• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul yang diangkat yakni, “Perawatan Sekoci Penolong di Kapal Sesuai SOLAS 1974 di KM. Isa Glory” maka sebagai deskripsi data akan dijelaskan tentang keadaan sebenarnya yang terjadi di kapal, sehingga dengan deskripsi ini Penulis mengharapkan agar pembaca mampu dan bisa merasakan tentang semua hal yang terjadi selama Penulis melaksanakan penelitian. Berikut akan diuraikan mengenai data-data kapal tempat Penulis mengadakan penelitian:

1. Vessel Name : KM. Isa Glory 2. Nationality : Indonesia

3. Classification : Biro Klasifikasi Indonesia ( B K I )

4. Call Sign : P M Y F

5. Port Of Register : Jakarta 6. Kind Of Vessel : Bulk Carrier

7. Builder Of ship : Minami – Nippon Zosen KK – Usuki Yard Japan

8. Built At : Japan , 1983

9. Gross Tonnage : 14.313.00 GT

10. Nett Tonnage : 8.195.00 NT 11. Lenght Over All : 160.00 Meters 12. Lenght Between perpendicular : 150.00 Meters 13. Breadth Moulded : 24.40 Meters 14. Depth Moulded : 13.60 Meters

(2)

15. Air Draft Max : 43.40 Meters

=======================================================

CONDITION DRAFT DEAD WEIGHT DISPLACEMENT TPC ...

TROPICAL 10.121 MTRS 24.465.00 MT 29.999.00 MT 32.500 SUMMMER 9.916 MTRS 23.796.00 MT 29.330.00 MT 32.325 LIGHT 2.067 MTRS 0.000.00 MT 5.534.00 MT 28.357

=======================================================

16. Grain Capacity : H-1 = 5.351.80 M3 H-3 = 8.432.10 M3

: H-2 = 8.406.20 M3 H-4 = 8.313.60 M3 =30.503.70 M3

17. Bale Capacity : H-1 = 5.118.40 M3 H-3 = 8.065.30 M3 : H-2 = 8.040.60 M3 H-4 = 7.962.20 M3 = 29.176.50

18. Number Of Hatch : 4 ( Four ) Hold

19. Hatch Dimention : Hatch Coaming Dimention

H-1 25.830 X 24.400 X 11.089 18.600 X 11.200 X1.350 H-2 30.400 X 24.400 X 11.089 24.800 X 12.800 X1.350 H-3 30.400 X 24.400 X 11.089 24.800 X12.800 X 1.350 H-4 31.200 X 24.400 X 11.089 24.800 X 12.800 X1.350

20. Derricks Of Capacity : Crane No 1 + 2 + 3 = 10,0 MT SWL // 1 Boom = 12.0 MT SWL

21. Main Engine // Cylinder : Mitsubishi , 6 UEC 52 HA // 6 CHYL 22. HP ( KW ) // RPM : 6.200 PS ( 4,560 KW )

23. Auxilary Engine : 2 Units = YANMAR S 185L ST//360KW- 450KVA//900 RPM

(3)

24. Standart Fuel : Main Engine = M F O Auxilary Engine = M D O

25. Fuel Tanks Capacity : -MFO = 1.275.42 MT ( = 1.441.98 M3) -MDO = 162.38 MT ( = 187.94 M3)

26. Daily Fuel Consumption : -AT Sea : ME (MFO ) = 20.00 MT // AE ( MDO ) = 1.56 MT

: -AT Port : AE (MDO) = 2,04 MT 27. Fresh Water Tank Caps : 480.03 MT ( = 480.03 M3) 28. Daily Fresh Water Consp: 10.00 MT / Days

29. Water Ballast Capacity : 6.104.00 MT (= 5.966.14 M3 ) 30. Sea Speed : 11.00 Knots

31. Economic Speed : 10.00 Knots 32. IMO Number : 8217324

Gambar 4.1. KM. Isa Glory

(4)

Kapal KM. Isa Glory mempunyai trayek atau route yang acak atau berubah- ubah tergantung lokasi muatan yang akan diangkut dan lokasi dimana muatan akan diantarkan,

B. Hasil Penelitian

Adapun temuan perawatan sekoci diatas kapal berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan Penulis saat penelitian, sehingga berkaitan dengan rumusan masalah yang dibahas.

