• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini membahas mengenai metode penelitian yang berisi pendekatan penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan alur penelitian.

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian campuran, yaitu penelitian dengan menggabungkan dua jenis pendekatan dalam penelitian, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2015) penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dengan proses analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah didapatkan, sementara penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, dimana hasil penelitian lebih menekankan makna. Pada penelitian ini, penelitian kuantitatif digunakan pada sasaran 1, 2 dan 3 yaitu dalam menganalisis pereferensi pemilihan moda angkutan dengan menggunakan regresi logistic, mengevaluasi kinerja pelayanan dan operasional angkutan kota Samarinda berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dengan menggunakan analisis skoring. Kemudian penelitian kualitatif digunakan pada sasaran 4 yaitu merumuskan rekomendasi peningkatan kinerja angkutan kota Samarinda menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

3.2 Variabel Penelitian

Berdasarkan hasil kajian pustaka yang telah dilakukan, maka didapat beberapa variabel yang akan digunakan untuk mengukur setiap sasaran penelitian.

Adapun variabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

(2)

48

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

(3)

49

Tabel 3. 1 Variabel Penelitian

Sasaran Indikator Variabel Sub Variabel Deskripsi Operasional Sumber

Menganalisis preferensi penumpang angkutan dalam memilih moda angkutan

Pemilihan moda angkutan umum

Karakteristik sistem transportasi

Kenyamanan kenyamanan dalam menggunakan moda transportasi seperti kebersihan, kecepatan, sirkulasi udara, dan daya angkut (kapasitas).

Estikhamah

(2017), Andresta (2018),

Kakyarmabin (2019), Mahfudi (2015), Ekamarta (2018), Peraturan Menteri

Perhubungan RI Nomor 98 (2013) Keamanan Keamanan dalam menggunakan moda

transportasi seperti identitas kendaraan, identitas pengemudi, dan kegelapan kaca.

Kemudahan Kemudahan dalam mendapatkan moda angkutan yang dilihat dari pemenuhan informasi operasi, jumlah armada operasi, dan sarana pendukung.

Keteraturan Keteraturan moda transportasi seperti informasi tarif, informasi jadwal keberangkatan dan kedatangan, waktu berhenti, dan Hedway (waktu tiba kendaraan)

Biaya Biaya yang dikeluarkan untuk

menggunakan moda angkutan untuk satu kali perjalanan

Ruang dan biaya parkir

Ruang parkir dan tarif parkir kendaraan Ketersediaan Ketersediaan moda transportasi dalam

melayani pergerakan berkaitan dengan jumlah armada yang beroperasi.

Pelayanan Keamanan Identitas kendaraan Kejelasan identitas kendaraan yaitu nomor dan nama trayek angkutan kota.

(4)

50

Sasaran Indikator Variabel Sub Variabel Deskripsi Operasional Sumber

Evaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan Kota Samarinda

Identitas pengemudi Kejelasan identitas pengemudi dengan menggunakan seragam yang dilengkapi dengan nama pengemudi angkutan kota

Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor 98 (2013) Kegelapan kaca Kegelapan lapisan pada kaca angkutan kota

yang mempengaruhi jarak pandang penumpang maksimal 30%.

Keselamatan Kompetensi pengemudi

Kompetensi pengemudi berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pengemudi dalam melayani penumpang Peralatan

keselamatan

Fasilitas keselamatan dalam kondisi darurat didalam angkutan meliputi alat pemecah kaca yang berjumlah minimal 2 buah, alat pemadam api ringan dengan jumlah minimal 1 buah dan alat penerangan lampu senter minimal 1 buah

Fasilitas kesehatan Fasilitas kesehatan dalam kondisi darurat didalam berupa Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

Informasi tanggap darurat

Informasi dalam keadaan darurat didalam angkutan berupa stiker berisi nomor telepon dan/atau sms pengaduan.

Kenyamanan Kebersihan Ketersediaan tempat sampah didalam angkutan kota

Sirkulasi udara Sirkulasi udara didalam angkutan kota yang dilihat dari kondisi jendela angkutan

(5)

51

Sasaran Indikator Variabel Sub Variabel Deskripsi Operasional Sumber

Daya angkut (kapasitas)

Kesesuaian jumlah penumpang yang diangkut dengan kapasitas tempat duduk yang tersedia.

Keterjangkauan Tarif angkutan Kemampuan penumpang untuk membayar tarif angkutan dan kesesuaian dengan kebijakan.

Keteraturan Informasi

pelayanan rute trayek

Informasi terkait rute yang dilalui oleh angkutan kota yang dilayani yang tertera pada angkutan kota.

Informasi tarif Informasi terkait tarif yang harus dibayar oleh penumpang dalam melakukan sekali perjalanan menuju tujuan yang tertera pada angkutan kota.

Informasi jadwal keberangkatan dan kedatangan

Informasi jadwal keberangkatan dan kedatangan angkutan kota yang tertera pada angkutan kota.

Waktu berhenti dihalte

Waktu yang diperlukan untuk menaikan dan menurunkan penumpang

Hedway Waktu tiba antar kendaraan pada titik lokasi pemberhentian untuk menaikan dan menurunkan penumpang.

Evaluasi Kinerja Operasional Angkutan Kota Samarinda

Operasion al

Kecepatan perjalanan

- Tingkat pergerakan dengan melihat

perbandingan antara jarak dan waktu tempuh kendaraan angkutan kota dalam melintasi rute trayek atau segmen yang dilalui.

Ditjen Perhubungan Darat RI (2002)

(6)

52

Sasaran Indikator Variabel Sub Variabel Deskripsi Operasional Sumber

Faktor muat (load factor)

- Perbandingan kapasitas tempat duduk

angkutan yang tersedia dengan tempat duduk yang ditempati.

Waktu antara (Headway)

- Waktu tiba antar kendaraan pada titik lokasi pemberhentian untuk menaikan dan menurunkan penumpang.

