5 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka
1. Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Setiap manusia membutuhkan pendidikan untuk bisa berkembang dalam ruang lingkup yang luas dan kebutuhan akan pendidikan tidak dapat terlepas dari kehidupan. Menurut John Dewey (Comaidi dan Salamah, 2018: 9) pendidikan suatu pembantu proses pengalaman seseorang dalam mengembangkan sikap, rohani, susila, keterampilan, jasmani, dan rasa sosial ke arah yang lebih baik tanpa dibatasi oleh usia.
Pendidikan menurut Edgar Dalle (Amos Neolaka dan Grace Amialia, 2017: 11) adalah “Usaha sadar yang dilakukan keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah untuk mempersiapkan peserta didik memiliki peranan dalam berbagai lingkungan untuk masa depan yang akan datang”.
Sehingga dari pendapat para ahli diatas pendidikan berperan penting dalam kehidupan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung untuk menciptakan peserta didik yang berkualitas sebagai penerus bangsa dan mampu bertanggungjawab di dalam lingkungannya.
b. Tujuan Pendidikan
Tujuan berarti merujuk pada hasil yang akan dicapai oleh peserta didik. Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter yang bermartabat sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik ke arah yang lebih baik, menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Ki Hadjar Dewantoro (Hamid Darmadi, 2019: 14) tujuan pendidikan untuk mendidik dan membentuk manusia yang cerdas dalam segala hal, baik untuk kehidupannya sendiri maupun dalam kehidupan bermasyarakat supaya mandiri dan dapat bertanggungjawab .
Maka tujuan pendidikan memberi hal yang menuju pada pencapaian peserta didik ke arah yang lebih baik dalam kehidupan sekarang maupun dimasa yang akan datang dan manjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat.
c. Jalur Pendidikan
Dalam pendidikan, jalur pendidikan berperan sebagai tempat untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui tiga jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal yang setiap jalurnya memiliki peran tersendiri. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 13 jalur pendidikan terbagi menjadi tiga yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat melengkapi.
Dalam pendidikan formal peserta didik melalui ruang lingkup yang di selenggarakan oleh pemerintah seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, maupun di sekolah tinggi untuk mendapatkan pemahaman pendidikan secara umum, akademik, kejuruan, dan keagamaan.
Kegiatan pendidikan informal dilakukan secara mandiri, maupun dapat diperoleh melalui ruang lingkup keluarga yang dapat dilakukan secara fleksibel.
Pendidikan non formal untuk membangun pengetahuan peserta didik, membangun sikap dan kepribadian yang lebih baik, serta mengembangkan ketrampilan yang dimiliki peserta didik. Kegiatan pendidikan non formal dapat diperoleh melalui beberapa lembaga kursus seperti pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, maupun sanggar.
Masing-masing jalur pendidikan memiliki peranannya tersendiri serta saling melengkapi untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dalam kemampuan akademik, non akademik, serta ketrampilan yang dimiliki.
2. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan interaksi yang dilakukan antara pendidik dengan peserta didik dalam ruang lingkup belajar yang berguna memberikan wawasan serta pemahaman kepada peserta didik. Moh.
Suardi (2018: 7) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan kegiatan pemberian ilmu pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan yang diberikan pendidik kepada peserta didik.
Suyono dan Haryanto (M. Andi Setiawan, 2017: 20-21) mengatakan bahwa pembelajaran identik dengan pengajaran, suatu kegiatan dimana guru mengajar dan membimbing peserta didik menuju proses pendewasaan diri. Dapat dikatakan melalui proses ini peserta didik memperoleh seluruh apa yang dibutuhkannya dari bimbingan pengajaran oleh pendidik menjadi pribadi yang baik serta memiliki pengalaman yang luas dengan lingkungannya.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan pembelajaran sebagai proses pemberian perubahan kearah yang lebih baik terhadap peserta didik meliputi perkembangan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.
b. Komponen Pembelajaran
Sistem dalam pendidikan yang menentukan keberhasilan dan tidaknya suatu proses pembelajaran mencangkup beberapa komponen.