Pelaksanaan kegiatan perawatan sekoci melibatkan ABK bagian deck dan khususnya Penulis sebagai taruna praktek bagian deck di kapal tersebut. Kegiatan tersebut sebenarnya berjalan dengan baik hanya saja ada beberapa pelaksanaan perawatan yang tidak sesuai dengan aturan yang ada. Hal inilah yang membuat Penulis mengatakan jika sekoci penolong yang ada pada kapal tersebut bisa saja tidak siap digunakan pada saat terjadi keadaan darurat diatas kapal.

1. Penyajian Data

Data yang diperoleh oleh Penulis didapat ketika Penulis melaksanakan praktek laut di KM. Isa Glory, seperti yang kita ketahui bahwa kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya bisa terjadi kapan saja diatas kapal dan untuk mendukung suksesnya penyelamatan harus memperhatikan alat-alat keselamatan yang berada diatas kapal khususnya sekoci penolong yang merupakan alat utama penyelamatan ketika akan meninggalkan kapal.

Perawatan sekoci penolong sesuai aturan yang ada sangat menentukan apakah sekoci tersebut layak digunakan atau tidak layak digunakan agar ketika sekoci penolong akan digunakan, kita tau apakah ada kerusakan atau masalah pada sekoci tersebut maka dari itu pentingnya perawatan pada sekoci secara

(5)

berkala merupakan hal yang wajib diketahui oleh awak kapal khususnya mualim yang bertanggung jawab atas alat keselamatan diatas kapal.

Seperti yang kita ketahui tidak semua perusahaan menekankan untuk selalu disiplin ketika melaksanakan pengecekan alat keselamatan rutin diatas kapal. Namun ada juga perusahaan yang menekan tapi dari pihak kapal tidak benar-benar melaksanakan pengecekan dan hanya mengirimkan hasil yang bukan sebenarnya, contohnya diambil ketika Penulis melaksanakan praktek laut di KM. Isa Glory pengecekan terhadap alat keselamatan khususnya sekoci penolong sangatlah minim dan untuk drill penurunan sekoci selama Penulis melaksanakan praktek laut hampir tidak pernah melaksanakan penurunan sekoci dilaut. Perawatan yang dilaksanakan seperti mengecat bagian sekoci dengan cat yang baru ketika warna sekoci mulai pudar, mengganti dayung sekoci ketika kropos, dan memberi grease pada wire dewi- dewi sekoci penolong.

2. Analisis Data

Dari hasil data yang Penulis kumpulkan selama praktek laut bisa disimpulkan bahwa perawatan sekoci disuatu kapal tidak semua melaksanakan perawatan dengan ketentuan yang berlaku dan sebagaimana mestinya. Pengumpulan data yang Penulis lakukan diatas kapal menggunakan beberapa cara yaitu dengan cara melihat objek penelitian yang ada di atas kapal secara langsung, membaca data-data objek penelitian yang terdapat pada kapal, serta melakukan wawancara kepada awak kapal di tempat Penulis melaksanakan Praktek, wawancara secara lisan dengan bertanya pada awak kapal dan secara tulisan yaitu membagikan lembaran berupa pertanyaan dan

(6)

akan dijawab oleh awak kapal, lambaran tersebut Penilis bagikan kepada 10 awak kapal mulai dari nahkoda, perwira, jurumudi, kelasi, dan kadet setelah itu Penulis mengumpulkan data dan mendapat hasil wawancara berupa penilaian setuju tidaknya awak kapal terhadap perawatan sekoci yang ada pada KM. Isa glory. Dari hasil yang didapat banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan sekoci yang benar sesuai ketentuan SOLAS 1974, faktor-faktor tersebut bukan semata-mata merupakan keputusan dari pihak kapal namun juga dari pihak perusahaan, berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan sekoci diatas kapal :

a. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan perawatan sekoci

Berdasarkan keterangan yang didapat dari perwira yang bertanggung jawab atas alat keselamatan termasuk sekoci penolong bahwa memang kurangnya pengetahuan dan pengalaman merupakan faktor utama kurangnya perawatan pada sekoci penolong, yang mengakibatkan kurang maksimalnya perawatan pada sekoci penolong. Maka perwira hanya melakukan kegiatan berdasarkan kebiasaan yaitu mengecek sekoci seperlunya.