Waktu tunggu - Waktu berhenti kendaraan untuk menunggu penumpang pada tempat pemberhentian.

Rekomendasi Peningkatan Kinerja

Angkutan Kota Samarinda

- Output sasaran 1

Output sasaran 1 Hasil analisis preferensi pelaku perjalanan dalam memilih moda angkutan.

Hasil Analisis Penulis

Output Sasaran 2+3

Output sasaran 2+3 Hasil evaluasi kinerja angkutan kota Samarinda (pelayanan dan operasional) Kebijakan

Angkutan Kota

Kebijakan

Angkutan Kota Samarinda + Kebijakan Nasional

Kebijakan angkutan kota yang terdapat pada kajian pustaka

*) Hasil Analisa, 2020

(7)

53

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna jasa atau penumpang angkutan kota Samarinda trayek B dengan kriteria usia 15-64 tahun yang merupakan rentan usia produktif. Populasi pada sasaran ini termasuk dalam indefinite population (jumlah populasi tidak diketahui pasti), sehingga dalam penentuan sampel penumpang angkutan kota dilakukan dengan perhitungan Wibisono dalam Riduwan dan Akdon (2013) dengan persamaan sebagai berikut.

n = (

𝑍𝑎 2 .𝜎

𝑒 )

2

(3.1)

n = ( 1,96 . 0,25 0,05 )2 n = 96, 04 orang Keterangan:

n = Jumlah sampel

𝑍𝑎

2= Nilai dari tabel distribusi normal atas tingkat keyakinan 95% (1, 96) σ = Standar deviasi (0, 25)

e = Tingkat kesalahan (0, 05)

Responden penumpang yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 96, 04 yang kemudian dibulatkan menjadi 96 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampling accidental, yaitu pengambilan sampel ditentukan berdasarkan faktor spontanitas dimana siapa saja orang yang ditemui dapat dijadikan sampel jika dirasa cocok dan sesuai sebagai sumber data (Sugiyono, 2008). Berikut akan disajikan tabel yang menyajikan populasi dan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.

Tabel 3. 2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi Sampel Sasaran Penelitian Pedoman

Pengguna jasa angkutan kota Samarinda usia 15-64 tahun

96 orang

Analisis preferensi pelaku perjalanan dalam memilih moda angkutan

Perhitungan Wibisono dalam

Riduwan dan Akdon (2013) mengevaluasi kinerja pelayanan

angkutan kota Samarinda trayek B mengevaluasi kinerja operasional angkutan kota Samarinda Trayek B

*) Penulis, 2020

(8)

54

3.4 Metode Pengumpulan data

Adapun metode pengumpulan data pada penelitian rekomendasi peningkatan kinerja angkutan kota Samarinda terdiri dari pengumpulan data yang dilakukan secara primer dan sekunder yang dijelaskan sebagai berikut.

3.4.1 Pengumpulan Data Primer

Metode pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan observasi. Metode ini dilakukan untuk memperoleh gambaran fisik kondisi objek penelitian dan data yang akan digunakan dalam analisis. Adapun penjelasan dari setiap metode pengumpulan data primer yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dengan skala likert sebagai alat untuk melakukan analisis skoring guna menjawab sasaran 1,2, dan 3 terkait analisis preferensi pelaku perjalanan dalam memilih moda angkutan, evaluasi kinerja pelayanan angkutan kota trayek B dan evalusi kinerja operasional angkutan kota trayek B yang dilakukan berdasarkan persepsi penumpang. Kuesioner tersebut diisi oleh responden yaitu pengguna jasa angkutan kota (penumpang). Dengan demikian dapat diketahui skor dari masing-masing variabel untuk menilai pereferensi pemilihan moda angkutan, kinerja pelayanan, dan kinerja operasional angkutan kota trayek B. Adapun kuesioner yang digunakan terdapat pada lampiran A untuk penilaian persepsi, lampiran B untuk penilaian kinerja pelayanan angkutan kota Samarinda trayek B, dan lampiran C untuk penilaian kinerja operasional angkutan kota Samarinda trayek B.

2. Observasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran terkait objek penelitian yaitu angkutan kota trayek B. Pengumpulan data secara observasi ini dilakukan juga untuk mendokumentasi kondisi eksisting angkutan kota trayek B dalam bentuk foto dan untuk memvalidasi rute trayek angkutan kota.

3.4.2 Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan survei instansi dan kajian puastaka. Adapun penjabaran dari setiap metode pengumpulan data sekunder adalah sebagai berikut:

(9)

55 1. Survei Instansi

Survei instansi dilakukan untuk mengumpulkan data-data sekunder yang berhubungan dengan penelitian. Data tersebut didapatkan melalui instansi yang memiliki peranan dalam angkutan kota Samarinda yaitu Dinas Perhubungan Kota Samarinda dan Badan Perencanaan Penelitian dan Pembangunan Kota Samarinda.

Survei instansi dilakukan dengan cara mendatangi langsung instansi terkait yang membidangi data atau informasi yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian.

Adapun data sekunder yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1) Jumlah angkutan kota trayek B yang memiliki ijin beroperasi selama 3 tahun terakhir (2017-2018) digunakan untuk menjadi gambaran umum kondisi angkutan kota.

2) Data rute dan peta jaringan trayek angkutan kota Samarinda trayek B untuk menjadi gambaran umum angkutan kota, peta lokasi penelitian, dan sebagai bahan survei penelitian.

3) Jaringan jalan dan batasan administratif kota Samarinda yang digunakan untuk penentuan lokasi penelitian.

4) Kebijakan angkutan kota Samarinda untuk keperluan perumusan rekomendasi.

2. Kajian Pustaka

Kajian pustaka dilakukan melalui media elektronik maupun melalui buku untuk memenuhi kebutuhan data penelitian. Adapun data yang didapatkan dari kajian pustaka yaitu kebijakan angkutan umum nasional, berita dan penelitian tentang angkutan kota Samarinda.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini terbagi sesuai dengan sasaran penelitian yang akan dijabarkan pada subbab selanjutnya sebagai berikut.

