.
2. Peningkatan Infrastruktur Berkelanjutan
Salah satu prioritas dalam RPJMN di Kabupaten Maros adalah pembangunan infrastruktur yang mendukung aksesibilitas wisatawan dan masyarakat lokal ke Bantimurung. Ini meliputi peningkatan kualitas jalan menuju lokasi wisata, penambahan fasilitas umum, serta pembangunan sarana transportasi untuk memudahkan mobilitas. Infrastruktur ini dirancang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa mengganggu kelestarian lingkungan. Dengan perbaikan akses transportasi dan fasilitas umum, diharapkan kunjungan wisata dapat meningkat secara signifikan, yang berdampak positif pada pendapatan daerah
3. Konservasi Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati
Bantimurung, yang memiliki banyak spesies endemik dan lanskap unik, memerlukan program perlindungan yang kuat. RPJMN mendorong konservasi ekosistem melalui pendekatan berbasis masyarakat, di mana penduduk setempat dilibatkan dalam upaya pelestarian lingkungan. Salah satu fokus utamanya adalah pengendalian aktivitas yang berpotensi merusak habitat alami, seperti pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan aturan zonasi. Program pelestarian ini juga mencakup pemantauan populasi spesies yang dilindungi serta upaya reboisasi pada wilayah-wilayah yang mengalami kerusakan.
4. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Lokal
Melalui RPJMN, pemerintah juga berencana untuk meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat di sekitar Bantimurung dengan mengembangkan potensi ekonomi kreatif dan produk lokal. Pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor pariwisata seperti kerajinan tangan, kuliner khas, dan jasa pemanduan wisata diharapkan dapat memperkuat
perekonomian lokal. Program pelatihan keterampilan bagi masyarakat lokal disediakan agar mereka dapat berpartisipasi dalam industri pariwisata secara langsung dan berkelanjutan.
5. Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan
Kesadaran lingkungan adalah bagian integral dari RPJMN, terutama di kawasan wisata seperti Bantimurung. Program edukasi di bidang lingkungan ditujukan bagi masyarakat dan pengelola wisata untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem. Melalui kolaborasi dengan sekolah-sekolah dan komunitas lokal, pemerintah berupaya menanamkan nilai-nilai keberlanjutan dan konservasi pada generasi muda, sehingga pengelolaan lingkungan di masa depan dapat lebih terjamin.
6. Pengembangan Teknologi dan Inovasi
RPJMN juga mengedepankan pengembangan teknologi dan inovasi dalam pengelolaan pariwisata dan lingkungan. Pemerintah daerah berencana untuk mengintegrasikan teknologi informasi dalam mempromosikan destinasi wisata, seperti penggunaan aplikasi berbasis mobile yang dapat memberikan informasi kepada wisatawan tentang kegiatan dan atraksi di Bantimurung.
Selain itu, inovasi dalam pengelolaan limbah dan sumber daya air juga menjadi perhatian penting, di mana teknologi ramah lingkungan dapat diterapkan untuk menjaga kebersihan dan keberlanjutan kawasan.
7. Penguatan Kerjasama Antar Stakeholder
Untuk mencapai tujuan RPJMN, penting adanya kerjasama yang erat antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan sinergi dalam pengembangan kawasan. Program-program kolaboratif dapat berupa penyelenggaraan event pariwisata, festival budaya, atau kampanye pelestarian lingkungan yang melibatkan berbagai pihak. Hal ini juga membantu memperkuat jaringan sosial dan ekonomi lokal serta memperluas akses pasar bagi produk dan jasa yang ditawarkan oleh masyarakat sekitar.
8. Monitoring dan Evaluasi
Implementasi RPJMN di Bantimurung memerlukan sistem monitoring dan evaluasi yang baik untuk menilai kemajuan dan dampak dari setiap program yang dilaksanakan. Melalui pengumpulan data yang sistematis dan analisis yang komprehensif, pemerintah dapat melakukan penyesuaian kebijakan dan strategi apabila diperlukan. Ini penting untuk memastikan bahwa semua inisiatif berjalan sesuai rencana dan memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat serta lingkungan.