Komponen pembelajaran menurut Moedjiono dan Dimyati (1993: 23) antara lain : 1) Siswa, (2) Guru, (3) Tujuan Pembelajaran, (4) Materi Pembelajaran, (5) Metode Pembelajaran, (6) Media Pembelajaran, (7) Evaluasi Pembelajaran.
Penjelasan mengenai komponen-komponen pembelajaran diatas sebagai berikut:
1) Peserta Didik atau Siswa
Wina Sanjaya (2016: 54) berpendapat bahwa siswa adalah organisme yang ingin berkembang sesuai dengan perkembangannya.
Perkembangan siswa meliputi aspek kepribadian, masing-masing siswa memiliki tempo dan irama perkembangan yang berbeda-beda, yang dipengaruhi aspek latar belakang meliputi jenis kelamin, tempat kelahiran, tempat tinggal, tingkat sosial ekonomi, usia, dan lain-lain.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan peserta didik adalah subjek dari berbagai latar belakang yang memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi diri dengan pengajaran dari pendidik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
2) Pendidik atau Guru
Uyoh Sadulloh, dkk (Muhammad Arifin, 2019: 9) menjelaskan bahwa pendidik adalah orang yang bertugas membimbing peserta didik menuju tahap kedewasaan untuk mencapai keberhasilan pendidikan, maka pendidik memiliki peran penting sebagai pententu kesuksesan dalam pendidikan.
Guru adalah motivator peserta didik dalam kegiatan belajar yang memberikan pengaruh dan bimbingan dalam konteks mengajar, guru sebagai pemimpin melakukan dua usaha utama : (1) memperkokoh motivasi peserta didik dan (2) memilih strategi mengajar yang tepat ( Daryanto dan Syaiful Karim, 2017: 27).
Guru berperan penting dalam membimbing, memberi ilmu, pengetahuan, serta membantu peserta didik terhadap kesulitan yang di alami dalam proses pembelajaran untuk mencapai keberhasilan.
3) Tujuan pembelajaran
Menurut David Firna Setiawan (2017: 80) tujuan pembelajaran merupakan kompetensi atau kinerja standar mencangkup pengetahuan, keterampilan, sikap yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran mencangkup segala pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan sikap siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur (Daryanto, 2005:
58).
Aprida Pane dan Muhammad Darwis Dasopang (2017: 343) dari sisi ruang lingkupnya, tujuan pembelajaran dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a) Tujuan yang dirumuskan secara spesifik oleh guru yang bertolak dari materi pelajaran yang akan disampaikan.
b) Tujuan pembelajaran umum, yaitu tujuan pembelajaran yang telah tercantum dalam pedoman pengajaran yang dijadikan sebagai rencana pengajaran yang disiapkan oleh guru
Dapat diartikan bahwa tujuan dalam pembelajaran merupakan suatu harapan yang ingin dicapai ke arah keberhasilan kompetensi peserta didik.
4) Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan media yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran berupa materi yang telah tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan tujuan dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan serta tujuan masyarakat (Hamruni, 2012:
12).
Keseluruhan isi kurikulum yang harus dipelajari serta dikuasi oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar untuk standar kompetensi dalam setiap mata pelajaran (M. Ismail Makki, 2019: 121).
Materi pembelajaran merupakan bahan ajar yang membantu pendidik dalam kegiatan pembelajaran yang telah disesuaikan sesuai kompetensi dasar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu cara penyajian materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik dalam proses belajar pada siswa dalam upaya mencapai tujuan (Sutikno, 2013: 86).
Wina Sanjaya (Pupu Saeful Rahmat, 2019: 16) menyatakan bahwa metode pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk mengimplemetasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk kegiatan nyata agar tujuan tercapai secara optimal.