3.5.1 Menganalisis Preferensi Pelaku Perjalanan Dalam Pemilihan Moda Angkutan Kota Samarinda

Analisi preferensi pelaku perjalanan dalam pemilihan moda angkutan kota menggunakan alat analisis regresi logistik dengan perangkat lunak Statistic

(10)

56

Program for Special Science (SPSS). Analisis regresi logistik merupakan analisis yang digunakan untuk memprediksi hasil dari variabel terikat yang bersifat kategori berdasarkan satu atau lebih variabel bebas (Liu et al., 2013). Adapun tahapan analisis preferensi pemilihan moda angkutan kota Samarinda adalah sebagai berikut.

1. Membuat Kuesioner Dengan Menjabarkan Variabel

Variabel yang akan diukur pada penelitian ini berdasarkan sintesa pustaka yang kemudian dijabarkan dalam bentuk kuesioner dengan parameter penilaian yang telah ditetapkan pada Lampiran A.

2. Penyebaran dan Rekapitulasi Kuesioner

Penyebaran kuesioner kepada responden dengan beberapa pernyataan sesuai dengan parameter variabel yang telah dibuat sebelumnya. Dalam mengisi kuesioner, responden memberikan nilai berdasarkan persepsi masing-masing dalam memilih moda angkutan kota. Setelah kuesioner selesai disebarkan kemudian dilakukan rekapitulasi data kuesioner yang telah terisi.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas variabel penelitian hasil pengisian kuesioner dilakukan dengan tujuan untuk memvalidasi kinerja dari kuisioner yang dibuat dan untuk mengetahui konsistensi dalam mengukur gejala yang terjadi. Uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Pada uji validitas, dilakukan dengan melihat nilai koefisien pearson. Apabila nilai r-hitung

> r-tabel, artinya item pertanyaan pada kusioner tersebut valid. Selanjutnya, uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai alpha cronbach’s. Adapun ketentuan nilai minimal alpha cronbach’s > 0,60 (60%), artinya apabila nilai tersebut melebihi 0,6 maka kuisioner tersebut reliabel (Sugiyono, 2015).

4. Melakukan Pengkodean Hasil Kuesioner

Pengkodean dilakukan untuk keperluan anlisis regresi logistik dengan perangkat lunas SPSS. Adapun variabel dikotomi yang digunakan yaitu berupa jawaban 1 berarti ya dan 0 berarti tidak. Berikut ini merupakan pengkodean yang dilakukan pada analisis regresi logistik dalam penelitian ini.

Tabel 3. 3 Pemberian Kode Dalam Input Data

Variabel Kode Keterangan Kode Kode

Y Ya 1

(11)

57

Variabel Kode Keterangan Kode Kode

Pemilihan moda angkutan kota

Tidak 0

Kenyamanan X1 Pertimbangan Utama 1

Bukan Pertimbangan Utama 0

Keamanan X2 Pertimbangan Utama 1

Bukan Pertimbangan Utama 0

Kemudahan X3 Bukan Pertimbangan Utama 1

Pertimbangan Utama 0

Keteraturan X4 Bukan Pertimbangan Utama 1

Pertimbangan Utama 0

Biaya X5 Bukan Pertimbangan Utama 1

Pertimbangan Utama 0

Ruang dan Biaya Parkir

X6 Bukan Pertimbangan Utama 1

Pertimbangan Utama 0

Ketersediaan X7 Bukan Pertimbangan Utama 1

Pertimbangan Utama 0

*) Penulis, 2020

5. Running Regresi Logistik Dengan SPSS

Dilakukan running SPSS dengan menginput data hasil kuesioner dan dilakukan beberapa uji sebagai berikut:

A. Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit)

1. Uji hosmer and lemeshow, dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 =Tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.

H0 =Ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.

Dasar pengambilan keputusan:

Memperhatikan nilai goodness of fit yang diukur dengan nilai chi square pada bagian bawah uji hosmer and lemeshow:

a. Jika signifikansi > 0, 05, maka H0 diterima artinya model layak dipakai untuk analisis selanjutnya.

b. Jika signifikansi < 0, 05, maka H0 ditolak artinya model tidak layak dipakai untuk analisis selanjutnya.

Model regresi logistik dinyatakan layak digunakan untuk analisis selanjutnya (memprediksi), jika hasil uji menerima H0 yang dapat dibuktikan melalui nilai signifikansi > 0, 05.

(12)

58

2. Uji Classification Plot

Pada uji classification plot, dapat diketahui besarnya model dapat memprediksi dengan benar kondisi yang terjadi. Semakin besar nilai correct percentage (mendekati 100%), maka semakin besar model dapat memprediksi dengan benar kondisi yang terjadi.

B. Uji Keseluruhan Model/Validasi Model (Overall Model Fit)

Uji omnibus (omnibus test) digunakan untuk melihat hasil pengujian secara keseluruhan/simultan pengaruh variabel independen (bebas). Diketahui hipotesis yang didapatkan pada uji omnibus adalah sebagai berikut.

H0 =Tidak ada variabel independen (X) yang signifikan mempengaruhi variabel dependen (Y)

H1 =Minimal ada satu variabel independen (X) yang signifikan mempengaruhi variabel dependen (Y)

Dasar pengambilan keputusan:

Model regresi logistik dinyatakan layak digunakan dan dapat dilakukan analisis lebih lanjut apabila H0 ditolak jika signifikan α < 0,05 yang artinya variabel independen (X) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (Y), atau minimal terdapat satu variabel independen (X) yang mempengaruhi variabel dependen (Y).