9. Perhatian Terhadap Ketahanan Pangan dan Energi
Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, RPJMN di Bantimurung juga mencakup inisiatif untuk meningkatkan ketahanan pangan lokal. Program ini melibatkan pengembangan pertanian berkelanjutan yang dapat mendukung kebutuhan masyarakat serta wisatawan. Selain itu, upaya untuk meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan seperti solar panel dan biogas di kawasan wisata juga dipromosikan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
10. Peningkatan Kualitas Layanan Publik
Pemerintah daerah berkomitmen untuk meningkatkan kualitas layanan publik di Bantimurung, terutama dalam sektor kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur sosial. Program peningkatan ini tidak hanya bertujuan untuk mendukung masyarakat lokal, tetapi juga untuk menciptakan pengalaman yang lebih baik bagi pengunjung. Layanan kesehatan yang baik dan pendidikan yang berkualitas akan membantu menciptakan sumber daya manusia yang siap berkontribusi dalam industri pariwisata dan ekonomi lokal.
11. Integrasi Pendidikan Lingkungan dalam Kurikulum
RPJMN juga mencakup integrasi pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum sekolah-sekolah di sekitar Bantimurung. Ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya menjaga kelestarian alam dan budaya lokal. Program ini dapat meliputi kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada lingkungan, kunjungan lapangan ke kawasan wisata, serta proyek penelitian yang melibatkan siswa dalam upaya konservasi. Melalui pendekatan ini, diharapkan anak-anak sejak dini dapat memahami pentingnya keberlanjutan dan pariwisata yang bertanggung jawab.
12. Pengembangan Sistem Transportasi yang Efisien
Dalam rangka mendukung aksesibilitas ke Bantimurung, RPJMN memprioritaskan pengembangan sistem transportasi yang efisien dan terintegrasi. Ini termasuk perbaikan jalur transportasi umum dan aksesibilitas bagi pengunjung yang ingin mengunjungi kawasan wisata.
Upaya ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan dan polusi, serta memastikan bahwa wisatawan dapat menikmati pengalaman yang lebih nyaman saat berkunjung.
13. Program Penanggulangan Bencana
Mengingat daerah Bantimurung rawan terhadap bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, RPJMN mencakup program penanggulangan bencana yang komprehensif. Ini termasuk penyuluhan kepada masyarakat tentang mitigasi risiko bencana dan penyediaan infrastruktur yang tahan bencana.
Dengan meningkatkan kesiapsiagaan, diharapkan dampak negatif dari bencana dapat diminimalkan, sehingga keberlangsungan kegiatan pariwisata dan kehidupan masyarakat tetap terjaga.
14. Peningkatan Keterlibatan Perempuan dalam Pembangunan
RPJMN juga menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan dalam pengambilan keputusan dan kegiatan ekonomi, terutama dalam sektor pariwisata. Program-program yang mendukung keterlibatan perempuan dalam usaha kecil, kerajinan, dan manajemen homestay dapat membantu meningkatkan peran serta kontribusi mereka terhadap pembangunan ekonomi lokal. Dengan memberdayakan perempuan, diharapkan akan tercipta keadilan sosial dan peningkatan kesejahteraan secara merata di masyarakat.
15. Pelestarian Budaya Lokal
Selain fokus pada aspek lingkungan dan ekonomi, RPJMN di Bantimurung juga menempatkan pentingnya pelestarian budaya lokal. Ini mencakup dukungan untuk kegiatan seni dan budaya yang melibatkan masyarakat, seperti festival lokal dan promosi produk budaya. Melalui pelestarian budaya, diharapkan daya tarik wisata di Bantimurung semakin meningkat, sekaligus menjaga identitas budaya masyarakat setempat.