b. Kurangnya pengarahan dari nahkoda maupun mualim 1 untuk perawatan sekoci penolong yang ada diatas kapal

Dalam meeting atau pertemuan antara semua crew kapal, Nakhoda dan chief officer jarang membicarakan atau membahas masalah perawatan sekoci penolong. Adapun yang dibahas dalam pertemuan selama ini adalah jika terjadi kejadian penting saja. Dan pertemuan

(7)

dengan crew kapal ini pun jarang dilakukan oleh Nakhoda sebagai pimpinan diatas kapal.

c. Kurangnya rasa tanggung jawab perwira kapal.

Kurangnya rasa tanggung jawab perwira merupakan salah satu faktor kurangnya perawatan pada sekoci penolong, perwira biasanya hanya memerintahkan cadet deck dan ABK lainnya untuk mengecek sekoci dan memberi grease pada dewi-dewi sekoci.

d. Terbatasnya alat dan bahan dalam proses maintenance

Terbatasnya alat-alat yang dimiliki kapal juga merupakan faktor kurangnya perawatan pada sekoci penolong, keterbatasan terjadi ketika dari pihak perusahaan tidak mengirim alat-alat yang diminta oleh perwira untuk melaksanakan perawatan sekoci dan berakibat pada kurangnya perawataan pada sekoci penolong yang ada di atas kapal.

C. Pembahasan

Dari analisis data tersebut, maka penulis akan membahas rumusan masalah yang yang telah dituliskan pada bab sebelumnya. Penulis akan membahas tentang bagaimana cara melakukan perawatan sekoci penolong dengan benar di atas kapal sesuai solas 1974?

1. Sekoci yang ada pada kapal tempat penulis melaksanakan praktek layar yaitu jenis sekoci penolong terbuka adapun cara untuk menurunkan sekoci penolong ke air dengan menggunakan dewi-dewi, pada saat sekoci akan diturunkan para ABK harus benar-benar siap untuk menurunkan sekoci dan harus selalu berhati-hati dalam melaksanakannya agar terhindar dari bahaya.

(8)

2. Peralatan untuk menurunkan sekoci penolong di KM. Isa Glory yaitu menggunakan dewi-dewi dengan bantuan tenaga angin yang didapat dari kompresor pada kamar mesin kapal, jadi ketika sekoci akan diturunkan selalu ada koordinasi dengan kamar mesin untuk menjalankan mesin kompresor.

Perawatan dewi-dewi sendiri dilakukan rutin dengan cara memberi grease pada wire dewi-dewi rutin satu bulan sekali dan pengetokan jika ada korosi pada dewi-dewi. Jadi bisa dibilang dewi-dewi selelu dalam kondisi baik.

3. Sekoci yang digunakan pada KM. Isa glory yaitu sekoci terbuka dengan kapasitas cukup untuk menampung sekitar 20 orang, sekoci 1 yaitu sekoci dengan mesin dan sekoci 2 hanya dibekali kayu dayung, untuk kontruksi sekoci sendiri terbuat dari bahan tahan api dan bahan yang kokoh jadi tetap aman jika diturunkan dalam keadaan darurat.

4. Untuk daya angkut sekoci manpu mengangkut maksimal 20 orang, ketika sekoci diturunkan seluruh ABK harus menggunakan pelampung dan mengikuti perintah yang diberikan dari nahkoda kapal untuk tugas dari masing masing ABK ketika berada diatas sekoci sudah tercantum dalam sijil keadaan darurat saat menggunakan sekoci.

5. Pada solas 1974 membahas tentang area gerak ABK saat mengendalikan sekoci penolong, untuk letak tempat duduk dalam sekoci terdapat sekat-sekat disekoci sebagai tempat duduk ABK, untuk ruang gerak dipastikan cukup karena posisi tempat duduk yang lumayan agak berjauhan dengan tempat duduk didepannya semua diatur agar saat melaksanakan pendayungan pada sekoci bisa berjalan dengan maksimal.

