• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV V"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Pada mata pelajaran matematika, sebanyak 40 KD yang diujikan pada UN, dengan jumlah KD di bawah standar yaitu 38 KD pada tahun 2008/2009 dan 21 KD pada tahun 2009/2010. Sedangkan jumlah KD di bawah standar mengalami peningkatan pada mata pelajaran Matematika, Fisika, dan Kimia. Pada mata pelajaran matematika, sebanyak 40 KD yang diujikan pada UN, dengan jumlah KD di bawah standar yaitu 39 KD pada tahun 2008/2009 dan 37 KD pada tahun 2009/2010.

Pada mata pelajaran ekonomi, pada tes pengetahuan negara terdapat 40 KD, dengan jumlah KD pada tahun 2008/2009 sebanyak 40 KD, dan pada tahun 2009/2010 sebanyak 35 KD. Peningkatan jumlah KD di bawah normal menunjukkan adanya kemunduran penguasaan materi mata pelajaran ekonomi dikalangan siswa.

Tabel 6. Daftar Hasil UN Berdasarkan Data Rayon Kelompok IPA
Tabel 6. Daftar Hasil UN Berdasarkan Data Rayon Kelompok IPA

Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Nilai UN

Pada mata pelajaran Bahasa Inggris, seluruh siswa telah menguasai seluruh kompetensi yang diujikan dalam Ujian Negara. Secara keseluruhan KD yang masih rendahnya tingkat kinerja siswa berkaitan dengan rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Misalnya pada mata pelajaran bahasa Inggris, hal ini menyangkut kemampuan siswa dalam memahami gambaran umum dan menemukan informasi rinci tentang berbagai jenis teks, seperti: deskriptif, diskusi, eksposisi, dan narasi.

Hal ini disebabkan adanya penghilangan materi terstruktur dari silabus, sedangkan di sisi lain siswa diharapkan dapat memahami dan menggunakan tata bahasa yang baik dan benar dalam berbicara dan menulis. Apalagi KD ini hanya dipelajari di kelas XI dan tidak dipelajari lagi di kelas XII. Selain itu, pertanyaan yang diajukan biasanya berdasarkan pada bagian teks yang cukup panjang, sehingga menimbulkan kecenderungan siswa menjadi malas atau bosan ketika membaca pertanyaan dan akhirnya hanya menjawabnya saja.

Permasalahan lainnya adalah guru tidak memanfaatkan sepenuhnya silabus, RPP, atau LKS yang dirancang sendiri sesuai dengan kebutuhan pengembangan KTSP oleh sekolah, namun masih menggunakan silabus, RPP, dan LKS yang tersedia di pasaran atau dari sumber lain yang tersedia. . Hal ini juga disebabkan oleh kurangnya pelatihan cara membuat alat yang benar sehingga menyebabkan guru kurang terampil dalam membuat alat.

Standar proses

32 memahami gaya bahasa simbolik yang digunakan para penulis puisi karena puisi ditulis dengan berbagai gaya bahasa simbolik. Kesulitan siswa dalam menentukan gagasan pokok suatu paragraf atau melengkapi paragraf deskriptif karena terkadang siswa menganggap bahwa kedudukan kalimat-kalimat dalam suatu paragraf adalah sama. Siswa terkadang tidak dapat membedakan antara kalimat utama dan kalimat penjelas, sehingga terkadang siswa kesulitan memahami istilah-istilah yang digunakan.

Penyebab permasalahan tersebut adalah sebagian besar guru belum menggunakan metode dan model pembelajaran yang tergolong kooperatif atau pembelajaran berpusat pada siswa, namun masih menggunakan metode dan model pembelajaran tradisional. Kurangnya kosakata inilah yang menjadi faktor utama yang membuat siswa tidak dapat memahami isi teks yang diberikan dengan benar karena sebagian besar siswa tidak memiliki kamus. Ada juga guru yang sudah menggunakan laptop dan layar LCD di kelas, namun penggunaan media tersebut hanya sebatas guru tidak lagi menulis di papan tulis.

Standar Kompetensi Lulusan

33 inovatif dan guru lebih aktif (pembelajaran berpusat pada guru), sehingga menyebabkan siswa merasa bosan dan tidak mampu menyerap secara maksimal materi yang diajarkan. Pembelajaran yang masih berbasis teks membuat siswa belum dapat menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa tidak memiliki pengalaman belajar.

Standar pendidik dan tenaga kependidikan

Standar sarana dan prasarana

Sebaiknya dengan adanya media pembelajaran menjadikan pembelajaran lebih aktif dan menuntut siswa menemukan konsep sendiri terkait materi yang akan diajarkan (Student Centered Learning).