Keseluruhan rencana ini merupakan bagian dari upaya untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di tingkat daerah, dengan pendekatan yang menggabungkan pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. Dengan menjaga kelestarian Bantimurung sebagai kawasan wisata alam yang berharga, RPJMN bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Maros, tetapi juga untuk memperkuat peran sektor pariwisata Indonesia di kancah global. Melalui kombinasi berbagai program dan strategi ini, RPJMN di Bantimurung berusaha untuk menciptakan lingkungan yang seimbang antara pembangunan dan pelestarian, sehingga kawasan ini dapat terus berkembang sebagai destinasi wisata yang berkelanjutan. Dengan dukungan dari semua pemangku kepentingan, rencana ini diharapkan dapat membawa manfaat jangka panjang bagi masyarakat lokal serta ekosistem yang ada di Bantimurung
2.3.2. Rencana Pembangunan jangka panjang Daerah ( RPJPD ) Provinsi Sulawsi Selatan
Keberadaan Provinsi Sulawesi Selatan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, harus menjadi momentum yang baik dalam menciptakan peluang bagi penduduknya atau setiap lapisan masyarakat untuk mengembangkan diri sesuai potensi spesifik yang dimiliki masing-masing. Serta sebagai media bagi tumbuh kembangnya tatanan internalnya, dalam hal ini berupa komunitas yang terdiri dari tatanan yang berbasis wilayah seperti desa, kabupaten dan kota serta tatanan fungsional dalam bentuk lembaga dan organisasi kemasyarakatan menurut cara yang dilakukan secara mandiri oleh masing-masing tatanan internal.
Sehingga itu provinsi ikut berperan dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas ketahanan nasional di wilayahnya melalui fungsi konsultasi, koordinasi, fasilitasi serta pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah sehingga tentu memerlukan koordinasi dan pengaturan untuk mengharmonisasi dan menyelaraskan pembangunan, baik pembangunan nasional, pembangunan daerah, maupun pembangunan antar daerah.
1) Tujuan
Tujuan pembangunan jangka panjang Sulawesi Selatan tahun 2008- 2028 adalah mewujudkan Sulawesi Selatan sebagai wilayah terkemuka di Indonesia dilihat dari sisi kemajuan, kemandirian, keadilan dan kemakmuran. Tujuan ini perlu diwujudkan agar dapat digunakan sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil
dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2) Sasaran
- Memiliki wawasan yang luas yang berbasis pada identitas diri yang prima yang bersumber pada budaya lokal / bahari dan keagamaan.
- Terciptanya lingkungan kondusif bagi terselenggaranya aktivitas sosial ekonomi, politik dan budaya serta peluang bagi setiap individu dan setiap tatanan internal untuk melakukan aktualisasi diri akibat adanya tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa yang menjamin kepastian hukum, keamanan dan ketentraman, serta akses yang proporsional terhadap kegiatan dan pelayanan ekonomi, sosial, dan budaya bagi segenap lapisan masyarakat tanpa kecuali.
Meningkatnya daya tarik Sulawesi Selatan sebagai daerah tujuan investasi, pariwisata, pelayanan regional dan kota-kota di Sulawesi Selatan telah mampu berkembang sebagai kota hunian / tempat tinggal (dormitory town) yang nyaman.
- Tumbuh dan berkembang daerah kabupaten dan kota serta berbagai kawasan pengembangan dengan bertumpu kepada keunggulan lokal yang dimiliki yang mampu menyediakan berbagai fasilitas pelayanan sosial, ekonomi dan budaya kepada segenap kelompok dan lapisan masyarakat secara proporsional. 3) Arah Pembangunan
- Pembangunan Sarana dan Prasarana Wilayah Jaringan sarana dan prasarana wilayah merupakan elemen utama dari struktur tata ruang yang mendukung terwujudnya Sulawesi Selatan sebagai suatu entitas sosial-ekonomi yang utuh, dalam arti memiliki keterkaitan spasial (spatial linkage) meliputi keterkaitan sosial (social linkage), keterkaitan fisik (physical linkage) dan keterkaitan ekonomi (economic linkage) yang handal, meliputi: jaringan transportasi, irigasi dan air baku, listrik dan telekomunikasi.
- Pembangunan Kawasan Kawasan merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional. Tujuan utama pengembangan
kawasan adalah untuk menunjang pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, pemerataan pembangunan antardaerah serta keberlangsungan pembangunan daerah. Kawasan Andalan (sosial- ekonomi), yaitu kawasan yang memiliki potensi spesifik yang dapat dikembangkan menjadi keunggulan lokal. Fungsi utama kawasan ini adalah untuk memicu pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat.
- Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan dengan memperhatikan kualitas dan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat diterima masyarakat lokal dan berdampak langsung kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal, termasuk memberikan pengakuan terhadap hak- hak adat dan ulayat atas sumber daya alam.