(9)

6. Sekoci penolong pada KM. Isa Glory rutin dicek pengoperasiannya, sekoci selalu dicek lancar tidaknya proses penurunan sekoci ke air pada saat keadaan darurat, seperti yang kita ketahui bahwa sekoci harus bisa ditunkan ke air delam waktu kurang dari 30 menit dan harus bisa selalu digunakan. Untuk tangga embarkasi pada sekoci selalu tersedia dibawah sekoci penolong jadi ketika dibutuhkan tangga langsung diturunkan dan tangga selalu dicek kelayakannya dari mulai kayu tangga dan tali tangga yang sudah lapuk akan segera diganti untuk kelancaran pengoperasian sekoci.

7. Perlengkapan pada sekoci yaitu mesin pada sekoci bisa diaktifkan kapan saja karena mesin selalu dicek berkala oleh ABK mesin jadi ketika akan digunakan dalam keadaan darurat masin pada sekoci bisa digunakan dengan cepat, selain mesin sekoci juga dilengkapi dengan kayu dayung yang digunkan untuk melakukan olah gerak pada sekoci, khusus sekoci 2 tidak menggunakan mesin namun hanya dibekali kayu dayung saja.

8. Untuk tempat penyimpanan sekoci yaitu di boat deck tepat dibagian tengah akomodasi jadi jauh dari haluan dan jauh dari buritan dan untuk kodisi menurunkannya bisa dalam keadaan kapal miring dan dalam keadaan darurat lainnya. Untuk perlengkapan pada sekoci seluruhnya menjadi tanggung jawab mualim 3, kelengkapan yang terdapat pada sekoci penolong di KM. Isa Glory yaitu dayung, makanan dan minuman darurat dan bahan bakar untuk sekoci yang memiliki mesin. Untuk alat komunikasi yang lain akan dibawa ketika sekoci akan digunakan dalam keadaan darurat.

9. Pada SOLAS 1974 tertulis pemeriksaan sekoci harus mempunyai checklist , instruksi perawatan, jadwal perawatan, daftar pergantian alat, daftar sumber

(10)

sparepart dan catatan inspeksi dan perawatan. Pada KM. Isa Glory hampir seluruh apa yang tercantum dalam point di atas sudah terpenuhi namun ada beberapa pelaksanaan yang kurang maksimal karena alat yang dibutuhkan masih belum terpenuhi.

10. Pada sekoci penolong seharusnya terdapat pemeriksaan mingguan, seluruh pemeriksaan mingguan harus ditulis dalam logbook pemeriksaan. Namun pemeriksaan sekoci penolong di KM. Isa Glory tidak berjalan, pemeriksaan dilakukan setiap satu bulan sekali. Pemeriksaan dilakukan berkala mulai dari pemeriksaan wire dewi-dewi, angsel dewi-dewi memberi grease pada wire hingga fisik dari sekoci penolong.

11. Pemeriksaan pada sekoci dilakukan mulai dari struktur sekoci penolong, mesin sekoci penolong serta sistem pada sekoci penolong, untuk struktur sekoci penolong pada KM. Isa Glory bisa dikatakan masih kokoh dan peralatan yang ada tetap pada sekoci yaitu dayung dan mesin pada sekoci penolong, mesin rutin dicek oleh ABK mesin ketika ada kerusakan, penggantian oli dan pengisian bahan bakar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perawatan sekoci yang dilaksanakan pada KM.

Isa Glory sudah sesuai dengan solas 1974 namun masih ada beberapa kekurangan yang mengakibatkan kurang maksimalnya perawatan sekoci penolong yang ada pada KM. Isa Glory.

Selanjutnya penulis akan membahas tentang rumusan masalah yang kedua yaitu hal-hal apa saja yang harus diperhatikan pada saat perawatan sekoci penolong ?

(11)

1. Pemeriksaan lengkap pada sekoci apakah sekoci penolong yang ada pada kapal masih layak digunakan atau sudah tidak layak digunakan, sekoci penolong pada KM. Isa Glory masih bisa digunakan dan kondisi sekoci penolong masih layak pakai.