Standar pengelolaan

Standar Pembiayaan

Standar Penilaian

Guru tidak menyusun RPP berdasarkan karakteristik siswa dan sekolah, bahkan langkah pembelajaran yang disusun guru tidak sesuai dengan praktik yang dilakukan siswa. Beban mengajar guru yang tersertifikasi >24 jam, namun masih terdapat guru yang belum tersertifikasi <24 jam. Selama proses pembelajaran, guru tidak memperhatikan tahapan-tahapan dalam RPP sehingga tidak jelas antara kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir.

Selain itu guru juga kurang melakukan apresepsi dan motivasi sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar. Guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran dan tidak menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran, kemudian guru tidak pernah menutup materi di akhir pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak inovatif dan guru yang cenderung lebih aktif (Pembelajaran yang berpusat pada guru) menyebabkan siswa merasa bosan dan tidak mampu menyerap sepenuhnya materi yang diajarkan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di 3 sekolah, terlihat masih terdapat sekolah yang gurunya mengajar di luar bidangnya. Hal ini dapat menjadi penyebab rendahnya nilai ujian karena guru tersebut kurang memahami materi. Jika guru tidak memahami materi yang ingin diajarkannya, hal ini jelas akan berdampak pada rendahnya pemahaman siswa terhadap materi tersebut.

Permasalahan ini diperparah dengan pembelajaran yang tidak inovatif dan tidak digunakannya media pembelajaran sehingga semakin menurunkan hasil ujian negara.

Standar Sarana dan Prasarana

Dalam standar ini, penyebab rendahnya hasil Ujian Nasional adalah ketidaksesuaian kegiatan sekolah dengan Rencana Kegiatan Sekolah (SAP). Sebaiknya kepala sekolah mempunyai gelar magister yang berguna dalam memimpin dan mengatur seluruh elemen di lingkungan sekolah. Permasalahan selanjutnya adalah sistem pengelolaan informasi sekolah yang kurang baik dan sekolah hanya melakukan satu kali evaluasi program kaitannya dengan kegiatan sekolah dan kinerja pendidik.

Mengingat pelatihan ini sangat penting bagi para guru, maka jelas hal ini akan mengakibatkan rendahnya keterampilan mereka sebagai guru dan nantinya akan berdampak pada rendahnya hasil yang dicapai oleh siswanya. Permasalahan standar penilaian adalah penilaian yang dilakukan oleh guru kurang autentik dan kurangnya penilaian guru pada saat diskusi kelompok. Konsep pengajaran remedial yang diterapkan guru tidak sesuai dengan konsep pengajaran remedial di KTSP.

Guru memberikan pendidikan remedial kepada siswa yang belum mencapai KKM dengan cara memberikan tes kembali kepada siswa hingga siswa mencapai nilai KKM. Jika sudah dua kali melaksanakan pembelajaran remedial dan belum mencapai KKM, maka guru akan mengambil nilai tes tertinggi dari hasil pembelajaran remedial yang telah dilaksanakan guru. Banyak ditemukan guru baru yang mengajar di berbagai sekolah yang disurvei.

Selain itu, bagi guru yang berpengalaman, mereka diberi beban mengajar yang banyak.

Standar Proses

Kurangnya pengalaman mengajar mereka dapat menjadi masalah karena mereka belum siap untuk mulai belajar. Kurangnya pelatihan dalam membuat perangkat tersebut menjadi kendala yang menghalangi guru untuk mengembangkan perangkatnya sendiri. Akibatnya guru menjadi lelah dan hal ini menyebabkan mereka tidak lagi mengajar secara fokus dan serius, sehingga tidak terlalu memikirkan keadaan siswa pada saat proses pembelajaran.

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

43 Adanya media pembelajaran akan membuat pembelajaran menjadi lebih aktif dan menuntut siswa untuk dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan (student-centered learning).

Standar Pengelolaan

Mengingat permasalahan yang terkandung dalam setiap standar akan berdampak pada rendahnya standar pendidikan nasional, maka diperlukan solusi dan berbagai alternatif pemecahan masalah untuk memperbaiki dan meningkatkan standar pendidikan nasional. Berdasarkan data dan analisis hasil dokumentasi, observasi dan wawancara terkait permasalahan hasil ujian nasional wilayah Bengkalis, dilakukan tahapan sebagai berikut :.

Analisis SWOT

Pemetaaan Alternatif Pemecahan Masalah

46 ST, WT dengan hasil sebagai berikut. a) Memanfaatkan APBD dan/atau bantuan perusahaan untuk mendanai pendidikan tinggi bagi guru-guru yang berkompeten dan muda (b) Melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi dan/atau lembaga lain untuk menggunakan guru-guru yang berkualitas.