C. Uji Parsial (Uji Wald)

Pengujian pengaruh masing–masing variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan uji statistik wald. Uji wald digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial dengan cara membandingkan nilai statistik wald dengan membandingkan nilai signifikansi (p- value) dengan α = 5% dimana p-value yang lebih kecil dari α = 0,05 menunjukkan hipotesis diterima atau terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Untuk mengujinya digunakan hipotesis sebagai berikut.

H0 = Koefisien βj tidak signifikan secara parsial

H1 = Koefisien βj signifikan secara parsial (j = 1,2,3,…p)

(13)

59 Perhitungan uji wald adalah H0 ditolak jika nilai statistik p-value ≥ α (0,05) yang berarti βj terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial.

6. Interpretasi Model Regresi Logistik

Adapun hasil analisis ini akan didapatkan model regresi logistik sebagai berikut:

Ln ( 𝑃𝑖

1−𝑃𝑖)= β0 + βnX1 + βnX2 + βnX3 …. + βnX8 (3.2) Keterangan:

Ln: Logaritma natural

P: Probabilitas pemilihan angkutan kota, jika Y = 0 maka menunjukkan probabilitas responden tidak memilih angkutan kota dan jika Y = 1 maka menunjukkan probabilitas responden memilih menggunakan angkutan kota.

β0: Nilai konstanta dari persamaan regresi βn: Koefisien regresi

Y = Pemilihan moda angkutan kota X1 = Kenyamanan

X2 = Keamanan X3 = Kemudahan X4 = Keteraturan X5 = Biaya

X6 = Ruang dan biaya parkir X7 = Ketersediaan

Jika model sudah layak uji, maka dilakukan perumusan persamaan model.

Adapun interpretasi model regresi logistik menggunakan koefisien odds ratio. Nilai odds ratio dapat dilihat pada tabel parameter estimates pada kolom exp(B). Jika suatu peubah penjelas mempunyai tanda positif, maka nilai rasio odds lebih besar dari satu, sebaliknya jika tanda koefisiennya negatif maka nilai rasio odds lebih kecil dari satu. Kemudian, adapun nilai B merupakan koefisien regresi dari masing- masing variabel dimana tanda positif (+) atau negatif (-) menunjukkan kecenderungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika nilai B positif, maka kecenderungan variabel bergerak dari arah 0 menuju 1 pada pengklasifikasian data variabel terikat. Berarti bahwa apabila nilai suatu variabel adalah positif, maka

(14)

60

variabel tersebut akan cenderung meningkatkan kesediaan pelaku perjalanan dalam memilih angkutan kota. Sebaliknya, jika nilai B negatif, maka kecenderungan variabel bergerak dari 1 menuju 0 pada pengklasifikasian data variabel terikat.

Berarti bahwa apabila nilai suatu variabel adalah negatif, maka variabel tersebut akan cenderung meningkatkan kesediaan pelaku perjalanan untuk tidak memilih angkutan kota. Berikut ini merupakan bagan tahapan analisis preferesi pemilihan moda angkutan kota Samarinda.

Menjabarkan variabel menjadi

kuesioner

Penyebaran dan rekapitulasi

kuesioner

Running Regresi Logistik Dengan SPSS 1. Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit) a.Uji Hosmer and Lemeshow

b. Uji Classification Plot 2.Uji Keseluruhan Model/

Validasi Model (Overall Model Fit)

3. Uji Parsial (Uji Wald) Melakukan pengkodean dari hasil kuesioner

Interpretasi Model Regresi Logistik Uji validitas dan

reliabilitas

Gambar 3. 1 Tahapan Analisis Preferensi Penumpang Dalam Pemilihan Moda Angkutan Kota Samarinda (Penulis, 20120)

3.5.2 Mengevaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan Kota Samarinda

Evaluasi kinerja pelayanan angkutan kota Samarinda menggunakan alat analisis skoring. Metode analisis skoring digunakan untuk memberikan skor pada masing – masing parameter variabel kinerja pelayanan berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor 98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek.

Skala skor yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert, menurut Suharsimi Arikunto (2010) dalam Abidin (2015) skala likert dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang. Skala penilaian yang digunakan yaitu skala 1 sampai 3, dimana 1 untuk kategori tidak

(15)

61 baik, 2 untuk kategori cukup baik dan 3 untuk kategori sangat baik. Adapun tahap analisis untuk mengevaluasi kinerja pelayanan angkutan kota Samarinda adalah sebagai berikut:

1. Membuat Kuesioner Dengan Menjabarkan Variabel

Dengan skala likert, variabel yang akan diukur pada penelitian ini akan dijabarkan berdasarkan parameter penilaian yang kemudian dijadikan sebagai pernyataan dalam kuesioner yang akan diberikan kepada responden. Adapun parameter variabel dalam penelitian ini didasarkan pada Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor 98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek sebagai berikut:

(16)

62

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

(17)

63

Tabel 3. 4 Standar Penilaian Kinerja Pelayanan Angkutan Kota Samarinda Variabel Sub

Variabel

Skor Keterangan Standar

Keamanan Identitas kendaraan

1 Tidak tersedia stiker nomor dan nama trayek pada bagian depan atau belakang kendaraan

Nomor kendaraan dan nama trayek berupa stiker yang ditempel pada bagian depan dan belakang kendaraan minimal 1

2 Tersedia stiker nomor dan nama trayek sebanyak 1 pada bagian depan atau belakang kendaraan

3 Tersedia stiker nomor dan nama trayek sebanyak >1 pada bagian depan dan belakang kendaraan

Identitas pengemudi

1 Tidak mengenakan pakaian seragam yang dilengkapi nama pengemudi dan perusahaan

Mengenakan pakaian seragam dan dilengkapi dengan identitas nama pengemudi dan perusahaan secara lengkap.

2 Mengenakan pakaian seragam namun tidak dilengkapi nama pengemudi dan perusahaan

3 Mengenakan pakaian seragam yang dilengkapi nama pengemudi dan perusahaan

Kegelapan kaca

1 Penumpang tidak dapat melihat dengan jelas kondisi dalam dan luar angkutan kota kegelapan kaca >30%

Persentase kegelapan lapisan kaca maksimal 30%.