2. Kondisi pada mesin yang ada pada sekoci penolong, kondisi pada sekoci penolong KM. Isa Glory masih bisa digunakan karna pada jangka waktu yang telah diatur mesin selalu diperiksa oleh ABK mesin dan selalu diganti oli dan dicek bahan bakarnya.

3. Kebersihan dalam sekoci penolong di kapal, pada sekoci KM. Isa Glory selalu dibersihkan setiap satu bulan sekali karna sekoci penolong merupakan jenis sekoci penolong terbuka maka kebersihan harus lebih diperhatikan selain dibersihkan sekoci penolong juga dicat secara berkala agar warna dari sekoci penolong tetap pada warna aslinya.

4. Jenis dan cara menurukan sekoci penolong di air, sekoci pada KM. Isa Glory dapat diturunkan menggunakan dewi-dewi dengan sistem hidrolik angin, jadi ketika mengoperasikannya harus menggunakan kompresor untuk menjalankan dewi dewi tersebut.

5. Melakukan perawatan pada dewi-dewi sekoci penolong, perawatan pada dewi-dewi dilakukan dengan cara mengecat setiap sebulan sekali dan mengetok dewi-dewi ketika terlihat ada korosi pada dewi-dewi tersebut.

Selain mengecat juga memberi grease pada wire dewi-dewi dan pada bagian sekoci agar wire tidak cepat kering dan rusak.

6. Mengecek kelengkapan pada sekoci penolong, kelengkapan pada sekoci penolong di KM. Isa Glory yaitu pada sekoci 1 ada mesin dan dayung kayu,

(12)

dayung ditutupi oleh terpal agar jika terkena air hujan kayu tidak lapuk dan pada sekoci 2 terdapat dayung kayu yang juga dibungkus dengan terpal.

7. Mengecek segel-segel pada sekoci, pada sekoci penolong selalu dicek segel- segel dan diberi grease secara berkala sehingga tidak terjadi korosi pada segel sekoci agar ketika akan digunakan tidak mengganggu proses penggunaan sekoci.

8. Memahami tugas dari masing masing ABK, seluruh ABK harus benar-benar paham betul apa tugasnya pada saat terjadi keadaan darurat dan mengharuskan menggunakan sekoci penolong, semua tugas telah tercantum pada sijil keadaan darurat yang telah ditempelkan hampir disemua sisi kapal seperti akomodasi, ruang makan, kamar mesin, anjungan, dan mengikuti segala perintah dari nahkoda.

Dalam pengumpulan data Penulis juga menggunakan metode wawancara terhadap ABK KM. Isa Glory, wawancara secara lisan maupun berupa tulisan dengan cara membuat pertanyaan dan akan dijawab oleh awak kapal. Wawancara secara tulisan tersebut berisikan tanggapan para awak kapal tentang perawatan sekoci penolong, paham tidaknya awak kapal terhadap tugasnya masing-masing saat berada pada sekoci penolong, layak tidaknya kondisi sekoci penolong pada KM. Isa Glory, bagaimana perlengkapan pada sekoci penolong, dan posisi penempatan sekoci penolong pada KM. Isa Glory. Wawancara melibatkan 10 awak kapal mulai dari nahkoda, perwira, jurumudi, kelasi, dan kadet. Setelah dikumpulkan Penulis mengolah data tersebut dan mendapatkan hasil bahwa 6 dari 10 orang setuju bahwa perawatan sekoci penolong di KM. Isa Glory sudah sesuai dengan aturan solas 1974 dan sisanya beranggapan kurang setuju dengan