Abdul Majid (2017: 194-210) menjelaskan bahwa terdapat beberapa metode yang sering digunakan dalam proses pembelajaran, meliputi:
a. Metode ceramah adalah metode yang digunakan untuk mengembangkan proses pembelajaran melalui penuturan (lecturer).
b. Metode demonstrasi adalah penyajian pembelajaran dengan cara menceritakan, mempertunjukkan, atau memperagakan suatu proses.
c. Metode diskusi adalah interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dan guru untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu, menganalisis, serta memahami pengetahuan siswa.
d. Metode simulasi merupakan penyajian pembelajaran dengan situasi tiruan untuk memahami prinsip, konsep dan keterampilan.
e. Metode tanya jawab merpakan metode penyajian pembelajaran dalam bentuk pertanyaan, dilakukan oleh guru kepada siswa atau sebaliknya untuk merangsang pengetahuan berpikir siswa .
f. Metode penugasan merupakan penyajian pelajaran dengan pemberian tugas kepada siswa dengan tenggang waktu yang telah ditentukan, kemudian siswa harus mempertanggungjawabkan tugas yang telah dibebankan.
Metode merupakan strategi yang dilakukan oleh guru yang telah disusun untuk mempermudah peserta didik dalam memahami materi yang diberikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
6) Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan alat bantu yang berguna mempertinggi interaksi guru dengan siswa maupun siswa dengan lingkungan sekitar, dan sebagai alat bantu mengajar yang dapat menunjang metode mengajar yang digunakan oleh guru. (Rusman, 2017: 90).
Menurut Suharti dkk (2020: 43) Media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan guru dan siswa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar berguna untuk memperlancar keberhasilan belajar.
Media pembelajaran merupakan alat bantu pendidik untuk mempermudah dalam proses pembelajaran yang lebih efektif berupa audio, gambar, video dan sebagainya untuk menunjang segala keperluan pendidik dalam memberi materi kepada peserta didik agar lebih mudah dipahami.
7) Evaluasi Pembelajaran
Menurut Moh. Suardi (2018: 69) Penilaian atau evaluasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menentukan nilai belajar dari proses pembelajaran, berhasil atau tidaknya proses pembelajaran, meliputi hasil belajar, proses belajar yang melibatkan pendidik serta peserta didik. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui pencapaian peserta didik dalam proses pembelajaran, kendala yang dialami saat pembelajaran berlangsung.
Evaluasi pembelajaran merupakan alat indikator untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan (Rusman, 2017: 90).
c. Faktor-Faktor Pembelajaran
1) Faktor Penghambat Pembelajaran
Faktor penghambat yang menyebabkan kesulitan dalam pembelajaran sangat beragam. Menurut Moh. Suardi (2018: 100-105) Penyebab kesulitan dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar (faktor eksternal).
Dimyanti dan Mudjiono (2006: 235-253) mengemukakan faktor internal dalam pembelajaran meliputi motivasi belajar, sikap terhadap belajar, konsentrasi dalam belajar, bagaimana mengolah bahan belajar, kemampuan menyimpan hasil belajar, kemampuan menggali hasil dari belajar yang telah tersimpan, kemampuan dalam berprestasi dan unjuk hasil belajar, rasa kepercayaan diri, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar, serta cita-cita yang dimiliki peserta didik. Sedangkan faktor eksternal penghambat pembelajaran meliputi pendidik yang berperan membina peserta didik, sarana dan prasarana dalam pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial peserta didik dalam lingkup sekolah, kurikulum sekolah.
2) Faktor Pendukung Pembelajaran
Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor yang mendukung suatu pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor internal peserta didik dan faktor eksternal peserta didik.
Wina Sanjaya (2013: 52) menyatakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi suatu kegiatan dalam proses pembelajaran meliputi faktor guru, siswa, sarana, alat, media yang tersedia serta lingkungan belajar.
Thursan Hakim (2005: 11-21) mengemukakan faktor internal berasal dari diri peserta didik yang meliputi faktor biologis yaitu keadaan jasmani atau fisik peserta didik (kondisi fisik dan kesehatan fisik) dan faktor psikologis yaitu kondisi mental peserta didik (intelegensi, daya ingat, konsentrasi, kemauan, dan bakat). Sedangkan faktor eksternal
pendukung pembelajaran meliputi lingkungan dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan waktu.
