Sedangkan ukuran perusahaan terendah (minimum) pada perusahaan subsektor makanan dan minuman pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 adalah sebesar 12,72764 yang dimiliki oleh PT. Rata-rata ukuran perusahaan pada perusahaan subsektor makanan dan minuman periode tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 sebesar 14,97656 dan standar deviasi sebesar 1,513155. Sedangkan tingkat leverage terendah (minimum) pada perusahaan subsektor makanan dan minuman pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 sebesar 0,023521 dimiliki oleh PT.
Rata-rata ukuran perusahaan subsektor makanan dan minuman periode 2014 hingga 2018 sebesar 0,082976 dan standar deviasi sebesar 0,037858. Sedangkan intensitas modal terendah (minimum) pada perusahaan subsektor makanan dan minuman pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 sebesar 0,059199 dimiliki oleh PT. Rata-rata intensitas modal pada perusahaan makanan dan minuman periode 2014 hingga 2018 sebesar 0,389657 dan standar deviasi sebesar 0,172822.
Sedangkan intensitas persediaan terendah (minimum) pada perusahaan subsektor makanan dan minuman pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 sebesar 0,011024 dimiliki oleh PT. Rata-rata intensitas persediaan pada perusahaan makanan dan minuman periode 2014 hingga 2018 sebesar 0,145314 dan standar deviasi sebesar 0,076965. Sedangkan tingkat agresi pajak terendah (minimum) pada perusahaan subsektor makanan dan minuman pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 sebesar 0,512793 dimiliki oleh PT.
Rata-rata agresivitas pajak perusahaan subsektor makanan dan minuman periode 2014 hingga 2018 sebesar 5,176302 dan standar deviasi sebesar 5,330401.
Penentuan Model Estimasi A. Chow Test
Multi Bintang Indonesia Tbk dengan total beban pajak yang dibayarkan mencapai Rp457,953 miliar pada tahun 2017. Artinya dalam penelitian ini model estimasi fixed effect lebih baik dibandingkan model total effect. Setelah diketahui bahwa metode fixed effect lebih baik dibandingkan dengan metode common effect, maka sebaiknya dilakukan uji Hausman dan uji Lagrange multiplier sebaiknya tidak dilakukan lagi karena Ho ditolak.
Uji Hausman merupakan uji statistik untuk memilih model fixed effect atau random effect yang paling tepat untuk digunakan dalam estimasi data panel. Random cross section < 0,05 maka kita akan memilih fixed effect daripada random effect dan sebaliknya jika nilainya > 0,05 maka kita akan memilih random effect daripada fixed effect. Artinya dalam penelitian ini model estimasi fixed effect lebih baik dibandingkan dengan model random effect.
X3it = intensitas modal pada perusahaan-i pada tahun ke-t X4it = intensitas persediaan pada perusahaan-i pada tahun ke-t εit = sisa kesalahan pada perusahaan-i pada tahun ke-t.
Pengujian Asumsi dan Kesesuaian Model
Uji Normalitas
Uji Multikolinearitas
Uji Heteroskedastisitas
Uji Autokorelasi
Interpretasi Data dan Hipotesis Penelitian A. Analisis Korelasi
Besaran dan arah hubungan korelasi antara ukuran perusahaan dengan tingkat agresivitas pajak dapat diinterpretasikan dengan melihat pedoman interpretasi koefisien korelasi pada Tabel III.4. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan (X1) mempunyai hubungan negatif yang rendah terhadap tingkat agresivitas pajak (Y). Besaran dan arah hubungan korelasi antara leverage dengan tingkat agresivitas pajak dapat diinterpretasikan dengan melihat pedoman interpretasi koefisien korelasi pada Tabel III.4.
Jadi dapat disimpulkan bahwa leverage (X2) mempunyai korelasi yang rendah dengan arah positif terhadap tingkat agresivitas pajak (Y). Besaran dan arah korelasi intensitas modal dengan tingkat agresivitas pajak dapat diinterpretasikan dengan melihat pedoman interpretasi koefisien korelasi pada Tabel III.4. Jadi dapat disimpulkan bahwa intensitas modal (X3) mempunyai hubungan yang sangat rendah dengan arah positif terhadap tingkat agresivitas pajak (Y).
Besaran dan arah hubungan korelasi antara intensitas persediaan dengan tingkat agresivitas pajak dapat diinterpretasikan dengan melihat pedoman interpretasi koefisien korelasi pada Tabel III.4. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa intensitas persediaan (X4) mempunyai hubungan yang rendah dengan arah positif terhadap tingkat agresivitas pajak (Y).
Uji Statistik t
0.06210 lebih kecil dari taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 0.05, dan nilai t tabel (df=60-5=55) sebesar 2.00404 lebih besar dari nilai uji t yaitu sebesar 1.91407 sehingga variabel ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap agresi pajak. Besarnya koefisien regresi (β) sebesar 4.42349 untuk variabel ukuran perusahaan menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu log ukuran perusahaan akan meningkatkan agresi beban sebesar 4.42349. 0.84910 lebih besar dari taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 0.05 dan nilai t tabel (df=60-5=55) sebesar 2.00404 lebih besar dari nilai uji t yaitu sebesar -0.19142 , sehingga variabel leverage secara parsial tidak berpengaruh terhadap agresi pajak.