(13)

pernyataan tersebut. Dalam soal kedua Penulis menanyakan tentang kelayakan sekoci penolong pada KM. Isa Glory dan hasilnya 5 dari 10 orang sangat setuju bahwa sekoci penolong layak untuk digunakan, 3 orang memilih kurang setuju dan 2 orang memilih tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Pada soal ke 3 Penulis menanyakan tentang pemahaman para awak kapal terhadap tugasnya saat berada pada sekoci penolong, dan hasilnya 9 dari 10 orang memilih sangat setuju dengan pernyataan tersebut dan 1 orang lainnya memilih kurang setuju. Soal ke 4 yaitu tentang perlengkapan pada sekoci penolong, dan 3 dari 10 orang merasa setuju dengan perlengkapal yang ada dan 7 lainnya merasa kurang setuju dengan perlengkapan yang ada pada sekoci penolong, mereka beranggapan bahwa perlengkapan pada sekoci penolong di KM. Isa Glory sangatlah kurang. Dan pada soal ke 5 Penulis menanyakan tentang penempatan sekoci penolong pada KM. Isa Glory dan hasilnya 10 orang sangat setuju dengan penempatan sekoci penolong tersebut, karena penempatan sekoci memang berada pada bagian tengah akomodasi jadi bisa mudah dijangkau oleh ABK saat terjadi keadaan darurat.

Dalam wawancara yang Penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa perawatan sudah sesuai dengan solas 1974 namun memang sekoci yang ada pada KM. Isa Glory bisa dibilang sudah cukup tua dan para ABK melakukan perawatanpun dengan alat yang ada pada kapal jadi sebagian orang beranggapan bahwa sekoci penolong masih layak digunakan dan sebagian lainnya beranggapan bahwa sekoci penolong sudah tidak layak digunakan, pada tugas masing-masing ABK seluruhnya sudah paham dengan tugas masing-masing saat terjadi keadaan darurat, dan untuk peralatan memang bisa dibilang sangat minim dan terkesan seadanya saja, pada sekoci penolong hanya ada mesin dan dayung kayu yang

(14)

terdapat pada masing-masing sekoci, dan yang terakhir untuk penempatan sekoci sudah sesuai denga solas 1974 yaitu berposisi cukup jauh dari buritan kapal dan cukup jauh dari haluan kapal.

Perawatan sekoci penolong pada KM. Isa Glory bisa dibilang sudah sesuai dengan apa yang tertulis dalam solas 1974 namun ketika ada kerusakan dan jika membutuhkan peralatan yang akan digunakan, dari pihak perusahaan sendiri kurang merespon permintaan dari pihak kapal. Ketika perwira tidak dibekali pengalaman dan pengetahuan tentang perawatan sekoci yang semestinya maka perawatan yang dilaksanakanpun hanya sebatas kebiasaan seperti membersihkan ketika ada kotoran tanpa memperhatikan detail dari sekoci tersebut seperti perbekalan yang seharusnya tersedia disekoci ketika sekoci akan digunakan dan alat-alat pendukung ketika sekoci akan digunakan. Ketika alat pendukung kurang diperhatikan maka bisa terjadi kerusakan kapan saja bahkan ketika sekoci akan digunakan pada saat keadaan darurat, ketika ada masalah saat akan digunakan maka semua pihak merasakan kerugian dan dapat berbahaya untuk keselamatan awak kapal dan yang pertama disalahkan yaitu perwira yang mempunyai tanggung jawab atas sekoci penolong. Maka dari itu pentingnya pengalaman dan pengetahuan seorang perwira harus benar-benar diasah dengan cara membaca buku tentang sekoci yang berada dikapal dan bertanya kepada perwira senior yang lebih berpengalaman di kapal, karena sekoci penolong yang berada diatas kapal jelas berbeda dengan yang ada dikapal lain maka dari itu setiap perwira harus beradaptasi dengan kapal yang naikinya.

Banyak faktor yang mempengaruhi perawatan sekoci yang ada diatas kapal salah satunya permintaan alat perawatan yang diminta dari pihak kapal ke pihak

(15)

perusahaan namun dari pihak perusahaan tersebut tidak mengirimkan alat-alat perawatan sekoci yang diorder dari pihak kapal, berakibat kurangnya perawatan yang dilakukan terhadap sekoci diatas kapal, berikut merupakan gambar sekoci di KM. Isa Glory.

Gambar 4.2. Sekoci 1

Gambar 4.3. Sekoci 2

(16)

Perawatan juga dilaksanakan oleh ABK bagian mesin dengan mengecek mesin pada sekoci 1, mesin hanya digunakan pada sekoci 1 dan untuk sekoci 2 hanya menggunakan dayung kayu, berikut perawatan yang dilakukan oleh ABK bagian mesin.