3. Batik
a. Pengertian Batik
Kata “batik” berasal dari bahasa jawa yang terdiri atas dua kata yaitu “amba”, yang berarti “menulis dan titik” yang berarti titik, dalam proses pembuatan kain batik dilakukan dengan menulis dan sebagian dari tulisan tersebut berupa titik (Lisbijanto, 2013: 6). Menurut Iwet Ramadhan (2013: 13) batik adalah sebuah teknik untuk menahan/merintang warna pada kain menggunakan malam atau lilin.
Batik adalah kain bergambar yang dibuat dengan teknik rintang warna menggunakan malam batik dengan menorehkan malam panas menggunakan alat berupa canting pada kain sehingga membetuk suatu gambar (Benny Gratha 2012: 4).
Jadi batik merupakan kain yang proses pembuatannya dengan teknik perintangan malam untuk menahan pewarnaan tidak menyebar kesebagian kain menggunakan alat tertentu.
b. Motif Batik
Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan (Sewan Susanto, 1980: 212). Motif batik terdiri dari dua unsur yaitu ornamen utama dan ornamen tambahan atau isen-isen.
Ornamen utama yaitu ragam hias yang menjadi inti pada motif yang memiliki makna atau arti, sedangkan ornamen tambahan tidak memiliki makna dan hanya berfungsi sebagai pengisi bidang yang kosong, isen merupakan titi-titik, garis, gabungan antara garis dan titik yang berfungsi mengisi bidang pada ornamen (Sewan Susanto, 1980: 212).
Motif terbagi dalam empat golongan yaitu geometris (motif banji, ganggong, ceplokan, anyaman, parang dan lereng), semen (terdiri dari tumbuhan, meru, burung, lar-laran, dan binatang), buketan (terang bulan), motif gaya baru (Sewan Susanto, 1980: 212).
c. Macam-Macam Batik 1) Batik Tulis
Batik yang pengerjaannya menggunakan alat khusus berupa canting yang terbuat dari tembaga untuk menampung cairan malam (lilin) yang memiliki ujung berbentuk saluran atau pipa kecil berfungsi sebagai tempat keluarnya cairan malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain (Suerna Dewi Lestari, 2012: 7).
Batik tulis adalah kain batik yang memiliki motif ataupun corak yang dibuat menggunakan tangan dengan alat bantu canting, mempunyai ciri khas pada setiap motifnya karena pada setiap potongan atau gambar hias yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya berbeda (Herry Lisbijanto, 2013: 10).
Dapat disimpulkan batik tulis merupakan suatu kain yang beraneka motif dengan proses pembuatannya menggunakan alat khusus berupa canting yang berguna menampung malam.
Gambar 2.1 Batik Tulis
(Sumber : https://bp-guide.id/AX3OtS94)
2) Batik Cap
Kain yang dihias dengan corak batik menggunakan alat cap yang terbuat dari tembaga, motif atau gambar dibentuk sesuai dengan keinginan (Suerna Dewi Lestari, 2012: 7). Dalam pembutan alat cap biasanya dibutuhkan waktu sekitar 2 minggu dengan ukuran 20 cm x 20 cm.
Batik cap merupakan kain beraneka motif yang dibuat dengan menggunakan stempel atau cap yang terbuat dari tembaga yang membentuk motif tertentu.
Gambar 2.2 Batik Cap
(Sumber : https://bp-guide.id/AX3OtS94)
d. Alat Dan Bahan Batik 1) Wajan
Wadah yang digunakan untuk melelehkan atau mencairkan malam, terbuat dari bahan logam baja, memiliki gagang di kedua sisi untuk memudahkan menggangkat atau menurunkan wajan dari kompor, wajan yang biasa digunakan adalah wajan kecil supaya memudahkan pada proses pengambilan malam dengan canting.
2) Gawangan
Alat yang digunakan untuk membentangkan kain yang akan dibatik agar memudahkan dalam proses pengerjaannya. Gawangan terbuat dari bahan bambu atau kayu yang kuat dan ringan agar mudah dipindahkan ke segala tempat.
3) Bandul
Alat yang terbuat dari batu atau kayu yang berguna menahan kain yansg sedang dibatik agar tidak tertiup angin, bergeser, atau tertarik oleh pembatik secara tidak sengaja.