2 Penumpang dapat melihat dengan jelas kondisi dalam atau luar angkutan kota Kegelapan kaca 30%

3 Penumpang dapat melihat dengan jelas kondisi dalam dan luar angkutan kota kegelapan kaca <30%

Keselamata n

Kompetens i

pengemudi

1 Pengemudi tidak mengetahui rute, tidak terampil dalam mengemudi, dan tidak ramah terhadap penumpang

Pengemudi memiliki pengetahuan, keterampilan, dan perilaku sebagai berikut:

a. Pengetahuan tentang rute yang dilayani, tatacara mengangkut orang, dan tata cara berlalu-lintas;

2 Pengemudi mengetahui rute, terampil dalam mengemudi, namun tidak ramah terhadap penumpang 3 Pengemudi mengetahui rute, terampil dalam

mengemudi, dan ramah terhadap penumpang

(18)

64 Variabel Sub

Variabel

Skor Keterangan Standar

b. Keterampilan mengemudi kendaraan

Sesuai dengan jenis kendaraan;

c. Sikap dan perilaku yang baik, hormat dan ramah terhadap penumpang.

Peralatan keselamata n

1 Tersedia alat pemecah kaca <2 buah, alat pemadam api ringan <1 unit, dan alat penerangan lampu senter <1unit yang tidak berfungsi dengan baik

Fasilitas keselamatan dalam kondisi darurat di pasang ditempat yyang mudah dicapai dan dilengkapi dengan keterangan tata cara penggunaan berbentuk stiker paling sedikit meliputi:

a. Alat pemecah kaca paling sedikit 2 buah

b. Alat pemadam api ringan paling sedikit 1 buah

c. Alat penerangan lampu senter paling sedikit 1 buah

2 Tersedia alat pemecah kaca 2 buah, alat pemadam api ringan 1 unit, dan alat peneragan lampu senter 1unit yang berfungsi dengan baik

3 Tersedia alat pemecah kaca > 2 buah, alat pemadam api ringan > 1 unit, dan alat peneragan lampu senter > 1 unit yang berfungsi dengan baik.

Fasilitas kesehatan

1 Tidak tersedia Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

Fasilitas Kesehatan yang digunakan untuk penanganan darurat kecelakaan yaitu Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) paling sedikit 1 kotak

2 Tersedia 1 kotak Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

3 Tersedia >1 kotak Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

(19)

65

Variabel Sub Variabel

Skor Keterangan Standar

Informasi tanggap darurat

1 Tersedia stiker berisi nomor telepon dan/atau sms pengaduan yang terpasang pada <2 (dua) tempat yang berbeda

Informasi dalam keadaan darurat berupa stiker berisi nomor telepon dan/atau sms pengaduan yang terpasang paling sedikit pada 2 (dua) tempat yang berbeda dan mudah terlihat didalam kendaraan.

2 Tersedia stiker berisi nomor telepon dan/atau sms pengaduan yang terpasang pada 2 (dua) tempat yang berbeda dan mudah terlihat didalam kendaraan.

3 Tersedia stiker berisi nomor telepon dan/atau sms pengaduan yang terpasang pada > 2 (dua) tempat yang berbeda dan mudah terlihat didalam kendaraan.

Kenyamana n

Kebersihan 1 Tersedia tempat sampah < 2 buah Paling sedikit terdapat 2 (dua) buah tempat sampah yang ditempatkan pada ruang penumpang di bagian depan dan belakang.

2 Tersedia tempat sampah 2 buah 3 Tersedia tempat sampah > 2 buah Sirkulasi

udara

1 Jendela angkutan kota tidak dapat terbuka Standar sirkulasi udara pada angkutab perkotaan dijelaskan sebagai berikut:

a. Ekonomi dilengkapi kipas angin.

b. Non ekonomi dilengkapi ac, untuk mempertahankan suhu ruangan penumpang antara 20° c - 22° c.

Namun pada penelitian ini dengan melihat kondisi angkutan kota pada umumnya maka pengukuran sirkulasi udara dilihat dari kondisi jendela angkutan yang berfungsi dengan baik sehigga peredaran udara didalam angkutan terjaga.

2 Jendela angkutan kota dapat dibuka dengan usaha lebih 3 Jendela angkutan kota dapat terbuka

(20)

66 Variabel Sub

Variabel

Skor Keterangan Standar

Kapasitas angkutan

1 Jumlah penumpang yang diangkut melebihi kapasitas angkutan kota yaitu > 8 penumpang

Daya angkut: mobil penumpang umum total 8 (de1apan) termasuk pengemudi.

2 Jumlah penumpang yang diangkut kurang dari kapasitas angkutan kota yaitu 8 penumpang

3 Jumlah penumpang yang diangkut sesuai dengan kapasitas angkutan kota yaitu < 8 penumpang

Keterjangka uan

Tarif angkutan

1 Tarif angkutan tidak sesuai (1.200-7.700) dan dan tidak terjangkau

- Biaya yang dikenakan pada pengguna jasa untuk satu kali perjalanan untuk:

a. non ekonomi, harga tiket sesuai dengan pelayanan;

b. ekonomi, dapat diberikan dengan subsidi.

- Keputusan Walikota Samarinda No.

551.1/492/HK-KS/XI/2014, Besar tarif angkutan kota Samarinda trayek B :

a) Jauh dekat dalam kota: 4.200 rupiah

b) Pasar pagi ke terminal lempake 6.300 rupiah

c) terminal lempake ke terminal sei kunjang 7.700 rupiah

d) Pelajar dan Mahasiswa yang menggunakan seragam : 3.000 rupiah

2 Tarif angkutan tidak sesuai (1.200-7.700), namun masih terjangkau

3 Tarif angkutan sesuai (1.200-7.700) dan terjangkau

(21)

67

Variabel Sub Variabel

Skor Keterangan Standar

Anak – anak dibawah umur 10 tahun:

1.200 rupiah.

