• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

80

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dan diuraikan oleh Penulis, pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Hukum positif di Indonesia belum mengakomodimir kejahatan carding.

Sebelum adanya UU ITE aparat penegak hukum menggunakan pasal KUHP dalam menjerat pelaku kejahatan carding. KUHP belum mengatur secara tegas mengenai kejahatan carding. Bahkan setelah disahkannya Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik kejahatan carding masih menggunakan pasal yang sama dengan kejahatan hacking. Padahal karakteristik kegiatan carding dan hacking sangatlah berbeda

2. Masih banyak pasal dalam UU No. 11 Tahun 2008 yang harus dibenahi, karena dirasa belum efektif dilihat dari aspek pidananya. Di dalam UU ITE belum adanya pasal khusus yang mengatur tentang carding. Selama ini, ketentuan norma yang ada dalam Undang-Undang ITE tersebut hanya menjangkau perbuatan yang dilakukan oleh orang yang memakai fasilitas kartu kredit tapi bukan termasuk pedagang ataupun pegelola merchant.

Maka perlu adanya suatu perumusan norma yang khusus mengatur tentang kejahatan carding dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi

(2)

81

Elektronik yang akan datang / ius constituendum dengan alternatif perumusan norma sebagai berikut :

Pasal (…)

Setiap orang dan/atau badan hukum dengan sengaja dan melawan hukum mengetahui dalam transaksi yang menggunakan kartu kredit adanya pemalsuan identitas, penyamaran, pengubahan, pencurian, atau penipuan, menjual atau mengangkut kartu kredit tersebut, menerima, menyembunyikan atau menggunakan kartu kredit tersebut, dan menyediakan uang, barang, jasa, atau sesuatu yang bernilai yang diperoleh melalui kartu kredit tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp.1.000.000.000.,- (satu miliar rupiah).

4.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dalam hal ini Penulis dapat memberikan saran :

1. Perlunya peningkatan dalam pemahaman tentang kejahatan cybercrime dan perkembangan teknologi informasi serta adanya instansi terkait untuk kerjasama dalam hal pembuktian kejahatan cybercrime khususnya dalam memberantas kejahatan carding. Perlunya kesadaran pengguna internet akan bahaya cybercrime dan pemahaman tentang carding serta mencegah agar kejahatan tersebut tidak terjadi. Menciptakan keamanan dan kewaspadaan diri sendiri dalam melakukan transaksi di dunia maya, seperti aktifitas e- commerce dan lain sebagainya.

(3)

82

2. Perlu adanya pengkajian dalam Naskah Akademik perubahan UU ITE selanjutnya, dengan substansi penambahan pasal baru yang khusus mengatur tentang kejahatan carding atau setidak-tidaknya melakukan amandemen atas yang mengakomodir penegakan hukum atas kejahatan carding

Referensi

Dokumen terkait

(2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atas Transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang

Pasal 31 ayat 2:”Setiap orang dengan sengaja atau tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atau transmisi elektronik dan atau dokumen elektronik yang tidak bersifat

Dengan tidak sengaja, menurut Abdul Qodir Audah adalah pelaku sengaja melakukan perbuatan terebut, tetapi tidak ada niatan untuk melawan hukum, 11 maksudnya adalah seseorang

2 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik dari,

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik

Sedangkan upaya hukum yang dapat dilakukan pemegang saham publik termuat dalam Pasal 61 UUPT, yang pada intinya menyatakan “setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan ke

Kepastian hukum pembayaran pajak penghasilan sebelum dilakukannya pengikatan jual beli ditinjau dari segi pengaturan jual beli pada pada perbuatan tertentu belum memberikan kepastian