4) Kompor
Alat untuk membuat api atau memanaskan wajan yang berisi malam, kompor berbahan bakar minyak tanah dengan penghubung sumbu untuk memudahkan membuat api.
5) Taplak
Kain bekas untuk menutupi paha pembatik supaya tidak terkena langsung tetesan malam panas saat proses pencantingan.
6) Saringan malam
Alat yang digunakan untuk menyaring malam yang telah menggumpal.
7) Tempat duduk atau dingklik
Tempat duduk kecil yang digunakan oleh pembatik untuk duduk, terbuat dari kayu atau plastik.
8) Canting
Alat pokok dalam pembuatan batik digunakan untuk menulis atau menorehkan malam batik pada kain, terbuat dari logam ringan seperti tembaga atau kuningan dengan gagang kayu atau bambu.
Jenis-jenis canting yang biasa digunakan dalam proses membatik yaitu :
a. Canting cecek, memiliki ukuran diameter cucuk yang kecil, digunakan membuat isen-isen berupa titik-titik kecil atau garis- garis kecil.
b. Canting klowong, memiliki ukuran diameter cucuk sedang, digunakan untuk membuat klowongan (outline) atau pola awal motif batik.
c. Canting tembok, berdiameter paling besar, digunakan untuk nembok (menutup sebagian bidang yang luas dengan malam).
9) Kain mori
Kain yang digunakan untuk membatik yang berasal dari serat alam seperti katun. Jenis katun yang biasa digunakan adalah primissima, prima, biru. Penggunaan jenis kain dapat mempengaruhi baik atau buruknya batik yang dihasilkan.
10) Malam atau lilin
Lilin khusus yang digunakan dalam membatik yang berguna untuk menutupi bagian tertentu agar tidak terkena pewarna yang terdiri
dari campuran parafin, gondorukem (getah pinus), konte (sarang tawon), dan lemak hewan. Malam yang digunakan dalam membatik memiliki kualitas yang berbeda-beda sehingga dapat mempengaruhi daya serap warna pada kain.
11) Pewarna
Bahan yang digunakan untuk memberi warna pada kain batik.
Terdapat dua jenis macam pewarna yang biasanya digunakan dalam proses pewarnaan yaitu pewarna sintetis dari zat kimia (naftol dan remazol), dan pewarna bahan alam yang berasal dari tumbuhan (akar, kayu, daun, bunga, buah).
e. Proses Pembuatan Batik Tulis a. Persiapan pada kain mori
Tahap periapan pada kain mori menurut Simarmata (2014: 39) yaitu : 1) Kain mori yang akan digunakan terlebih dahulu dipotong sesuai
dengan ukuran yang diinginkan.
2) Nggirah (mencuci), proses penghilangan kanji yang berlebih pada kain mori kemudian diganti dengan kanji yang lebih ringan.
Penghilangan kanji dilakukan dengan merendam kain selama semalaman lalu ditekan-tekan perlahan kemudian dibilas dengan air sampai bersih.
3) Ngetel, proses perendaman kain mori dalam larutan alkali ( soda abu, soda kaustik, air abu) dengan campuran minyak nabati.
4) Nganji (menganji), yaitu pemberian kanji ringan atau kanji tipis yang bertujuan agar lilin batik tidak meresap ke dalam serat kain.
Tetapi pada tahap ini kanji tidak boleh menghalangi proses pewarnaan pada kain batik sehingga penggunannya harus tipis.
5) Ngemplong yaitu menghaluskan serta meratakan permukaan kain yang telah diberi kanji.
b. Pemberian malam batik pada kain
1) Pemberian pola atau motif pada kain menggunakan pensil atau alat lain yang bisa hilang saat proses pelorodan, pemberian pola motif berguna untuk memudahkan dalam pencantingan malam.
2) Membatik kerangka pola atau motif yang telah dibuat mnggunakan canting klowong.
3) Pemberian isen-isen atau isi pada bagian outline yang kosong berupa titik-titik (cecek), atau garis-garis (sawut) menggunakan canting cecek.
4) Mengeblok (nembok) pemberian malam pada bagian tertentu yang tidak ingin terkena warna pada proses pewarnaan, pada tahap nembok menggunakan canting tembok yang bercucuk besar.