Keteraturan Informasi pelayanan rute trayek

1 Tersedia <2 stiker yang ditempatkan di ruang penumpang bagian depan dan belakang

Paling sedikit 2 (dua) buah stiker yang ditempatkan pada ruang penumpang di bagian depan dan belakang.

2 Tersedia 2 stiker yang ditempatkan di ruang penumpang bagian depan dan belakang

3 Tersedia >2 stiker yang ditempatkan di ruang penumpang bagian depan dan belakang

Informasi tarif

1 Tersedia <2 stiker yang ditempatkan diruang penumpang bagian depan dan belakang

Paling sedikit 2 (dua) buah stiker yang ditempatkan pada ruang penumpang di bagian depan dan belakang.

2 Tersedia 2 stiker yang ditempatkan diruang penumpang bagian depan dan belakang

3 Tersedia >2 stiker yang ditempatkan diruang bagian depan dan belakang

Informasi jadwal kedatangan dan

keberangk atan

1 Tersedia <2 stiker yang ditempatkan diruang penumpang bagian depan dan belakang

Paling sedikit 2 (dua) buah stiker yang ditempatkan pada ruang penumpang di bagian depan dan belakang.

2 Tersedia 2 stiker yang ditempatkan diruang penumpang bagian depan dan belakang

3 Tersedia >2 stiker yang ditempatkan diruang bagian depan dan belakang

Waktu berhenti dihalte

1 Waktu tunggu penumpang terhadap angkutan dalam menaikan dan menurunkan penumpang selama > 60 detik

Waktu yang diperlukan untuk menaikan dan menurunkan penumpang paling lama 60 detik 2 Waktu tunggu penumpang terhadap angkutan dalam

menaikan dan menurunkan penumpang selama 60 detik

(22)

68 Variabel Sub

Variabel

Skor Keterangan Standar

3 Waktu tunggu penumpang terhadap angkutan dalam menaikan dan menurunkan penumpang selama <60 detik

Hedway 1 Waktu tiba angkutan > 30 menit. Waktu tiba kendaraan paling lama 30 menit.

2 Waktu tiba angkutan 30 menit.

3 Waktu tiba angkutan < 30 menit.

*) Penulis, 2020

(23)

69 2. Penyebaran dan Rekapitulasi Kuesioner

Penyebaran kuesioner kepada 96 responden dengan beberapa pernyataan sesuai dengan parameter variabel yang telah dibuat sebelumnya. Dalam mengisi kuesioner, responden memberikan nilai berdasarkan persepsi masing-masing sesuai ketentuan skor yang telah ditetapkan. Setelah kuesioner selesai disebarkan kemudian dilakukan rekapitulasi data kuesioner yang telah terisi.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas variabel penelitian hasil pengisian kuesioner dilakukan dengan tujuan untuk memvalidasi kinerja dari kuisioner yang dibuat dan untuk mengetahui konsistensi dalam mengukur gejala yang terjadi. Uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Pada uji validitas, dilakukan dengan melihat nilai koefisien pearson. Apabila nilai r-hitung

> r-tabel, artinya item pertanyaan pada kusioner tersebut valid. Selanjutnya, uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai alpha cronbach’s. Adapun ketentuan nilai minimal alpha cronbach’s > 0,60 (60%), artinya apabila nilai tersebut melebihi 0,6 maka kuisioner tersebut reliabel (Sugiyono, 2015).

4. Menentukan Interval Jenjang Kategori

Untuk menginterpretasikan hasil evaluasi kinerja pelayanan berdasarkan hasil penilaian kuesioner oleh responden maka perlu dibuat interval jenjang kategori dengan langkah – langkah sebagai berikut Abidin (2015):

a) Menentukan persentase nilai maksimal

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100% (3.4) =3

3 𝑥 100% = 100%

b) Menentukan persentase nilai minimal

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100% (3.5) =1

3 𝑥 100% = 33%

c) Menentukan range

𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 = 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛 (3.6)

(24)

70

= 100% − 33% = 67%

d) Menentukan lebar interval

𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = 𝑟𝑎𝑛𝑔𝑒

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 (3.7)

=67%

3 = 22%

Sehingga didapatkan interval jenjang kategori penilaian untuk persentase tanggapan dari kuesioner adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 5 Interval Jenjang Kategori Penilaian Persentase Tanggapan Kuesioner

Kelas Interval Keterangan

1 33% < skor < 54% Tidak baik 2 55% < skor < 77% Cukup baik 3 78% < skor < 100% baik

*) Penulis, 2020

5. Menentukan Persentase Tanggapan

Tahap selanjutnya setelah interval telah dibuat, maka kemudian kuesioner yang telah diisi oleh responden dihitung persentase tanggapannya dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑝𝑎𝑛 = Ʃ𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑝𝑎𝑛

Ʃ𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100% (3.8) Setelah mendapatkan nilai persentase tanggapan, kemudian disesuaikan dengan interval jenjang kategori penilaian pada tabel 3.6 yang telah ditentukan untuk mengetahui hasil evaluasi untuk setiap variabel penelitian.

6. Menghitung Rata – Rata Persentase Tanggapan

Dilakukan terhadap setiap variabel untuk mengevaluasi kinerja pelayanan angkutan kota secara keseluruhan dengan perhitungan sebagai berikut:

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = Ʃ𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑝𝑎𝑛

Ʃ 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 (3.9)

Setelah didapatkan hasil perhitungan kemudian disesuaikan dengan interval jenjang kategori penilaian pada tabel 3.6 untuk mengetahui evaluasi kinerja pelayanan

(25)

71 secara keseluruhan dan kemudian dilakukan interpretasi. Untuk memudahkan memahami tahapan analisis berikut ditampilkan bagan tahapan analisis evaluasi kinerja pelayanan angkutan kota Samarinda.