0,58470 lebih besar dari taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0,05 dan nilai t tabel (df=60-5=55) sebesar 2,00404 lebih besar dari nilai uji t yaitu sebesar -0,55063, yaitu bahwa Variabel intensitas modal secara parsial berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Besarnya koefisien regresi (β) sebesar -3,90369 untuk variabel intensitas modal menunjukkan bahwa setiap kenaikan intensitas modal sebesar 1 satuan maka akan menurunkan agresivitas pajak sebesar -3,90369. 0,67750 lebih besar dari tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0,05 dan nilai t tabel (df=60-5=55) sebesar 2,00404 lebih besar dari nilai uji t yaitu sebesar 0,41860, sehingga persediaan variabel intensitas secara parsial tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
Besarnya koefisien regresi (β) 7,71229 untuk variabel intensitas persediaan menunjukkan bahwa setiap kenaikan intensitas persediaan sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan agresivitas pajak sebesar 7,71229.
Persamaan Regresi dengan Data Panel
Uji Statistik F
H5o : β = 0 Tidak terdapat pengaruh secara simultan dan signifikan antara ukuran perusahaan, leverage, intensitas modal dan intensitas persediaan terhadap tingkat agresivitas. H5a : β ≠ 0 Terdapat pengaruh secara simultan dan signifikan antara ukuran perusahaan, leverage, intensitas modal dan intensitas persediaan terhadap tingkat agresivitas pajak. Karena nilai probabilitasnya jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi yang diajukan dalam penelitian ini yaitu 5% atau 0,05 dan nilai F-score lebih besar dari F-tabel (df1=4; df2:56) yaitu 2,54 maka dapat dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi ukuran perusahaan, leverage, intensitas modal dan intensitas persediaan tidak sama dengan nol (β ≠ 0) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan, leverage, intensitas modal dan intensitas persediaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.
Koefisien Determinasi (R 2 )
Pembahasan
- Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak pada Perusahaan Subsektor Food and Beverage
- Pengaruh Leverage Terhadap Agresivitas Pajak pada Perusahaan Subsektor Food and Beverage
- Pengaruh Intensitas Modal Terhadap Agresivitas Pajak pada Perusahaan Subsektor Food and Beverage
- Pengaruh Intensitas Persediaan Terhadap Agresivitas Pajak pada Perusahaan Subsektor Food and Beverage
- Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Intensitas Modal dan Intensitas Persediaan Terhadap Agresivitas Pajak pada Perusahaan
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Agresivitas Pajak pada Subsektor Makanan dan Minuman Perusahaan subsektor makanan dan minuman. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis statistik (uji statistik t) disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara parsial terhadap agresivitas pajak. Hasil pengujian hipotesis statistik ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap agresivitas pajak pada emiten Indonesia kategori subsektor makanan dan minuman.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yani (2018), Lestari, Pratomo, & Asalam (2019), dan Anita (2015) yang berpendapat bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap agresivitas fiskal. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulaikha (2014) dan Fahrani, Nurlaela, & Chomsatu (2017) yang berpendapat bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap agresi pajak. Pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak pada perusahaan makanan dan minuman subsektor makanan dan minuman.
Hasil pengujian hipotesis statistik (uji statistik t) menunjukkan bahwa variabel leverage secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap agresi beban. Hasil pengujian hipotesis statistik ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara leverage terhadap agresi pajak pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada kategori makanan dan minuman. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kamila (2014), Adimasartha & Noviari (2015) dan Windaswari & Merkusiwati (2018) yang berpendapat bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap agresivitas fiskal.
Pengaruh intensitas modal terhadap agresivitas pajak pada perusahaan subsektor sektor makanan dan minuman. Dari hasil pengujian hipotesis statistik (uji statistik t) menghasilkan kesimpulan bahwa variabel intensitas modal secara parsial tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hasil pengujian hipotesis statistik ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara intensitas modal terhadap agresivitas pajak pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia kategori subsektor makanan dan minuman.
Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian Dharma & Noviari (2017) dan Hidayat & Fitria (2018) yang menyatakan bahwa intensitas modal pada aset tetap berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Pengaruh intensitas persediaan terhadap agresivitas pajak pada perusahaan subsektor makanan dan minuman Perusahaan subsektor makanan dan minuman. Hasil pengujian hipotesis statistik ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara intensitas persediaan terhadap agresivitas pajak pada perusahaan tercatat di Indonesia sub sektor makanan dan minuman.
Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian Ratmono & Sagala (2015) yang mengatakan bahwa intensitas persediaan berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak terhadap aktivitas yang dilakukan perusahaan. Pengaruh ukuran perusahaan, financial leverage, intensitas modal dan intensitas pasokan terhadap agresivitas pajak perusahaan. Intensitas pengaruh terhadap agresivitas pajak subsektor makanan dan minuman.