5) Nerusi, mencanting kembali bagian belakang kain mengikuti motif alur batikan yang pertama untuk meminimalisir terjadinya warna menyebar pada motif yang tidak ingin diberi warna.
c. Tahap pewarnaan batik
Menurut Sewan Susanto (1980: 8-9) terdapat tahapan dalam proses pewarnaan kain batik yaitu:
1) Medel, pemberian warna pada kain setelah selesai diberi malam dengan cara dicanting atau dicap klowong dan di cap tembok menggunakan warna biru tua dari daun Indigofera (daun tom).
2) Pencelupan warna dasar. Proses pemberian warna dasar kain dengan zat warna indigosol, napthol atau indanthreen.
3) Mengandung, penyiraman kain batik dengan larutan zat warna dan diratakan dengan disapu-sapukan.
4) Coletan atau dulitan, proses pemberian zat warna pada bidang motif menggunakan alat berupa kuas dengan cara dilukiskan pada bidang motif.
5) Menyongga, pemberian warna coklat pada kain yang merupakan proses pencelupan warna terakhir.
4. Teknik dan Pewarnaan Pada Batik a. Teknik pewarnaan pada batik
Teknik pewarnaan batik tulis dibagi menjadi dua, yaitu pencelupan dan pencoletan (Mifzah, 2014: 76). Teknik pencelupan yaitu proses pewarnaan kain batik dengan merendam di dalam air yang sudah diberikan zat pewarna, perendaman dilakukan beberapakali sampai mendapatkan warna yang diinginkan.
Teknik pencoletan merupakan proses pewarnaan kain batik dengan menorehkan atau menggoreskan zat warna pada kain menggunakan alat bantu berupa kuas, sebelum dilakukannya pencoletan kain direntangkan atau digantungkan pada gawangan untuk mempermudah proses pewarnaan.
b. Jenis Pewarna Batik 1) Pewarna Sintesis
Pewarna sintesis atau pewarna buatan berbahan dasar dari zat kimia, pewarna yang sering digunakan dalam pewarnaan batik yaitu naftol dan remazol. Jenis pewarna naftol dibagi menjadi dua yang pertama naftol sebagai dasar warna, kedua garam diazo sebagai pembangkit warna.
Kelebihan dari pewarna sintesis yaitu warna yang dihasilkan lebih cerah atau menyala dibandingkan pewarna alam dan memiliki banyak variasi warna. Kekurangan pewarna sintesis yaitu dapat mencemari lingkungan, membahayakan kesehatan manusia.
2) Pewarna Alam
Pewarna alam merupakan zat warna alami dari alam yang berasal dari bagian tumbuhan meliputi kulit, batang, bunga, akar (Irma Russanti, 2019: 13). Bahan pewarna alami dapat diperoleh dari tanaman ataupun hewan meliputi pigmen dalam bahan atau terbentuk dari proses pemanasan, penyimpanan, atau pemrosesan. Pigmen alami yang terdapat di sekitar lingkungan antara lain: karotenoid, klorofil, antosianin dan tanin, (Endang Kwartiningsih, dkk, 2009: 41).
Menurut Benny Gratha (2012: 14) pewarna alam adalah zat warna yang terdapat dalam tumbuhan, berasal dari daun, bunga, biji, kulit biji, kayu, kulit kayu, akar, kulit akar. Tanaman yang sering digunakan sebagai pewarna batik adalah kayu tegeran (cudrania javanesis) untuk warna kuning, akar mengkudu (morinda citrifolia) untuk warna merah, kayu tingi (ceriops togal) untuk warna coklat, dan daun mangga (mangifera indica) untuk warna hijau, serta daun indigo/nila (indigofera sp) untuk warna biru.