Penetapan Prioritas

Pelatihan bagi guru mata pelajaran berbasis MGMP

Dengan demikian, model pembinaan ini dapat membuat setiap guru mata pelajaran lebih percaya diri dalam melaksanakan pembelajaran, karena materi dan RPP yang telah disusun sebelumnya telah dibahas dan direkonstruksi. Pelatihan guru mata pelajaran berbasis MGMP memberikan prioritas kepada guru tetap dengan pengalaman <5 tahun. Kegiatan ini dapat dilaksanakan bekerjasama dengan MGMP Kabupaten Bengkalis Kota yang berpusat di SMAN 1 Bengkalis, Tebing Tinggi di SMAN 1 Selat Panjang dan Rangsang di SMAN Rangsang Barat.

Pendampingan pada MGMP dilakukan minimal 3 kali untuk setiap mata pelajaran, penentuan tempat dan waktu pendampingan akan dikoordinasikan dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis dan Kepulauan Meranti. Kemampuan manajemen dan pelaksanaan supervisi yang baik oleh kepala sekolah merupakan hal yang sangat menentukan mutu sekolah. Kepala sekolah harus mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik dengan guru, tenaga administrasi sekolah dan juga dengan pengawas dan layanan pendidikan.

Selain itu, kepala sekolah juga harus menangkap peluang terkait peningkatan mutu pendidikan dan program sekolah. Hasil observasi menunjukkan masih banyak kepala sekolah yang belum dapat menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan baik. Oleh karena itu, perlu diadakan pelatihan dan lokakarya manajemen dan supervisi kepada kepala sekolah, dengan prioritas diberikan kepada kepala sekolah yang belum pernah/jarang menerima pelatihan.

Kegiatan ini harus disinergikan dengan program dinas pendidikan kabupaten kota dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.

Bimbingan dan pemantapan materi untuk guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya

49 akan fokus di 2 lokasi yaitu SMAN 5 Bantan Bengkalis dan SMAN Rangsang Barat Kepulauan Meranti. Bimbingan dan pendampingan sangat penting dilakukan, karena dari hasil observasi dan wawancara, pelaksanaan proses pembelajaran masih jauh dibawah standar proses. Peserta pembekalan teknis adalah guru yang tidak mengajar pada bidangnya, misalnya guru berlatar belakang pendidikan DIII komputer, yang mengajar mata pelajaran bahasa Inggris dengan berpedoman pada kompetensi inti pengajaran bahasa Inggris.

Hasil pendataan dan analisis data di Dinas Pendidikan menunjukkan bahwa guru yang belum memenuhi standar pendidik dan tenaga pengajar adalah guru tidak tetap dan berasal dari daerah setempat. Kesimpulan penelitian pemetaan dan model pengembangan mutu pendidikan di Kabupaten Bengkalis dan Kepulauan Meranti adalah sebagai berikut. Rata-rata kompetensi siswa SMA di Kabupaten Bengkalis dan Kepulauan Meranti pada setiap kompetensi yang diujikan setiap mata pelajaran menunjukkan adanya peningkatan.

Faktor penyebabnya berasal dari rendahnya berbagai aspek standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar guru dan tenaga pengajar, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian. Usulan model penyelesaian masalah seperti pada Gambar akan dilaksanakan secara terpadu melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan dana DP2M Dikti dan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis dan Kepulauan Meranti, bila memungkinkan dengan sekolah. Model solusi yang dihasilkan akan disosialisasikan di Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis dan Kepulauan Meranti dan dihadiri oleh para pengambil kebijakan.

Dari diagram di atas dapat dijelaskan model penyelesaian masalah yang akan dilaksanakan secara terpadu melalui kegiatan pengabdian masyarakat dengan dana DP2M dan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis dan Kepulauan Meranti, seperti pada gambar mengikuti:

Gambar

Tabel  3. Profil Sekolah
Tabel  4.  Profil  guru  pada  SMAN  1  Bengkalis,  SMAN  1  Tebing  Tinggi  dan  SMAN 1 Rangsang
Tabel 6. Daftar Hasil UN Berdasarkan Data Rayon Kelompok IPA
Tabel 7. Daftar Hasil UN Berdasarkan Data Sekolah Kelompok IPS
+2

Referensi

Dokumen terkait

JADWAL REMEDIAL Sekolah : SD Negeri 44 Krui Kelas : IV Empat Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Hari / Tanggal : Senin, 8 Juli 2020 No Nama Siswa KD Indica tor KKM Bentuk Remedial