Gambar 4.4. Perawatan oleh ABK mesin

Gambar 4.5. Perawatan oleh ABK deck

(17)

Bisa dilihat dari perawatan yang dilakukan dengan kondisi sekoci dan dewi- dewi yang berada di KM. Isa Glory bisa dibilang sangat kurang, namun kembali lagi dari alat yang tersedia dan kebutuhan yang diminta dari pihak kapal kepada pihak perusahaan yang tidak terpenuhi maka bisa dikatakan kurangnya kontribusi perusahaan kepada kapal dan belum memenuhi aturan perawatan sekoci sesuai dengan SOLAS 1974. Dan dari hasil laporan bulanan rutin yang dikirim mualim 3 kepada perusahaan yaitu meminta alat-alat perawatan dan alat keselamatan lainnya namun respon dari perusahaan yang kurang merupakan faktor utama perawatan sekoci menjadi kurang dan sangat berbahaya ketika terjadi kerusakan mendadak dan belum diperbaiki karna kurangnya alat yang dibutuhkan.

(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari analisa data dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan dari rumusan masalah yang pertama adalah bahwa perawatan sekoci penolong yang dilakukan di KM. Isa Glory sudah sesuai dengan prosedur pada solas 1974 namun ada beberapa hal yang mempengaruhi kurang maksimalnya perawatan yang dilakukan oleh awak kapal, yaitu karena pengetahuan dan pengalaman yang kurang dari awak kapal, distribusi alat-alat untuk perawatan dan perlengkapan pada sekoci penolong yang kurang dari pihak perusahaan sehingga perawatan sekoci penolong menjadi kurang maksimal.

Dan pada rumusan masalah kedua yang telah dibahas maka dapat disimpulkan bahwa sangatlah penting untuk memahami dan mengetahui cara melakukan perawatan sekoci penolong yang benar, karena jika tidak memiliki pemahaman tentang perawatan sekoci yang benar akan berakibat pada kondisi sekoci penolong, dan berbahaya ketika akan digunakan saat terjadi keadaan darurat.

B. Saran

Pada rumusan masalah pertama Penulis akan memberi saran yang sekiranya dapat bermanfaat dan sebagai masukan guna memperbaiki masalah tentang perawatan sekoci penolong, adapun saran yang Penulis sampaikan adalah sebagai berikut.

1. Mematuhi dan melaksanakan segala aturan yang ditetapkan khususnya untuk perawatan sekoci demi keselamatan bersama.

(19)

2. Pastikan seluruh ABK mengetahui tugasnya saat akan bertugas di sekoci penolong saat keadaan darurat.

3. Sebelum melaksanakan kerja, lakukan briefing terlebih dahulu.

4. Perbanyak bertanya kepada perwira yang lebih berpengalaman.

5. Fokus dalam bekerja.

6. Waspada dan berhati-hati saat bekerja di tempat yang berbahaya.

7. Jika mengalami kendala segera koordinasi dengan nahkoda kapal atau mualim 1 selaku peghubung antara perusahaan dan kapal.

8. Perusahaan harus menyiapkan dan mensupply alat-alat yang dibutuhkan dalam perawatan sekoci penolong diatas kapal agar perawatan bisa berjalan maksimal.

Selain memberi saran pada rumusan masalah pertama Penulis juga akan memberi saran pada rumusan masalah kedua, berikut saran yang Penulis berikan adalah sebagai berikut.

1. Selalu memperhatikan apa yang dilakukan saat melaksanakan perawatan sekoci penolong.

2. Jika kurang paham ketika melaksanakan perawatan sekoci segera bertanya.

3. Perbanyak wawasan tentang perawatan sekoci penolong

4. Lebih teliti saat melakukan perawatan sekoci penolong khususnya pada perlengkapan sekoci penolong

Referensi

Dokumen terkait

Trong đó, một số chỉ tiêu nhằm đánh giá và mô tả sự phát triển về việc ứng dụng Airbnb trong kinh doanh dịch vụ lưu trú homestay tại thành phố Huế bao gồm: 1 Danh sách hoạt động của các

[r]