Kelebihan penggunaan pewaran alam yaitu warna yang dihasilkan lebih natural, ramah lingkungan, menghindari kemungkinan terkena penyakit dari reaksi bahan kimia, memanfaatkan sumber daya alam sekitar, dapat melestarikan pohon yang digunakan sebagai pewarna alam dengan budidaya sekaligus menambah indah lingkungan, limbah padat dari pewarna alam dapat dijadikan sebagai kompos. Kekurangan dari pewarna alam adalah proses pembuatan dan pewarnaan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Dalam proses pewarnaan dengan pewarna alam dapat meliputi beberapa tahap, menurut Benny Gratha (2012: 15-17) tahap-tahap pewarnaan alam meliputi:
(1) Mordant
Zat yang berguna untuk menghubungkan zat kimia dengan zat warna alam dengan serat sehingga terjadi pengikatan antara warna dan serat yang menghasilkan warna yang baik. Proses mordant dilakukan dengan merendamkan bahan ke dalam garam-garam logam seperti alumunium.
(2) Ekstraksi bahan pewarna
Proses pengambilan pigmen zat warna alam yang dilakukan dengan cara merebus bahan dengan air.
(3) Pewarnaan
Pemberian warna pada kain batik dengan pewarna alam yang sebelumnya telah diberi larutan TRO.
(4) Fiksasi
Tahapan setelah selesai mewarnai, kain difiksasi agar warna yang dihasilkan tidak mudah luntur. Fiksasi merupakan penguncian warna setelah kain dicelupkan pada zat warna alam, bahan fiksasi berupa larutan tawas, kapur atau tunjung.
5. Paguyuban Batik Tulis a. Pengertian Paguyuban
Menurut Ferdinad Tonnies, paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama yang seluruh anggotanya terikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah dan kekal.
Tipe-tipe paguyuban menurut Ferdinad Tonnies adalah :
1) Paguyuban karena ikatan darah (gemmeinschaft by boold) yaitu suatu paguyuban yang terikat berdasarkan ikatan darah atau keturunan 2) Paguyuban karena tempat (gemmeinschaft by place) yaitu paguyuban
yang beranggotakan berdasarkan tempat tinggal yang berdekatan sehingga dapat saling tolong-menolong
3) Paguyuban karena jiwa-pikiran (gemmeinschadt of mind) yaitu paguyuban yang anggotanya tidak memiliki hubungan darah ataupun tidak bertempat tinggal berdekatan, tetapi memiliki jiwa, pikiran, dan ideologi yang sama.
b. Paguyuban Batik Tulis
Indonesia terkenal dengan keberagaman budaya yang muncul dari kebiasaan adat masyarakat salah satunya tertuang dalam batik tulis.
Kebudayaan batik tulis di Indonesia banyak tersebar di berbagai daerah salah satunya di Jawa Tengah yang telah menjadi tradisi turun-temurun hingga saat ini. Terdapat banyak pengrajin batik yang berkumpul dalam organisasi dikenal dengan sebutan paguyuban.
Paguyuban batik tulis terdiri dari sekumpulan pengrajin batik dengan tujuan dan pikiran yang sama untuk mengembangkan potensi batik yang ada di daerah dengan harapan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
B. Kerangka Berpikir
Paguyuban Batik Tulis Kebon Indah merupakan penyalur pendidikan non formal yang berguna untuk mengembangkan ketrampilan yang dimiliki peserta didik dalam bidang seni yaitu membatik menggunakan bahan pewarna alam.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran batik pewarna alam menerapkan komponen pembelajaran yang terdiri dari peserta didik, pendidik yaitu pengrajin, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, metode pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan akan ditemukan faktor pendukung maupun faktor penghambat yang dapat menjadi masukkan atau saran dari pendidik ke peserta didik agar lebih maju dan berkembang. Dari proses pembelajaran batik pewarna alam yang dilakukan menghasilkan visual karya batik yang dapat dijadikan tolak ukur berhasil atau tidaknya pembelajaran tersebut.
Gambar 2.3. Kerangka Berpikir
Proses Pembelajaran Batik Pewarna Alam di Paguyuban Batik Tulis Kebon Indah, Kabupaten Klaten
Komponen Pembelajaran
Peserta didik
Pendidik (pengrajin)
Tujuan pembelajaran
Materi pembelajaran
Metode pembelajaran
Media pembelajaran
Evaluasi pembelajaran Faktor
Pendukung
Hasil Karya Batik Pewarna Alam
Faktor Penghambat