- Pembangunan Perdesaan dan Perkotaan Pembangunan perdesaan diarahkan sebagai kawasan produksi (lokal) yang mengandalkan sumber daya dan keunggulan lokal yang dimiliki sebagai upaya utama untuk menanggulangi kemiskinan dan menciptakan distribusi pendapatan yang lebih berkeadilan. Disamping itu, kawasan perdesaan merupakan target utama bagi tersedia dan terselenggaranya pelayanan sosial-ekonomi sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan. Ketersediaan dimaksud pada gilirannya akan meningkatkan kualitas manusia dan kualitas kelembagaan yang bermuara pada mewujudnya desa sebagai komunitas yang mandiri.
2.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Maros
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Maros yang terbaru Tahun (2021-2026) memiliki fokus pada beberapa bidang utama, termasuk peningkatan infrastruktur, pengembangan ekonomi lokal, pemberdayaan sosial, serta peningkatan tata kelola pemerintahan.
Dalam Rencana Peraturan Jangka Menegah Kabupaten Maros ini, yang dimaksud yaitu:
1. Daerah adalah Kabupaten Maros.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah otonom.
4. Bupati adalah Bupati Maras.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat Daerah Kabupaten Maros yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Maros.
7. Badan adalah perangkat daerah yang menyelenggarakan fungsi penunjang urusan pemerintahan di idang perencanaan.
8. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
9. Instansi Vertikal adalah perangkat kementerian dan/atau lembaga pemerintah non kementerian yang mengurus Urusan Pemerintahan yang tidak diserahkan kepada daerah otonom dalam wilayah tertentu dalam rangka dekonsentrasi.
10. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang, termasuk masyarakat hukum adat atau badan hukum yang berkepentingan dengan kegiatan dan hasil pembangunan.
11. Perencanaan adalah proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang ada.
12. Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah adalah proses penyusunan rencana pembangunan Daerah yang dilaksanakan untuk menghasilkan dokumen perencanaan selama periode satu tahun.
13. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang selanjutnya disingkat RPJMN adalah rencana pembangunan nasional yang merupakan dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun.
14. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten Maros untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 - 2025, yang memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Maros.
15. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah rencana pembangunan daerah Kabupaten Maros yang merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun yakni tahun 2021sampai dengan tahun 2026.
16. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah rencana pembangunan tahunan daerah yang merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk · periode 1 (satu) tahun.
17. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah perencanaan tata ruang wilayah yang mengatur struktur dan pola ruang Kabupaten Maros.
18. Rencana Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Renja Perangkat Daerah adalah rencana pembangunan tahunan perangkat daerah yang merupakan dokumen perencanaan Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
19. Rencana Strategis Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Renstra Perangkat Daerah adalah rencana 5 (lima) tahunan yang menggambarkan analisis lingkungan strategis, faktor-faktor kunci keberhasilan, tujuan dan sasaran, strategi, serta evaluasi kinerja.
20. Pembangunan Daerah adalah perubahan yang dilakukan secara terus menerus dan terencana oleh seluruh komponen di Daerah untuk mewujudkan visi Daerah.
21. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.
22. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
23. Pokok-pokok pikiran adalah kajian permasalahan pembangunan daerah yang diperoleh dari DPRD berdasarkan hasil penyerapan aspirasi masyarakat melalui reses.
24. Program adalah penjabaran kebijakan dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumberdaya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi.
25. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada Perangkat Daerah sebagai bagian dari pencapaian sasaran secara terukur pada suatu program dengan memperhatikan kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
26. Sub Kegiatan adalah bagian dari kegiatan dan merupakan bentuk aktivitas dan layanan dari kegiatan dalam pelaksanaan kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
27. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Maros yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
1.4... Tinjauan Rencana Tata Ruang
1.4.1. Tinjauan Kebijakan RTRW Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah kerangka kebijakan nasional di Indonesia yang menetapkan arahan pengelolaan dan pemanfaatan ruang di seluruh wilayah negara. Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan keseimbangan pembangunan antarwilayah, menjaga kelestarian lingkungan hidup, dan memastikan bahwa penggunaan ruang dapat mendukung kebutuhan ekonomi dan sosial secara berkelanjutan. RTRWN diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 13 Tahun 2017, yang merupakan revisi dari PP No. 26 Tahun 2008, serta diperbarui dalam berbagai kebijakan, termasuk PP No. 21 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan tata ruang.