Menjabarkan variabel menjadi

kuesioner

Penyebaran dan rekapitulasi

kuesioner

Menghitung persentase tanggapan kuesioner Menentukan interval penilaian:

a.Menghitung persentase nilai maksimal

b. Menghitung persentase minimal c. Menghitung lebar interval

Menghitung rata- rata persentase

tanggapan

Menyesuaikan perhitungan dengan

interval penilaian

Interpretasi hasil evaluasi kinerja

Pelayanan Uji validitas dan

reliabilitas

Gambar 3. 2 Tahapan Analisis Evaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan Kota Samarinda (Penulis, 2020)

3.5.3 Mengevaluasi Kinerja Operasional Angkutan Kota Samarinda

Evaluasi kinerja operasional angkutan kota Samarinda menggunakan alat analisis skoring. Metode analisis skoring digunakan untuk memberikan skor pada masing – masing parameter variabel kinerja operasional berdasarkan SK Ditjen Perhubungan Darat Nomor 687/AJ.206 Tahun 2002 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur. Skala skor yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert, menurut Suharsimi Arikunto (2010) dalam Abidin (2015) skala likert dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

(26)

72

seseorang atau sekelompok orang. Skala penilaian yang digunakan yaitu skala 1 sampai 3, dimana 1 untuk kategori tidak baik, 2 untuk kategori cukup baik dan 3 untuk kategori sangat baik. Adapun tahap analisis untuk mengevaluasi kinerja operasional angkutan kota Samarinda adalah sebagai berikut:

1. Membuat Kuesioner Dengan Menjabarkan variabel

Dengan skala likert, variabel yang akan diukur pada penelitian ini akan dijabarkan menjadi parameter yang didasarkan pada SK Ditjen Perhubungan Darat Nomor 687/AJ.206 Tahun 2002 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur. Adapun parameter yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja operasional angkutan kota sebagai berikut:

(27)

73 Tabel 4. 1 Standar Penilaian Kinerja Operasional Angkutan Kota Samarinda

No. Variabel Skor Keterangan Standar

1. Faktor Muat (load factor)

1 Kapasitas angkutan berdasarkan jumlah penumpang >100% (jumlah penumpang

>8 orang/sangat berdesakan)

Faktor muat (load faktor) maksimal adalah 100%

2 Kapasitas angkutan berdasarkan jumlah penumpang 100-80% (jumlah penumpang 6-8 orang/ renggang)

3 Kapasitas angkutan berdasarkan jumlah penumpang <80% (jumlah penumpang <

6 orang/sangat renggang) 2. Kecepatan

perjalanan

1. Kecepatan perjalanan angkutan <5 km/jam Kecepatan paling rendah untuk untuk angkutan umum di dalam kota 10 km/jam

2. Kecepatan perjalanan angkutan 5-10 km/jam 3. Kecepatan perjalanan angkutan >10 km/jam 3. Waktu

antara (headway)

1. Waktu tiba angkutan pada lokasi menunggu <10 menit Waktu antara (headway) angkutan minimal 15 menit

2. Waktu tiba angkutan pada lokasi menunggu 10-15 menit 3. Waktu tiba angkutan pada lokasi menunggu >15 menit 4. Waktu

tunggu

1 Waktu tunggu angkutan untuk menunggu penumpang ditempat pemberhentian >10 menit

Waktu tunggu

penumpang rata – rata yaitu 5-10 menit

2 Waktu tunggu angkutan untuk menunggu penumpang ditempat pemberhentian 5- 10 menit

3 Waktu tunggu angkutan untuk menunggu penumpang ditempat pemberhentian <5 menit

*) Penulis, 2020

(28)

74

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

(29)

75 2. Penyebaran dan Rekapitulasi Kuesioner

Penyebaran kuesioner kepada 96 responden dengan beberapa pernyataan sesuai dengan parameter variabel yang telah dibuat sebelumnya. Dalam mengisi kuesioner, responden memberikan nilai berdasarkan persepsi masing-masing sesuai ketentuan skor yang telah ditetapkan. Setelah kuesioner selesai disebarkan kemudian dilakukan rekapitulasi data kuesioner yang telah terisi.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas variabel penelitian hasil pengisian kuesioner dilakukan dengan tujuan untuk memvalidasi kinerja dari kuisioner yang dibuat dan untuk mengetahui konsistensi dalam mengukur gejala yang terjadi. Uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Pada uji validitas, dilakukan dengan melihat nilai koefisien pearson. Apabila nilai r-hitung

> r-tabel, artinya item pertanyaan pada kusioner tersebut valid. Selanjutnya, uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai alpha cronbach’s. Adapun ketentuan nilai minimal alpha cronbach’s > 0,60 (60%), artinya apabila nilai tersebut melebihi 0,6 maka kuisioner tersebut reliabel (Sugiyono, 2015).

4. Menentukan Interval Jenjang Kategori

Untuk menginterpretasikan hasil skoring kuesioner kinerja operasional angkutan kota Samarinda, perlu dibuat interval jenjang kategori dengan langkah – langkah sebagai berikut Abidin (2015):

a) Menentukan persentase nilai maksimal

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100% (3.10) =3

3 𝑥 100% = 100%

b) Menentukan persentase nilai minimal

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100% (3.11)

=1

3 𝑥 100% = 33%

c) Menentukan range

𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 = 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛 (3.12)

(30)

76

= 100% − 33% = 67%

d) Menentukan lebar interval

𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = 𝑟𝑎𝑛𝑔𝑒

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 (3.13)

= 67%

3 = 22%

Sehingga didapatkan interval jenjang kategori penilaian untuk persentase hasil dari skoring kuesioner kinerja operasional angkutan kota Samarinda adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 6 Interval Jenjang Penilaian Persentase Perhitungan

Kelas Interval Keterangan

1 33% < skor < 55% Tidak baik 2 56% < skor < 78% Cukup baik 3 79% < skor < 100% baik

*) Penulis, 2020

5. Menentukan Persentase Tanggapan

Tahap selanjutnya setelah interval telah dibuat, maka kemudian hasil skoring kuesioner kinerja operasional angkutan kota Samarinda dihitung persentasenya dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑝𝑎𝑛 = Ʃ𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛

Ʃ𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙× 100% (3.14) Setelah mendapatkan nilai persentase hasil, kemudian disesuaikan dengan interval jenjang kategori penilaian pada tabel 3.7 yang telah ditentukan untuk mengetahui hasil evaluasi untuk setiap variabel penelitian.

