• Tidak ada hasil yang ditemukan

46 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "46 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

46 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dijelaskan maka Penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan Hukum Pidana mati oleh Hakim terhadap tindak pidana Penyalahgunaan Narkotika Golongan I (satu) “Tanpa Hak dan Melawan Hukum Menerima Narkotika Golongan I (satu) Bukan Tanaman Yang Melebihi 5 (lima) gram” dalam Putusan Perkara Nomor 160/Pid.Sus/2019/PN Sdn telah tepat. Jaksa Penuntut Umum menggunakan 2 (dua) dakwaan, yaitu: Primair Pasal 114 Ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 35 (tiga puluh lima) tahun 2009, tentang Narkotika dan Subsidiair Pasal 115 Ayat (1) Undang-Undang. RI Nomor 35 (tiga puluh lima) tahun 2009, tentang Narkotika. Diantara unsur-unsur kedua Pasal yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum tersebut, yang terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah adalah Pasal 114 Ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 35 (tiga puluh lima) tahun 2009, tentang Narkotika. Dimana antara perbuatan dan unsur-unsur Pasal saling mencocoki.

2. Pertimbangan hukum oleh Hakim terhadap tindak pidana “Tanpa Hak dan Melawan Hukum Menerima Narkotika Golongan I (satu) Bukan Tanaman Yang Melebihi 5 (lima) gram”. Dalam menjatuhkan pemidanaan telah tepat karena Hakim dalam perkara Nomor 160/Pid.Sus/2019/PN Sdn menjatuhkan pemidanaan berdasarkan keterangan saksi, keterangan terdakwa, dan alat bukti surat yang menurut Pasal 184 KUHAP (Kitab

(2)

47

Undang-Undang Hukum Acara Pidana) merupakan alat bukti yang sah.

Selanjutnya alat-alat bukti tersebut mendukung fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan yang meyakinkan hakim bahwa tindak pidana “Tanpa Hak dan Melawan Hukum Menerima Narkotika Golongan I (satu) Bukan Tanaman Yang Melebihi 5 (lima) Gram”. Benar-benar terjadi dan terdakwa mengakui akan barang tersebut.

B. Saran

1. Perlu sanksi tegas dan penerapan yang adil dalam pemberian sanksi pidana mati bagi pelaku pengedar narkotika agar tercapai nya penerapan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, yang berisikan sanksi pidana mati bagi pelaku pengedar narkotika, dalam memberikan sanksi pidana mati dapat memberikan efek jera pada pelaku pengedar narkotika lainnya.

2. Pemerintah harus lebih tegas dalam penjatuhan hukuman mati oleh peredaran gelap Narkotika di Indonesia.

3. Selain dalam penjatuhan pidana mati, pemerintah juga lebih menggencarkan sosialisasi penyalahgunaan narkotika dalam tehap preventif kepada generasi muda.

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan pada penelitian berikut adalah Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan pidana mati terhadap pelaku tindak pidana narkotika

Kitab Undang- Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM) tidak mengatur secara tegas mengenai tindak pidana penyalahgunaan narkotika, namun menurut hakim Pengadilan Militer

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan pidana mati terhadap pelaku tindak pidana narkotika oleh

Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana berupa hukuman mati bagi pelaku tindak pidana pengedar narkotika khususnya di wilayah hukum Kota Tanjung Balai pada

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM) tidak mengatur secara tegas mengenai tindak pidana penyalahgunaan narkotika, namun menurut hakim Pengadilan Militer

di persidangan diperoleh fakta bahwa terdakwa telah melakukan perbuatan yang bersifat melawan hukum yang formil, karena terdakwa tindak pidana tanpa hak menguasai narkotika

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan pidana mati terhadap pelaku tindak pidana narkotika oleh

TINDAK PIDANA PERCOBAAN ATAU PERMUFAKATAN JAHAT YANG TANPA HAK ATAU MELAWAN HUKUM MENGEDARKAN NARKOTIKA GOLONGAN SATU BERBASIS KEADILAN BERMARTABAT SKRIPSI Skripsi Diajukan