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang selanjutnya disebut RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara.
2. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
3. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
4. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
5. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
6. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
7. Wilayah nasional adalah seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi berdasarkan peraturan perundang-undangan.
8. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.
9. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
10. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
11. Kawasan andalan adalah bagian dari kawasan budi daya, baik di ruang darat maupun ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya.
12. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
13. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
14. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
15. Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa.
16. Kawasan megapolitan adalah kawasan yang terbentuk dari 2 (dua) atau lebih kawasan metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah sistem.
17. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia.
18. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan.
19. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.
20. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
21. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
22. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.
23. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.
24. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
25. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
26. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang selanjutnya disebut ZEE Indonesia adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut wilayah Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku tentang perairan Indonesia
yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya, dan air di atasnya dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut diukur dari garis pangkal laut wilayah Indonesia.
27. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
28. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
29. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang penataan ruang.
30. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
31. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1.4.2. Tinjauan Kebijakan RTR Pulau
Tinjauan kebijakan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau di Indonesia bertujuan untuk memastikan pengelolaan ruang yang terpadu dan
berkelanjutan dalam menjaga keseimbangan ekologis serta mengoptimalkan potensi setiap pulau. Kebijakan RTR Pulau merupakan perwujudan dari visi nasional yang mengintegrasikan rencana pemanfaatan ruang darat dan laut, mempertimbangkan kebutuhan pertumbuhan ekonomi, dan memperhatikan kelestarian lingkungan di wilayah kepulauan yang beragam, seperti di Kalimantan, Jawa-Bali, dan Maluku-Papua.
1.4.3. Tinjauan Kebijakan RTRW Provinsi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di tingkat provinsi di Indonesia memiliki peran krusial dalam perencanaan pembangunan berkelanjutan dengan menyeimbangkan antara kebutuhan pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. RTRW provinsi disusun mengikuti panduan dari RTRW nasional dan mengatur alokasi lahan untuk berbagai keperluan, seperti kawasan lindung, pemukiman, dan infrastruktur. Kebijakan ini juga mengatur peninjauan berkala setiap lima tahun atau saat terjadi perubahan besar, misalnya bencana alam atau perubahan kebijakan strategis nasional, guna memastikan kesesuaian dengan dinamika wilayah yang terus berkembang.
Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Provinsi meliputi:
a. kebijakan untuk mewujudkan Ruang Provinsi yang produktif berbasis keberlanjutan yang meliputi:
1. pengembangan Kawasan Perkotaaan dan Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi.
2. pengembangan dan penguatan sistem produksi hulu hilir dalam peningkatan ekonomi berbasis potensi lokal dan kelestarian lingkungan.
3. pengembangan Kawasan Perkotaan dan Kawasan strategis yang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana untuk mewujudkan Ruang Provinsi yang kompetitif melalui peningkatan keterkaitan antar Wilayah.
b. kebijakan untuk mewujudkan Ruang Provinsi yang kompetitif dan inovatif melalui peningkatan keterkaitan antar Wilayah yang meliputi:
1. Pengembangan sistem jaringan transportasi yang terpadu untuk meningkatkan keterkaitan dan aksesibilitas antar Wilayah dan antar Kawasan.
2. peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi Wilayah darat, Laut, pesisir dan pulau-pulau kecil.
3. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air, dan prasarana lainnya.
c. kebijakan untuk mewujudkan Ruang Provinsi yang berkelanjutan melalui kelestarian Kawasan berfungsi lindung sesuai dengan kondisi ekosistemnya, yang meliputi:
1. pengendalian kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu Kawasan berfungsi lindung.
2. pemantapan dan rehabilitasi Kawasan berfungsi lindun
3. pelestarian Kawasan konservasi yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi.
4. mewujudkan peningkatan konservasi dan rehabilitasi lahan kritis dan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil.
d. kebijakan untuk mewujudkan Ruang Provinsi yang inklusif melalui peningkatan produktivitas dan daya saing sumber daya alam meliputi:
1. perwujudan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budi daya.
2. pemanfaatan sumber daya alam dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan Masyarakat.