6. Menghitung Rata – Rata Persentase Tanggapan

Dilakukan terhadap setiap variabel untuk mengevaluasi kinerja operasional angkutan kota secara keseluruhan dengan perhitungan sebagai berikut:

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = Ʃ𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑝𝑎𝑛

Ʃ 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 (3.15)

Setelah didapatkan hasil perhitungan kemudian disesuaikan dengan interval jenjang kategori penilaian pada tabel 3.7 untuk mengetahui evaluasi kinerja operasional

(31)

77 secara keseluruhan dan kemudian dilakukan interpretasi. Untuk memudahkan memahami tahapan analisis berikut ditampilkan bagan tahapan analisis evaluasi kinerja operasional angkutan kota Samarinda.

Menjabarkan variabel menjadi

kuesioner

Penyebaran dan rekapitulasi

kuesioner

Menghitung persentase tanggapan kuesioner Menentukan interval penilaian:

a.Menghitung persentase nilai maksimal

b. Menghitung persentase minimal c. Menghitung lebar interval

Menghitung rata- rata persentase

tanggapan

Menyesuaikan perhitungan dengan

interval penilaian

Interpretasi hasil evaluasi kinerja

operasional Uji validitas dan

reliabilitas

Gambar 3. 3 Tahapan Analisis Evaluasi Kinerja Operasional Angkutan Kota Samarinda (Penulis, 2020)

3.5.4 Merumuskan Rekomendasi Untuk Meningkatkan Kinerja Angkutan Kota Samarinda

Sasaran selanjutnya yaitu merumuskan rekomendasi guna meningkatkan kinerja angkutan kota Samarinda. Dalam merumuskan rekomendasi digunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan mengkomparasikan input berupa triangulasi sumber data. Menurut Sutopo (2006) dalam fajarini (2018), triangulasi merupakan metode yang digunakan untuk menarik kesimpulan yang diperlukan dan tidak hanya dari satu pandangan saja melainkan dari tiga sumber. Dalam penelitian ini rekomendasi dirumuskan dengan memperhatikan hasil analisis preferensi

(32)

78

pemilihan moda angkutan kota, evaluasi kinerja angkutan kota Samarinda (pelayanan dan operasional), dan kebijakan angkutan kota.

Analisis Preferensi Penumpang Dalam Pemilihan Moda

Angkutan

Evaluasi Kinerja Angkutan Kota Samarinda Trayek B

Kebijakan Angkutan Kota

Rekomendasi Peningkatan Kinerja Angkutan Kota Samarinda

Output Sasaran 1 Output Sasaran

2+3 Kajian Pustaka

Gambar 3. 4 Kerangka Perumusan Rekomendasi (Penulis, 2020)

3.6 Alur Penelitian

Alur penelitian yang akan dilakukan dalam merumuskan rekomendasi peningkatan kinerja angkutan kota Samarinda disajikan dalam bentuk bagan untuk memudahkan dalam memahami alur penelitian. Adapun alur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.

(33)

79

Mulai

Perumusan Masalah

Mengevaluasi Kinerja Pelayanan Angkutan

Kota Samarinda Trayek B

Mengevaluasi Kinerja Operasional Angkutan

Kota Samarinda Trayek B

Variabel Kinerja Pelayanan Angkutan Kota Berdasarkan Hasil Sintesa

Teori

Sasaran Input

Metode Analisis Skoring Dengan Skala Likert Berdasarkan Standar Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor 98 Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek

Proses

Kinerja Pelayanan Angkutan Kota Samarinda Trayek B

Output

Variabel Kinerja Operasional Angkutan Kota Berdasarkan Hasil

Sintesa Teori

Metode Analisis Skoring Dengan Skala Likert Berdasarkan Standar kinerja operasional berdasarkan SK Dirjen No.687/AJ.206/

DRJD/2002 Tentang

Pedoman Teknis

Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur

KinerjaOperasional Angkutan Kota Samarinda Trayek B

Rekomendasi Peningkatan Kinerja

Angkutan Kota Samarinda

Output Sasaran 1, Output Sasaran 2 + 3 dan Kebijakan Angkutan Kota

Analisis Deskriptif Kualitatif Dengan Triangulasi Sumber Data

Rekomendasi Selesai

Tujuan Studi

Literatur

Menganalisis Preferensi Pemilihan Moda Angkutan Kota

Variabel Pemilihan Moda Angkutan berdasarkan

hasil sintesa teori

Metode Analisis Regresi Logistik

Preferensi Pemilihan Moda Angkutan Kota Beserta Faktor –

Faktor Yang Mempengaruhi

Gambar 3. 5 Bagan Alur Penelitian (Penulis, 2020)

(34)

80

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Gambar

Tabel 3. 1 Variabel Penelitian
Tabel 3. 2 Populasi dan Sampel Penelitian
Gambar 3. 1 Tahapan Analisis Preferensi Penumpang Dalam Pemilihan Moda  Angkutan Kota Samarinda (Penulis, 20120)
Tabel 3. 4 Standar Penilaian Kinerja Pelayanan Angkutan Kota Samarinda  Variabel  Sub
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun penelitian ini membandingkan Indonesia dengan Korea Selatan karena Korea Selatan adalah negara yang responnya paling cepat dan mengadopsi paling awal